Aku sedang berbelanja bulanan di sebuah supermarket. Sambil mendorong trolly, aku berjalan dari lorong ke lorong, berusaha mencari barang-barang yang ada di daftar belanjaanku. Sampai suatu ketika, aku membelokkan trollyku ke lorong minuman. Tapi karena aku tidak melihat sisi sebelah kiri lorong, karena terhalang oleh sebuah rak display, trollyku menabrak trolly lain yang ada di sisi luar display tadi. Kontan saja aku buru-buru mau meminta maaf. Pria yang trollynya aku tabrak tadi spontan menengok. Ternyataa.. dia adalah teman baik mantan suamiku. Namanya Rudi. Kaget sekali aku.. karena memang, aku nggak akan pernah menduga kalau aku akan bertemu dengan siapapun dari lingkaran mantan suamiku.
“Hai Nad..” katanya kemudian, “..apa kabar?” lanjutnya sambil tersenyum seraya mengulurkan tangannya. Tak ada nada kikuk pada nada suaranya.
Aku segera berusaha menguasai diri dan menyambut tangannya untuk bersalaman. “Baik Rud.. kamu juga apa kabar?”
“Baik.. baik.. tinggal dimana kamu sekarang?”
Aku tersenyum seraya menyebutkan komplek dimana aku tinggal. Rudi yang memang juga sudah tahu alamat itu cuma mengangguk-angguk.
“Gimana Visya?” tanya Rudi tiba-tiba.
“Oohh. She’s good..”
“Sudah besar ya pastinya.. Bundanya pasti repot ngurusinnya.”
Aku tersenyum seraya menjelaskan kepada Rudi bahwa panggilan Visya kepadaku tidak lagi Bunda, tetapi Mommy.
“Hoo.. gitu.. sudah ada Daddy baru kah?” tanyanya menggodaku.
“Belumlah Rud.. baru 2 ½ bulan aku divorce.. masih masa idah. Tapi bolehlah bantu cariin daddy baru buat Visya.. heheheh…” candaku.
“Yaahh.. masa’ aku yang nyariin.. apa kata Mamah Ani (mertuaku-red)?”
“Iya yaa.. hehehehe..”
Kami terus mengobrol sampai agak lama. Bahkan kami sempat lunch bareng. Sekitar jam 2an kamipun berpisah jalan, setelah bertukar nomer telfon.
“Call-call ya Rud..” kataku
“You bet I will, Nad..” jawabnya sambil tersenyum.
1784Please respect copyright.PENANAEMD1OIeQyp
Hmm.. sebuah pertemuan singkat yang lumayan membuatku sedikit bernostalgia. Dulu, sewaktu aku baru saja menikah dengan mantan suamiku, Rudi dan pacarnya, sering sekali main kerumahku. Kadang kami travelling bareng-bareng, atau cuma sekedar spending weekends dengan ber-bbq dirumah Rudi. Pada saat itu, aku melihat Rudi sebagai teman suamiku yang paling setia. Dia baik dan berwibawa.
1784Please respect copyright.PENANAuklw6U73hT
Pernah suatu ketika, Mas Andi dan Rudi mengajak kami, ikut ke acara reunian kecil kampus mereka ke Bali. Di sebuah pantai yang sudah mereka sewa, kami yang cewek-cewek duduk-duduk bersantai di sebuah saung, sementara yang laki-laki pada main di air. Pas ngeliat Rudi keluar dari air dengan celana renangnya… Uuh… bagian selangkangannya menggembung besar sekali, menandakan besarnya ‘gantungan’ Rudi yang belum bangun. Aku dan 4 ibu muda lainnya langsung pada ber-fantasi ria. Menurut kami, dan itu diamini oleh semua, enak kali ya, kalau di ‘hajar’ pake kenti segede gitu?! Aku segera celingak-celinguk mencari pacarnya Rudi, takutnya dia mendengar ‘fantasi’ kami tadi. Aahh.. lamunan singkat yang cukup nakal, kalau mengingat keadaanku sekarang. Tapi sudahlah, namanya juga ngelamun.. boleh dong sedikit ngelantur J
Namun persahabatan mereka merenggang ketika Rudi menasihati Mas Andi dengan kiprahnya di kantor. “Hati-hati Ndi, jangan sampai lo kecemplung.. bahaya. Kasian istri sama anak lo!” begitu kata Rudi. Tapi mantan suamiku itu malah marah kepada Rudi, dan dengan alasan terlalu banyak mencampuri urusan keluarganya, Mas Andi malah memutuskan tali persahabatannya dengan Rudi. Yaahh.. takdir memang mengharuskan Mas Andi harus kecemplung dan tenggelam. Walau persahabatan mereka mungkin berakhir, bukan berarti aku harus menjauhi Rudi dan teman-temannya juga dong.. biar gimanapun, mereka masih baik kepadaku.
1784Please respect copyright.PENANAKE71bNoxqY
Malamnya, Angga menelfonku. Angga bilang kalau dia nggak bisa nginep. Dia harus berangkat pagi-pagi ke bandara karena dia harus ke Medan selama 2 minggu untuk tugas kantor. Sebenarnya aku sempat menawarkan diri untuk ikut, namun Angga mengatakan kalau dia berangkat bersama tim, nggak enak kalau nanti ketahuan kalau dia bawa aku. Lalu aku juga sempat menawarkan diri untuk menjaga Rizky, namun dia sudah menitipkan anak itu kepada kakak perempuannya. Yasudah, selama 2 minggu ini aku benar-benar ‘menjanda’. Toh memang teorinya aku harus menjalani masa idah selama 4 bulan 10 hari.. well.. tapi pada pelaksanaannya, 2 bulan ini, aku malah sudah memasrahkan memekku diacak-acak kontol lelaki lain yang bukan suamiku... masih beristri pula, dan didepan anakku.. J Bodo amatlah..
1784Please respect copyright.PENANAaE47RIE69g
1784Please respect copyright.PENANAmIjYCkfnvB
Pas ketika aku mau memejamkan mata, tiba-tiba Hapeku berbunyi. Aku lihat nama nya… “Rudi”. Aku angkat telfonnya. Kami ngobrol lama banget. Nggak taunya, Rudi beserta istri dan 1 anaknya tidak tinggal disini, tapi di Surabaya. Rudi memang punya 1 rumah di Jakarta karena sering mengurus bisnisnya disini. Sebelum tutup telfon, dia bilang, kalo dia ingin ketemuan lagi sama aku. “Kapan?” tanyaku.
1784Please respect copyright.PENANAE3CiWKz54Z
“Besok bisa?”
“Yaahhh… nggak bisa, aku harus jemput Visya di rumah ibuku.”
“Oo… gitu. Ya sudah. Terus kira-kira, bisanya kapan?”
“Mmh, kamu di Jakarta sampai kapan Rud?”
“Masih 2 mingguan lagi sih. Kenapa?”
“Nggak apa-apa, nanya aja..” aku membatin, waahh.. lumayan lama juga.. “istri dan anakmu nggak ikut nyusul kesini?”
“Nggaklah.. Salwa kan sekolah, dan Airin harus kerja. So?”
“Hmm, Gini aja… besok siang kamu telfon aku. Bisa?”
“Jam berapa?” tanyanya lagi.
“Jam-jam 10an deh…”
“Ok..”
“Aku kabarin besok ya Rud..”
“Iya.. Kamu take care ya Nad..”
“Iya. Kamu juga..”
Kamipun menyudahi pembicaraan kami.
1784Please respect copyright.PENANAmWInGMGH5y
Besok siangnya, ternyata kami bisa ketemuan. Aku dan Visya bertemu Rudi di sebuah restoran di Citos. Kami ngobrol-ngobrol ngalor-ngidul. Mulai dari ber-nostalgia sampai dengan membicarakan kehidupan rumah tangga kami masing-masing. Rudi menasihatiku untuk selalu kuat dan tegar. Buat Visya.. bukan buat siapa-siapa. Namun sayangnya, kami tidak bisa berlama-lama bertemu. Rudi ada janji dengan client-nya dan dia harus pergi lagi. Setelah ‘dadah-dadah’ di lobby bawah Citos, akupun memanggil taksi dan pulang.
1784Please respect copyright.PENANAuWrcwVLOlY
1784Please respect copyright.PENANAvNYyLq1dDZ
Pukul 13.30 siang.
Aku baru saja sampai dirumah. Aku langsung membereskan belanjaan. Tadi di Citos, sambil menunggu Rudi, aku sempat belanja baju dulu. Setelah itu, aku masuk kekamar untuk berganti pakaian. Pas… ketika kain peradaban terakhir yang melingkar menutupi daerah sensitifku meluncur turun melalui kedua paha dan betis indahku, Hp ku berbunyi… aku lihat nama si penelfon. Ternyata Rudi! Entah kenapa, tiba-tiba dadaku berdesir dan jantungku berdegup agak kencang ketika membaca namanya di hape. Semacam anak perawan ditelfon sama gebetannya. J
“Hallo Bapak Rudi…” sapaku manja ketika telfon tersambung.
“Hallo Mommy Nadia… lagi ngapain?” jawab Rudi.
“Mmh… lagi ganti baju. Ngapain telfon?”
“Lho.. kok marah? Aku cuma mau ngobrol kok. Nggak boleh telfon lagi ya?””
“Iya.. iya.. Aku nggak marah kok..!!” kataku mengoreksi, “maksudku, baru aja ketemu, langsung telfon lagi. Kirain besok-besok…”
“Mmh… tapi nggak apapa kan?” Tanyanya.
“Ya nggak apa-apa sih.. Tapi bukannya kamu ada meeting sama client-mu tadi?”
“Iya.. ini masih nunggu. Belum sampai orangnya.”
.........
Kami lanjut ngobrol hampir ½ jam, sebelum akhirnya Rudi memutus hubungan karena client-nya datang. Namun sebagai akhir pembicaraan, tanpa diduga Rudi mengajakku untuk ketemuan lagi malam ini. Setelah aku pikir-pikir, akhirnya aku mengiyakan ajakannya. Janjiannya di PIM, didepan 21, jam 7 nanti malam.
1784Please respect copyright.PENANAJ21yZ1uSrn
Pukul 17.30 sore.
Aku dan Visya baru saja bangun tidur siang. Setelah melihat jam, aku teringat janjiku sama Rudi untuk ketemuan. Lalu Aku mengajak Visya untuk mandi bareng (Rudi tidak keberatan kalau aku mengajak Visya lagi ikut ketemuan). Didalam kamar mandi, Visya bertanya kepadaku…
“Mommy kenapa? Kok senyum-senyum?” tanyanya lugu.
“Gak apapa”, kataku, “nanti kita kan mau ketemu lagi sama Om Rudi… tapi Visya jangan bilang-bilang sama Daddy ya. Nanti kalo Visya nurut, Mommy beliin baju baru….”
“Om Rudi itu siapa siih Mommy?” tanya Visya lagi.
“Om Rudi itu yang tadi kita ketemuan di Citos. Yang tadi makan bareng sama Mommy, sama kamu. Dia mau ngajak Mommy sama kamu jalan-jalan…” jawabku
“Asik..” sahut Visya, “tapi..” katanya lagi, “kok ketemu Om Rudi, Mommy seneng?”
Aku tersenyum mendengar pertanyaan Visya, “Iya lah… karena Om Rudi baik, cakep, nggak nakal. Hmm.. menurut Visya, cakepan Om Rudi apa Daddy?”
Visya terlihat berfikir keras sebelum akhirnya menyebut nama Rudi. Herannya, ada getar aneh di hatiku saat anakku menyebut nama itu. Getar yang cukup membuat darahku berdesir dan membuat ada getaran kecil dari arah selangkanganku. Aku heran, dan bergumam dalam hati, kenapa aku jadi horny begini? Kenapa aku malah jadi horny sama Rudi? Damn it!!
“Kok Mommy pipisnya sambil berdiri?” Tiba-tiba Visya bertanya lugu.
Aku tercekat mendengar ucapan Visya, namun aku yang sudah tidak bisa membendung birahi yang menggelora ini, menyadari kalau memang ada yang mengalir keluar dari dalam belahan indahku. Untuk menyikapi hal ini, maka aku menjawab si Visya, sambil menyapukan jariku ke memekku untuk mengambil cairan itu dan menjilatinya,
“Mommy kok kayaknya pingin ngerasain main kuda-kudaan sama Om Rudi, ya nak.”
“Kok sama Om Rudi? Kan ada Daddy..” jawab Visya polos.
Aku tersenyum, “Tapi rasanya beda mungkin, nak. Kamu marah nggak kalau Om Rudi ngajak Mommy main kuda-kudaan di rumah?”
Visya tersenyum sambil menggeleng.
“Hmm.. Visya anak pintar..” sahutku sambil secara refleks mengelus rambutnya dengan tangan kananku. Sementara tangan kiriku sibuk bermain di memek dan kelentitku.
“Emangnya Mommy mau kalau diajak main sama Om Rudi?”
“Mommy mau banget sayang.. tapi Mommy belom tau Om Rudi kontolnya besar apa enggak.. Oh.. dan kamu jangan cerita soal Om Rudi ke Daddy ya sayang..”
“Kenapa Mommy?” tanya Visya bingung.
“Nanti Daddy-mu marah. Soalnya kalo misalnya nanti memek Mommy dimasukin kontolnya Om Rudi, terus keenakan, takutnya Mommy malah ninggalin Daddy. Terus kamu jadi nggak bisa main sama Abang Rizky lagi. Jangan bilang ke Daddy ya?”
Visya mengiyakan saja…
Setelah selesai mandi, aku dandan dan berpakaian. Aku memakai blouse ketat berwarna biru yang baru saja aku beli. Sementara dibaliknya, aku hanya memakai BH tipis. Dan selangkanganku hanya ditutupi g-string yang mungil dan juga tipis. Sekitar jam ½ 7, aku dan Visya, dengan menggunakan Taxi, cabut ke PIM.
1784Please respect copyright.PENANAHMrFtynaHb
Pukul 19.30 malam.
Pertemuanku dengan Rudi sangat menyenangkan. Dia membuatku tertawa dengan banyolan dan cerita-ceritanya. Bahkan dia membelikan Visya, baju dan boneka. Kami juga sempat makan, belanja dan ngobrol lebih dalam lagi. Kalau boleh jujur, aku pingin sekali mengajak Rudi menginap dirumahku malam ini. Secara tidak langsung, dia membuatku berfikir bahwa aku dulu salah memilih suami. Seharusnya, Rudi yang menjadi suamiku. Tapi sudahlah..
Sekitar jam 12 malam, aku sampai dirumah. Aku dan Visya diantarkan Rudi dengan mobilnya. Untungnya Angga sedang tugas luar kota, sehingga dia tidak harus melihat hal ini, dan aku tidak harus menjelaskan apapun sama dia. Visya sudah tidur di bangku belakang Honda City milik Rudi. Jadi dia tidak perlu melihat mommy-nya ini salah tingkah nggak karuan karena matanya ditatap dalam-dalam oleh teman lama ayahnya.
“Kenapa kamu ngeliat aku kayak gitu Rud?” tanyaku.
“Kamu cantik banget Nad..” jawab Rudi singkat
Aku tersenyum dengan perkataan Rudi. Namun sepersekian detik kemudian, aku dikejutkan dengan pergerakan cepat Rudi yang mengecup pipiku. Aku nggak tau harus ngapain, aku hanya menatap dalam matanya.
1784Please respect copyright.PENANAYiOisKuRt0
1784Please respect copyright.PENANAnlA0pRc43h
“Maaf Nad..” kata bapak satu anak ini. “Aku tahu kamu baru cerai, dan aku tahu kamu bekas istri temanku.. aku bukan mau memanfaatkan situasimu.. aku..”
“Rud..” lanjutku, “..just don’t mention him, ok?!.. Aku udah divorce. Jadi apapun yang aku lakukan atau yang akan aku lakukan, sudah nggak ada sangkut-pautnya dengan dia lagi. So, it’s not about him and me, now.... J”
“Ok.. I’m sorry..” sahut Rudi.
Aku tersenyum seraya menggenggam tangannya. Lalu akupun segera berinisiatif untuk mengecup bibirnya. Lalu setelah melepaskan kecupanku, Rudi menatapku sedemikian rupa seraya tersenyum. Dan tak ada sepersekian detik kemudian, kami sudah saling berpagutan bibir dengan hot dan erotis sekali. Tangan Rudi meremas dengan kuat kedua buah dadaku bergantian. Hal ini memancing aku untuk menggenggamkan tanganku ke gundukan besar daging di arah selangkangannya.
Tapi seolah tersadar akan sesuatu, tiba-tiba Rudi menghentikan semua kegiatan kami.
“Kenapa sayang?” tanyaku.
“Ada Visya, Nad.. dia ngelihat kita.”
Aku segera memahami kondisi ini. Rudi bukan Angga. Rudi nggak tahu kalau Visya sudah sering melihat mommynya ini disenggamai lelaki yang bukan ayahnya. Tapi aku sadar, Rudi belum siap menerima kenyataan ini. Aku juga nggak mau dianggap sebagai ibu tak bermoral. Aku pingin Rudi tetap mengganggap aku sebagai wanita baik-baik.
Dengan tersenyum dan berlagak menyesal, aku melepas batang besar Rudi dari genggamanku. Lalu, setelah bertukar senyum malu-malu, aku merapihkan bajuku. Dan tanpa banyak kata-kata, Rudi turun dari mobil seraya mengantarkan aku dan Visya masuk kedalam rumah.
1784Please respect copyright.PENANA9SFpNqKcfy
Dan tak akan ada persetubuhan malam ini. Aku dan Rudi seperti memahami situasinya. Daripada canggung, dia segera pamit untuk pulang. Namun sebelumnya, dia berlutut untuk mengecup kening Visya.
“Om pulang dulu ya, nak..” kata Rudi yang dibalas dengan anggukan dan senyuman oleh Visya. “Jagain Mommy kamu buat Om ya.. Jangan sampai ada ‘Om’ yang lain kenalan sama mommy kamu. ” Aku tersipu dan tersenyum dalam hati mendengar kata-kata itu.
Lalu dia bangkit berdiri seraya berjalan kearah pintu rumah. Aku melihat Visya melambaikan tangannya kepada Rudi seraya beranjak menuju kamar. Aku minta izin kepada Rudi untuk menemani Visya sebentar. Setelah memastikan Visya tak akan keluar kamar, aku melepas g-stringku dan berharap akan ada sesuatu J. Lalu aku keluar kamar. Di depan pintu, Rudi dengan lembut, merengkuh pinggangku seraya mengulum bibirku.
“Baru saja aku mau lihat inimu, Rud..” kataku sambil mengeluskan tanganku pada selangkangan Rudi yang masih saja terasa besar,
Rudi tersenyum, “Masih bisa besok-besok, Nad.. yang penting jangan terlihat Visya. Nggak enak.. pamalik..”
“Iya..” sahutku, sambil kembali memeluk dan mengulum bibir teman mantan suamiku ini. “Btw, kamu nggak mau disini dulu sebentar?”
“Nggak enak Nad sama Visya..” Sahut Rudi.
“Kamu nggak mau nyobain ini?” tukasku nekat. Sambil mengangkat sedikit blouseku.
Rudi tercekat.. dia terbatuk kecil, “Wow.. Nad, what are you doing? Kamu nggak pakai celana dalam?”
Aku hanya tersenyum.. “Nope!.. Want some more?” tanyaku sedikit memaksa.
“Hmm.. Nggak gini Nadia.. Kamu lagi horny? Besok aja ya sayang.. aku beneran nggak enak.. ada Vis..”
“Ok..” potongku, “.. yaudah gapapa..” aku nggak marah memang, dan aku juga nggak kecewa dengan penolakan Rudi. Aku mengerti keadaannya. Akhirnya setelah basa-basi gak penting, Rudi beneran pamit pulang.
“Aku pulang ya, sayang..” katanya.
“Iya. Senang ketemu kamu, beib..” sahutku lagi.
“Me too..” sahut Rudi, “..sampai ketemu lagi Nad.” Katanya lagi. Lalu kami berpisah.. untuk malam ini.
1784Please respect copyright.PENANAdpW84Cj8Zy
Paginya, Rudi menelfonku. Dia ngajak ketemuan. Setelah perbincangan yang cukup lama, keputusan akhirnya dibuat. Kita akan ketemuan di rumah Rudi. Namun hal mengenai Visya sudah disepakati. Karena akan ada kemungkinan memekku di masuki kontol teman mantan suamiku itu.. (hahahahhaha.. Yesss!!!) .. anakku akan aku titipkan dulu dirumah ibu mertuaku.
Namun tidak sampai disitu saja. Malamnya, Rudi akan mengajak aku ke sebuah Gala Dinner yang diselenggarakan oleh Klub Motor Besarnya. Sebuah acara resmi yang akan didatangi oleh beberapa pejabat pemerintah sebagai undangan, makanya Rudi memintaku membawa gaun.
“Kamu yakin ngajak aku?” tanyaku ketika Rudi mengajukan ajakannya.
“Iya bener.. emang kenapa?” tanyanya balik.
“Mmhh.. aku kan bukan istrimu, kalau ada temen-temenmu yang tanya istrimu kemana, trus nanya aku siapamu, gimana?”
Terdengar Rudi menghela nafas sambil tersenyum, “Nadia Sayang.. mereka-mereka itu belum pernah ada yang ketemu sama Airin. Istriku itu nggak pernah mau ikut acara-acara begini. Ok? So kamu tenang aja..”
Setelah berfikir sejenak, akhirnya aku mengiyakan ajakannya tersebut. “Berarti kita pulang malem dong?” tanyaku.
“Dari acaranya, Iya.. sekitar jam 12an. Tapi menurutku, kamu nggak usah pulang.” Jawab Rudi.
“Terus aku kemana?”
“Nginep di rumahku aja.. mau kan? Ada hal yang belum selesai kemarin..”
Aku tersenyum malu, “Hal apa ya sayang?” tanyaku genit.
“Tentang pertemuan 2 alat kelamin..” jawab Rudi.
Dan dengan manjanya, aku memastikan pertemuan itu, “Iya.. nanti ditemuin dan dikenalin ya sayang.. siapa tau mereka cocok dan saling suka. J”
Sekitar jam 8an, aku mandi dan berpakaian, minimalis tentu saja. Cukup tanktop dan legging ketat, no bra.. no kancut J. Lingerie dan gaun untuk makan malam aku masukan ke dalam tas, tentu saja dengan peralatan make-up, 1 kemben, 1 celana pendek, yang pendek banget dan satu buah g-string (kayaknya bawa 1 celana dalam cukup kok… buat aku pakai makan malam aja). Setelah menelfon mertuaku kalau kami sudah berangkat menuju rumahnya, aku pergi dengan menggunakan Taksi.
1784Please respect copyright.PENANAM73oe7pT7n
Sesampainya dirumah mertuaku, Visya segera berlari memeluknya. Namun anakku itu sudah aku doktrin sedemikan rupa untuk tidak menceritakan apapun atau siapapun tentang Angga. Kalau soal Rudi, ada skenario lain.
“Bu..” kataku kepada mertuaku, “kemarin aku ketemu Rudi. Ibu ingat Rudi? Teman kampusnya Mas Andi..”
Mertuaku sedikit mengernyitkan dahinya, namun seketika itu juga ia tersenyum. “Oh iya.. ibu ingat. Yang jangkung itu kan? Gimana dia kabarnya? Sudah menikah?”
“Iya yang itu.. dia sudah menikah. Sudah punya anak 1. Mereka tinggal di Surabaya sekarang. Tapi si Rudi lagi ada bisnis di Jakarta sini.”
“Oh.. ibu kangen sama anak itu. Bisa nggak kalau kamu nyuruh dia main kesini?”
Hmm.. ini kesempatan yang baik untuk makin memantapkan skenarioku soal Rudi. Kedatangan dan keberadaan Rudi tidak akan membuat mertuaku ini akan curiga dengan kebersamaanku dengan dia. “Oh.. boleh. Kapan bu?”
“Terserah dia bisanya kapan.. kamu telfon dia aja.”
“Mmh.. inikan aku mau ketemuan sama teman-teman kuliahku dulu, bu.. dan seperti yang aku bilang tadi di telefon, sepertinya aku akan menginap malam ini. Kalau misalnya Rudi kesininya besok aja gimana?”
“Boleh.. boleh.. tapi kamu kesininya jam berapa?”
“Kalau aku minta Rudi untuk menjemput ke rumah temenku, lalu kita bareng-bareng kesininya, boleh bu?”
Ibu mertuaku tersenyum lebar, “Ya boleh lah.. besok ya Nad..”
1784Please respect copyright.PENANAT00khm5tMc
Aku menganggukkan kepalaku sambil tersenyum. Senang sekali rasanya bisa memperdaya mertuaku ini demi kelancaran skenarioku. Setelah basa-basi sebentar, akupun akhirnya berangkat kerumah Rudi dengan kembali menggunakan taksi.
1784Please respect copyright.PENANABMcRr8tktV
Sesampainya aku di alamat yang dituju, akupun turun dari Taksi, setelah sebelumnya membayar harga yang ada di argo. Lalu, aku berjalan masuk kedalam halaman rumah yang cukup lumayan luas itu. Setelah memencet bel, ada seorang wanita setengah baya yang membukakan pintu.
“Ya…? Cari siapa ya bu?” kata wanita itu.
“Mmhh,… benar ini rumahnya Pak Rudi?” tanyaku.
“Iya, betul!”
“Pak Rudinya ada, bu?” tanyaku lagi sambil tersenyum seramah mungkin.
“Oo… ada. Pak Rudinya lagi berenang. Masuk dulu, bu! Biar saya panggilkan Pak Rudi.” setelah itu dia pergi memanggilkan Rudi, aku masuk ke ruangan yang cukup mewah, walaupun tidak terlalu besar. Baru berjalan beberapa langkah, perempuan tadi balik lagi, “Kalo saya ditanya, yang cari Pak Rudi namanya siapa ya?”
J Aku tersenyum, “Bilang aja, Nadia!” jawabku.
Setelah beberapa saat, Rudi pun keluar menemuiku. Dia hanya memakai Piama mandi. Rambut dan bagian tubuhnya yang kelihatan, basah sekali.
“Aduh… ada mamah muda yang cantik lagi nungguin aku rupanya?” katanya memuji, sambil merengkuh pinggang dan mengecup lembut pipi dan bibirku.
J Aku tersipu mendengar pujiannya, “Aah… kamu bisa aja! Lagi ngapain, kok basah semua gitu sih?”
“Lagi berenang! Kenapa? Mau ikut?”
“Aku nggak bawa swimsuit!” jawabku.
“Oohh… nggak apapa! Kebetulan, aku sudah merencanakan kegiatan hari ini. Jadi, kemarin aku sengaja pergi ke mall untuk beli swimsuit buat kamu. Tapi aku lupa tanya kamu size-nya berapa..” Katanya sedikit kecewa.
“Aduh… kamu sampai segitunya! Aku jadi nggak enak …..”
“Gak apapa! Buat kamu, apa sih yang nggak aku beliin?” katanya lagi sambil tersenyum.
Aku juga ikut tersenyum, “Ngomong-ngomong, kamu beli swimsuit buatku, modelnya kayak apa?”
Tapi Rudi tidak menjawab, dia hanya tersenyum sambil menarik tanganku. Setelah aku berdiri, aku mengikutinya naik ke lantai atas.
1784Please respect copyright.PENANAy9CtyBA8BW
1784Please respect copyright.PENANAXanvrr1FY9
Ternyata aku diajak kekamar tidurnya yang cukup besar dan sangat elegan. Lalu Rudi menunjuk ke arah tempat tidur. Aku tersenyum kepadanya, “Terima kasih ya!?” Lalu aku berjalan ke tempat tidur, untuk mengambil dua potong kain yang ternyata adalah bikini. “Dimana pakainya?” tanyaku pada Rudi. Lalu Rudi menunjuk sebuah ruangan, yang ternyata adalah kamar mandi. Setelah masuk, aku segera melepas bajuku, dan segera mengenakan bikini itu. Aku merasa kalau bikini ini kekecilan 1 nomer, soalnya bagian bawahnya terasa sedikit sempit, walaupun bahannya nyaman sekali. Setelah aku pakai, ternyata bagian thong nya itu, cuma sampai sebatas pinggul, sehingga lekukan pinggang dan perutku (yang mengarah ke arah vaginaku) kelihatan sekali, dan setelah aku perhatikan, ternyata belahan ku itu tercetak sangat jelas. Lalu, bagian bra nya juga tipis dan kecil sekali, sehingga puting susuku terlihat menyembul. Dan bagian atas bra nya, pas sekali diatasnya. Aku lalu memperhatikan diriku di cermin sambil tersenyum.
“Nad… sudah belum?” terdengar suara Rudi di luar kamar mandi.
“Iya…” jawabku… “sudah selesai kok! Kalo mau masuk, masuk aja… pintunya gak aku kunci!”
Tak lama kemudian, Rudi membuka pintu kamar mandi dan berdiri saja disana. Terpaku dengan kemolekan tubuhku. Tapi, ternyata tidak hanya dia saja yang terpana. Rudi sudah melepas kimononya, sehingga tubuhnya hanya terbalut celana renang yang ketat itu, seolah ingin memamerkan benda panjang dan besar yang menggunung di baliknya.
“Wow…” kataku setengah berbisik, dan aku yakin ada nada kagum pada suaraku tadi.
“Kenapa?” tanya Rudi.
“Besar banget… itumu!” kataku sambil menunjuk ke arah gudukan di bagian selangkangannya itu.
“Ooo… ini?” katanya… “mau lihat?”
Tanpa berbasa-basi, langsung aku jawab… “Mau!”
Lalu Rudi membuka celana renangnya, gak sampai lepas sih… tapi benda besar yang menggantung itu serasa sudah menggodaku walaupun belum tegang. Tapi baru saja aku hendak memegangnya, ada suara wanita di luar kamar tidur memanggil si pemilik kontol besar ini.
“Pak Rudi…!” kata suara itu.
Rudi, sambil tersenyum, mengenakan lagi celana renangnya… “Yaa.. mbok?”
1784Please respect copyright.PENANAoxT8y7AM7M
Lalu aku dan Rudi berjalan ke arah pintu kamar. Sebelum Rudi membuka pintu kamarnya, aku segera berlari kecil, balik ke kamar mandi.
“Mau kemana?” bisik Rudi.
“Mau pakai handuk!”
1784Please respect copyright.PENANAqUXAvIhB1R
Lalu Rudi membuka pintu kamarnya dan berbicara dengan wanita itu. Aku, yang sudah memakai handuk berjalan ke arah pintu dan mendengarkan perbincangan mereka. Rupanya perempuan itu adalah pembantu Rudi di rumah ini. Namanya Mbok Surti, dan ia sekarang mau pulang. Ternyata Mbok Surti tidak menginap di rumah ini.
Setelah selesai, aku mendengar langkah kaki menjauh dari kamar. Dan tak lama kemudian, Rudi sudah nongol dari balik pintu mengajakku turun ke bawah, ke pool nya.
1784Please respect copyright.PENANA91MrwJmusp
Kami berenang sampai sekitar jam ½ 12 siang. Saat itu, aku sedang duduk di pinggir kolam. Rudi yang sedang berdiri di dekat mini pool bar, memanggilku. Aku segera bangkit berdiri dan menghampirinya. Rudi menawarkan minuman dingin kepadaku. Kami berbincang-bincang dengan santai. Pembicaraan mulai agak menjurus.. sampai akhirnya..
“Nad, kamu tuh sexy banget ya…”
“Mmh… genit deh. Kenapa? Karena bentukanku sekarang?”
“Enggak… mmhh…. Iya juga sih!”
“Lagian kamu mbeliin aku bikini tanpa nanya-nanya ke aku. Kan jadinya kekecilan begini. Untung bahannya enak. Besok-besok ngomong dulu yaa..”
“Ya… tapi kan….”
“Aah… udahlah…” potongku genit, “..gak usah di omongin!”
“Ya sudah… tapi aku penasaran deh, itu-mu kok sampai nyeplak begitu ya. Seperti nggak ada bulunya.. hehehehe..”
Aku memotong, “Emang enggak ada, botak.. kamu kan udah liat semalam!”
“Pengen lihat lagi..”
Aku memang sudah horny. Ini sudah kepalang tanggung. “Nih lihat!” kataku sambil menurunkan kain tipis yang menutupi bagian bawah tubuh indahku ini. Sekarang aku ½ bugil. Aku tersenyum.
“Subhanaallah…” kata Rudi, “Sumpah! Bagus banget Nad mekimu!” Tiba-tiba, Rudi membungkuk dan ngeliatin vaginaku sedemikian rupa.
“Ngeliat apa kamu say?”
“Itilmu… Aku cobain boleh?” tanya Rudi sambil tersenyum.
“Kenapa nggak dari semalam?” tantangku.
1784Please respect copyright.PENANAORHDaTuoT6
Tanpa banyak cingcong, Rudi segera memeluk dan menciumku. Dia melumat bibirku dengan liar, ya sudah, aku membalas lebih liar lagi. Lalu Rudi melingkarkan tangannya ke belakang tubuhku dan meremas kedua belahan pantatku. Demikian juga aku, aku tarik kepalanya dan ku hisap dalam-dalam lidahnya. Rudi memanas. Dia sudah membuka bra-ku. Tapi ketika dia hendak membuka celana renangnya, dia kutahan.
1784Please respect copyright.PENANA1Qrp31QiT2
“Ini bagianku!” kataku. Akupun langsung melepas celana renang Rudi, pelan… pelan… pelan… sampai aku berlutut di depannya, sementara mulutku face to face dengan batang kontolnya yang baru setengah bangun. Setelah melihat Rudi dan saling tersenyum, zakarnya langsung aku masukkan ke mulutku dan ku kulum, perlahan tapi pasti. Butuh sekitar 3 menitan untuk membuatnya benar-benar menjadi KONTOL. Setelah mengeras, aku lepas kulumanku, dan ku genggam erat-erat dan mengocoknya perlahan-lahan, sambil sesekali menjilati bagian kepalanya.
Tak lama setelah itu, Rudi menyuruhku berdiri dan membopongku masuk ke dalam rumah, langsung menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Rudi membaringkan aku terlentang. Dan dia pun ‘balas budi’. Vaginaku di ciumi, di jilati, dan kelentitku di gosok-gosok menggunakan jarinya. Cairan pelumasku keluar. Vaginaku sudah basah kuyup. Tanpa banyak basa-basi, Rudi membuka pahaku lebar-lebar dan memasukkan benda keras dan panjang itu ke dalam lubang kesayanganku. Sumpah demi Awloh! Rasanya enak banget. Setelah itu, batangannya mulai merangsak maju mundur (kadang berputar) di dalam memekku.
Sekitar 10 menit kemudian, Rudi menyuruhku menungging. Dia ingin doggy rupanya. Lalu dia berlutut dan menghajar memekku dari belakang. Tusukan-tusukannya sangat cepat tapi berirama, dan membawa dampak kurang baik bagiku, karena orgasmeku cepat sekali mau datang. Sesekali Rudi menghentikan serangannya, membiarkan dinding vaginaku merasakan denyutan urat kontolnya. Dan itu enak banget! Pada kali keempat dia berhenti, aku orgasme! Merasa batangannya disiram mendadak, teman suamiku ini malah menggenjot aku semakin cepat. Rudi memegang kedua sisi pinggangku dengan erat, dan dia menghajar, menusuk dan mengeweku semakin keras dan liar. Goyangan buah dadaku yang seperti lampu gantung kena gempa, menandakan buasnya serangan bapak beranak 1 ini. Keringat kami deras sekali mengucur, sementara desahan, erangan dan teriakan kenikmatan ku sangat keras sekali terdengar.
Tiba-tiba, aku merasakan akan orgasme lagi… “Gila!”, pikirku… “cepet banget!” Tak lama setelah aku orgasme kedua (dan itu enak banget!), Rudi mengerang. Aku tahu…. Dia mau orgasme. Benar saja, tak lama kemudian, Rudi menghentikan serangannya, dan menarik pinggulku dengan cepat, supaya kontolnya masuk semua. Dan dengan gerakan pendek-pendek namun simultan, Rudi membiarkan dinding memekku merasakan sensasi yang nikmat sekali. Namun pada saat Rudi menghentikan serangannya, aku merasakan batangannya menggendut.. seakan mau meledak.
1784Please respect copyright.PENANAJ1T62fAwlm
1784Please respect copyright.PENANA1cDyewLssY
1784Please respect copyright.PENANABLdI3C1iGb
1784Please respect copyright.PENANAITH5yDnfin
Lalu secara tiba-tiba, Rudi mengeluarkan penis besarnya dan membaringkan aku terlentang. Tak lama setelah itu, dia menumpahkan banyak sekali peju ke wajah dan mulutku, yang segera aku minum dan telan. “Gurih Rud! Enak banget!” kataku. Rudi hanya tersenyum mendengar komentarku tentang cairan kenikmatannya itu. Lalu kami berdua berbaring kelelahan. Setelah bercumbu sebentar, kami ke kamar mandi untuk membersihkan jejak-jejak pertempuran kami yang hebat sekali.
1784Please respect copyright.PENANAlOqc5yI0n2
Aku nggak nyangka, kalau setelah menjanda, ternyata nafsu birahiku nggak bisa aku bendung. Namun yang lebih tak terduga lagi, kenapa birahiku ini hanya selalu bisa terpuaskan oleh batang zakar yang besar dan panjang yang, seolah-olah, selalu tersedia untukku. Seakan semua sudah diatur oleh Allah SWT. Setelah melalui pemikiran yang cukup berat, aku akhirnya menceritakan kepada Rudi perihal keberadaan Angga.
“So? Kamu marah sama aku?” tanyaku pelan, setelah aku menceritakan semuanya.
Rudi menggeleng, “Buat apa aku marah? Kamu toh dalam posisi bebas mencari laki-laki. Aku cuma kecewa, ternyata aku bukan laki-laki yang pertama kali merasakan memekmu setelah kamu jadi janda!”
Aku tersenyum. Salah tingkah. “Maaf Rud.. suasananya beda. Kalau saja saat itu kamu yang datang, mungkin kontolmu adalah kontol pertamaku setelah aku menjanda.”
“Ya sudah.. mau gimana lagi? Kita nikmatin aja keadaannya. Ok, beib?” Ujarnya sambil tersenyum dan mengecup bibirku.
“Iya sayang..” jawabku singkat. “Aku cuma ingin menjelaskan keadaannya sama kamu. Selama kamu di Jakarta, waktuku buat kamu. Tapi selama kamu di Surabaya, aku sama Angga.. deal, sayang?”
Rudi sedikit terlihat termenung. “Berarti waktu buatku sedikit sekali.”
“Sering-seringlah ke Jakarta..” ujarku sambil tersenyum genit.
“Atau kamu ke Surabaya..” tukas Rudi singkat seraya tersenyum dan memelukku. Kami masih telanjang. Sehingga pertemuan dan pergesekan kulit kami membuat desir darah kami melaju dengan cepat. Dan tanpa kami sadari, kami sudah kembali berpelukan. Cumbuan yang dilakukan Rudi rupanya cukup untuk membuat birahiku timbul lagi.
Sambil berdiri, aku meremas dengan lembut kedua biji pelir Rudi sambil mengocok pelan batang kontolnya. Tak lama setelah itu, Rudi menyandarkanku ke dinding kamar dan langsung mengangkat kaki kananku. Aku yang langsung mengerti, segera membimbing kontolnya untuk masuk ke dalam memekku. Setelah merasa ujung kontolnya menyentuh barang berlendir yang hangat, Rudi segera menyesakkannya ke dalam barang itu. Rudi menggasak memekku dengan beringas, dan gesekan-gesekannya semakin memacu gairahku. Langsung saja aku menaiki tubuhnya, Rudi yang menggendongku segera menopang pantatku.
Sambil meremas kedua belahan pantatku itu, Rudi menggerakkanku naik turun. Untuk membantunya orgasme, setiap dia menurunkan aku, kugoyang saja pinggulku.
Benar saja, tak lama kemudian dia pun mengerang dan badannya menegang… segera ia membaringkan aku di tempat tidur, dan semakin mempercepat gerakannya. Setelah lepas hitungan 5 menit, kontolnya menyemprotkan peju yang banyak sekali. Dan ketika ia melepas kontolnya, aku merasa ada cairan yang mengalir keluar dari memekku. Segera setelah ia duduk di sofa diujung kamar, aku langsung memasukkan kontolnya yang masih basah itu kedalam mulutku dan mengulumnya sampai bersih.
“Gila Rud.. enak banget kontolmu. Jujur yaa.. jauh lebih enak dari tititnya temenmu. Hahaha...” kataku sambil terus mengurut batang kontol yang masih basah kuyup itu.
“Hmm.. kalo sama si Angga?” tanyanya dengan agak sinis.
“Sama!” jawabku enteng, “kontol kalian sama-sama enak. Sama-sama besar. Memang punya Angga sedikit lebih panjang.. tapiiii...” ujarku cepat, karena melihat Rudi hendak protes, “..punya kamu lebih gendut. Sumpah demi Alloh!!”
Rudi tersenyum. Lalu dia membimbing aku berdiri dan kami langsung menuju kamar mandi. Sudah jam 4.. saatnya bersiap-siap menuju Gala Dinner.
Sesampainya kami di acara itu, aku diperkenalkan Rudi sebagai istrinya. Aku segera menyesuaikan diriku dengan titel itu. Dan hal yang nggak aku duga adalah, ternyata banyak yang memuji penampilanku. Yang lelaki rata-rata memuji kecantikanku dan selalu mencuri pandang kearah dada dan pantatku. Sementara teman-teman Rudi yang perempuan mengatakan bahwa Rudi benar-benar beruntung bisa mendapatkan aku. Dan aku bisa langsung akrab dengan mereka. Bahkan dalam rencana touring berikutnya, Rudi diwanti-wanti untuk mengajak aku. “Jangan sampai enggak ya Mas Rud..” begitu kata mereka. Terlihat ada rasa bangga pada raut wajah Rudi. Dan mau nggak mau, aku juga jadi senang bisa membahagiakan teman mantan suamiku ini.
1784Please respect copyright.PENANA26tPULWmKI
“Kok kamu senyam-senyum? Ada apa?” tanya Rudi padaku didalam mobil pas pulang.
“Nggak apapa..” tukasku, “..makasih ya Rud sudah ngajak aku. Aku jadi punya teman-teman baru. Btw, aku nggak mengecewakan kan jadi ‘istrimu’?”
Rudi tersenyum, “Kalau aku beneran jadi suamimu, aku bangga banget sama kamu. Kamu bener-bener bisa menjaga pride lelakimu. Salut!”
Aku senang dengan jawaban Rudi. Lalu aku mencium pipinya. “Berarti nanti pas sampai rumah, ‘istrinya’ ini mau dikasih hadiah apa?”
“Kamu maunya apa?” tanya Rudi balik.
“Aku mauuu.. hmm.. mmhh.. kontol suaminya Airin.” Jawabku dengan manja.
Rudi tersenyum kecil, “Dasar kamu.. Kan tadi sudah..”
1784Please respect copyright.PENANAvotBSTkRHI
“Kan aku ‘istrimu’.. masa’ memeknya gak mau dipake’? Aku mau di ewe lagi.. aku mau kontol bapaknya Salwa ewe-ewe memek mommynya Visya lagi.. ya sayaaannggg...??”
Rudi mengecup bibirku.
Sesampainya dirumah, Rudi langsung mengunci pintu, sementara aku langsung menuju kamar. Didalam kamar, Aku dan Rudi langsung melepas baju kami dan kembali bugil. Kontol Rudi langsung aku sepong lagi.. Hisapan-hisapanku ditanggapinya dengan tenang dan tidak grasak-grusuk. Sekitar 5 menit kemudian, aku minta Rudi gantian menjilati memekku. Rudi langsung memainkan peranannya, jilatan lidahnya pada kelentitku sangat hebat sekali dampaknya… cairan pelumasku keluar, basah sekali memek tersayangku ini. Mengetahui hal ini, Rudi segera membalikkan tubuhku, sehingga aku dalam posisi menungging. Segera saja Rudi memasukkan akar tunjangnya ke tempat yang seharusnya. Sambil bekerja keluar-masuk, penis Rudi terkadang diputar-putarkan didalam memekku seraya mengulum bibirku.
Batang besar itu lancar sekali bekerja, karena vaginaku sudah basah sekali. Setelah itu, Rudi melepas zakarnya dan menyuruhku berbaring terlentang.
Melihat hal ini, aku faham. Aku angkat kakiku seraya menjepit kontolnya dengan memekku. Aksiku yang satu ini ditanggapi Rudi dengan menghisap kedua toket besarku bergantian. Ketika sedang nikmat-nikmatnya digenjot batangan Rudi, aku merasakan akan orgasme… “Rud, aku mau dapet… enaaakkk banngeeetttt!!” erangku sambil bergetar hebat.
Ternyata, Rudi juga mau keluar. Tanpa dikomando lagi, aku dan Rudi orgasme berbarengan. Cairan orgasmeku membasahi kontol Rudi yang pada saat bersamaan, menyemprotkan spermanya, yang kutahu banyak sekali. Dan sepertinya, vaginaku gak sanggup menampung semua sperma Rudi, sehingga sebagian ada yang mengalir keluar. Setelah itu, (tanpa mengeluarkan kontol Rudi) kami saling berpelukan dan berciuman, menikmati orgasme kami masing-masing.
Dan setelah membersihkan tubuh kami di kamar mandi, tanpa berepot-repot memakai baju, kami segera kembali ke kamarnya Rudi. Dan sambil merokok, aku menceritakan kepada Rudi perihal skenarioku untuk mengelabui mantan ibu mertuaku. Rudi hanya tersenyum sambil meng-iyakan ajakanku.
“Kamu sudah nggak perduli ya sama ibunya Andi?” tanya Rudi.
Aku tersenyum, “Justru karena aku perduli, makanya aku nggak mau dia mengendus hubungan kita.. pasti dia nggak terima kalo tahu, bahwa kontol teman anaknya yang besar itu masuk-masuk ke dalam memek sempit mantunya..”
“Aku ralat ya sayang..” sahut Rudi.. “...masuk ke memek sempit BE.. KAS.. mantunya..”
1784Please respect copyright.PENANAyNW1zSrzbW
1784Please respect copyright.PENANAV8KSIxVrRs
Aku tersenyum seraya mengulum bibirnya.
“Hehehe... iyaa.” Jawabku, “btw, kamu lebih suka kontolmu di ewe memek mommy-nya Visya, apa sama lobang kencing ibunya Salwa?”
“Hmm.. lobang kencing mommynya Visya!” jawab Rudi singkat, padat.
“Kenapa? Karena sempit atau karena sekedar memeknya janda?”
“Hmmm.. iya. Memek sempitnya janda ganjen yang lagi masa idah.. wkwkwkwkwk...”
Aku tertawa terbahak-bahak.. “Dasar kamu.. mendingan aku, udah jelas janda, biarpun ganjen, bebas mau cari kontol manapun. Nah, Kamu.. masih punya istri, malah kontolnya masuk-masuk ke memeknya janda yang lagi masa idah.. nakal!”
“Siapa yang tau kalo memeknya itu janda legit banget.. J lebih sempit, lebih basah.. dan dia mau diajak ngentot dengan berbagai gaya.. Bundanya Salwa mah boro-boro..”
“Pantesann.. Btw, aku mau tanya..”
“Tanya apa sayang?”
“Hmm.. kamu pernah ngebayangin nggak, even in your wildest dream, kalau suatu saat kamu bisa make aku? Bahwa suatu saat, kontol besarmu ini bisa ketemuan sama memek aku? Terlepas aku janda apa bukan..”
“Hmmm.. sejak Andi ngenalin kamu ke aku dulu..”
Aku kaget mendengar pernyataannya.. “Really? Kok kamu dulu nggak nyoba ndeketin aku, atau ngerebut aku dari Andi, or at least ngajak aku selingkuh?”
Rudi terdiam sejenak, “Hmm.. pernah terpikir untuk mendekatimu ketika kasusnya Andi mulai mencuat. Kali aja kamu mau diajak nakal.. Namun aku merasa, kalau saat itu belum waktunya.” Lantas sambil memelukku erat dia tersenyum seraya berkata, “Tapi nggak apa-apa.. yang penting aku bisa ngerasain memekmu sekarang.. tanpa diganggu suamimu.. atau selingkuhanmu J”
Aku tersenyum sambil menggenggam kontolnya, “Beib.. aku sekarang agak nyesel, kenapa dulu lebih memilih Andi. Aku nggak tau kalau kontolmu sebesar ini. Tapi seperti kamu bilang, dan sumpah demi alloh.. aku senang bisa ketemu kamu lagi.. dan ngerasain kontolmu. selangkangan kita ternyata cocok.. dan mereka sama-sama suka.”
Rudi tersenyum, “I Love You, Nadia..”
“Love You Too, suaminya orang...”
Rudi mengecup bibirku seraya berkata, “Aku beruntung sekali bisa melihat tubuhmu dan merasakan memekmu.. kamu tadi liat muka temen-temenku yang cowok nggak?”
Aku teringat dengan kejadian malam tadi, di Gala Diner, dimana wajah para lelaki itu pada ngiler ngeliat bodyku, “Mupeng semua ya, sayang... hehehe..”
Rudi mengangguk sambil tertawa kecil, “Iya.. gimana mereka ngeliat memekmu ya? Coli ditempat yang ada.. hahahahaha..”
1784Please respect copyright.PENANARRyyBQWOtI
Aku tertawa mendengar kata-kata Rudi.. “Aku yakin kontol mereka nggak ada yang kayak punya bapaknya Salwa.. gede banget sayang, kontolmu...”
“Mau ditemuin lagi?” tanya Rudi sambil tersenyum nakal.
Dan sebagai jawabannya, aku hanya mengecup bibirnya. Dan tak perlu diceritakan kejadian selanjutnya.. karena pasti sudah dapat diduga.1784Please respect copyright.PENANApvAIdAGPO6
1784Please respect copyright.PENANAoCZU7zEdew