Aku baru saja selesai mandi. Ah.. segar sekali tubuhku ini. Semalaman tadi, aku sampai 3 kali masturbasi hanya dengan membayangkan batang besar berurat milik si Amran, kekasih gelapnya adik iparku. Karena saking lelahnya setelah memuaskan nafsu kebinatanganku, aku langsung tertidur. Sudah nggak terpikirkan lagi untuk bersih-bersih dan membereskan sprei yang basah karena terkena muncratan cairan kenikmatanku. Jadi pas jam ½ 6 aku bangun tadi, aku langsung mengganti sprei dan membereskannya. Baru aku mandi, dan menyiapkan sarapan.
Pembantu-pembantuku belum masuk ke rumah kalau jam segini. Mereka biasanya baru masuk ke rumah utama itu sekitar jam 10an. Mereka harus menyapu halaman, belanja ke pasar dan nyuci baju atau seterika dulu. Kebiasaan itu sudah ditanamkan Bang Haris sejak dulu. Sebenernya alasannya sederhana. Bang Haris nggak mau, ketika pagi dia masih bernafsu untuk menggarap istri sirinya ini, ada pembantuku yang sudah mondar-mandir di dalam rumah. Jadi dia membuat peraturan seperti itu.
1248Please respect copyright.PENANAKWKe3G1QvE
Sekarang sudah jam 7 pagi. Berarti aku hanya punya kesempatan selama 3 jam. Dulu, ketika Bang Haris membuat peraturan itu, aku sempat bingung dan protes, ngapain sih harus gitu? Tapi pagi ini, aku baru menyadari manfaatnya.. aku baru menyadari maksud dan tujuannya.
Mungkin memang sudah takdirku dulu harus membuang Hendra dari hidupku. Bukan karena aku jahat.. tapi karena aku tahu, Awloh sayang sama aku. Awloh nggak mau aku hidup susah. Makanya dia memberikan anugerah kepadaku wajah yang cantik, tubuh yang aduhai.. serta selangkangan yang sekarang masih saja terasa sempit. Dan Awloh nggak mau melihat aku tersia-sia dengan menghabiskan hidupku sama Hendra. Akhirnya dibukalah jalan kebahagiaanku dengan menghadirkan Norman. Namun itu hanya semacam latihan buatku, Awloh sedang mempersiapkan aku. Awloh sedang mengajariku, bahwa kebirahianku bisa di latih dengan baik, untuk kebahagiaan masa depanku. Hingga datanglah Bang Haris dengan segala kemewahan yang dia bisa tawarkan kepadaku. Namun itu belum selesai.. hidupku masih panjang. Masih ada lelaki berkontol besar lainnya yang ingin menikmati aku. Dengan kesadaran itu, dengan mantap aku masuk ke kamar di lantai 2. Di depan pintu kamar, aku hanya berdiri diam sambil tersenyum, melihat ada lelaki berkontol besar yang sudah menunggu aku dan memekku.
Ya.. itu kontolnya Amran. Pacar gelapnya Anissa, istri adik iparku. Kenapa bisa begini ceritanya? Sederhana.. hanya berawal dari aku bangun pagi.
1248Please respect copyright.PENANARgcjeoEIPI
*****
1248Please respect copyright.PENANAnk3I6UBD7i
Jadi ketika aku selesai mandi dan hendak menyiapkan sarapan, aku mendengar ada yang sedang uprek di dapur. Saat itu aku belum pakai apa-apa, jadi aku menutup tubuh telanjangku ini hanya dengan kimono tidur. Setelah sampai di dapur, aku melihat Anissa sedang memasak sesuatu. Dan saat itu, walaupun dia memakai celemek, namun dibaliknya, dia hanya memakai celana dalam dan BH saja. Seksi juga si Nissa ini..
“Sudah bangun kamu Nis?” kataku menyapa adik iparku ini.
Anissa melirik ke arahku sambil tersenyum. “Hehe.. sudah dong kakakku..”
“Kamu sudah mandi ya?” aku bertanya lagi, karena aku mencium aroma segar sabun dan sampo dari tubuhnya yang langsing itu.
“Sudah kak.. aku mau pulang dulu..”
“Lho? Kenapa? Ada apa? Sama Amran kamu pulang?”
Anissa kembali tersenyum, namun dia menggeleng. Jadi rupanya, semalam sekitar jam 11an, Rusman menelfon Anissa. Dia harus berangkat ke Jakarta hari ini. “Take Off jam 1 dia kak nanti siang..” katanya.
“O gitu… terus gimana?”
“Ya nggak apapa.. aku pulang dulu, menyiapkan barang-barang yang harus dia bawa. Tapi, dari bandara aku langsung kesini lagi. Gak apapa ya Kak?”
Aku memahami situasi dan kondisinya. Namun tak urung aku bertanya, “Hmm.. terus si Amran gimana? Dia nggak ke kantor?”
“Hehehehe… nggak Kak. Dia mau nunggu aku disini, katanya..”
“Lho, terus dia bilang apa sama istrinya dia gak pulang semalam?”
“Dia bilang dia ada lemburan di kantor. Jadi dia nginap di kantor. Sebenernya dia mau ke kantor kak rencananya.. tapi sepertinya aku beneran memforsir dia semalaman.. hahahaha…”
Aku juga ikut tertawa mendengar omongan si Nisa. “Ooh gitu.. ya sudah. Nanti biar aku suruh si bibi bikinkan dia sarapan. Terus dia kemana sekarang?”
“Iya makasih kak.. Mmhh.. Amrannya masih tidur. Kan aku bilang tadi, semalam sampai aku forsir.. biar akunya cepet hamil. Seneng banget dia.. biasanya kan kalo nggak buang luar, dia pake kondom. Malam tadi puas dia pas tau aku bolehin buang dalem.. hihihihi….”
Diluar dari apapun rencanaku buat mereka, aku juga ikut senang melihat Anissa begitu bahagia pagi ini. Tapi hati kecilku tetap meminta maaf sama dia, biar bagaimanapun, aku sempat bermasturbasi semalam dengan membayangkan kontol pacar gelapnya itu. Aah.. Anissa nggak perlu tau. Itu rahasia kecilku dan memekku.. hehehehe…
“Kak..” ujar Anissa membuyarkan lamunan singkatku. “..ngomong-ngomong, aku pinjem mobil kakak ya. Aku mau berangkat sekarang.. aku aja yang bawa, gak usah pakai supir..”
“O gitu.. ya sudah.. Kuncinya di dekat meja tamu. Kamu pakai baju aja dulu, terus panasin mobil. Aku mau bikin air panas buat Syafina. Oh.. Nis…” sahutku lagi.
“Ya kak?”
“Nanti sekalian aku minta tolong boleh?”
“Apa kak?”
“Tolong sekalian kamu ke rumah Indung, mau ya.. Tolong ambil Nabila. Seharusnya aku yang mau ambil, tapi kan mobil kamu bawa.. jadi sekalian aja ya..”
“Oke kakakku… siap!” jawab si Anissa sambil ngeloyor pergi ke kamar untuk pakai baju.
1248Please respect copyright.PENANA7teWSLkQna
Sekitar 20 menit kemudian, Anissa sudah berangkat. Aku baru saja hendak memandikan Syafina ketika pintu kamarku di ketuk. Karena nggak ada siapa-siapa lagi di dalam rumah, aku langsung tahu kalau itu pasti si Amran. Makanya aku segera menutup tubuhku dengan kimonoku lagi, karena aku memang belum pakai apa-apa di dalamnya.
“Pagi Res..” ujar Amran ketika aku membuka pintu kamar. Ya Awloohhh… saat itu dia hanya pakai celana dalam tipis yang seperti celana pendek, sehingga bonggol besar di arah selangkangannya terlihat sekali. Dan dia nggak pakai kaos, jadi dengan mudahnya, aku dapat melihat tubuhnya yang kekar serta dadanya yang bidang. Dan terlihat kalau aku sempat menelan ludah. Subhanallah… pikirku. Bahan masturbasiku sekarang ada di depanku.
“Ya.. kenapa Am?” jawabku setelah bisa menenangkan diri.
“Anissa sudah jalan?” tanyanya sambil tersenyum.
“S..s.. sudah. Tadi sekitar jam ½ 7.. kenapa Am? Kamu tau dia mau pulang?”
“Iya.. semalam, pas selesai ronde ke dua, suaminya telfon.” Katanya. Aaahh… bahkan dia sudah nggak pakai malu dan sungkan untuk bercerita tentang situasi mereka. Baguslah.. jadi aku ngobrol gak usah pakai jaim-jaiman lagi.
“Hoo.. hehehe… berapa ronde emang semalam kalian?”
“Ada laaah.. kamu mau tau banget..” jawabnya lagi sambil tersenyum.
Aku juga ikut tersenyum. “Yaaa… kali aja kamu mau cerita-cerita.. hehehe… enak ya Am memeknya si Nisa?” tanyaku sambil, entah dapat ilham darimana, menyuruhnya masuk ke dalam kamarku, “Sini Am.. ngobrol di dalem..”
“Yaaa… enaklah, Res.. makanya dia aku pacarin, biar bisa aku pake terus..” Jawab Amran sambil duduk di kursi kecil di pojok ruangan, lalu aku duduk di pinggiran tempat tidur.
“Dasar kamu tuh…” ujarku sambil menyulut sebatang rokok, seraya menawarkan ke Amran yang langsung mengambil sebatang dan menyulutnya juga.
“Kamu nggak penasaran Res?” tanyanya tiba-tiba.
“Eh? Maksudnya?” tanyaku bingung. “Penasaran apa?”
Amran menghembuskan asap rokok sambil tersenyum. “Yaa.. kamu nanya tadi.. Memeknya Nisa enak apa nggak.. aku nanya, kamu nggak penasaran? Kamu nggak mau tanya?”
“Tanya apa?”
“Ehm.. Iniku enak juga apa nggak? Hahahaha…” jawabnya sambil menggenggam gundukan daging di arah selangkangannya.
Aku sedikit tersedak dengan asap rokok dan mulai terbatuk-batuk. Aku beneran kaget dengan pertanyaan Amran yang begitu jujur. “Kok kamu nanya gitu Am?” ujarku. “Emang kenapa?” Lalu Amran mulai bercerita. Dan jujur aja, cerita itu benar-benar membuatku terkejut. Aku merasa terjebak dengan situasi ini. Aku merasa, akulah yang salah dengan keadaan ini.
Jadi.. Semalam setelah mengetahui kalau Nisa akan pulang, Amran memang berencana, kalau pagi ini dia akan tetap berangkat ke kantor. Makanya Anissa terus mengajak Amran ngewe, karena waktunya gak akan cukup lagi, kalau mereka sampai tertidur.. hihihihihi… nakal banget ya mereka.. Namun pas mereka masuk di ronde ke empat, aku naik ke lantai 2 untuk mengintip mereka. Nah, Amran sebenarnya melihat aku. Dia tahu aku memperhatikan mereka dari cermin meja rias. Makanya Amran makin semangat menggenjot Anissa dengan gerakan-gerakan yang dia tahu, akan memompa nafsu birahiku. Karena ternyata, dia juga tau kalau aku sedang bermasturbasi di depan pintu kamar.
Lalu terbersit pikiran di benaknya, untuk merasakan tubuhku juga. Makanya dia membuat skenario untuk tetap di rumahku menunggu Anissa balik kesini. Dan dia juga sengaja membuat pembicaraan dengan Nisa tentang hal yang menyangkut diriku. Lalu, karena terlampau lelah, Anissa langsung tertidur. Melihat situasinya seperti itu, maka Amran turun ke bawah. Dia mengendap menuju kamarku dengan tujuan akan mengintip dan memfoto aku tidur. Tapi ternyata, dia malah melihat aku yang sedang bermasturbasi.. dia terkejut bercampur senang, karena dengan jelas dia mendengar namanya disebut di sela-sela aku mencapai orgasme. Oleh sebab itu dia bertekad untuk merasakan memek sempitku pagi ini.
“Amran..” ujarku singkat, karena aku kehabisan kata-kata. Aku merasa wajahku merona merah karena malu. Dan sebagai respon, aku hanya bisa tersenyum.
“Kenapa?” tanya Amran menggodaku.
“Kamu ihh.. aku kan jadi malu tau..”
“Kenapa kamu malu? Memekmu bagus banget bentuknya.. tetekmu juga.. fiuuhh.. cakep banget. Kenapa kamu harus malu?” tanyanya sambil tersenyum
“Ya malu laahhh… ada laki-laki ngintip aku lagi telanjang sambil ngocok.. hihihihi…”
“Hehehee.. gak usah pake malu.. kita kan udah pada gede. Dan lagipula, suamimu lagi nggak ada. Ya wajar banget kalo kamu masturbasi sambil mbayangin kontol laki-laki lain.. aku maklum banget. Makanya semalam aku ngasih kode, dan hebatnya, kamu bisa langsung paham kodeku..”
Aku kembali tersenyum. “Ya udah.. aku udah liat kontolmu, kamu udah liat memekku. Sekarang apa? Maksudku kita mau ngapain?” tanyaku menggoda Amran. Aku tahu, birahi kami berdua perlahan mulai bangkit. Dan itu memberikan rasa yang nikmat sekali pada alat kelaminku.
“Gini aja Res..” sahut Amran.
“Apa?” tanyaku dengan suara mendayu yang manja.
Tak kusangka, Amran bangun dari kursinya dan berjalan ke arahku. Dia berdiri tepat di hadapanku, sehingga wajahku berada tepat di depan selangkangannya yang menonjol itu. “Kamu mandikan dulu Syafina. Sementara itu, aku juga mau mandi dulu di kamar atas. Setelah Syafina selesai mandi dan rapih, sebisa mungkin, kamu suruh anakmu itu main di kamar sini aja.” Kata Amran melancarkan rencananya.
“Terus aku ngapain?” tanyaku.
“Kamu aku tunggu di kamar atas.. ya?” Dengan entengnya aku mengangguk. Dan tanpa berfikir panjang, aku langsung menyetujui rencananya. “Dan Res..” lanjutnya. “..nanti aku nunggu kamunya udah telanjang, jadi aku harap, kamu juga begitu..” Aku kembali mengangguk-angguk.
Namun kali ini, aku nekat meremas selangkangannya sambil tersenyum.. aku gemeess banget soalnya.. hihihihihi.. “Sabar dong Bundaa.. hehehe..” sahut Amran. “Ada anaknya ngeliatin tuh.. pokoknya kamu nurut aja, kalo nurut, nanti memeknya Bunda pasti akan Om bikin enak.. ok?” Lalu dia membimbingku berdiri, dan memelukku. Dengan lembut dia kecup bibirku. Aku kemudian mengulum bibir bagian bawahnya. Kami berciuman dengan mesra sekali, sampai akhirnya Amran berkata; “Kamu segera selesein urusannya Syafina ya Res.. kontolku udah nggak tahan..” kami berdua bertukar senyum. Dan tak lama setelah itu, Amran segera beranjak lagi ke lantai dua, sementara aku masuk ke kamar mandi dengan Syafina.
*****
Makanya saat ini, aku dengan keadaan yang sudah telanjang bulat, masuk ke kamar dimana Amran sudah menunggu aku dengan kontol besarnya yang tegak berdiri. Memekku berkedut-kedut liar melihat kontol besar itu. Tak sabar aku ingin mencobanya. Dan di saat aku berjalan pelan menuju Amran yang sedang berbaring terlentang sambil mengocok lembut batang besarnya itu, aku merasa ada cairan yang menetes lembut, keluar dari dalam liang senggamaku yang indah ini. “Ya Awlooohhhh…” ujarku dalam hati. “Kembali hambamu ini bersyukur karena Engkau selalu menjawab doa-doaku dengan sebegini cepatnya.. Alhamdulilah ya Awlohh…”
Tanpa mau berlama-lama, aku segera berlutut di hadapan selangkangan lelaki ganteng ini. Sekarang posisi mulutku hanya terpisah sekian milimeter saja dengan kepala kontol Amran yang mengkilat dan menggoda itu. Amran malah sengaja menggodaku dengan menempelkan kontolnya ke bibirku, lalu merabakannya ke pipiku. Aku hanya diam saja sambil tersenyum. Mataku terpejam merasakan dan menikmati setiap lekuk dan urat kontolnya Amran di wajahku. Sementara jari-jari tanganku bermain di kelentitku sendiri. Lalu, Amran memanggil namaku.. “Res..”
“Ya Am..” jawabku manja.
“Buka mulutmu sayang..”
Aku sengaja menggodanya. “Buat apa? Mau di apain?” ujarku sambil tersenyum genit.
Amran tidak menjawab. Dia langsung membenamkan kontolnya ke dalam mulutku yang memang sudah siap untuk menelan batang besar ini. Aahh.. kontol Amran terasa penuh mengisi rongga mulutku.
Aku lalu mengulumnya dengan beringas, sambil sesekali menjilati kepala kontolnya yang sudah terlihat mengkilat karena terkena air liurku. Tanganku juga ikut bekerja dengan mengocok batang besar berurat ini. Sementara Amran mendesah keenakan sambil tangannya mengelus rambutku. Dan ketika aku sedikit menengadah untuk melihat wajahnya, Amran ternyata juga melihat ke arahku. Dan ketika kami bertukar senyum, aku sadar, Amran lebih menyukai cara mulutku memanjakan kontolnya dibandingkan Anissa. Dan dengan kesadaran itu, aku mulai menjilati lagi kontolnya, mulai dari lubang duburnya, perlahan naik.. naik.. naik.. dan ketika lidahku mencapai kepala kontolnya, dengan gerakan buas yang tiba-tiba, aku kembali mengulum keseluruhan kontol si Amran sambil mengocok, menggenggam dan memuntir batang kontol yang jadi subyek masturbasiku semalam. Amran mendesah keenakan..
Lalu dengan gerakan spontan yang erotis, Amran menarik tubuhku. Untuk dia peluk. Posisiku sekarang berada di samping tubuhnya yang atletis itu. Dia kulum bibirku.. dia sedot lidahku dalam-dalam kedalam mulutnya. Akupun berusaha mengimbangi ciuman dan kuluman di mulut Amran sambil tetap menggenggam dan mengocok kontolnya.. Aku memagut bibirnya, dia makin liar dengan pergerakanku yang makin binal. Tiba-tiba terlintas sebuah ide di kepalaku.
“Am..” panggilku lembut.
“Ya sayang?”
“Buka mulutmu deh…” kataku lagi dengan nada manja tapi tegas. Lalu tanpa berlama-lama, Amran segera membuka mulutnya. Aku sedikit menaikkan posisi kepalaku. Kemudian aku jatuhkan ludahku perlahan-lahan kedalam mulutnya Amran. Dia menelan ludahku dengan sebegitu seksinya. “Lagi?” tanyaku. Amran kembali membuka mulutnya, dan aku segera mengulangi perbuatanku tadi. Di kali ketiga, secepatnya dia menelan ludahku, aku segera membungkam mulutnya dengan mulutku, dan segera aku mengulum bibirnya lagi. Sementara itu, selangkanganku yang menjepit paha kanan Amran, mulai aku gerakkan maju mundur, sehingga Amran mulai merasakan rangsangan birahi yang diperbuat memekku pada tubuhnya.
“Kamu udah basah tuh Bun..” kata Amran yang aku sambut dengan anggukan kepala yang manja sekali. “Memeknya Bunda mau di masukkin kontolnya Om sekarang?” tanyanya lagi. Seketika, aku merasakan getaran-getaran kedut yang nikmat sekali pada memekku. Kemudian, aku mengambil posisi duduk diatas selangkangannya. Lalu aku mulai menggenggam kontol besarnya itu, dan langsung mengarahkannya ke memekku. Aku sedikit menaikkan pinggulku, untuk nantinya akan memudahkan Amran menancapkan kontolnya. Namun baru saja aku akan bersiap memasukkan kepala kontolnya Amran, terdengar ada suara memanggilku dari arah pintu kamar..
“Undaaa.. uunda agi apaaa?” suara kecil Syafina mengejutkan kami berdua.
Seketika, aku menengok ke belakangku, ke arah Syafina, dan aku segera mengambil posisi duduk di depan Amran yang juga terlonjak kaget. Dan segera juga dia berposisi duduk di belakangku. Secara naluriah, dia menarik tubuhku hingga rapat ke tubuhnya. Posisi 2 tubuh telanjang kami sangat menempel.. rapat sekali. Aku paham, Amran sengaja melakukan itu, supaya kontolnya tidak terlihat oleh Syafina. Tangan kiri Amran menyelinap dari bawah ketiak kiriku, untuk secara naluriah, memudahkan telapak tangannya menutupi memekku. Tapi usaha itu gagal, karena aku lebih dahulu merapatkan kedua pahaku. Sementara tangan kanannya juga berusaha menutupi kedua tetekku, dan usaha ini pun gagal, karena terlalu cepatnya kejadian ini berjalan.. Aahh… Jadi Syafina dengan jelasnya, dapat melihat dua tubuh telanjang yang sedang di landa birahi maha tinggi ini..
“Kenapa Fina?” Cuma itu kalimat yang bisa keluar dari dalam mulutku.
Fina hanya tersenyum-senyum. Dan sekali lagi ia bertanya, “Unda agi apa?”
Pertanyaan Fina harus segera aku jawab. Dan aku harus memikirkan cara, supaya dia tidak menceritakan apa yang dia lihat ini kepada Ayahnya, Tantenya.. atau siapapun juga.
1248Please respect copyright.PENANAjfUMPgW8zp
Dan terbersit pikiran di benakku, kalau aku adalah Resti yang sudah terlatih dengan hal-hal semacam ini, dan mau gak mau aku juga jadi teringat kisahku dengan Nabila, anak si Azis dulu.. Awloh sudah mempersiapkan aku untuk menghadapi situasi apapun.. bahkan situasi terburuk sekalipun. Tapi biar bagaimanapun, lelaki berkontol besar dibelakangku ini masih terlihat tegang. Amran sepertinya belum pernah mendapat kejadian seperti ini. Sementara aku.. hmmm.. jangan ditanya, jangankan anakku yang masih kecil.. bekas suamiku aja aku jabanin situasinya.. hehehehe… dan dengan keyakinan dan kesadaran itu, aku mulai menjawab Fina dan menenangkan Amran. “Am..” ujarku pada Amran, “..kamu santai aja. Aku yang akan menghadapi Fina.. Ok?” Amran cuma mengangguk dan tersenyum kikuk.
“Fina.. sini nak..” panggilku pada anakku itu. Lalu Fina berjalan perlahan mendekati kami sambil tetap menenteng boneka bawaannya. “Nak.. Unda lagi minta dipijetin sama Om Amran. Nggak apapa ya nak.. kamu jangan takut.” Lalu aku menyuruh Amran meremas-remas kedua tetekku. “Tuh nak.. Om Amran lagi pijetin teteknya Unda. Badan Unda capek.. pegel banget. Kamu pernah liat Unda dipijetin bibi kan?”
Fina tersenyum lucu. “Oooo.. Unda agi ijet-ijet.. kok Unda ndak pake baju?” tanyanya polos. Mau nggak mau, aku dan Amran tersenyum mendengar pertanyaan lugu si Fina.
“Iya nak.. soalnya nanti gantian. Nanti abis Unda di pijet, gantian Unda yang pijet-pijet Om Amran. Tapi Fina jangan cerita-cerita ke siapa-siapa ya nak..” kataku sambil berusaha meyakinkan Fina. Dan Fina pun mengangguk-angguk.
“Iya Unda..” ujar Fina, “..aku ndak celita ke ayah.. soalnya Unda kacian.. capek..”
Aaahhh… terharunya aku mendengar janji Syafina. Anakku yang baru saja berusia 3 tahun ini, sudah dapat bertindak dewasa dengan menyimpan kejadian yang dia lihat ini ke dalam benaknya. Lalu aku menengok ke Amran. “Am.. kita udah aman nih.. Anaknya udah janji tuh nggak mau cerita-cerita. Kamu masih mau ngerasain memek Bundanya nggak?” tanyaku genit sambil menoel hidung mancung Amran. Amran tersenyum.
“Terus kita gimana nih?” tanya Amran, “..ngewe disini aja? Kan ada Syaf..”
“Hey.. aku kan udah bilang aman..” sahutku memotong pembicaraan Amran, “..ya udah gini.. kita lanjut disini aja. Biarin Syafina main disini.. kamu nurut aku aja ya Am..” Aku lihat si Amran berusaha menenangkan dirinya. Aku berfikir, ini saatnya aku yang mengambil peran. Lalu aku menyuruh Amran berdiri.
“Untuk apa?” tanyanya lagi.
“Nurut deh sama aku.. oke sayang?” bujukku pada Amran. Lalu Amran melepas pelukannya pada tubuhku. “Aahhh… Fina.. Unda udah selesai dipijet nih. Sekarang gantian ya, Om Amran yang Unda pijet..” kataku kepada Syafina.
“Om capek uga?” tanya Syafina.
“I.. i. iya nak..” jawab Amran dengan gugup.
Lalu aku bicara lagi pada mereka berdua. “Nak.. Om Amran juga capek. Tapi yang capek bukan badannya..”
Fina tampak sedikit bingung dengan perkataanku. “Teyuss.. yang capek apa?”
Nah inilah saatnya.. pikirku. Lalu aku menyuruh Amran berdiri. Tentu saja dia kaget dan bingung. Tapi aku menenangkannya. Setelah Amran bisa pasrah dengan rencanaku, diapun akhirnya berdiri. Ternyata kontolnya masih tegak mengacung keras. Mau nggak mau aku tersenyum, “Iiihh… si ganteng masih ngaceng aja. Keren banget deh kontolmu Am..” ujarku.
Sementara Amran tersenyum kikuk. “Nak..” aku berkata pada Syafina, “..ininya Om Amran nih yang mau Unda pijetin.. ininya Om Amran capek banget katanya.. tadi malam habis kerja keras..” Lalu sambil berlutut, aku menggenggam erat kontol Amran seraya melanjutkan pembicaraanku pada Fina. “Ini namanya KON.. TOL.. Om Amran kalau pipis, keluarnya dari sini..” Lalu aku mulai mengurut perlahan-lahan batang besar berurat itu. “Naahh.. tadi, Om Amran minta Unda pijetin kontolnya ” Saat itu, aku merasa kalau memekku juga masih terasa basah, walau tidak sebecek beberapa menit yang lalu. Aku juga sudah nggak tahan sebenernya, kepingin buru-buru merasakan keperkasaan kontol ngaceng di depanku ini. Lalu aku berkata lagi pada Fina, “Syafina, kamu harus tau ya nak.. kalau yang pegel adalah Kontol, Unda mijetinnya nggak pakai tangan nak..”
Fina kembali bingung dengan pernyataanku. “Teyus.. pijitinnya pakai apa Unda?
Hmm.. ini momennya, pikirku. Lalu aku berkata pada Amran untuk kembali berbaring terlentang. Aku memastikan pacar gelapnya si Nisa ini untuk melanjutkan saja posisi terakhir tadi. Aku bilang, kalau aku lagi pingin di atas. “Biarin aku yang kerja.. kamu nikmatin aja memekku ya Am.. hihihii…” Dan setelah Amran menemukan posisi nyamannya, aku segera duduk diatas perutnya, dengan posisi membelakanginya.
Lalu setelah posisi kontolnya hanya tinggal beberapa milimeter saja dari memekku, aku berkata pada Fina. “Syafina, Unda mijitin kontolnya Om pakai ini nak.. pakai memeknya Bunda. Kamu diam aja yaa.. kamu main boneka kamu aja, atau kalau kamu mau liat Unda, liat aja.. gapapa..” kataku. Dan beberapa saat kemudian.. bleess.. Aacchhhh… sshhh… kontol besar Amran mulai aku masukin perlahan-lahan. Aku melirik ke arah Amran. “Am.. kontolmu enak bangetthh…” ujarku sambil mendesah.
Kemudian, aku menopangkan tanganku ke belakang, di atas dada bidangnya si Amran. Sementara pinggulku mulai aku gerakkan maju mundur, dan terkadang aku membuat gerakan naik turun. Aku goyang dengan binalnya kontol besar yang sedang berada di dalam memekku ini. Sekilas aku lihat, Fina sudah mulai bermain dengan bonekanya.. dia tidak memperhatikan Bundanya yang sedang memanjakan birahinya ini.
1248Please respect copyright.PENANAgcslxZLo7A
Kemudian, aku melirik ke belakangku.. aku melihat mata Amran terpejam. Dia sedang benar-benar menikmati memekku ini. Tapi jujur aja, aku nggak terlalu perduli dengan Amran.. maksudku, aku lebih berfokus pada kenikmatanku sendiri. Jadi, sebisa mungkin aku ingin mendapatkan orgasmeku terlebih dahulu. Akhirnya dengan kesadaran itu, aku membungkukkan tubuhku. Sekarang kedua tanganku bertopang di sisi dalam kakinya Amran, tubuhku berlekuk sedemikan rupa, sehingga sekilas aku melihat di cermin meja rias, tubuhku terlihat meliuk dengan seksinya.. aahh.. aku bangga sekali dengan tubuhku ini.. hiihihihi… dan dengan posisi seperti itu, otomatis pinggulku jadi agak sedikit naik ke atas. Posisi ini nyaman sekali buatku, karena kontolnya Amran jadi semakin bengkok di dalam memekku. Dan tak lama setelah itu, aku kembali menaik turunkan pinggulku, kali ini dengan semakin beringas dan liar. Untuk menyikapi pergerakanku, Amran mencengkeram bokongku dengan lembut. Aku tahu, dia begini supaya dia dapat mengontrol orgasmenya.
Tapi itu nggak lama. Amran lalu menyuruhku menungging. Aku dengan sigapnya, segera memposisikan tubuhku untuk tengkurap di depan Amran, yang pada saat bersamaan, sedikit bangkit untuk berlutut di belakangku. Dan itu kami lakukan tanpa harus mengeluarkan kontolnya Amran dari dalam memekku… aahhh… kami benar-benar nggak mau kehilangan momen. Lalu setelah posisi kami sempurna, aku kembali menaikkan pinggulku dan mengangkangkan kedua kakiku, seraya merebahkan dadaku. Tanpa berlama-lama, Amran dengan gilanya, memompa memekku dengan liar. Dan dia bekerja dengan tanpa henti.. sebentar dia menancapkan dalam-dalam kontolnya, lalu kembali maju mundur dengan cepat.. begitu berulang-ulang. Aku kagum juga dengan staminanya. Kemudian aku memalingkan wajahku ke arahnya. Aku tersenyum melihat wajahnya yang terlihat sedang dilanda kenikmatan birahi, yang sepertinya, tidak dia dapatkan pada Anissa.
“Enak Am kontolmu?” tanyaku sambil sedikit terengah-engah. Amran tidak menjawab. Dia hanya mengangguk. “Memeknya Bunda Syafina enak, sayang?” kembali dia mengangguk-angguk.
Namun, di saat aku mau menggodanya lagi, aku merasa orgasmeku malah mulai menderaku. Aahhh… nikmat sekali.. aku merasakan orgasme dengan kondisi memek yang masih di hujam bertubi-tubi oleh kontol besar ini… aaaahhhh… “Amraaann.. aku dapethh.. sshh..”
Di saat orgasme masih melandaku, Tiba-tiba Amran juga bilang kalau dia sudah mau keluar. “Ssshh… uuhh… buang di.. mana.. ini, Res?” Hihihihi… dia sudah nggak kuat rupanya. Lalu aku membuat gerakan kegel andalanku, yang malah makin membuat Amran semakin tidak kuasa menahankan laju orgasmenya. Kembali aku meliriknya sambil tersenyum manja. Amran bertanya lagi, “Udah di ujung Res… aku buang dalem aja yaa…” Aku kembali tersenyum, tapi kali ini sambil mengangguk-angguk menyetujui permintaannya. Tak lama kemudian… dia meremas kedua bongkahan pantatku dan menekan pinggulnya semakin rapat dengan tubuhku, otomatis itu membuat seluruh batang kontolnya masuk semakin dalam ke memekku. Kemudian… Aaahhhh… Allohuakbaarrr... Subhanallaahhhh... desah Amran panjang dengan nada puas. Di dalam memekku, kontolnya terasa berkedut-kedut liar, semua urat dan ototnya terasa menegang.. dan tumpahlah pejunya yang banyak, panas dan kental membanjiri rongga dalam jalan lahir milikku. Hihihihi.. Ada 4 kali dia mengejan keras untuk menuntaskan semprotan-semprotan pejunya itu..
Dan tak lama kemudian, secara naluriah, aku merebahkan tubuhku ke depan, sehingga kontol Amran terlepas dari dalam memekku. Sementara Amran terduduk dengan lemas.
Kami saling menimati orgasme kami masing-masing. Kami berdua terengah-engah. Namun kami sadar, kami harus menyelesaikan permainan ini. Kami harus segera membersihkan tubuh kami, sebelum kedua pembantuku masuk ke dalam rumah. Sekarang sudah jam 9 seprapat rupanya. Aku tersenyum melihat Amran, yang secara bersamaan, juga bangkit berdiri berbarengan denganku. Hihihi… aku tahu, kaki kami sudah lemas sekali, tapi kami harus segera bangun. Namun pejunya Amran terlalu banyak di dalam memekku, sehingga ketika aku berdiri, ada sebagian dari cairan itu yang keluar. Demikian juga Amran, rupanya masih ada peju sisa yang menetes dari dalam kontolnya. Kami berdua tertawa melihat hal ini.
1248Please respect copyright.PENANAul80HLiPYm
Dan sebagai reponnya, aku menyerok tetesan peju Amran dari dalam memekku dengan tangan, untuk kemudian aku memasukkannya ke dalam mulutku. “Daripada kebuang..” ujarku singkat, Amran tersenyum.. “..sayang-sayang tau Am kalau kebuang..” lanjutku. Kemudian, aku berlutut di hadapannya, dan segera memasukkan kontolnya yang masih saja terasa keras itu ke dalam mulutku untuk aku hisap dan aku kulum-kulum. “Yang ini juga sayang-sayang.. buat aku ya Am..” kataku lagi. Amran mengangguk senang melihatku.
Ternyata, di saat aku sedang menyepong kontolnya Amran, Syafina berjalan mendekati kami. Dengan sigapnya, aku lepas kulumanku pada kontol Amran dan bicara pada anakku, walaupun tangan kananku tetap menggenggam dan mengocok lembut kontol besar itu. “Fina.. Unda sudah selesai pijit Om.. sekarang Om mau mandi dulu tuh.. biar badannya segar..” aku berkata demikian sambil memberi kode pada Amran.
Lalu Amran juga berkata pada Fina. “Iya nih.. badan Om sudah nggak pegel lagi.. Om mandi dulu ya Finaa.. “ ujar Amran. Aku lihat si Fina mengangguk dan tersenyum. Lalu Amran bicara lagi. “Unda mau mandi juga nggak.. bareng Om?”
Aku tersenyum mendengar ajakan Amran. Aku pikir ini sudah kepalang tanggung, akhirnya aku iyakan saja ajakan Amran. “Iya Om.. Unda mau mandi juga. Unda mandi sama Om aja ya… nanti Om mandiin Undaa.. assyyiiiikkkk….”
“Iya dong.. pasti Om mandiin..” jawab Amran sambil mengedipkan matanya.
“Fina mau ikut mandi sama Unda juga?” tanyaku pada Syafina.
“Aku udah mandi, Undaa.. kan tadi mandinya cama Undaa..” jawab Syafina polos.
Aku dan Amran tertawa kecil mendengar jawaban Syafina. “Ya nggak apapa Finaa..” aku menanggapi pertanyaan Syafina sambil tersenyum. “Kita mandi lagi aja yaaa… sekarang mandinya sama Unda sama Om..” Lalu aku mengajak Amran dan Fina untuk mandi di kamar mandi di dalam kamarku saja.
Akhirnya, tanpa perlu berlama-lama, aku segera melepas semua bajunya Syafina hingga dia juga telanjang bulat. Kemudian Syafina digendong Amran, lalu kami bertiga segera turun ke bawah dan masuk ke kamar mandi dalam kamarku.
1248Please respect copyright.PENANAO9eMUKn06y
Kami bertiga saling menyabuni dan membilas tubuh kami masing-masing. Bahkan Syafina juga sempat melihat bagaimana Amran memeluk tubuhku dari belakang dengan mesranya, seraya menempelkan kontolnya di belahan pantatku. Saat itu tubuh kami masih bersabun, sehingga pantat licinku tak kuasa menahan desakan kontol Amran. Dan akhirnya Syafina kembali menjadi saksi, bagaimana bundanya ini, dengan lincahnya, kembali menyelipkan kontol si Om masuk ke dalam memeknya dari belakang.. hihihi.. iyaa.. aku di ewe lagi di kamar mandi.
Dan di saat Amran sedang menikmati memekku dari belakang, ada pikiran nakal terlintas di kepalaku. Aku segera memproses pikiran-pikiran itu hingga menjadi sebuah rangkaian skenario erotis yang akan segera aku ceritakan ke Amran. Setelah hampir 15 menit kami mengolah birahi, akhirnya rahimku kembali terisi sperma segar si Amran yang masih saja banyak, menyemprot-nyemprot liar isi dalam memekku.
“Kalau kita begini terus, lama-lama aku yang hamil nih jadinya.. hahahaha…” kataku menggoda Amran seraya membilas tubuh kami lagi.
“Hihihihi… iya ya.. terus kamu maunya gimana?” tanya Amran, “..aku buang luar aja?”
“Jangan Am.. aku nggak mau… sayang-sayang tau, peju kamu sebegitu banyaknya di buang sia-sia.. kalopun toh aku hamil,, yaa.. nggak apapa juga sih..” jawabku sambil tersenyum.
“Terus gimana?” tanya Amran lagi. Seketika kami terdiam sejenak. Baru saja aku hendak mengucapkan sesuatu, Amran tiba-tiba berkata. “Res.. kalo aku nggak salah ingat, waktu kamu lagi masturbasi semalam, kamu sempat ngomong deh..”
Aku berfikir sejenak. “Hmm.. ngomong apa ya?”
“Tentang bo’olmu… kamu pengen aku ngentot bo’olmu.. bener kan?”
Aku tertawa. “Iya… hahahaha… bener-bener.. iya! Kamu kalau nanti ngentot aku lagi, pas kamu mau ngecrot, buang aja di dalem bo’olku. Kamu pinter deh… kamu nanti cobain ewe bo’olku yaa… enak juga kok. Suamiku aja doyan.. hihihihi…” ujarku memberi penjelasan.
Amran terdiam sejenak. “Hmm.. kapan lagi aku bisa ewe kamu ya Res? Sebentar lagi pembantumu masuk rumah.. terus Anissa juga segera balik kesini…” Disinilah aku akhirnya mengutarakan rencanaku. Aku jelaskan detil demi detil skenarioku. Amran sepertinya senang sekali dengan rencana yang aku buat ini.
Dan ketika aku sedang menghanduki Syafina, aku berkata pada anakku itu. “Nak.. inget ya.. jangan cerita-cerita ke siapapun kalo Unda sama Om Amran pijet-pijetan, terus mandi sama kamu.. Jangan cerita ke ayah.. ke tante Nisa.. ke Om Rusman.. ke Indung.. pokoknya Syafina gak boleh cerita-cerita ya.. Nanti kalo kamu pinter, Unda beliin boneka baru. Ya sayang?”
Syafina mengangguk-angguk sambil tersenyum. Dia berjanji untuk tidak bercerita kepada siapapun juga. Lalu Amran berkata kepadaku. “Ya sudah. Aku mau ngerjain kerjaan kantor dulu yaa.. kamu juga istirahat dulu sana. 2 Ronde lho tadi.. hehehe… sekalian siap-siap buat rencanamu..” Katanya sambil mengedipkan matanya.
“Siap sayang…” jawabku pada Amran. “Kamu kerjain kerjaan kantormu aja dulu.. kalo sudah selesai, kamu kerjain aku lagi yaa.. hihihihi.. kerjainnya di barengin aja sama Nisa. Ok?”
Kami berdua masih telanjang bulat. Tapi kami nggak perduli walau ada Syafina. Kami berpelukan dengan mesra sambil berciuman dengan panasnya. Aku tahu, birahiku kembali terpompa. Aku juga merasakan kontolnya Amran mulai mengeras lagi. Tapi kami harus bersabar. Kami harus menyiapkan diri untuk rencanaku. Aku baru saja mengajak Amran untuk ngewe bertiga dengan Anissa… di depan Syafina. Hahahahaha…. Karena aku baru saja tersadar, kalau ngewe di depan anak-anak.. apalagi anak sendiri, ternyata membawa kenikmatan 10 kali lipat dari biasanya.. hahahaa…
ns 15.158.61.20da2