Siapa yang sangka kalau rumah tangga yang aku bina selama 5 tahun ini, harus bubar-jalan hanya karena suamiku masuk penjara. Tak ada yang menduga kalau rezeki yang dia kumpulkan selama ini adalah hasil dari korupsi. Hmmhh.. panjang kalau harus diceritakan secara detail, intinya sekarang aku dalam proses harus berpisah dengannya, karena aku tidak mau lagi terindikasi sebagai ‘partner’ korupsinya suamiku. Sekarang dia berada didalam penjara untuk menebus kesalahannya.. dan aku sedang menunggu hasil putusan sidang. Aku menunggu putusan ceraiku keluar. Sementara ini, aku pindah rumah untuk menenangkan diri. Kebetulan, kedua orangtuaku juga sangat mendukung keputusanku untuk bercerai dengan Mas Andi. Namun mereka menasihatiku untuk tetap menjaga hubungan baikku dengan mertuaku. Karena biar bagaimanapun, suamiku adalah anak tunggal, dan orang tuanya tinggal sendiri. Tentu saja dia terpukul dengan kejadian ini. Sebagai niat baiknya terhadapku, ibu mertuaku memberikan salah satu rumahnya untuk aku tinggali dan berjanji untuk tidak menuntut apa-apa atas apapun hasil dari semuanya. Dalam pengertian, dia manut atas apapun keputusanku terhadap anaknya, dan dia mempersilahkan aku untuk menenangkan diri.
“Pokoknya, ibu nurut aja sama keputusanmu, Nad..” begitu katanya ketika dia memberikan kunci rumah yang akan aku tinggali. “..ibu juga nggak akan ikut campur kalau suatu saat kamu mau pacaran atau menikah lagi.. kamu masih muda, kamu cantik dan kamu sebenarnya setia.. “ ada jeda lama disitu, namun dia melanjutkan lagi, “.. permintaan ibu cuma satu..”
“Apa Bu?” sahutku.
“Tolong jangan dilarang kalau ibu mau ketemu Visya..”
Aku tersenyum seraya memeluk ibu mertuaku ini, “Nggak akan pernah Nadia melarang ibu ketemu sama cucu ibu.. biar gimanapun, dia masih kecil, baru 3 tahun.. dia harus kenal sama neneknya dong..” kataku menenangkan perempuan tua yang sedang tergoncang ini.
6417Please respect copyright.PENANATaQy97ew8R
6417Please respect copyright.PENANAy3oIB2AoFG
**************
6417Please respect copyright.PENANAbDJjZnjarc
Nggak terasa, kejadian itu sudah 2 bulan berlalu. Sekarang aku sedang berjuang sendiri.. menjadi single parent, menjadi perempuan yang sedang belajar untuk menjadi kuat. Belum terpikirkan olehku untuk mencari kerja lagi. Sementara ini, tabunganku dan bantuan yang diberikan orang tua dan mertuaku masih cukup untuk aku dan anakku melanjutkan hidup. Dan aku juga belum berfikir untuk mencari pengganti Mas Andi.. boro-boro mikirin nyari lelaki, surat cerai aja belum keluar...
Namun pendapat itu tergoyahkan, ketika aku berkenalan dengan lelaki bernama Anggara Bintang Aksara, seorang bapak muda berusia 33 tahun.
Aku.. Nadia Ervina Putri, 27 tahun, ibu beranak satu, untuk pertama kali dalam hidupnya semenjak bercerai, terhempaskan pada kenyataan untuk ingin berhubungan intim dengan laki-laki lain selain suaminya... bahkan ketika belum resmi bercerai.
6417Please respect copyright.PENANAuVGwPzLhAf
___
6417Please respect copyright.PENANAFNuS77txvR
6417Please respect copyright.PENANAEMncJQEFLK
Sabtu pagi itu, aku sedang mengajak Visya bermain di taman komplek. Sambil melihat anakku itu berlari-larian, bermain prosotan dan jungkat-jungkit, aku duduk sambil memperhatikan komplek perumahan ini. Sebuah cluster Townhouse yang hanya berisi 8 rumah. Dari informasi yang aku terima dari ibu mertuaku, semua rumah yang ada disini diisi oleh pasangan-pasangan muda. Namun kalau weekdays, jarang sekali penghuninya kelihatan. Bahkan pada weekend sekalipun, hanya beberapa yang terlihat ada dirumah, sisanya nggak tau kemana. Menurut ibu mertuaku, suasananya cocok untuk aku yang lagi butuh ketenangan.
Benar saja, saat ini hanya aku dan Visya yang ada di taman, nggak ada orang lain. Pas jam 9 pagi, aku mulai merasa gerah.. iyalaah.. aku belum mandi. Lalu aku ajak Visya untuk pulang. Sekitar 2 rumah sebelum rumahku, aku melihat ada anak lelaki kecil tengah bermain sendiri di garasi rumahnya. Secara naluriah aku menyapa anak tersebut, yang dibalas dengan senyum, dan seraya ia melambaikan tangannya, lalu ia berteriak dengan girang, “Ayaaahh... ada tamuuuuu...”
Aku kaget sekali mendengar dia memanggil bapaknya, namun aku berfikir nggak lucu juga kalau aku langsung kabur. Makanya setelah bisa menguasai diri, aku memperkenalkan Visya pada anak itu..
“Abang namanya siapa?” tanyaku pada anak itu, “..aku namanya Visya, Bang..” sambil aku mengulurkan tangan anakku itu, yang disambut dengan sigap namun ramah.
“Aku Rizky..” jawabnya, “..Tante namanya siapa?”
Aku tersenyum mendengar pertanyaan Rizky, “Nama Tante.. hmm.. Tante Nadia.”
Belum lagi si Rizky ini melepas jabatan tangannya, ada pria, yang aku yakin adalah Papinya, keluar dari dalam rumah. Tegap, berjenggot tipis, tinggi, ganteng.. dan badannya.. hmmmm... J
“Ya? Ada apa ya?” tanyanya bingung.
Aku sambil senyam-senyum langsung menerangkan hal yang sebenarnya terjadi.
“O gituuu...” katanya lagi, “Jadi Mbak yang tinggal di rumah No 8?”
“Iya..” jawabku singkat.
“Oya.. nama saya Angga..” sahutnya sambil mengulurkan tangannya, “Ayahnya Rizky.. si anak sok akrab..” lanjutnya sambil mengelus rambut anak lelakinya itu.
Aku langsung membalas jabatan tangan si Angga yang sedikit berbulu itu, “Aku Nadia.. ini Visya, anak aku.. Maminya Rizky mana?”
Angga tersenyum sambil garuk-garuk kepala, “Bundanya Rizky nggak ada..”
“Heh? Maksudnya..?”
Angga tertawa, “Hehehee.. bundanya Rizky lagi tugas kantor.”
“Oooo..” sahutku, “..tugas kemana?”
“Tugas ke Hongkong. kebetulan dia harus di posting disana buat 18 bulan..”
Aku sedikit mengernyitkan dahi mendengar penjelasan Angga tentang istrinya. Banyak pertanyaan yang timbul sebenarnya, namun aku nggak mau terlalu cepat akrab dulu dengan orang yang baru aku kenal. Makanya, setelah berbasa-basi sedikit, aku mengajak Visya untuk berpamitan dengan Rizky dan ayahnya itu.
6417Please respect copyright.PENANA7B0JcOrl3l
Selama beberapa hari kemudian, aku nggak keluar rumah, selain panas, Visya juga lagi agak demam. Disaat-saat inilah aku kangen sama CRV-ku. Namun apa mau dikata, mobil yang dibelikan suamiku itu harus disita oleh polisi. Namun aku harus membawa Visya ke dokter untuk periksa, karena sudah 3 hari panasnya naik-turun. Akhirnya sore itu, setelah memakaikan jaket dan baju hangat buat Visya, aku mengajaknya ke Klinik dengan menggunakan taxi.
Di depan komplek, pas lagi nunggu GrabCar, ada mobil berhenti di depanku. Rupanya Angga yang baru pulang kantor.
“Mau kemana Bu?” tanyanya sambil melongokkan kepalanya dari jendela mobil dan tersenyum. Manis juga, pikirku.
“Mau ke Klinik, si Visya panas..” jawabku.
“Loh.. lagi sakit tho si Visya.. terus mau naik apa ke kliniknya?”
Aku sedikit tersenyum menjawab bapak ini, “Ya naik Grab laahh.. ini lagi nunggu.”
Tiba-tiba Angga memutarkan mobilnya ke arah yang aku tuju. Lalu dia turun dari mobil dan membuka pintu kiri depan mobilnya, “Kasihan si Visya.. biar aku nganterin kalian..” seraya dia mempersilahkan aku naik mobilnya.
6417Please respect copyright.PENANATLnoSHapPb
6417Please respect copyright.PENANA3vhKBEv7yp
6417Please respect copyright.PENANAWyz0M0haNj
“Eh.. nggak usah Mas.. kalau nganterin aku dan Visya, siapa yang nungguin Rizky? Dia sendirian di rumah. Udah nggak apa-apa, aku naik taxi aja..” aku menolak dengan halus ajakan Angga.
“Rizky lagi nginep di rumah kakakku di Bekasi.. seminggu.. jadi aku dirumah sendiri. Ya sudah, aku lagi baik niihh.. “ katanya sambil lagi-lagi tersenyum ramah.
Aku gak bisa apa-apa lagi, akhirnya aku iyakan saja pertolongan tetanggaku ini. Lalu kami berangkat menuju klinik.
6417Please respect copyright.PENANAFDH7N1A8Du
Selama di klinik, Angga bener-bener helpful banget. Dia bantuin daftar, duduk anteng di ruang tunggu dan bahkan bantuin antri obat. Aku berterima kasih banget sama tetanggaku yang praktis baru aku kenal ini. Dan selama perjalanan pulang, akhirnya kami ngobrol-ngobrol. Aku menceritakan sedikit tentang kehidupan rumah tanggaku. Angga adalah pendengar yang baik, bahkan memberikan sedikit pendapat yang menurutku bijak sekali. Namun yang nggak aku duga adalah kehidupan rumah tangganya. Ternyata istrinya mengambil tugas ke luar negeri itu hanya untuk mengejar karir saja. 3 ½ tahun bukan merupakan waktu yang pendek, katanya.. dan dia cuma bisa pulang 6 bulan sekali. Bahkan, sebenarnya orang tua Angga tidak menyetujui pernikahan mereka..
“Yaahh... gitulah Nad..” kata Angga, “..akibat nggak dengerin nasihat orang tua..”
Aku simpati banget sama orang ini. Dia rela mengalah sama istrinya, hanya karena dia sayang banget sama anak semata wayangnya itu.. berbeda dengan istrinya yang hampir nggak pernah ngurusin rumah tangga. Dan hari ini, tepat 4 bulan Angga jadi ‘single parent’. Sesampainya di komplek, Angga mengantarkan aku pulang ke rumah. Setelah pamitan, dia langsung pulang ke rumah. Mau langsung tidur, karena besok harus berangkat pagi-pagi, katanya.
6417Please respect copyright.PENANApdjZsjiENR
Esoknya, selama 2 hari, aku dan Angga tidak bertemu, walaupun kami mulai berhubungan yang agak intens via telefon dan Whatsapp. Sampai akhirnya, di hari ketiga kami nggak ketemuan, aku memutuskan untuk mengucapkan terima kasihku atas bantuan Angga. Aku sengaja masak buat makan malam. Rencananya, aku mau ngundang dia buat makan malam di rumahku. Setelah pulang berbelanja, aku menelfon Angga..
“Ya bu?” jawab Angga di ujung telefon, ketika aku baru saja mengucapkan ‘Hallo’.
“Nanti pulang jam berapa Mas?” tanyaku.
“Hmm.. jam 7an kayaknya.. kenapa Nad?” tanyanya bingung.
“Nggak.. mau minta tolong lagi, boleh?”
“Mau ke klinik lagi?”
“Nggak..”
“Terus? Minta tolong apa?” suaranya terdengar penasaran.
Aku tersenyum dengan pembicaraan ini, “Mau minta tolong..”
“Iyaa... tolong apa?” makin penasaran si Angga ini.
“Tolong.. supaya kamu jangan makan malam di luar..”
“Oh? Kenapa?”
“Makan malam dirumahku aja.. hehee..”
“Hoo.. ada acara apa nih?”
“Enggak, ucapan terima kasih aja kemarin udah bantuin aku dan Visya..”
“Hehehehee... don’t mention it.. “
“So?” tanyaku, “...makan malam di rumahku?”
“Ok!”
“Ok.. see you tonight, Mas..”
“See you Beib.. ooppss... “ terjadi jeda lama disitu.. rupanya Angga keceplosan, dan aku kaget banget dia manggil aku dengan nickname itu.. namun aku segera menguasai diri, dan tersenyum sambil menjawab, “..Ok.. see you!”
6417Please respect copyright.PENANA80VZiCgEXS
Jam 7 malam, Angga telefon kalau dia baru sampai rumah. Dia mau mandi dulu katanya. Yasudah, aku lalu menyiapkan meja makan dan memasukkan semua masakanku ke wadahnya masing-masing. Setelah itu, aku langsung ganti baju. Blouse terusan yang agak ketat sedikit di tubuhku. Walaupun agak terbuka, namun blouse ini terlihat nyaman, dan aku terlihat anggun memakainya.. tapi memang, beberapa anggota tubuhku tampak menonjol sekali. Aku ingat beberapa tahun lalu ketika aku baru saja membeli baju ini. Ketika aku mencobanya dirumah dan memperlihatkannya kepada suamiku, dia berdecak kagum. “Seksi banget kamu Bun..” kata-katanya itu yang membuatku makin pede mengenakan blouse ini.
“Kriiinngggg...” bel pintu rumah berbunyi. Hmm.. Pasti si Angga. Aku langsung tersadar dari lamunan singkatku..
“Malam Bu Nadia..” sapa Angga sambil tersenyum lebar ketika aku membuka pintu depan. Malam ini dia pakai celana jeans dan kaos polo, sambil membawa Goodie Bag yang aku nggak tahu apa isinya. “Hmm.. baru cukur jenggot. Ganteng juga nih orang”, pikirku.
“Malam Pak Angga..” jawabku singkat sambil mempersilahkan dia masuk.
“Mana Visya?” tanya Angga sambil berjalan masuk ke dalam rumah sambil melihat-lihat. Rupanya dia mencari anakku.
“Sebentar..” sahutku sambil memanggil Visya yang sedang berada di ruang tv. “Visya.. ini ada Om Angga. Salim dulu nak..”
6417Please respect copyright.PENANAHt9sMyACSc
6417Please respect copyright.PENANAlfy9hhJgMp
Visya berjalan mendatangi aku dan Angga. Lalu, dia mengulurkan tangannya untuk salaman, namun Angga malah memeluk anakku itu seraya menggendongnya. “Anaknya Bunda sudah sembuh?” tanyanya pada Visya, yang dijawab dengan anggukan dan senyuman. “Ini..” lanjut Angga, “.. Om bawa hadiah buat anak pintar.” Kemudian, Angga mengeluarkan boneka Teddy Bear yang ada di dalam goodie bag yang dia bawa tadi. Senang sekali si Visya menerima hadiah itu.
“Buat anaknya aja? Bundanya enggak?” tanyaku sedikit bercanda.
Angga tidak menjawab, dia hanya tersenyum sambil merogoh ke dalam goodie bagnya lagi.. lalu dia mengeluarkan botol wine dan menyerahkannya kepadaku.. ‘Buat nemenin makan malam..” katanya singkat. Lalu kami menuju ke meja makan dan langsung menyantap masakan yang aku buat.
Setelah selesai makan, kami duduk-duduk di ruang tv sambil nge-wine. Visya duduk di lantai, diatas karpet, sambil nonton Disney Chanel. Aku dan Angga duduk di sofa dibelakang Visya. Angga lalu bercerita banyak hal lucu yang pernah dia dan teman-temannya alami. Aku sampai ngakak dibuatnya. Lalu setelah terjadi jeda singkat, Angga mulai ganti topik. Dia menanyakan kelanjutan perihal keluargaku. Mengingat Angga sudah bercerita tentang keluarganya, aku lalu mulai menceritakan kehidupan rumah tanggaku. Nggak detil memang, tapi cukup untuk jadi pemikiran dan perbincangan panjang kami.
“Lalu, kamu sudah mengajukan gugatan?” tanya Angga sambil menyeruput wine-nya.
“Sudah.” Jawabku, “..sebenarnya tinggal nunggu putusan pengadilan aja sih. Toh suamiku sudah memberikan talaknya. Dia tahu, posisinya bukan di posisi tawar. Dia cuma bisa pasrah.”
Angga menuangkan wine lagi buatku dan juga buat dirinya. “Kamu sudah siap jadi single parent? Dengan status barumu?”
Aku terdiam agak lama mendengar pertanyaan Bapak beranak satu ini. Dan ketika menjawabpun, aku berbicara dengan penuh ketidak yakinan. Aku rasa Angga menangkap nada bicaraku itu. “Ss.. sudah..” jawabku sambil menghela nafas panjang.
Angga tersenyum, “Maaf kalau aku terlalu berani bertanya seperti itu. Namun entah kenapa aku belum yakin kalau kamu siap..”
Aku tersenyum getir mendengar Angga bicara seperti itu. Namun aku mengangguk setuju dengan pendapatnya. “Iya.. belum siap.” Jawabku singkat.
6417Please respect copyright.PENANARdrEvDmC1O
1 jam kemudian. Kami baru tersadar kalau Visya ternyata sudah pulas sekali terlelap. Angga berinisiatif membopong Visya. “Tidur dimana anak cantik ini?” tanya Angga.
“Di kamarku.. sebelah sini..” jawabku sambil menunjukkan kamarku pada Angga. Nggak enak sebenarnya, namun sudahlah..
Lalu Angga membaringkan Visya, mengecup keningnya dan berjalan keluar kamar. Aku merapikan selimut Visya, lalu menyusul Angga keluar kamar. Dia tidak ada di ruang tv. Rupanya dia ke teras belakang rumah. Dia duduk di kursi teras dekat air terjun buatan yang menghiasi taman kecil di belakang rumah mertuaku ini.
Aku langsung duduk di kursi sebelah Angga yang baru saja menyulut sebatang rokok. Lalu aku menutup pintu kaca yang menghubungkan teras ini dengan ruang makan.
“Boleh minta satu?” tanyaku pada Angga.
“Heh?” sahutnya sedikit kaget, “..minta apa?”
Aku lalu menunjuk kotak rokoknya diatas meja.
“Kamu ngerokok juga?” tanyanya singkat, namun aku melihat sedikit keriangan di wajahnya. Ada temen merokok, mungkin pikirnya begitu. Lalu dia menggeser kotak rokok dan lighternya ke arahku.
Aku menyulut sebatang. Dan sambil menghembuskan asap, aku menjawab, “Dulu aku perokok berat. Jaman kuliah. Namun pas nikah aku berhenti. Tapi mengingat keadaanku sekarang, aku malah lupa alasan kenapa dulu aku berhenti merokok.”
Angga tersenyum lebar. “We got our own reasons, beib..”
“Ya..” sahutku, “..sebenarnya kalau aku pikirin dalem-dalem.. bisa gila aku nanti. Tapi karena Visya, karena orang tuaku.. dan Damn.. bahkan mertuakupun jadi alasanku buat survive..” aku menuang wine lagi ke gelasku. “Aku butuh temen ngobrol Ngga..”
“Yep.. me too, beib..” jawab Angga.
Aku memandang wajah Angga dan menatap matanya dalam-dalam. Angga sepertinya tidak nyaman, “Kenapa kamu ngeliat aku seperti itu?”
Aku terus menatapnya sambil bertanya, “What happened with all these ‘beib’ thingy?”
“Err.. hmm.. kamu gak nyaman ya aku panggil gitu? I’m sorry.. I really am..” Angga sepertinya tidak nyaman dan amat kikuk menanggapi pertanyaanku.
Aku tersenyum kecut. Namun sebelum aku mengucapkan sepatah kata, Angga balik menatapku, “Aku nggak maksud untuk memanfaatkan keadaan dan situasimu. Aku tahu kamu belum siap juga untuk membuka hatimu untuk orang lain. Diluar dari kehidupan rumah tanggaku, yang kamu sudah tahu, aku nggak mau kamu berfikir kalau aku akan masuk dalam hidupmu tanpa menyelesaikan masalahku dengan istriku..”
Aku tercekat mendengar kata-kata Angga, “Maksudmu apa Ngga?”
Angga tersenyum, “Mungkin kamu nggak percaya, atau mungkin kamu berfikir kalau aku sedang nge-gombal.. Aku suka kamu, Nad..”
“Ngga.. Aku...”
6417Please respect copyright.PENANAkX0F98kafg
6417Please respect copyright.PENANAoQzwUmaFxM
Angga menyentuhkan jari telunjuknya ke bibirku, memintaku untuk menghentikan ucapanku. Lalu dia berujar, “Aku nggak bilang kalau aku suka kamu dari pertama kali aku ngeliat kamu. Nggak. Aku suka dengan caramu mengurus anakmu.. aku suka dengan caramu menghadapi masalahmu.. damn.. you are my type, Nad!”
Aku terdiam seribu bahasa dengan kata-kata Angga. Aku nggak tahu harus ngapain. Kami berdua hanya bertatapan dalam diam. Tidak ada pergerakan apapun juga. Sampai akhirnya Angga mengecup dahiku dengan lembut.
Lalu Angga membibimbingku berdiri. Aku diam saja ketika kedua tangannya merengkuh pinggangku. Kini aku dalam pelukannya. Wajah kami hanya berjarak beberapa centimeter. Mata kami bertatapan dalam. Dan sebelum aku bisa berbuat apa-apa, mata kami terpejam, sementara bibir kami mulai berpagutan. Lidahnya menari dengan lincah di dalam mulutku, hal yang sama juga dilakukan lidahku. Pelukan kami makin erat.
Namun ketika aku mulai merangkulkan tanganku ke lehernya untuk terus dihanyutkan oleh gelora apalah ini yang makin lama makin timbul... ada bunyi telefon berdering mengejutkan kami berdua. Bahkan kami tidak sadar bahwa hujan sudah turun sejak beberapa menit yang lalu. Kami melepaskan pelukan dan pagutan bibir kami, aku seperti tersadar bahwa yang berbunyi adalah telefon rumahku. Aku menatap Angga sambil tersenyum kikuk, namun aku tetap melangkahkan kaki kedalam rumah.
6417Please respect copyright.PENANACzTs35RWgU
Rupanya ibuku yang menelfon. Dia mengingatkan kalau surat dari pengadilan agama menerangkan bahwa besok adalah sidang putusan gugatan. Berarti tinggal malam ini saja aku masih berstatus istri orang. Besok aku sudah menyandang status janda, pikirku. Lalu ibuku, sambil sedikit tersedu-sedan, menasihatiku macam-macam. Terus-terang, aku sudah nggak konsen mendengarnya. Gelora apalah itu tadi masih menggerayangi tubuhku, sehingga membawa getar-getar aneh yang makin merasukiku dan berpusat pada jantungku yang sekarang berdegup dengan keras.. dan herannya, aku merasakan ada sensasi basah yang nikmat pada wilayah kewanitaanku. Secara naluriah, tanganku meraba wilayah itu, sambil memperhatikan Angga diluar sana yang sedang mondar-mandir sambil merokok. Jujur saja. Sudah hampir setahun ini, sejak kasus suamiku mencuat, aku tidur sendiri. Aku lupa.. atau sengaja melupakan, soal hubungan badan.
6417Please respect copyright.PENANAsMy3Cl02if
Namun tak bisa aku pungkiri juga, kalau malam ini, ada sesuatu yang membuat aku ingin sekali di setubuhi. Aku horny.. dan Angga adalah penyebabnya. Tapi aku nggak akan bilang ke bapak itu, kalau akupun menginginkan dirinya.
6417Please respect copyright.PENANAAGeCvOyadC
6417Please respect copyright.PENANAqpwOdP6B1C
Dan sumpah demi Alloh.. bila malam ini Angga ingin menikmati tubuhku, aku akan pasrah dan akan menikmati tubuhnya juga. Setelah berpura-pura akan menidurkan Visya, aku menyudahi pembicaraan dengan ibuku. Aku berjanji akan menjemputnya besok pagi untuk menemaniku ke Pengadilan Agama jam 11 siang. Lalu aku berjalan lagi keluar menuju teras.
“Kamu lagi apa?” tanyaku pada Angga sambil duduk dan menyulut sebatang rokok. Dia terlihat gelisah sekali, seperti anak kecil yang ketahuan berbuat nakal.
“Mmhh.. nothing. Nad, aku minta maaf soal tadi. Aku lancang. Aku harap kamu mau maafin aku. Atau kalau kamu ...”
“Sudah Ngga.. Nggak apa-apa.” Potongku sambil sedikit mengibaskan tanganku. Lalu terjadi jeda sebentar sebelum aku melanjutkan. “Mmhh.. Besok pulang kantor ada acara nggak? Aku mau minta tolong..”
Angga terlihat bingung dengan pergantian topik secara mendadak ini. “Yaa.. aku nggak tahu, Nad. Emang ada apa?”
Aku tersenyum, “Besok aku sidang putusan gugatanku. Tadi ibuku telefon ngasih tahu itu. Maksudku.. aku butuh temen ngobrol besok malam, bisa temenin aku dan Visya keluar makan?”
Angga seperti berfikir keras sebelum akhirnya bilang, “Oke.. aku liat besok ya. Kalau aku nggak bisa, aku kasih tau.. ok?”
Aku mengangguk pelan. “Oh.. by the way, soal ciuman tadi..”
Angga kembali terlihat panik lagi, “Yaa.. I’m sorry.. aku kan tadi..”
“It’s ok..” potongku, “Aku suka..” kataku lagi sambil sedikit menyunggingkan sedikit senyum genit. “Aku mau lagi..”
“Damn you, Nad...” sahut Angga yang langsung berlutut di depanku duduk. Dia langsung memeluk dan mengulum bibirku lagi. Aku nggak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku kulum bibirnya dengan sedikit bernafsu. Lidah Angga kembali bertemu dengan lidahku, dan mereka langsung menari-nari didalam mulut kami berdua.
Aku sadar, aku horny berat, selangkanganku nggak bisa bohong. Aku sudah basah. Dan Angga sepertinya tahu.
6417Please respect copyright.PENANAUjy4bXC5CR
Kemudian dia menggandengku masuk kedalam rumah, ke ruang tv. Lalu dia menghempaskan tubuhnya di sofa, dan aku berlutut didepannya sambil mempreteli gesper dan relsleting celananya. Sebelum aku menurunkan celana jeansnya itu, aku melihat wajahnya sambil tersenyum. Angga juga tersenyum. Lalu dia bertanya, “What are you doing, mommy? Om Angga mau di apain?”
6417Please respect copyright.PENANAJUM4l0kFNm
Aku tidak menjawab, yang aku lakukan cuma berdiri dan melepas blouse yang aku kenakan. Kini dihadapan tetanggaku yang praktis baru aku kenal ini, tubuhku hanya tinggal tertutup oleh g-string tipis yang sudah terlihat basah dan bra dengan kancing depan. Dan dengan keadaan seperti ini, perlahan-lahan aku mendekati Angga dan duduk di pangkuannya. Setelah melingkarkan tanganku dibelakang lehernya, aku berbisik di telinganya. “Tonight… bundanya Visya is yours.. semuanya.. dipakai baik-baik ya…”
Lalu aku merasa kedua tangan Angga mulai meraba bagian pinggulku, dan mulai menjelajah ke seluruh bagian belakang tubuhku. Dan dalam waktu sepersekian detik kemudian, jarinya melepas kait di bra bagian depanku. Wajahnya langsung bertatapan dengan kedua payudaraku. Aku yakin, istrinya tidak mempunyai payudara sebesar punyaku, karena reaksi takjub yang dia keluarkan sangat genuine.. aku tahu. “Wow.. besar banget, Nad. Kenceng pula, I like it!” Lalu dia meremasnya dengan lembut, dan bibir kami saling berpagut lagi dan lidah kami saling membelit. Aku merasa birahiku semakin naik, sedikit demi sedikit. Lalu aku mulai menggoyangkan pinggulku… pelan… pelan… dengan gerakan yang erotis. Otomatis, vaginaku semakin menggosok gundukan daging di bagian selangkangan Angga, yang makin lama makin mengeras. Setelah itu, aku mulai melepas Polo shirt yang dia kenakan. Melihat dadanya yang bidang, aku mulai memeluknya dan menempelkan kedua toket indahku ini, sementara bibirnya tidak mau lepas dari bibirku.
Aku gak tahu berapa lama kami melakukan foreplay, tapi yang jelas, kami ternyata sangat menikmatinya. Lalu aku melepas g-stringku yang sudah basah, dan terpampang jelas di wajah Angga kalau dia senang sekali melihat belahan surgaku.
“Tuh.. meki aku.. Bagus nggak?” tanyaku.
Angga mengangguk sambil tersenyum dan mengelus lembut bibir vaginaku. “Aku selalu berkhayal bisa nyobain meki seperti punya kamu. Sempit, biarpun sudah pernah melahirkan, merah dan yang jelas botak.. bersih dari rambut-rambut nggak penting itu.”
“Apa? Jembut? Istrimu jembutan ya? Iiiyyuuuhh.. sahutku sambil mengerlingkan mata kananku dan mencolek hidung mancungnya. Angga tertawa kecil sambil mengacungkan jempolnya ke arah bawah.
Kemudian dia berinisiatif untuk bangun dan berjalan ke pintu depan. “Biar aku amankan dulu calon TKPnya..” katanya sambil tersenyum. Seiiring dengan Angga yang berjalan ke depan, aku duduk di sofa sambil sedikit mengangkang dan memainkan klitorisku (supaya gak kehilangan momen) sementara tanganku yang satu lagi meremas bergantian kedua toketku. Setelah selesai, Angga balik lagi ke ruang TV.
Dia berdiri di depanku sambil memperhatikan ‘istri khayalannya’ yang sedang sedikit ber-masturbate ini. Lalu dia melepas celana dan celana dalamnya. Sambil masih berdiri dan menonton aksiku, Angga mulai menggenggam batangannya dan berusaha untuk membangunkannya.
‘Subhanallah.. batangannya jauh lebih besar dan jauh lebih panjang dari punya suamiku. Ini baru namanya Kontol.. I like him more..’ Batinku berkata. Dan bersamaan dengan itu, aku merasakan seperti ada yang mengalir keluar dari dalam memekku..
Lantas, aku berlutut di hadapan Angga, dan seakan memberi izin, aku melihat kearah wajahnya, tersenyum seraya menganggukkan kepalaku. Angga juga tersenyum. Lalu dia merabakan batang besarnya itu ke seluruh wajahku. Aahhh.. ini seksi sekali, pikirku. Aku cuma tersenyum. Dan ketika kepala kontolnya meraba bibirku, spontan aku memasukkan batang besarnya itu langsung ke dalam mulutku, sementara jariku terus menggosok kelentitku. Angga mendesah pelan sambil tangannya mengelus-elus rambutku. Ketika mulutku mulai merasakan keras dan kencangnya benda yang sedang aku hisap dan kulum ini, aku menghentikan seranganku. Lalu aku berdiri dan memeluk tubuh Angga dengan erat sekali sambil mengulum bibirnya. Lalu Angga mulai mengangkat kaki kananku dan terus menggesekkan zakarnya di belahanku sambil sesekali mencoba untuk memasukannya. Tentu saja tidak semudah itu, batangannya terlalu besar untuk memek mungilku ini. Dan lucunya, sempat terucap kata-kata dari Angga.. “Mashaallah.. Visya, Bundamu mekinya sempit bener, kontolnya Om Angga sampai nggak bisa masuk..“
Sambil tertawa tertahan, aku berkata sambil menirukan suara Visya, “Tititna Om yang kegedean.. anan calahin meki Bunda akuu.. mekina bunda emang begitu dali cananya… hihihihi...“
“Lho.. emang punya ayahnya Visya nggak kaya gini? Nggak besar kayak punya Om?” tanya Angga. Aku menjawab hanya dengan senyuman dan gelengan kepala. “Kayak tusuk gigi kali yaa..” lanjut Angga. Kami berdua malah tertawa bareng.
Selanjutnya, untuk merespon perbuatan si Angga, aku langsung sedikit berjinjit dan merenggangkan kaki kananku lalu menggenggam batangannya sambil mengarahkannya ke dalam memekku. Ketika aku mulai merasakan kepala kontolnya masuk, Angga menghentikan serangannya…
“Kenapa sayang?” tanyaku bingung sambil setengah terengah-engah.
“Bundanya Visya sudah siap ngerasain punyanya Om?” tanyanya sambil tersenyum…
“Inshaallah Siap om… sok atuh di masukkeun.. hihihihihi…”
Tanpa perlu berkomentar lagi, Angga menghentakkan pinggulnya, dan pada saat yang bersamaan, kontolnya menancap mantap di dalam memekku yang sudah basah kuyup…
“Aaahhh…. Astaghfirulloohhh.. Ngga... kontolmu.. sshhh...” Desahku.
6417Please respect copyright.PENANAhjvmYOfSQa
6417Please respect copyright.PENANAKJxMIqAHoy
6417Please respect copyright.PENANAk4TVFs6TsN
6417Please respect copyright.PENANAHbCyGnXvlG
6417Please respect copyright.PENANApUol0AdHz9
Tidak berhenti di situ saja, Angga langsung menggendongku dan duduk di sofa. Aku yang dipangkuannya, tanpa berlama-lama, segera menggoyangkan pinggul sambil sesekali membuat gerakan maju mundur. Gesekan memekku pada kontol Angga sepertinya agak sedikit terasa tidak maksimal. Lalu, untuk menanggapi hal ini, aku segera sedikit merenggangkan kedua pahaku, sambil terus menggenjot kontol si bapak ini. Angga tampak merasa keenakkan sekali aku perlakukan demikian, dan untuk lebih menikmati kontol si bapak ini, aku sengaja melambatkan gerakanku… hal ini ditanggapi Angga dengan beringas, ia langsung memelukku, mengulum bibirku seraya kedua tangannya meremas pinggangku. Sambil terus begitu, ia menggenjotku dengan mendadak.
Pada tahap ini, aku ternyata tidak bisa menahankan orgasmeku… tanpa mau menahannya lebih lama lagi, aku membiarkan diriku terbuai oleh kenikmatannya. Bahkan suamiku tidak pernah memperlakukan aku seperti itu. Aku makin kencang saja memeluk si bapak ini, sementara dia tetap terus menggenjotku… benar saja, badanku bergetar hebat. Jepitan memekku pada kontolnya terasa kencang sekali.
6417Please respect copyright.PENANAsDttCeRh7i
Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku orgasme dengan kontol lelaki yang masih mantap menggenjot isi dalam memekku. Biasanya, setelah suamiku selesai buang hajat, jari-jari tangannyalah yang membuatku orgasme. Dan herannya, kenapa dulu aku bisa puas dengan hal semacam itu. Tapi tidak dengan Angga, dia tetap memastikan kontol besarnya bergerak simultan ditengah-tengah orgasmeku. Sesaat, aku merasa cemburu dengan istrinya, namun pada saat yang bersamaan, aku bangga karena bisa mengalahkannya. Bagaimana tidak, karena semua hal dari tubuh wanita idaman suaminya, ada padaku... dan yang jelas, malam ini, kontol besar suaminya itu ada di dalam memek impiannya.. memekku. Dan entah kenapa, malam ini aku ingin bisa dipuaskan oleh Angga dan kontolnya.. hal ini juga yang menambah deras laju orgasmeku.
Rupanya Angga sadar kalo aku sudah mendapatkan apa yang aku cari, Sambil tetap memanjakan kontolnya di dalam memekku, Angga bertanya, “Bundanya Visya dapet ya?”
Aku tersenyum keenakkan sambil mengangguk… “Iya sayang.. Enak banget!” Rupanya dia masih ingin berlama-lama memanjakan kontolnya. Ditengah-tengah pergulatan 2 alat kelamin ini, aku bertanya dengan manja, “Masih lama sayang?”
Angga mengangguk sambil bertanya, “Kenapa? Kamu capek ya?”
Aku menggeleng, “Enggak.. aku cuma nanya aja. Soalnya kamu enjoy banget kelihatannya, kamu bener-bener nikmatin memek aku ya?”
Angga tersenyum sambil mengangguk. Lalu dia menyuruhku diam. Jangan bergerak, katanya. Rupanya Angga tidak mau menahan lama-lama orgasmenya. Baru saja aku selesai ngomong, dia langsung menggenjot kembali memekku… “Aaakkhhh….!!!!”
6417Please respect copyright.PENANARVyVoLThHd
Terdengar dia berteriak keenakkan, walaupun tertahan.. sementara kontolnya dia tancapkan dalam-dalam ke memekku. Dan tak lama kemudian, dia menyemprotkan peju yang panas dan banyak sekali ke dalam memekku.. berkali-kali.
Setelah selesai, aku nggak mau ngeluarin kontolnya dulu. Jadi kami terengah-engah dan beristirahat sambil masih berposisi seperti ketika kami ngewe tadi.
“Uuuhhh… memekmu enak banget Bun!” kata Angga.
“Terima kasih, sayang.. Tapi aku yakin banget, kalo kamu belum puas nikmatin bundanya Visya deh….” Sahutku dengan manja.
Angga tersenyum, “Iya… so?”
“Ya… nggak apapa. We have whole nite…!”
“Kita balas dendam ya?” tanya Angga.
Aku mengangguk manja, “Memek aku nggak di pakai sudah hampir setahun. Dan kontol kamu sudah 4 bulan kan nggak masuk memek?”
6417Please respect copyright.PENANAEtPB4HxHqX
Angga tersenyum nakal. Lalu setelah mencium bibirku, Angga melepas kontolnya dari dalam memekku dengan sedikit mengangkat pinggulku. Ketika terlepas, ada bunyi ‘plop’ pelan yang disusul dengan menetesnya sperma Angga yang luber dan tawa kecil kami. Lalu dia membopongku ke kamar mandi untuk membersihkan sekujur badan kami.
Didalam bathtub, Angga memelukku dengan erat. Seolah ingin menunjukkan kalau dia sayang banget sama aku dan nggak mau berpisah denganku barang sedetikpun.
“Aku sayang kamu Nad..” katanya seraya mengecup bibirku sambil memelukku erat sekali. Aku tidak menjawab. Namun aku memeluk balik tubuh tegapnya. Dan sambil menatap matanya dalam-dalam, aku membatin.. Tapi aku sayang kontolmu.. Lalu aku mengulum bibir dan lidahnya dalam-dalam kedalam mulutku.
Setelah selesai mandi dan handukkan, dengan masih bertelanjang bulat, kami kembali ke ruang tv untuk ngobrol-ngobrol dan merokok… tentu saja tetap diselingi dengan cumbuan dan ciuman dan terkadang petting-petting kecil.
Ketika jam menunjukkan pukul 1 pagi, aku dan Angga yang masih saja telanjang bulat, masuk kedalam kamarku. Angga ingin memastikan kalau Visya masih tertidur pulas. Dia nggak mau anakku itu terbangun dan melihat serta mengganggu momen-momen bundanya dilanda kenikmatan karena alat kelaminnya yang sempit itu, sedang dimasuki batangan panjang dan besar yang bukan milik ayahnya.
Sebenarnya akupun juga ingin berfikir demikian, tapi entah kenapa otakku terasa buntu.. mungkin ini disebabkan karena Angga sedang memberikan foreplay yang cukup hot dan erotis. Lalu, kontol besarnya Angga kembali memanjakan memek sempitku ketika kami ngewe lagi di sofa. Dan kamipun ketiduran di ruang tv saking lelahnya, dengan masih bertelanjang bulat.
Sekitar jam 4.00 dini hari, Angga membangunkan aku untuk shalat subuh. Lalu kami membersihkan diri dan mengambil wudhu. Aku sudah tidak lagi mengenakan bra dan blouseku. G-stringku yang sudah terasa lembab itupun hanya aku taruh begitu saja di lantai. Lalu Angga memimpin shalat subuh. Setelah selesai shalat, biarpun aku masih mengenakan mukena, Angga memelukku mesra sambil mengulum bibirku, bahkan sempat meremaskan tangannya ke toketku.
Lalu aku membuatkan teh panas dan sarapan kecil untuk Angga yang sedang duduk di sofa. Dan sambil kembali melongok Visya ke dalam kamar, aku menanyakan jam berapa dia akan berangkat ke kantor.
“Biasanya jam 6 pagi” jawabnya, “tapi nggak apapa kan sekali-kali telat?”
“Maksudnya?” tanyaku bingung.
Angga tersenyum, “Hari ini aku mau berangkat agak siangan aja..” Aku tertawa kecil setelah mengerti apa maksudnya.
Lalu aku melepas mukenaku, melipatnya dan menaruhnya di atas meja kecil di depan kamar. Dan pada saat yang bersamaan, aku tersenyum melihat Angga melepas jeans, kaos, dan celana dalamnya. Angga berdiri telanjang bulat di depan tv sambil menggenggam dan sesekali mengocok pelan kontolnya yang sudah berdiri tinggi, panjang, tegak, besar dan keras.
Sementara aku berdiri didepan pintu kamarku dengan puting susu dan toket yang memancung mengeras dan memek yang mulai basah. Dan sambil berlagak malu-malu, aku sengaja menutup selangkanganku dengan kedua tanganku, sementara kedua toket indahku bergantung bebas tanpa penjagaan.. J
Lalu sambil berjalan menghampiriku, Angga tersenyum sambil berkata, “Ini pagi terakhir kamu berstatus sebagai istri orang. Setelah siang nanti kamu pulang dari Pengadilan Agama, kamu sudah bukan milik siapa-siapa lagi..” kemudian dia menggenggam kedua tanganku, otomatis lobang indahku kembali terekspos di hadapannya.
6417Please respect copyright.PENANAh9srcOfjc0
Kemudian Angga merapatkan tubuhnya dengan tubuhku, “..boleh aku masuk ke dalam hatimu, Nad?” tanyanya lagi, sambil merabakan kontolnya di perutku.
Aku tersenyum dengan kenyataan ini, aku menjawab, “Langkahmu masih panjang dan lama untuk benar-benar bisa bersama aku, sayang. Kalau kamu mau masuk menjadi bagian hidupku, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan.”
Angga tersenyum kecut.
“Tapi..” lanjutku sambil menggenggam batangannya dan tersenyum, “..sebelum kamu benar-benar bisa masuk kedalam hidupku, aku nggak akan pernah ngelarang kontol kamu masuk-masuk ke dalam meki aku. Kayak ABG pacaran lah beyb... hihihihi... ok sayang?”
6417Please respect copyright.PENANAar06KwZQSU
Angga lalu mengecup bibirku dan mengulum lidahku dengan mesranya. Lalu dia berkata, “Ok.. kalau kamu mau di pacarin. Mulai hari ini Bundanya Visya jadi pacar aku yaa.. diem-diem aja”
Aku mengangguk-angguk setuju. Dan kami berdua tertawa kecil. Dan sudah bisa diduga apa yang terjadi selanjutnya. Kami kembali berpelukan dan berciuman dengan bergairah sekali. Dan setelah ber-foreplay sebentar, kami kembali bersilaturahmi alat kencing. Kali ini, kami melakukannya dengan sedikit ‘liar’. Hampir satu jam Angga mengolah orgasme kami dengan baik sekali. Dan dengan posisi berlutut dihadapan tubuhku yang berbaring pasrah terlentang, Angga mengakhiri permainannya. Setelah membuatku double orgasme. Angga mengerang tertahan, semua urat ditubuhnya kelihatan menegang.
Tubuhnya terlihat menegang, mengeluarkan semua urat didalam tubuhnya. Dan bertepatan dengan semprotan liar sperma Angga di dalam memekku, aku melihat sinar matahari pagi masuk melalui ekor mataku, menandakan hari baru akan dimulai. Hari yang penuh misteri bagi hidupku, namun banyak kepastian bagi memekku..
Dan setelah tetes terakhir spermanya ditumpahkan kedalam rongga memekku, Angga melepas kontolnya dengan perlahan. Lalu dia mengangkang di atas wajahku dan memasukkan kontolnya kedalam mulutku untuk aku kulum, dan itu nikmat banget. Setelah kontolnya bersih dan mengkilat, kami bangkit berdiri.. Lalu tanpa membersihkan tubuh, kami berpakaian seadanya.
Celana dalamku yang sudah lusuh dan lembab itu, digunakan Angga untuk menyeka memekku yang basah kuyup dengan cairan senggama kami. Lalu, tanpa mengenakan bra, aku kembali memakai blouseku. Berbeda dengan Angga, celana dalamnya kini sudah berubah menjadi serbet yang barusan saja aku pakai untuk membersihkan cairan kenikmatan kami plus air liurku yang menempel di kontolnya.
Aku tersenyum melihat Angga, “Beib, celana dalammu aku cuci disini aja ya..” Kataku sambil mencium aroma sperma segar yang menempel di celana dalam itu, seraya menyeka bibirku yang masih basah dengan sperma Angga. “Sudah basah gini.. Kamu nggak apapa lah ya pulang nggak pakai kancut. Aku aja nggak pakai apa-apa.. tuuhh... hehehehe...” kataku sambil menyibak bagian bawah blousku. Lalu tanpa aku duga, Angga berlutut di hadapanku dan menciumi memekku dengan penuh rasa sayang. “Kamu suka banget ya beib sama memek aku?”
Angga mengangguk dan tersenyum sambil terus mencumbu selangkangan indahku ini dengan bibir dan lidahnya. Lalu tak lama kemudian, dia berdiri dan mengenakan celana jeansnya. Lalu setelah kami berpelukan dan berciuman lama didepan pintu, Angga pulang kerumahnya. Untung keadaan diluar masih sepi ketika Angga keluar dari rumahku.
6417Please respect copyright.PENANAySswGAFptE
6417Please respect copyright.PENANALusRjHgju3
Setelah aku yakin dia sudah ada dirumah, aku hanya mengganti blouse ku dengan daster seksiku yang bercorak polka dot, aku tetep gak pake daleman apa-apa. Lalu aku selfie, dan mengirim pesan ke Angga.. “Buat kamu liat-liat ya sayang.. supaya tetep semangat hari ini. Dan nggak lama-lama nanti di kantor. Inget.. kamu ada date malam ini sama Visya dan Bundanya..
Oh, btw, bundanya Visya nanti siang udah resmi jadi janda lho.. udah gak punya suami lagi.. udah bebas, boleh diapain ajaa.. kamu mau nyobain janda gress kenyes gak? Eh udah ya? Hahahah... meki aku lebih enak dari punya istrimu kan? Makanya, nanti jangan malem-malem pulangnya, biar ayahnya Rizki bisa ewe Bundanya Visya berkali-kali.. Hahahahaa….”
Ada jawaban dari Angga; “Damn you, Nad.. bikin ngaceng aku aja teruuusss.. Miss u already! Sampai ketemu nanti sore ya sayang... pas kamu udah resmi jadi janda! Biar tambah enak ngewenya.. pas lagi masa idah.. hahahah.... dadaahh pacar..”
“Dasar kamuu... Dadah Pacaaarrrr.....” jawabku.Setelah itu, aku membereskan TKP.
Banyak sekali rencana hari ini. Sehingga aku nggak mau buang-buang waktu. Setelah selesai merapihkan ruang tamu, aku segera mencuci semua pakaian yang aku gunakan semalam, sekalian dengan celana dalamnya Angga, dan sambil menunggu mesin cuci selesai bekerja, aku mandi.
Dan baru saja aku keluar dari kamar mandi, terdengar Visya memanggil aku..
“Bundaa.. bunda lagi apa?”
Setelah melibatkan handuk pendek ke tubuhku yang masih telanjang ini, aku berlari kecil untuk menyongsongnya, “Bunda lagi senang, sayaanngg...”
“Senang kenapa?” tanyanya lugu.
“Nggak apapa.. Nanti malam, Om Angga mau katanya mau nginap lagi disini.. mau nemenin bunda bobo.. hehehe.. Kok Kamu pinter.. bangun tidur sendiri.. Nggak dibangunin Bunda. Pinter banget deh kamu..”
“Iya.. aku udah dari tadi bangunnya..”
Aku agak kaget mendengar visya bicara begitu, “Oh.. Hmm.. Kapan Visya bangun?”
“Hmm.. tadii.. pas Bunda sama Om Angga lagi pake baju..”
Adduuhh.. gawat ini, pikirku.. “Terus kamu liat apa lagi, nak?”
Visya tampak berfikir sedikit, “Mmhhh... abis bunda pake baju, terus Om Angga pake celana.. terus Om Angga sama Bunda pelukan.. lamaaa bangeett... sambil ciuman..”
Bagai tersambar gledek, aku mendengar cerita Visya, “Liat itu aja, nak?”
“Iya..” jawabnya, “Om Angga sayang ya sama Bunda?”
“Kok kamu nanya gitu?”
6417Please respect copyright.PENANAtcNthK4z5n
6417Please respect copyright.PENANAidi68Rq26R
“Soalnya Om Angga cium bunda lama banget..” katanya, “Aku juga sayang sama Om Angga.. soalnya aku dikasih boneka..” Aku tersenyum kecut. Dan tak berapa lama kemudian, aku menelfon Angga untuk datang kerumah.
“Kenapa Nad? Kamu terdengar panik..” kata Angga.
“Hmm.. pokoknya, kamu segera kerumah. Ini penting!”
“Wadduuhhh... aku sudah OTW ke kantor, sayang..”
ns 15.158.61.6da2