Di suatu pagi, aku sedang sibuk di dapur mempersiapkan makanan, ketika sedang mencuci sayuran tiba-tiba kurasakan remasan pada pantatku.
”Eeehh…Mas, pagi-pagi udah genit ya..” seruku sedikit kaget. Mas Hendra tertawa dan mendekap tubuhku dari belakang, tangannya meraba buah dadaku dengan lembut.
“Iiihhh…jangan ah…aku kan lagi kerja nih!” kataku menepis tangannya.
“Hahaha…ayo dong sayang, kan masih cukup waktu, masih sempat kok sebelum ngantor nih.” Mas Hendra menggesekkan selangkangannya yang sudah menegang pada pantatku sambil menggodaku
“Dasar, baru bangun juga udah sange gitu..” candaku sambil tertawa. Aku pun pasrah meletakkan selada yang sedang kucuci pada wadah untuk menikmati perlakuannya padaku. Tangan Mas Hendra menaikkan dasterku dan meraba pahaku naik hingga ke vaginaku yang masih tertutup celana dalam. Mau tidak mau, aku pun mulai hanyut karena sentuhan erotisnya, kurasakan vaginaku mulai basah.1431Please respect copyright.PENANAH83OVNwhfN
Mas Hendra mengecup telingaku dan berkata, ”Punya istri secantik kamu, siapa yang akan pernah bosan!” sambil mencium pipiku Ketika aku menengokkan wajahku, ia langsung melumat bibirku lembut. Aku mengeluarkan lidahku membalas lidahnya yang menjilati bibirku, kulingkarkan tanganku ke lehernya. Karena terangsang, aku pun tak perlu waktu lebih lama untuk mengimbanginya. Sebentar saja kami sudah beradu lidah dengan liarnya, tanganku yang satu menjulur ke belakang bawah meraba selangakannya yang sudah mengeras.
Tangan Mas Hendra dengan cekatan mempreteli kancing dasterku, payudaraku langsung menyembul keluar karena tidak memakai beha. Dengan gemas ia memilin dan meremas puting payudaraku, sambil tangan kanannya merogoh masuk ke dalam celana dalamku. Aku sendiri tidak bersikap pasif seperti patung, tanganku meraih resleting celana Mas Hendra dan menurunkannya, celana panjang yang dikenakannya agak gombrong sehingga tidak sulit bagiku meraih penis kecilnya itu dari balik celana dalamnya.
“Bentar…bentar…” ia berhenti sejenak meremas payudaraku untuk membuka gesper dan kaitan celananya, “..nanti kalo kejepit kan berabe..”
Aku tertawa dengan tingkahnya itu, “hihihi…sendirinya yang pengen cepet-cepet, pagi-pagi udah minta gituan.”
1431Please respect copyright.PENANA34Z69l4UQZ
Celananya pun melorot ke lantai dan ia turunkan celana dalamnya hingga lutut. Tanganku meraih penisnya yang sudah menegang dan mulai kukocok perlahan, naik turun dengan begitu lembut. Ia juga meneruskan remasannya pada payudaraku dan mulutnya mengecupi lembut pundak dan leherku. Tangannya yang satunya mengobok-obok barang di balik celana dalamku.
“Ssshhh…sayang…” desahku lirih sambil memejamkan mata menikmati sentuhan jarinya pada bibir vaginaku, kurenggangkan pahaku agar tangannya lebih leluasa merambahi wilayah kewanitaanku. Kurasakan jarinya mulai masuk ke dalam, satu jari, lalu disusul satu jari lagi, uuhhh…nikmatnya, aku menyukai gayanya yang lembut ditambah lagi gelora cinta di antara kami berdua.
“Wah, kamu sudah basah ya?” tanya Mas Hendra sambil tersenyum menatap wajahku yang sudah memerah sayu.
“Makanya cepetan dong, ntar telat ke kantor malah nyalahin aku!” kataku tak sabar.
Mas Hendra langsung mendudukkan tubuhku di tepi meja dapur, tapi bukannya langsung to the point, ia malah mengarahkan mulutnya ke arah payudaraku yang membusung tegak. Mulutnya pun mencaplok yang kanan. Disedotnya putingku yang sudah menegang kuat-kuat, lidahnya menari lincah di atas sana.
“Mas…aahhh….eeemmhhh” aku mendesah dan meremasi rambutnya, sensasi geli ini sungguh membuaiku, tapi aku menyukainya. Kubiarkan Mas Hendra terus menyusu dari payudaraku ini. Tak lama, mulutnya pindah ke yang kiri. Hhhmmm…kali ini hisapannya terasa lebih kuat. Sambil menjilat, beberapa kali giginya ikut bermain dengan menggigit perlahan putingku yang kini semakin mengeras saja. “Owhh, sssshh!” aku hanya bisa mendesis menerima semua perlakuan itu. “Sekarang dong Mas… masukin tititmu.” bisikku lirih. “..aku sudah basah banget,,,,!”
“Iya sayang..” kata Mas Hendra menganggukkan kepala. Ditariknya celana dalamku sehingga vaginaku menghirup udara bebas. Tangannya masih saja menggerayangi tubuhku, terutama sepasang gunung kembarku yang merupakan anggota tubuhku yang ia sukai. Ia terus memijit dan meremas-remasnya penuh nafsu. Sambil bibir kami tetap berpagutan aku merasakan penis suamiku itu berada tepat gerbang vaginaku, ia menggesek-gesekkan benda itu ke bibir vaginaku yang sudah becek dengan penuh perasaan.
“Ayo cepet, sekarang Mas!” rengekku memelas.
Ia berusaha melumasi seluruh batang penisnya dengan cairan vaginaku yang berleleran di sana sebagai pelumas. Setelah dirasa cukup licin Mas Hendra pun siap menusukku.1431Please respect copyright.PENANALqhDy6TEG2
“Ooohhh.. Mas...” erangku mengiringi proses penetrasi. Rasanya begitu hangat, kenyal, saat batang penis suamiku memenuhi liang senggamaku. Sambil tetap meremas-remas payudara kiriku, Mas Hendra mendorong batang penisnya hingga benda itu menancap seluruhnya. Kedua alat kelamin kami pun akhirnya menyatu dan saling mengisi satu sama lain.
“Uhh....” aku mendesah pelan sambil memejamkan mataku rapat-rapat.1431Please respect copyright.PENANAzpBzhmBR48
Aku sudah terbiasa dengan ukuran penis Mas Hendra, dan herannya, pikiranku langsung membandingkan titit Mas Hendra dengan Kontol si Norman.. jaauuuhh... berbeda. Namun aku berusaha mengabaikannya. Ia menggeser-geser posisi tubuhnya, berusaha mencari posisi yang paling nikmat dalam persetubuhan kami pagi itu. Perlahan, batang penisnya mulai ia gerakkan maju-mundur. Denyut-denyut kejantanan Mas Hendra dapat kurasakan sehingga membuat organ kewanitaanku semakin membanjir. Tak peduli dengan semua itu, Mas Hendra terus menggerakkan pinggulnya maju mundur, bahkan ia terlihat begitu menikmatinya. Malah semakin lama, tusukannya menjadi kian cepat dan dalam, hingga terdengar bunyi berdecak akibat tumbukan alat kelamin kami.
“Enak gak sayang?” tanya Mas Hendra sambil terus menggenjot vaginaku. Aku hanya bisa tersenyum, sambil menganggukkan kepala. Aku melenguh keenakan saat gelombang kenikmatan itu perlahan mulai datang, membuat jantungnya berdetak semakin cepat dan nafasnya menderu tak kalah berat.
“Shhhh, aku mau keluar, Sayang..” kata Mas Hendra yang semakin mempercepat sodokan penisnya. Sementara aku belum sampai mana-mana. “Shhh… oughh… dikit lagi! Sshh… arghhh...” desisnya.
Aku berusaha terlihat didera birahi. Mas Hendra tidak perlu tahu kalau aku hanya berpura-pura. Mas Hendra semakin mempercepat goyangannya, dan tak lama kemudian…
“Uuuhhh…gggrrhh” ia melenguh dengan mata membelakak, penisnya ia tekan sedalam mungkin ke vaginaku. Sesaat kemudian, ada cairan yang agak hangat menyemprot sekali dari ujung batang penisnya mengisi vaginaku. Sementara aku benar-benar tidak mencapai orgasme.
Sebagai istri, aku mengerti tenaga dan pikirannya banyak tercurah di kantor sehingga kadang stress dan tentunya berpengaruh pada performanya, namun sebagai wanita, aku pun menginginkan kepuasan dalam bercinta dan jujur saja seringkali aku kecewa kalau Mas Hendra ejakulasi duluan dan meninggalkanku dalam kondisi nanggung.
Terus terang aku meraih kepuasan lebih ketika bercinta dengan Norman beberapa hari lalu. Ooohhh…tidak, mengapa aku berpikir begitu? Preman itu memperkosaku. Kenapa aku sampai berpikir seperti itu, sungguh dilema bagiku.
“Ahhh…aku sayang banget sama kamu!” ucapnya sambil mengecup bibirku, penisnya masih ada di dalam vaginaku walaupun langsung terasa terus melemah.
Dan dengan cepatnya, benda itu mulai menyusut di antara himpitan dinding vaginaku, aku hanya berkata, “Sama Mas, aku juga sayang kamu!” lalu balas memberikan ciuman ringan di bibirnya. Lalu kami pun mulai berbenah diri. Aku mengancingkan kembali dasterku dan memakai celana dalamku lagi, sementara Mas Hendra beranjak ke kamar mandi. Lalu kami melanjutkan menikmati sarapan sambil mengobrol ringan.
“Sampai nanti yah sayang!” Mas Hendra mendekapku dan mengecup dahiku setelah menyelesaikan makannya. Aku mengantar kepergiannya hingga ke gerbang rumah kami. Setelah sosoknya tidak terlihat lagi aku pun kembali ke dalam rumah untuk menyelesaikan apa yang tadi di mulai Mas Hendra....
1431Please respect copyright.PENANAKWcdGBKw3u
Hari ini sudah 5 hari sejak “perkosaan” itu terjadi. Selama itu pula Norman tidak terlihat di rumahnya, walaupun rumah kami dipisahkan oleh pekarangan tak bertuan sejauh kurang lebih 20 meter. Kabarnya ia sedang berada di kota. Entah kenapa aku merasa seperti ada yang kurang selama 5 hari ini. Apakah aku berharap bisa bertemu dengan Norman? Ah, aku buru-buru menepis anggapan itu. Norman adalah preman, dan ia telah memperkosaku. Sungguh aneh bila aku merindukannya. Tapi, harus kuakui bahwa jauh di dalam lubuk hatiku yang paling dalam, aku sangat mengharapkan kenikmatan yang kemarin kudapat saat disetubuhi Norman. Aku tidak bisa mendapatkannya dari Mas Hendra. Aku membayangkan sedang mengulum besarnya zakar preman itu.. aku ungin menelan spermanya.. aahhh… selangkanganku berkedut liar.. putting payudaraku mengeras…
Karena itulah, saat ini.. di kamar tidurku, aku dengan kesadaran penuh, bermasturbasi dengan mengambil terong dari dalam kulkas. Aku membayangkan alat kelaminnya yang perkasa. Dan aku membayangkan diriku disetubuhi lagi olehnya. Aku merojok memekku sendiri dengan terong itu sambil terus membayangkan bahwa yang sedang meliuk-liuk dengan lincah didalam memekku yang mungil dan sempit ini adalah zakar besar si Norman bangsat itu.. sambil tak lupa menjilati cairan kenikmatanku sendiri.. aahh... nikmat sekali..
Aku menikmati masturbasi ini. Dosakah aku? Aku rasa tidak, aku buang jauh perasaan itu.. Karena aku tahu, Awlohpun mengerti birahiku ini…
Sore hari..
Aku sedang sibuk menyapu rumah. Mas Hendra masih di kantor. Tadi siang, dia sempat SMS mengatakan kalau nanti akan pulang agak malam karena harus menyelesaikan lemburan di kantor. Tiba-tiba, HPku berbunyi. Sebuah nomor asing tertera di layar ponselku.
“Halo…” aku menyapa seseorang di ujung telepon sana.
“Resti, ini Norman,” ujarnya, singkat. Seketika jantungku langsung berdebar-debar.
“Iya Bang, ada apa?” tanyaku, agak gemetar.
“Nanti malam jam 12, kamu kerumahku lewat belakang. Pakai baju tidurmu yang tipis. Jangan pakai daleman. Oh.. satu lagi.. cukur jembutmu.. aku mau lihat memekmu botak! Awas kalau kamu tidak melakukannya. Jangan menyesal kalau ada apa-apa sama suamimu!” ancam Norman, lalu langsung menutup teleponnya.
Aku ternganga. Aku harus berjalan menyeberang pekarangan belakang rumah sejauh 50 meter malam-malam tanpa pakaian dalam satu pun? Preman ini benar-benar gila! Aku kembali takut dengan ancaman Norman. Ia punya banyak teman sesama preman yang sewaktu-waktu bisa menyakiti Mas Hendra. Aku tidak mau terjadi, karena aku yakin Mas Hendra tidak akan menang melawan mereka. Mau tak mau aku harus menuruti kemauan dan perintah Norman.
Aku berdebar-debar saat membayangkan diriku pergi ke rumah Norman malam-malam tanpa pakaian dalam sehelai pun. Bagaimana jika ada yang melihatku? Apa kata Mas Hendra bila tahu apa yang Norman minta kepadaku? Tapi, semua itu hilang dengan satu pertanyaan; Apa yang akan Norman lakukan lagi terhadap tubuhku? Saat sedang memikirkan hal itu, tiba-tiba aku baru menyadari bahwa ada cairan yang menetes lembut dari dalam selangkanganku.1431Please respect copyright.PENANAxkoH23K8Ho
Selepas Maghrib, aku melamun sendirian di ruang tamu. Aku bimbang. Aku berencana untuk memenuhi keinginan busuk Norman, demi keselamatan Mas Hendra. Tapi, aku juga belum siap. Aku tidak mau Norman menyetubuhiku lagi dengan cara begini. Lagipula aku juga tidak berani pergi ke rumahnya malam-malam dengan kondisi yang dimintanya. Itu adalah hal gila yang sungguh tidak layak dilakukan oleh perempuan baik-baik seperti aku. Aku coba meminta kepada Norman untuk membatalkan niatnya itu. Barangkali ia masih punya hati untuk mendengar permintaanku. Segera aku raih HPku, lalu meneleponnya. Setelah beberapa kali terdengar nada sambung, teleponku diangkat.1431Please respect copyright.PENANAfvRyeDqgFa
“Halo,” kata Norman di ujung telepon sana.
“Halo Bang Norman, ini aku, Resti,” ucapku, dengan nada agak gemetar. “Bang, aku tidak bisa menuruti kemauan Bang Norman. Tapi aku mohon dengan sangat, Bang, jangan celakakan Mas Hendra….”
“Perintahku sudah jelas! Kalau kamu nggak mau, tanggung sendiri akibatnya!” bentak Norman. Seketika rasa takut mendera hatiku.
“Aku mohon, Bang. Aku nggak bisa melakukan hal itu. Tolong Bang…” aku mulai terisak.
“Bodo amat! Besok pagi saat Hendra berangkat kerja, aku dan teman-temanku akan menculiknya! Kamu siap-siap saja mendengar kabar duka tentang Hendra,” kata Norman tajam.
Aku menutup mulutku, tidak sanggup membayangkan hal-hal buruk yang bakalan menimpa Mas Hendra jika aku tidak mau memenuhi keinginan Norman. Tubuhku lemas. Pikiranku pun kacau. Tiba-tiba, Norman menutup teleponnya. Aku panik, lalu segera meneleponnya lagi.
“Bang… baiklah, nanti malam aku akan datang ke rumah Bang Norman. Tapi tolong, izinkan aku memakai pakaian dalam. Kali ini tolong kabulkan permintaanku, Bang. Aku akan melakukan apa pun yang Bang Norman mau. Apa pun.. Tapi aku mohon biarkan aku memakai pakaian dalam saat ke rumah Bang Norman nanti.” Aku berucap dengan hati-hati supaya Norman tidak kehilangan kesabaran.
“Ya sudah, tapi jangan lupa.. cukur jembut!” Norman berkata dengan singkat namun tegas. Aku terduduk lemas. “Heh! Gimana?” tanyanya lagi. Dengan kepasrahan penuh, aku akhirnya bilang kalau aku akan memenuhi permintaannya. Lalu dia menutup telepon.1431Please respect copyright.PENANAiA2hpyPPNk
Mas Hendra pulang jam 9 malam. Ia kelihatan sangat lelah. Aku merasa kasihan sekali. Ia telah bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan kami, dan tentu saja menabung. Kami bermimpi untuk membeli rumah sehingga tidak perlu tinggal di kampung ini lagi.
“Mas, langsung mandi, ya.. Aku akan memanaskan makanan, lalu kita makan sama-sama,” kataku kepada Mas Hendra.
“Lho, kamu belum makan?”
“Belum, Mas. Aku sengaja menunggu Mas Hendra,” ujarku, lembut. Mas Hendra tersenyum, lalu bergegas ke kamar mandi.
Mas Hendra terlihat lebih segar setelah mandi. Kami pun segera makan malam. Mas Hendra makan dengan lahap. Rupanya ia benar-benar kelaparan. Tenaganya terkuras untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaannya yang menumpuk.
Setelah makan, kami langsung masuk ke kamar. “Sayang, aku capek banget. Aku tidur duluan, ya,” ujar Mas Hendra, lantas memejamkan matanya.
Aku tersenyum, lalu mengecup keningnya. Tidak berapa lama kemudian, ia tampak tertidur dengan pulas, sementara aku masih terjaga karena gelisah. Sebenarnya aku bersyukur Mas Hendra pulang dalam keadaan lelah. Kalau sudah begitu, biasanya ia akan tidur sampai pagi tanpa terbangun sama sekali. Jadi sepertinya nanti aku bisa menyelinap pergi ke rumah Norman. Aku mencoba tidur, dan sudah memasang alarm di Hape pukul ½ 12 malam. Lumayan jika aku bisa tidur selama satu atau dua jam. Tapi, mataku tidak kunjung terpejam. Aku terlalu gelisah. Hingga akhirnya tanpa terasa, waktu yang ditentukan telah tiba. Jam di Hape-ku sudah menunjukkan pukul 12 kurang 15 menit. Aku beranjak dari tempat tidur dengan perlahan, lalu keluar kamar. Sesaat sebelum menutup pintu, aku memandang dengan sedih Mas Hendra yang sedang tidur nyenyak. “Mas, maafkan aku…” ujarku lirih, nyaris terisak. 1431Please respect copyright.PENANAH0Q95wucD2
Aku berpindah ke kamar tidur tamu, berdiri di depan cermin besar yang ada di sana. Aku mulai mengambil daster tipisku dan mengenakan celana dalam seadanya. Aku merapikan rambutku, lalu menjepitnya dengan jepitan rambut. Tak lagi terlihat bulu halus di daerah kewanitaanku. Atas permintaan Norman, aku mencukurnya tadi sebelum Isya, setelah selesai menelfonnya. Dan sekarang, aku hanya bisa terdiam sambil memandangi tubuhku di cermin. Tapi aku nggak bisa bohong pada diriku sendiri, terlintas di pikiranku tentang apa yang akan Norman lakukan pada tubuhku ini.. dan jujur.. itu membuat kemaluanku sedikit bergetar. Ada campuran rasa takut, namun bergairah.
Aku segera menuju pintu belakang. Aku memandang sekeliling dengan berdebar-debar, takut ada orang yang melihatku. Aku melihat dari jauh, rupanya Norman sudah menunggu di pintu belakang rumahnya sambil merokok. Setelah menarik napas panjang, aku langsung melangkah menuju rumah Norman. Dengan kondisi seperti ini, aku merasa seperti telanjang. Aku berjalan dengan napas memburu. Aku sangat takut bila sampai ketahuan orang. Aku langsung menghampiri Norman. Ia tampak terpukau sejenak, melihat tubuhku dari atas ke bawah dengan pandangan penuh kekaguman. Aku merasa sedikit risih, tapi ia langsung merengkuh pinggangku seraya meremas bongkahan pantatku dengan gemasnya dan menuntunku masuk ke dalam rumahnya. Norman membawaku langsung ke kamarnya.
Aku langsung duduk di tempat tidurnya sambil tanganku berusaha menutupi dada dan selangkanganku, sementara ia keluar sebentar untuk menutup pintu belakang. Setelah masuk kamar, ia langsung mengunci pintunya, lalu membuka kaosnya. Lagi-lagi aku di paksa terpesona dengan dadanya yang bidang dan perutnya yang persegi. Tubuh yang menjadi objek khayalanku saat aku bermasturbasi tadi pagi.
Norman menghampiriku seraya berbisik di telingaku. “Res, dari siang kontolku udah nggak tahan pengen ngentot memekmu..” Kata-katanya benar-benar kurang ajar, seolah-olah aku adalah pelacur yang bisa dinikmatinya kapan saja. Aku berusaha menghindar. Namun, upayaku kalah oleh tangan Norman yang kekar. “Buka bajumu ya sayang.. semuanya!” perintahnya lagi.
Setelah aku melucuti semua pakaianku atas perintahnya, Ia berhasil menarik wajahku, lalu mencium bibirku dengan penuh nafsu. Aku gelagapan menerima ciumannya. Lidahnya bermain-main di dalam mulutku, sementara tangannya meremas-remas dadaku. Aku benci mengakuinya, tapi gairahku perlahan mulai bangkit. Dan dengan kesadaran penuh, aku membalas ciuman Norman tidak kalah panasnya. Kami berciuman selama beberapa saat. Kemudian, Norman menurunkan ciumannya ke arah leherku, lantas turun lagi hingga dadaku. Ia menjilat-jilat payudaraku. Aku hanya bisa pasrah menerima cumbuan yang begitu nikmat itu.
“Ssshhh… ssshhh…,” aku mendesah keenakan. Norman berhenti sejenak, lalu mengambil tali di samping tempat tidur. Sepertinya ia sudah menyiapkan tali tersebut. “Buat apa, Bang?” tanyaku dengan napas tertahan, takut Norman akan bertindak macam-macam.
“Sudah, kamu diam saja. Sini tanganmu!” bentak Norman, walaupun dengan setengah berbisik. Aku tidak berkata apa-apa lagi, lalu menyerahkan kedua tanganku kepadanya, pasrah. Dia mengikat tanganku dengan erat, lalu mengangkatnya dan mengikatnya ke tiang tempat tidur. Kini tubuhku telentang dengan kedua tangan terangkat dan terikat.
Norman terkekeh, lalu mulai menjilati puting susuku. Aku mendesah-desah tak karuan. Kemudian, Norman membuka pahaku. Tanpa banyak kata, ia hanya tersenyum puas melihat memekku yang sudah botak seperti memek anak kecil. Dia langsung menciumi dan menjilati memekku ini dengan beringas. Aku semakin belingsatan. Aku menahan gairah dengan merapatkan pahaku hingga kepala Norman tertekan. Norman memainkan lidahnya di liang vaginaku dengan pintarnya. Desahanku semakin keras. Namun, aku berusaha menahannya ketika teringat bahwa di rumah itu juga ada ibunya Norman. Aku tidak mau dia tiba-tiba terbangun, lalu melihatku sedang digauli oleh Norman di rumahnya. Mau taruh di mana mukaku?1431Please respect copyright.PENANAqjWTHvtsc2
Kenikmatan yang aku rasakan semakin hebat seiring dengan jilatan Norman yang semakin cepat. Lidahnya benar-benar lincah. Aku dibuatnya melayang tinggi ketika mulutnya menyeruput dengan kencang cairan dari dalam memekku. Tubuhku menggeliat-geliat, namun tanganku tidak bisa apa-apa karena terikat kuat. Setelah puas menjilati liang senggamaku, ia memasukkan jarinya untuk mengambil cairan pelumasku. Lalu dia mengarahkan jarinya ke mulutku. “Mau Res?” tanyanya. Aku hanya mengangguk. Kemudian Bang Norman segera membalurkan lidah dan mulutku dengan cairan pelumasku sendiri, lalu aku menghisap jarinya. Rasanya enak banget. Bang Norman tersenyum melihat aku.
Sepertinya birahinya bangkit dengan ganasnya melihat kelakuanku. Lalu Ia membuka celananya dengan cepat, lalu duduk mengangkang di diatas dadaku seraya menyodorkan penisnya yang sudah keras dan tegak itu ke mukaku. Sambil berkata lembut, namun penuh perintah, “Nikmatin kontolku Res...!!” Aku tidak kuasa menolaknya, lalu langsung mengulumnya dengan perlahan. Kini sudah tidak ada lagi Resti sang istri setia. Yang ada hanya Resti yang sedang diperbudak nafsunya sendiri. Norman melenguh keenakan sambil memejamkan matanya. Ia tampak begitu menghayati kulumanku. Ia meremas-remas kepalaku, menimbulkan sensasi tersendiri dalam diriku. Aku pun semakin semangat menikmati penis Norman yang semakin lama semakin keras itu. Penis Norman ini selalu bisa membuatku terkagum-kagum. Sangat keras, tegak, dan perkasa. Aaah, aku ingin kembali merasakan penis yang luar biasa ini merojok isi dalam memekku.
Seolah-olah bisa membaca pikiranku, Norman menghentikan kulumanku, lalu turun dan berlutut diantara kedua betisku sambil membuka pahaku lebar-lebar. Aku memandangnya dengan pandangan sayu karena nafsu. Dadaku turun naik seiring dengan napasku yang memburu. Norman lalu mengarahkan kontolnya, dan menggesek-gesekkannya tepat di itilku.
“Aaah… Aaah…” aku hanya bisa mendesah, menahan rasa gatal yang luar biasa di vaginaku. “Bang… jangan, Bang…” ujarku lirih. Tanganku yang sedang terikat ini, terasa hendak menahan perut Norman yang kotak-kotak itu, bermaksud mencegahnya. Meskipun aku membuka kakiku lebar-lebar, namun rupanya sebagian diriku masih ingat bahwa aku adalah istri orang, seorang pria baik hati dan pekerja keras. Norman tidak peduli dengan upayaku yang sia-sia itu. Pelan-pelan ia mulai memasukkan penisnya.
“Jangan, Bang… Ooouuuuuh… hmmmff...” aku melenguh panjang saat penis Norman masuk dengan leluasa ke dalam liang kenikmatanku yang sudah basah kuyup ini.
“Gimana Res? Enak nggak kontolku?” ujar Norman sambil menyeringai. Sungguh sebuah pertanyaan yang kurang ajar. Namun, aku benar-benar telah dikuasai nafsu.
Aku malah menjawab, “Iya, Bang, enak.. banget…. sshhh..” Desahanku sepertinya membuat nafsu Norman semakin memuncak. Lantas Norman mulai menyetubuhiku. Ia menggenjotku hingga ranjang yang menjadi saksi kenikmatan kami berdua berderit-derit. Ia memegang kepalaku, lalu melumat bibirku dengan ganasnya, sambil tetap menggenjot dengan kuat. Setelah beberapa lama, dia berhenti menggenjot.1431Please respect copyright.PENANAIB8c6TxBGm
Lalu dia melepas ikatan tanganku, dan menyuruhku menungging. Aku menuruti kemauannya dengan pasrah. Norman meremas-remas dan menampar lembut kedua belahan pantatku yang padat ini dengan gemas. Ia lalu menciumi dan menjilati memekku dari belakang, bahkan lobang pantatku tak luput dari jilatan lidahnya. Ia tidak peduli meskipun aku menggeliat kegelian. Lidahnya tetap menari keluar masuk lobang pantatku ini dengan liar. “Gila.. Res.. bahkan bool-mu aja rasanya enak..“ katanya.
Aku tersenyum dan tersipu mendengar pernyataannya, “Makasih.. Tapi jangan di masukin barangmu ya bang.. nanti sobek.. hmmff.. mem.. uuhh.. memek.. aku ajaa.. aahh...” ujarku sambil menahan geli, karena tiba-tiba, lobang anusku dimasuki beberapa jari Bang Norman yang dia mainkan keluar masuk dengan lincahnya, sambil sesekali mengulum jari-jarinya itu.
Setelah puas, Norman lantas menampar lembut bibir vaginaku, dan memasukkan lagi kontolnya. Mataku langsung terpejam merasakan sensasi nikmat, saat penis Norman yang keras itu masuk dengan perlahan ke dalam memekku. Tak lama kemudian, Norman mulai menggenjot lagi memekku sambil mencengkeram belahan pantatku dengan kuatnya. “Plok… plok… plok…,” begitu suara yang muncul saat paha Norman beradu dengan pantatku. Oooh, nikmat sekali rasanya. “Terus, Bang… jangan berhenti… Bang…,” aku mulai meracau tak jelas.
Tanganku memegang tiang tempat tidur dengan erat. Aku benar-benar telah diperbudak oleh nafsu. Vaginaku pasti sudah basah sekali. Saat ibunya dan suamiku tertidur lelap, aku dan Norman malah memadu kasih dengan panasnya. Seorang istri yang tak berdaya, digauli oleh seorang preman bertubuh kekar.
Namun Preman itu telah memberiku kenikmatan yang tidak pernah aku dapatkan dari suami yang sangat aku cintai. Tidak lama kemudian, Norman berhenti menggenjot. Ia berpindah posisi ke bawahku. Rupanya ia menginginkan aku diatasnya.
Aku secara sukarela naik ke atas tubuhnya, lalu menggenggam dan mengarahkan kontol Norman langsung ke arah memekku. Perlahan-lahan kuturunkan tubuhku hingga penis Norman melesak masuk memenuhi rongga senggamaku. Aku menggigit bibir sambil mendesah. Pada posisi itu, Norman tidak menggenjot sama sekali. Terpaksa aku menaik-turunkan tubuhku untuk mendapatkan kenikmatanku kembali. Kali ini aku yang bergerak aktif. Tanganku bertopang pada kasur di sisi-sisi tubuhnya. Aku menggoyang-goyangkan pinggul dengan mata terpejam sambil terus mengahayati rasa nikmat yang mendera tubuhku ini. Tangannya dengan bebas meremas-remas pantatku. Saat aku membuka mata, aku lihat Norman sedang memandangiku sambil tersenyum. Aku malu sekali. Aku merasa seperti seorang pelacur binal yang sedang memuaskan hasrat seksual berandal langganannya. Namun tak urung aku merasa pipiku menghangat dan mungkin merona merah karena dipandangi dengan nakal oleh preman berkontol besar ini. Aku malah membalas senyumannya, sementara pinggulku tak berhenti menggoyang dan mengocok kontol Bang Norman. Kemudian aku menunduk sambil mengelus rambutnya dan memberikan kecupan lembut di keningnya.. sama seperti kecupan kepada suamiku. Dan diluar kuasaku, aku berbisik di telinganya dan berkata dengan manja, “Kontol Abang cocok buat memek Resti, Bang..”
Tiba-tiba, Norman merengkuh tubuhku, lalu melumat bibirku. Tangannya meremas buah dadaku yang putih dan padat itu dengan kasar. Aku membalas ciumannya dengan tidak kalah ganas pula. Aku mengisap-isap lidah Norman, lalu menelan ludahnya yang masuk ke dalam mulutku. Sementara itu, pantat dan pinggulku menggenjot kontolnya dengan cepat dan beringas. “Oouh… ouhh… Resti mau keluar, Bang,” kataku di sela-sela ciuman panas yang kami lakukan. Norman membalas ucapanku dengan balik merangsak dan merojok memekku dari bawah. Memekku terasa seperti mau meledak.
Tubuhku menegang kuat. Kedua tanganku memeluk Norman dengan erat, seolah seperti memeluk suami sendiri. Aku sudah benar-benar sudah nggak mau ingat, kalau suamiku yang sah sedang tidur di rumah. Tidak lama kemudian….
“AAaaaah…” aku terpekik tertahan. Kepalaku mendongak ke atas, dan mataku sayu. Aku serasa terbang ke awang-awang. Waktu seolah-olah berhenti.
Aku telah mencapai orgasme dalam posisi diatas tubuh bajingan ini. Aku telah meraih kenikmatan yang luar biasa. Kedua lututku bergetar hebat, aku tak kuasa menahan serangan-serangan zakar perkasa yang gagah ini, namun Norman tidak memperlambat genjotannya. Sepertinya ia tidak mau memberiku kesempatan untuk menikmati orgasme ini. Setelah beberapa detik, aku langsung mengulum bibir Norman dengan beringas dan memeluknya erat, seperti berterima kasih kepadanya karena telah memberiku kenikmatan yang sulit digambarkan dengan kata-kata.
Norman sepertinya hendak menuntaskan semuanya. Ia segera menukar posisi kami tanpa mencabut kontolnya. Sekarang aku ada dibawah. Aku mengangkangkan kakiku lebar-lebar, seolah mempersilahkannya menikmati selangkanganku sepuasnya. Dan Norman kembali menggenjot dengan cepat sambil mencengkeram kedua buah tetekku yang besar ini. Napasnya terasa memburu. Kali ini aku membantunya dengan melakukan gerakan kegel. Aku melakukannya secara spontan dan penuh keikhlasan. Aku benar-benar sudah seperti istrinya. “Ludahin mulut aku Bang...” aku berkata dengan binalnya. Kemudian ada 3 kali mulutku yang terbuka ini, menerima dan menelan ludah Norman. Dia terlihat sangat bernafsu sekali. Lalu tak lama setelah itu, dia mendongak keatas, lehernya terlihat tegang, dan kemudian…
“Aaaaaah… Aahh….” ia telah mencapai orgasmenya. Kontolnya dia tancapkan dengan mantap di dalam memekku. Dan tak lama kemudian, aku merasakan spermanya menyembur-nyembur dengan liarnya di dalam lubang senggamaku ini. Lengket, panas, kental dan terasa banyak sekali. Norman mengejan sampai 4 kali untuk menuntaskan semprotan spermanya itu.
Dan untuk kedua kalinya, rahimku terisi oleh cairan kelelakiannya. Setelah itu kami terdiam, tetap dalam posisi yang sama. Napas kami tersengal-sengal. Peluh menghiasi tubuhku dan tubuh Norman. Sekelebat pikiran melintas, inilah salah satu hal yang aku cari selama beberapa hari ini. Sensasi nikmat saat bagian dalam memekku menerima semprotan peju panas yang banyak inilah yang membuatku juga bisa merasa puas lahir dan batin..
Karena peju suamiku terasa sangat sedikit, encer dan hanya terasa hangat-hangat kuku. Sambil aku membatin, aku merasa ada pejunya Norman yang luber keluar dari dalam memekku.. saking banyaknya...
Lalu kami saling bertukar senyum. Dan setelah dia mengulum bibirku, dia mengajakku ke kamar mandi. Aku merasa lemas sekali. Kalau saja itu adalah rumahku, maka aku akan langsung tertidur. Tapi, aku harus pulang. Norman yang sepertinya mengerti keadaanku, segera melepas kontolnya keluar dari dalam memekku. Secara naluriah, aku merogoh memekku dengan jariku dan menyerok peju Bang Norman untuk aku jilat dan nikmati. Bang Norman tersenyum melihat kelakuanku ini. Dan tak lama kemudian, dia membopongku untuk segera beranjak ke kamar mandi rumahnya yang bersebelahan dengan kamar ibunya.1431Please respect copyright.PENANAqfgrPXXDyZ
Namun sebelum kami membersihkan diri, aku sengaja berlutut untuk mengulum batang kejantanan Norman yang masih basah oleh cairan kami berdua.. semacam ucapan terima kasih.. uuhh.. rasanya gurih dan nikmat sekali. Dan setelah itu, kami saling memandikan dan menyabuni. “Banyak banget peju kamu Bang...” ujarku pelan dan agak berbisik, “.. sampai penuh begini memek aku...” lanjutku, sambil kedua tanganku mengocok dengan lembut kontolnya yang masih saja tegak berdiri dengan kerasnya.
Norman tersenyum. “Biar kamu cepat hamil...!” ujarnya singkat sambil mengecup bibirku.
“Kayaknya aku bakal beneran hamil kalau diisi peju sebanyak ini terus...”
“Kamu seneng ya sama kontolku?” tanyanya, sambil menyibakkan rambutku.
“Hmm.. Iya bang. Abisnya kontolmu, mmh.. panjang. Kayaknya memek aku juga ketagihan sama kontol kamu Bang.. udah gitu, peju kamu banyak banget... dan rasanya enak.”
“Hehehe.. iya Res.. Memekmu juga bikin kontolku nggak mau ngewe memek lain...”
“Iihh.. Abang.. bikin aku Ge-er aja.. Hehehe.. Kontol kamu naksir Memek aku mungkin Bang? Nggak apapa deh. Kontolmu dan memekku kita jodohin aja yaaa.. hihihi....”
“Hehehe, boleh.. Hmm.. Res.. memekmu pernah ngerasain di entot kontol seperti punya aku nggak?”
Aku terdiam sebentar. Mengingat selama ini, aku cuma pernah bercinta dengan Mas Hendra doang, maka sebagai respon pertanyaan Norman tadi, aku cuma menggeleng lemah sambil tersenyum lembut.
“Hehehee... kasian memekmu...” ujarnya sambil mengangkat daguku dengan jarinya. Lalu dia mengecup bibirku seraya bertanya, “Menurut kamu, besar nggak kontolku, Res?”
Aku tersenyum mendengar pertanyan si preman ini, “Iya.. kontol raksasa.. hihihihi..”
“Nggak kayak punya suamimu kan?”
Aku terdiam, tersenyum getir dan berkata. “Iya, memang.. Tapi tolong nggak usah bawa-bawa suamiku kalau aku lagi sama kamu... apalagi membanding-bandingkan barangnya dengan punyamu.. udah jelas beda Bang. Kasihan dia..” Norman mengangguk dan tersenyum.
Tapi tak urung dia masih mengejek titit suamiku. “Kecil banget ya berarti barangnya Hendra.. enak nggak di ewe sama suamimu?”
Aku tersenyum mendengarnya, “Kamu tuh.. iya .. iya.. yang sana kan titit jadi gak enak.. kalau yang ini kan.. uuhh.. KON.. TOL.. hehehehe..” ujarku sambil memeluk tubuh tegap si Norman. “..dan kontolmu enak banget Bang.. lebih berasa daripada tititnya suamiku…”1431Please respect copyright.PENANAnabQpcKEiY
Setelah itu, kami kembali ke kamar Norman. Dia memakai celana pendeknya tanpa memakai celana dalam, sementara aku langsung mengenakan daster yang tadi. Celana dalamku disita Bang Norman. Buat dibawa ke kota katanya.. biar kalo kangen aku, dia mau coli sambil cium-cium celana dalamku.. aku sedikit tersenyum malu mendengar permintaannya itu.. agak Ge-er. Namun bangga juga sih..
“Bang, aku pamit pulang ya. Keburu pagi..” ujarku sambil minum minuman botol yang diberikan Bang Norman. Bahkan aku belum rapih berpakaian, tetekku aja masih kemana-mana.
Norman berdiri dan menyandarkan tubuhnya sambil membakar sebatang rokok. Ia hanya menyahut singkat. “Iya Res.. pulanglah. Terima kasih untuk malam ini.”
Rupanya preman begundal ini bisa juga berterima kasih, batinku heran. Aku teringat, kemarin ia juga berterima kasih kepadaku saat menurunkanku di depan rumah setelah aku melayaninya untuk pertama kali. Sepertinya ia merasa puas sekali bersetubuh denganku, hingga bisa berucap terima kasih.
Namun terlintas pertanyaan di pikiranku. Suatu hal yang harus aku tanyakan pada si Abang. “Bang.. hmmm… mau tanya boleh?”
“Tanya apa?”
“Mmh.. mau tanya.. kenapa kamu pengen ngeliat memek aku nggak ada bulunya?”
“Tapi jangan marah ya kalau aku cerita...” ujarnya. Aku mengangguk setuju. Lalu dia mulai bercerita, “Dulu aku pernah ngentot anaknya si Rusdi, temenku. Anaknya masih SD saat itu... kelas 6 kalo nggak salah. Namanya Aisah. Sekarang dia udah kelas 2 SMP. Temenku sih nggak tau. Yaa.. namanya juga memek anak kecil, kan belum ada bulunya tuh.. Bukannya aku pingin nyama-nyamain yaa.. cuma sejak saat itu, aku jadi seneng ngeliat perempuan yang memeknya gak berjembut..”
“Hmm..” gumamku. “Berapa kali kamu ewe si Aisah? Sekarang masih?” tanyaku dengan nada yang.. hmm.. aku kaget sendiri mendengar nada bicaraku.. aku sedikit cemburu.. aahh..
“Yaa... sering laahh. Itu anak ketagihan. Sampai akhirnya, kami ketahuan sama Leli, bininya Rusdi. Dia memergoki aku lagi ngewe sama anaknya itu. Hampir aja dia mau marah, Res.. Tapiiiii… pas si Leli ngeliat kontolku... hmmm... dia malah minta di entot juga… Aku bilang aja.. Yaaa.. kalo mau, cukur jembut.. biar sama kayak memeknya Aisah. Dia nurut. Akhirnya, sering juga aku ngewe bertiga sama Leli dan Aisah. Tapii.. sejak aku ngeliat dan ngerasain memek istrinya si Hendra ini, aku udah nggak ngentot lagi sama mereka. Sama kamu aja...”
Aku nggak tahu harus gimana mendengar penjelasannya. Ada rasa bangga, marah.. Tapi aku pikir, yaaa... itu kan kisah masa lalunya Bang Norman. Dan aku memutuskan untuk nggak mau membahas lebih lanjut. “Oo.. gituu...” aku merespon. “Tapi janji yaa.. nggak usah nyari memek-memek botak yang lain...!!”
“Iya Resti sayaanngg... aku janji. Memekmu paling enak soalnya!” jawab si Norman.
“Uuuhh... gombal!”
“Beneran sayaanngggg….” Ujarnya lagi sambil mengulum bibirku. Hmm.. berarti si Bajingan ini udah nurut juga sama diriku, begitu pikirku. Berarti aku bisa memanfaatkan hal ini untuk menyelamatkan Mas Hendra.
Dan akhirnya aku nekat untuk membuat suatu permohonan. “Bang.. boleh aku minta sesuatu?” Norman hanya mengangguk. Aku teruskan pembicaraanku. “Sekiranya kamu mau beginian lagi, kamu sms atau telfon aku aja.. nggak usah pakai ancam-ancam Mas Hendra.. ya? Kasihan dia..”
“Beginian apa?” ujarnya menggodaku.
Aku tersenyum sambil mencubit lembut putingnya. “Iih.. kamu tuh. Nih.. aku perjelas yaaa.. kalo kontol kamu lagi pengen di ewe sama memek aku, kamu telfon aku aja...”
Norman tertawa tertahan, tapi ia mengabulkan permintaanku.
“Terima kasih ya Bang..” ujarku.
“Buat apa?” Tanyanya.1431Please respect copyright.PENANAC7nSUZ0RKi
“Hmm.. buat menuruti permintaan aku... buat malam ini.. dan.. hmmm... buat inimu!” kataku sambil merogoh celana pendeknya dan menggenggam dengan gemas gundukan besar daging didalamnya. “Kontol kamu buat aku aja ya Bang...” Norman malah memeluk tubuhku dan mengulum bibirku dengan bernafsu sekali.
“Res..” katanya. “..mulai sekarang, kamu aku jadiin perekku.. mau ya? ”
Aku agak kaget dengan pertanyaannya itu, namun tanpa berpikir panjang, aku langsung menjawab.. “Hmm.. iya.. aku mau.. Tapi jangan sampai ketahuan orang ya Bang.. apalagi suamiku..” Norman mengulum bibirku sambil meremas-remas pantatku. Aku rasa itu adalah jawabannya.1431Please respect copyright.PENANAWVqRp6sRaf
Dan dengan ditemani dirinya, aku segera beranjak keluar dari kamarnya, menuju pintu belakang. Namun langkah kami terhenti, kami terdiam karena terkejut. Di depan pintu kamarnya Norman, ada ibunya yang berdiri memandangi kami berdua.. sepertinya ia juga terkejut dengan keberadaanku dirumahnya.
“Lho.. Resti... ka.. kamu..” ujarnya terbata-bata.
Namun belum sempat Norman menjawab ibunya, aku duluan yang berinisiatif merespon perempuan tua ini. “Iya.. ini saya Bu.. Resti.. Istrinya Hendra..” kataku. “Saya sekarang adalah pereknya Bang Norman.. malam ini, saya lagi melepas kangen. Saya mohon, ibu nggak bilang sama siapa-siapa tentang hal ini.. ngerti ya bu..”
“Tapi.. kamu.. hmm.. maksudnya?” tanya Ibu si Abang dengan nada menyelidik. Karena aku yakin dia melihat tubuh telanjangku menerawang dari balik baju tidurku yang tipis ini.
“Anu bu...” sahutku sambil tersenyum, “..ehm.. aku jujur aja yaa.. beberapa hari lalu, aku diperkosa sama si Abang.. tapiii.. yang nggak aku duga, aku malah ketagihan. Jadi barusan, aku sama Abang habis beginian lagi..” lanjutku sambil menjepitkan ibu jari tangan kananku diantara jari telunjuk dan jari tengah.
Ibu si Norman malah tersenyum setelah menyadari dan mengerti apa maksudku. “Ooo.. ya sudah.. ibu ngerti. Ibu akan simpan rahasia ini. Besok-besok kalau mau beginian lagi sama si Norman, disini aja ya...”
Aaahhhh.... lega sekali kami mendapat respon yang seperti ini. Dan secara naluriah, aku memeluk tubuh si Abang dari samping kanannya seraya bertanya kepada ibunya, “Jadi ibu nggak marah kalo saya jadi pereknya si Abang?”
Dia malah tersenyum bijak sambil menggeleng. “Ibu malah senang, tau si Norman tidurnya sama kamu.. daripada dia jajan kemana-mana. Kamu perempuan baik, alim, sholatnya rajin.. dan kamu juga.. mmh.. cantik dan pintar jaga badan.
Sayangnya suami kamu begitu.. makanya wajar kalau kamu mau nyobain si Norman..” katanya. “Dan kamu..” sahutnya lagi sambil menatap si Abang, “..jangan disia-siain si Resti! Jangan cuma di rasain doang.. harus mulai tanggung jawab. Ngerti?”
Si Abang mengangguk-angguk mendengar kata-kata ibunya. Dan karena aku harus segera pulang, aku mohon pamit sama ibunya si Abang. Dan sebagai kata-kata perpisahan, dia bilang begini, “Ya sudah kalau mau pulang. Hati-hati ya sayang. Kamu juga harus bisa jaga-jaga ya... usahakan jangan sampai hamil.. kalo mau itumu terus rapet, ibu bisa bantu pijat..”
Setelah celingak-celinguk dan memastikan tidak ada orang di sekitar sini, kami langsung melangkah dengan cepat menuju rumahku. Di depan pintu belakang rumahku, kami berpisah.. paling tidak untuk beberapa hari kedepan.. Karena dia mau ke kota untuk urusan pekerjaannya. Lalu Norman memeluk erat tubuhku kembali sambil mengulum bibirku. Dan dia sempat berpesan, “Sebelum aku berangkat besok, kita ngewe lagi ya Res.. Dan suamimu jangan kamu kasih jatah dulu.. Ya?” Aku mengangguk setuju.. dan setelah berpelukan dan berciuman mesra sekali, aku melangkah masuk kedalam rumah. Seiring dengan Norman yang berjalan balik ke rumahnya.1431Please respect copyright.PENANA05tYTSlhwF
Setelah berada di dalam rumah, aku bergegas mengunci pintu, lalu membersihkan diri sekenanya di kamar mandi. Aku sangat lelah dan mengantuk. Setelah itu, aku masuk ke dalam kamar. Aku kaget lihat Mas Hendra sedang duduk di pinggiran tempat tidur.
“Lho.. Mas sudah bangun?” tanyaku, berusaha menjaga omongan agar dia tidak curiga.
“Iya.. baru saja. Pas dengar kamu di kamar mandi. Sudah subuh ya?” tanyanya. Aku tak sadar kalau sekarang sudah jam 4 pagi. Berarti lama sekali aku berada di rumah Norman.
“Iya Mas.. mau sholat Subuh bareng?” tanyaku lega. Ternyata dia tidak tahu kejadian dan kenikmatan apa yang baru saja dialami oleh istrinya. Aku segera merapikan selimut yang berantakan di atas tempat tidur, dan setelah mengecup kening suamiku itu, dia beranjak ke kamar mandi untuk ber-wudhu. Lagi-lagi aku agak sedih saat teringat bahwa aku baru saja melayani nafsu bejat si Norman, dan gilanya, bahkan aku turut menikmatinya. Aku benar-benar merasa bersalah. “Mas Hendra, mohon maafkan aku…,” ucapku dalam hati. Walaupun aku sedikit merasa sedih, tapi aku nggak bisa berbohong pada diriku sendiri. Sekuat apapun aku mencintai suamiku, aku tak bisa memungkiri bahwa si Norman selalu bisa membuatku merasakan apa yang disebut dengan kepuasan dalam bercinta.1431Please respect copyright.PENANAEOJndg3Xq1
Dan aku menyadari, tubuhku selalu merasa nyaman setelah meraih puncak kenikmatan bersama dia. Maka itu, aku memutuskan untuk tetap akan melanjutkan hubungan gelapku dengan bajingan berkontol besar itu. Yaaahh.... semacam pacaran diam-diam lah.. hihihi.. Dan seiring dengan masuknya Mas Hendra ke dalam kamar, aku tersenyum karena hatiku terasa lega. Mas Hendra memang membalas senyumanku. Tapi dia tidak perlu tahu kalau senyumanku bukan buat dia, tapi untuk janji Bang Norman yang akan datang pagi nanti, setelah suamiku berangkat, untuk kembali menghujamkan kontol besarnya kedalam memekku.. hihihihihi....
Tidak lama kemudian, aku dan suamiku Sholat Subuh berjamaah.. dengan tenang.
ns 15.158.61.6da2