![](https://static.penana.com/images/chapter/1566107/Kb_Screenshot_63.jpg.jpeg)
#1 Namaku Laras
1397Please respect copyright.PENANAAbvVCLM9jL
“Umi cuma punya dua tangan!” Seruku kepada mereka berdua yang sibuk ke sana-kemari. “Abi, makan dulu, ih!” seruku lagi kepada suamiku sambil membolak-balik ayam di penggorengan dengan gemercik minyak yang meletup-letup kecil.1397Please respect copyright.PENANAoX2NaI0t2e
1397Please respect copyright.PENANAbWBHVJU3Ix
“Abi gak ada waktu, mi. Udah telat!” Jawab Suamiku, Dimas. Ia terlihat sibuk membenarkan dasinya yang sedikit miring. “Abi berangkat dulu.” Dimas menghampiriku dan memelukku dari belakang, tak lupa ia mengecup puncak kepalaku dengan mesra.1397Please respect copyright.PENANA2gF8kz7yvk
1397Please respect copyright.PENANAR9SRswZ4sR
“Adit jangan sampe telat!” Kata Dimas kepada Adit, anakku.1397Please respect copyright.PENANAyHJcmy7Bj2
1397Please respect copyright.PENANAL4bPha4ugx
Adit mengangguk. “Hati-hati, Bi.” Ia duduk di meja makan dengan seragam rapi. Dimas tersenyum dan kemudian menghilang dari meja makan.1397Please respect copyright.PENANAncfbPUpzyx
1397Please respect copyright.PENANA4ccMhOfkjQ
Aku meletakan dua ayam goreng di meja makan, lalu duduk berhadapan dengan Adit, anakku satu-satu-nya. Adit sangat mirip dengan suamiku, dari wajahnya, sifatnya, pun caranya makan, seperti kloningan sempurna tanpa cacat.1397Please respect copyright.PENANAa0gOAOaelR
1397Please respect copyright.PENANAp4fqHIg6q7
Adit menyendok Nasi ke piringnya dan mengambil satu goreng ayam bagian paha.1397Please respect copyright.PENANAUbwiURUqTR
1397Please respect copyright.PENANAZlxhQeBZuB
“Jangan buru-buru, sayang.” Aku menuangkan air ke gelas dan menyodorkan kepadanya.1397Please respect copyright.PENANAcp9ua6pDaw
1397Please respect copyright.PENANARqGCeDQ6L5
“Takut telat, bun,” kata Adit. Hari senin memang sangat sakral bagi sebagian anak SMA kelas tiga seperti anakku ini.1397Please respect copyright.PENANAVDDIe6viZy
1397Please respect copyright.PENANAiuI8ZcyqmA
“Nanti keselek, lho,” kataku, memperingatinya.1397Please respect copyright.PENANA8a9KSNjfgS
1397Please respect copyright.PENANA9u32nZYZSt
Adit menghiraukan. Ia makan dengan terburu-buru. Tak lama kemudian, ia berdiri. “Adit berangkat dulu, ya, bun.” Ia menghampiriku. Aku berdiri dan mengulurkan tangan. Dengan takzim Adit mencium punggung tanganku.1397Please respect copyright.PENANAxxWofWZHbk
1397Please respect copyright.PENANA3uRujcXXDR
“Hati-hati, sayang,” kataku sambil mengusap rambutnya. “belajar yang giat.” Adit tersenyum, lalu melangkahkan kakinya keluar rumah.1397Please respect copyright.PENANA7w6KRAuf0O
1397Please respect copyright.PENANADQJQwrAqm2
ia berangkat ke sekolah menggunakan motor. Walaupun aku tak membenarkan hal seperti itu, sebab ia sendiri tidak memiliki SIM. Tapi, aku selalu memperingatinya untuk selalu menggunakan Helm. Lagian, suamiku terlalu sibuk untuk mengantar-jemputnya. Aku sendiri? Tak bisa mengendarai motor maupun mobil.1397Please respect copyright.PENANAbyuUK7pg9A
1397Please respect copyright.PENANAmAfEBYXzFB
Dari jaman kuliah, aku selalu menggunakan Taxi atau alat transportasi lainnya. Dahulu, Umiku selalu berkata, Laras, kamu harus belajar nyetir. Mau sampe kapan kamu bergantung sama Abi? Aku hanya tersenyum dan mengganguk. Abi pun begitu, Mbak, mau diajarin nyetir mobil? tanya Abi kepadaku, sewaktu-waktu. Aku hanya menggeleng. Menolak.1397Please respect copyright.PENANAE9tmoP68aF
1397Please respect copyright.PENANAdm7mgtvkHj
Aku mempunyai ketakutan tersendiri soal berkendara. Sewaktu aku masih kelas 4 Sd, aku menyaksikan anak yang seumuranku tertabrak mobil, tepat di hadapanku. Dan itu sungguh menyeramkan sekali. Apalagi untuk anak yang usianya baru menginjak 10 tahun. Sampai sekarang, kejadian tersebut masih terlintas di pikiranku. Tidak bisa menghilang, dan menghantui terus menerus, seperti sebuah pembelajaran yang harus kuingat-ingat.1397Please respect copyright.PENANA5CCQDQ2QuL
1397Please respect copyright.PENANAU6i5wF49Hl
Seperti ibu rumah tangga pada umumnya, aku menghabiskan sebagian waktuku di rumah, berkemas, berbelanja keperluan dapur, dan sebagainya. Di usiaku yang ke 38 tahun, aku harus tetap produktif dan terus melakukan kewajibanku sebagai istri sekaligus ibu.1397Please respect copyright.PENANAOGKMLjeqx7
1397Please respect copyright.PENANAvcjrWUC7LK
Aku teramat bahagia sepanjang pernikahanku dengan Dimas. Aku bersyukur sekali menikahi lelaki yang ku kenal sejak dari bangku perkuliahan itu. Dimas, adalah sosok lelaki yang penyabar, sholeh, dan penuh tanggung jawab. Tidak seperti di film-film, kami tak pernah bertengkar hebat, palingan bertengkar karena masalah sepele. Dimas juga sosok imam yang baik, ia selalu memperingatkanku terhadap kewajibanku terhadap Tuhan. Apapun yang terjadi, bunda gak boleh ninggalin solat. Begitulah ia sering menasehatiku.1397Please respect copyright.PENANAkatklYs3AA
1397Please respect copyright.PENANAlmUXbxT7jH
Sewaktu kuliah, Dimas adalah kating-ku. Dimas lebih tua dua tahun di atasku. Ia sering ikut organisasi. Kami bertemu di salah satu organisasi literasi. Aku masih ingat ketika pertama kali ia menghampiriku dan berkata, saya mau mengenal kamu lebih jauh, tapi, saya gak mau mengajak kamu dalam kemaksiatan. Mengingat-ingat itu, membuatku tergelitik. Kemudian, pendekatan kami terus berlanjut. Kami tidak pernah memiliki hubungan yang disebut pacaran, aku sendiri menghindari sebuah maksiat yang dinamakan Zina. Sedari kecil, aku sudah dibentuk oleh agama yang kuat, Abiku pemilik pesantren, jadi tidak heran aku selalu menjalani kehidupan seusai syariat agamaku.1397Please respect copyright.PENANAMW0t7S8Pyy
1397Please respect copyright.PENANAVY12zkp705
Begitupun Dimas, ia memegang teguh norma-norma agama. Tidak pernah sekalipun ia menyentuhku sebelum menikah. Satu tahun setelah aku Wisuda, Dimas segera melamarku. Hari-hari indah itu masih jernih dalam ingatanku. Ia datang bersama keluarganya. Dimas tampak elegan dengan baju koko dan senyum yang tergores di wajahnya.1397Please respect copyright.PENANAroaAVeRNRP
1397Please respect copyright.PENANALvMpVsZfM0
Di ruang tamu rumahku keluargaku dan Dimas berkumpul. Saling tertawa dan membahas perihal tujuan kedatangan keluarganya. Aku hanya mengulum senyum dan menunduk di antara keramaian. Gimana, mbak? Tanya Abi kepadaku perihal lamaran Dimas. Aku mengangguk dan tersipu. Menerima lamarannya.1397Please respect copyright.PENANAYn5rH8jMLf
1397Please respect copyright.PENANAJVg5Lbl6OC
Malam pertama kami begitu kakuk. Kami duduk di ranjang tanpa bercakap sepatah-kata. Dimas sama sekali tak bergerak untuk menyetubuhiku. Begitupun aku, aku sama sekali tidak mempunyai pengalaman perihal sex. Maka, malam pertama kami, tidak ada persetubuhan, kami sama-sama tertidur pulas sebab letih menyambut tamu.1397Please respect copyright.PENANAlbnIoSFRTU
1397Please respect copyright.PENANAfFdbgUsk8S
Di minggu pertama, Dimas merenggut perawanku. Aku bahagia bisa memberi mahkotaku kepada suamiku, bukan kepada orang lain. Dan sebagai orang yang sudah menikah, menyenangkan suami tentu saja mendapatkan sebuab imbalan berupa pahala.1397Please respect copyright.PENANAMl27iC9lV4
1397Please respect copyright.PENANAyeD472aQVR
Tahun-tahun berlalu. Pernikahan kami semakin erat sampai detik ini. Hasil dari pernikahan kami adalah Adit, anak cowokku, dan satu-satu-nya.1397Please respect copyright.PENANA9yG6NFcZo5
1397Please respect copyright.PENANAk8jS76N5Mg
Adit, anakku, tergolong anak yang sopan dan sholeh. Aku selalu mengajarkannya etika-etika mendasar yang harus ia pahami. Di masyarakat sekarang, banyak sekali hal-hal melenceng yang jauh dari Etika-etika dan norma yang berlaku. Aku, sebagai ibu, tidak ingin anakku sampai terjatuh ke dalam sebuah jurang yang dinamakan kemaksiatan.1397Please respect copyright.PENANASFTfBdbkST
1397Please respect copyright.PENANAyQmSIR6FGg
Aku termasuk selektif kepada anakku. Aku tidak ingin dia berteman dengan sembarangan orang. Remaja-remaja seumurannya pastilah ingin mencari jati diri. Tapi, sebagai ibu aku tidak ingin dia terlampau jauh. Seperti mengikuti tawuran, narkoba, sex bebas, dan sebagainya. Oleh karena itu aku membatasi pergaulannya.1397Please respect copyright.PENANAig8h9g13kL
1397Please respect copyright.PENANACG0cs5YNmf
Yang aku tahu, Adit, hanya memiliki satu sahabat, Namanya, Fajar. Aku sendiri mengenal Fajar sudah lama. Ia adalah sahabat anakku sedari kecil. Aku mengenal baik Remaja bernama Fajar itu, bahkan aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri. Selain ia periang dan sopan kepada yang lebih tua. Ia juga sering mengarahkan Adit ke hal-hal yang bersifat positif. Aku memang cukup dekat dengan Fajar, kami sering berbincang, sebab ia sering berkunjung ke rumahku. Selain ia sahabat anakku sedari kecil, ia juga satu sekolah dengan Adit. Oleh karena itu aku sering bertanya perihal perkembangan Adit di sekolah.1397Please respect copyright.PENANA9LYcOknk9O
1397Please respect copyright.PENANAl9hDccfDqk
Aku juga menaruh simpati kepada Fajar. Ia hidup hanya berdua dengan neneknya. Sepengetahuanku, ibunya meninggal sewaktu melahirkannya. Ayahnya sendiri adalah pria yang tidak bertanggung jawab, yang lepas tangan ketika ibunya hamil.1397Please respect copyright.PENANArYxegEapgm
1397Please respect copyright.PENANAhr1rMkKgXb
Fajar, cukup dewasa untuk anak seusianya. Ia sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Walaupun ia bekerja serabutan. Kadang, aku juga sering mengantar makanan ke rumahnya. Simpatiku kepadanya mendapat dukungan dari Suamiku. Sesama manusia kita memang harus berbagi, mi. Kata Dimas kepadaku. Abi bangga sama Umi.1397Please respect copyright.PENANAEputFCdDHm
1397Please respect copyright.PENANAphyjBc81rx
Seperti biasa, sepulang sekolah, Adit dan Fajar sering menghabiskan waktu bermain PS. Aku tak mempermasalahkan hal tersebut, asalkan mereka masih ingat waktu untuk ibadah. Seperti yang di lakukan mereka sore ini. Selepas pulang sekolah, Adit lekas menghambur ke kamarnya, diikuti oleh Fajar. Aku hanya menggeleng melihat tingkah dua remaja itu.1397Please respect copyright.PENANAdw34KKQCJp
1397Please respect copyright.PENANASfUUMv9wQH
Terdengar deru langkah. Aku menoleh ke belakang. Fajar tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.1397Please respect copyright.PENANAAgRg0jIqgB
1397Please respect copyright.PENANAcdPvx95M4Q
“Udahan main PS-nya?” Tanyaku.1397Please respect copyright.PENANArxg4fR8uf8
1397Please respect copyright.PENANAz3j7C2WszA
Fajar duduk di hadapanku. Meja menjadi penengah di antara kami. “Udah, tan,” jawabnya.1397Please respect copyright.PENANAYxkUNaBgel
1397Please respect copyright.PENANAi0jwIOgABM
Aku dan Fajar memang selalu mengobrol. Sekedar membahas buku-buku baru-baru ini yang kami baca, atau sedikit berdiskusi perihal hal-hal tentang kehidupan. Fajar, jauh lebih dewasa dari anakku, terlihat dari bacaan nya yang berat, dan juga pemikirannya yang sering kali membuatku terpukau.1397Please respect copyright.PENANAFP9kVyeA6K
1397Please respect copyright.PENANAWdoqcMYQbu
“Novel Kafka yang kemarin udah dibaca habis, Tan?” tanya Fajar.1397Please respect copyright.PENANAarSlgDfD6T
1397Please respect copyright.PENANAqFV6tTPR8e
“The Castle, udah,” kataku. “Kalau Metamorfosis, baru setengah halaman.”1397Please respect copyright.PENANA4BBI2eeEOe
1397Please respect copyright.PENANA4bJxsIgHF5
Fajar mengangguk.1397Please respect copyright.PENANAT3jPGBCAam
1397Please respect copyright.PENANA45jvS3y3Nw
“Kamu udah makan?” tanyaku. “Kalau belum, tante ambilin, mau?”1397Please respect copyright.PENANAwGxYihmWX8
1397Please respect copyright.PENANAxtuomoG3Iy
Fajar tersenyum lebar. “Belum, Tan.” Ia terkekeh.1397Please respect copyright.PENANA6JSj8UxRrB
1397Please respect copyright.PENANAUMYOhqNRZF
Aku mengernyitkan wajah dan tersenyum kepadanya. “Dasar kamu.” kataku, kemudian berdiri. “Ayo.”1397Please respect copyright.PENANAwAvNkXbgue
1397Please respect copyright.PENANAAfnFI03hZm
Kami berpindah ke meja makan. Aku meletakan sepiring nasi dengan lauk ayam goreng di meja. Dengan lahap Fajar menyantap masakanku. Aku tersenyum melihatnya makan dengan lahap.1397Please respect copyright.PENANAVXj2x3aH8J
1397Please respect copyright.PENANAlQaY4Ww1Kk
Aku menuangkan air dan menyodorkan kepadanya. “Kalau kamu laper, jangan sungkan datang ke sini, Jar.” Aku beranjak duduk.1397Please respect copyright.PENANAL2t7Tlidgy
1397Please respect copyright.PENANAvFXgQgyx8B
Fajar menjawab dengan mulut yang penuh, “Makasih, Tan.”1397Please respect copyright.PENANAjCrirjQzw4
1397Please respect copyright.PENANAU59omfX4yt
“Udah, habisin dulu makanannya, baru ngomong,” kataku.1397Please respect copyright.PENANAPIEIGxnws7
1397Please respect copyright.PENANAYp6afQUec3
“Tante baik banget, tambah sayang, deh,” Ia tersenyum kepadaku dengan piring yang sudah kosong. Ludes tak bersisa.1397Please respect copyright.PENANA2mgxJe9du8
1397Please respect copyright.PENANAHFMjTCu2I0
“Tante, kan, memang baik,” kataku, bangga.1397Please respect copyright.PENANAeAA4G4d7VB
1397Please respect copyright.PENANAVgCFMmzecW
Fajar meneguk air. “Semoga kelak dapet istri kaya tante, amin,” Ia melayangkan senyum riang kepadaku.1397Please respect copyright.PENANArfZ6NH3IdD
1397Please respect copyright.PENANAPduBTcJUYj
Aku terkekeh. “Makanya, sekolah yang bener, kejar cita-cita. Biar kelak sukses, dan dapat pasangan yang setara.”1397Please respect copyright.PENANAbB5o5lIbdt
1397Please respect copyright.PENANAr9qRRMNWZt
Fajar menatapku, dalam. Kemudian tertawa. Aku menatapnya bingung, “Kenapa, ih?” tanyaku. “Wajah tante aneh, ya?” Aku mengeluarkan ponselku dan berkaca di layar hitam, sekiranya ada sesuatu yang menempel di wajahku.1397Please respect copyright.PENANA5hadCvcqZT
1397Please respect copyright.PENANAyaDfMcWOw9
Fajar malah terkekeh. “Tante cantik, banget.”1397Please respect copyright.PENANAoBhQzFWIB5
1397Please respect copyright.PENANAwHKS0qW7QC
Aku malah tersipu. Agak malu, aku bertanya, “Kamu belajar gombalan dari mana?”1397Please respect copyright.PENANAh1G3V3KCGd
1397Please respect copyright.PENANAIkEWQK3lbi
Fajar berdehem. “Dari sini.” Ia menunjuk dadanya. “dari hati.”1397Please respect copyright.PENANAxhSJ36p742
1397Please respect copyright.PENANAY1yOYPnNEz
Aku menggeleng. Fajar tidak seperti biasanya. Baru kali ini ia berani menggombaliku. Aku tak menganggap serius, mungkin ia bermaksud bercanda dan mencarikan suasana.1397Please respect copyright.PENANAVU0jSnEMtS
1397Please respect copyright.PENANAmqI0dgrnIP
Fajar sendiri memiliki tampang wajah yang menurutku lumayan tampan. Yang membuatnya menarik adalah, tingginya yang berkisar 178 Cm, yang jika aku berjalan bersampingan dengannya, aku terlihat pendek sekali. Remaja sepertinya memang masih dalam masa-masa pertumbuhan. Mungkin di kalangan remaja putri, sosok fajar adalah yang diidamkan-idamkan.1397Please respect copyright.PENANAKRUzllZ3Dx
1397Please respect copyright.PENANARrGWYasy8b
Aku mengambil piring bekas Fajar makan. Ruang makan dan dapurku menyatu. Selain hemat tempat, juga lebih Efisien. Aku membuka keran. Percikan air membasahi piring, tak lupa aku usap lembut dengan spons.1397Please respect copyright.PENANA46w92MqTt8
1397Please respect copyright.PENANAcBxOUW6xhh
Fajar menghampiriku. Bahu kami saling bersentuhan. Aku memang sudah menganggapnya anakku sendiri, tapi, kami bukanlah muhrim. Tentu saja aku merasa risih. Tapi, entah kenapa ada perasaan tidak nyaman di hatiku jika aku bergeser.1397Please respect copyright.PENANAR3Mlfn8luD
1397Please respect copyright.PENANANCdRgZw2X8
“Fajar aja yang cucinya, tan.” Fajar meraih piring dari tanganku. “Tante duduk aja.”1397Please respect copyright.PENANAOExqCL1taU
1397Please respect copyright.PENANAheFDFQydBe
Aku mengiyakan. Lalu duduk di bangku meja makan. Tak lama, Fajar menyusul, duduk di sebelahku. Hening sejenak. Tidak ada obrolan. Hanya bunyi detik jam dari kejauhan yang mengisi keheningan. Sampai akhirnya, Fajar memecah hening.1397Please respect copyright.PENANAkCfvFTPcfV
1397Please respect copyright.PENANA8Kze4ZBsmX
“Makasih, tan,” Ia melirikku. “Tante baik banget sama Fajar.”1397Please respect copyright.PENANAXc1hAWbeW5
1397Please respect copyright.PENANASPFXH4ALNB
Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum. “Jar, udah kewajiban manusia untuk berbuat baik sesamanya,” kataku. “Lagian, kamu juga udah bantu tante banyak, kok.”1397Please respect copyright.PENANATivZDKJ0Qi
1397Please respect copyright.PENANAfRqU7359vN
Mata kami bertemu. lima detik kami saling bertatapan. Tidak ada yang mau mengalah. Entah kenapa wajahku kaku, enggan untuk berpaling.1397Please respect copyright.PENANAov1ie6F1LP
1397Please respect copyright.PENANAjsTw2XJHiN
“Cie pacaran.”1397Please respect copyright.PENANA4n2SO5frdA
1397Please respect copyright.PENANA6G4YVNjRzD
Sontak aku memalingkan wajah, beralih menatap anakku yang beranjak duduk di hadapan kami.1397Please respect copyright.PENANAtQ4Baig5kx
1397Please respect copyright.PENANAcSPwZA1i5x
“Mi.” Adit menggaruk kepalanya. ia terkekeh ringan. Jika sudah begini, pastilah ada yang diinginkannya. “Boleh gak Adit ikut camping sama teman sekolah?” tanyanya, kemudian.1397Please respect copyright.PENANAnYEldSp9KA
1397Please respect copyright.PENANAvqeiJx0JRs
Aku menghela nafas. “Camping sekolah?” tanyaku menyelidik. “kalau kalian yang adain acaranya, Umi engga kasih izin.”1397Please respect copyright.PENANACAHkqgWngP
1397Please respect copyright.PENANAJkx8QQeRGt
Adit terlihat berfikir sejenak, kemudian berkata, “Dari sekolah, Mi. Acara pramuka,” jawabnya. “Iya, kan, Jar?” ia melirik Fajar.1397Please respect copyright.PENANASKamYa7wtf
1397Please respect copyright.PENANALdhyyIoBLt
Aku menatap tajam ke arah Fajar, memintanya hendak berkata jujur. Fajar terkekeh dan berkata, “Engga, tan. Adit bohong. Kemah pramuka udah selesai bulan kemarin.”1397Please respect copyright.PENANAFsdrmX7Kth
1397Please respect copyright.PENANABtNc6EJE93
Aku balik menatap Adit. Adit menunduk. “Kenapa bohong sama Umi?” tanyaku, sedikit galak. “kamu gak boleh bohong sama orang tua. Dosa.”1397Please respect copyright.PENANA5l0FLYcWeP
1397Please respect copyright.PENANAABLI5KEUsr
Sambil menunduk, Adit berkata, “Maaf, bun. Lagian kalau Adit jujur, Umi engga kasih izin juga.”1397Please respect copyright.PENANAkMlCXe5lYJ
1397Please respect copyright.PENANAYWFQdZGHoW
“Tapi, bukan berarti kamu harus bohong, kan?” Aku menghela nafas lagi, cukup dalam. “yaudah, kali ini Umi izinin. Tapi, awas aja kamu macem-macem.”1397Please respect copyright.PENANAWfYqxrr2ZN
1397Please respect copyright.PENANAj03iU9GS0Z
Adit mendongak menatapku dengan binar di mata. “Makasih, Umi. Sayang Umi banyak-banyak.”1397Please respect copyright.PENANAFrXFLYzB5P
1397Please respect copyright.PENANACg2W0kVJ24
Aku tertawa ringan, lalu menoleh ke Fajar. “Kamu awasi Adit, Jar.”1397Please respect copyright.PENANA4aRC7APJ8e
1397Please respect copyright.PENANAAEFWGY5KK1
“Fajar gak ikut, tan.”1397Please respect copyright.PENANAuWXPDiLmbM
1397Please respect copyright.PENANA6Phi0vydtE
Adit menimpali, “Fajar sama Adit gak satu kelas, Mi. Acara ini, khusus buat kelas Adit aja.”1397Please respect copyright.PENANA6QNDSv3wbu
1397Please respect copyright.PENANAInEYhL9DmP
Aku mengangguk, paham. “Yaudah. Kamu jangan aneh-aneh, ya, sayang.” Kataku sambil tersenyum menatap Adit.1397Please respect copyright.PENANAdEzU7fstzu
1397Please respect copyright.PENANA6OAWATgPWb
Adit menggangguk, antusias. “Siap Umi.”1397Please respect copyright.PENANAFEp6ozoutq
1397Please respect copyright.PENANA5hfBtbGzYi
***1397Please respect copyright.PENANADs0CxfDEqb
1397Please respect copyright.PENANATaHwdC8UCn
Minggu pagi adalah hal yang paling di tunggu. Terutama bagiku. Di minggu pagi, aku bisa merehatkan tubuhku sejenak, bisa bermain ponsel sepuasnya, atau bisa membaca buku dengan khidmat. Seperti yang aku lakukan sekarang, di ruang tamu di sebelah suamiku.1397Please respect copyright.PENANAOnl3WnIjto
1397Please respect copyright.PENANAJ1hW2JG2kB
Suamiku, Dimas, sibuk dengan laptop di pangkuannya. Ia cukup sibuk sekalipun adalah hari minggu. Dimas memang tipe-tipe Pekerja yang ambisius. Berkerja di bidang hukum membuatnya harus ekstra mengeluarkan tenaga. Terkadang, ia tak ingin di ganggu perihal kerjaannya.1397Please respect copyright.PENANABaydFlHKZS
1397Please respect copyright.PENANAQiLt45HSDG
Aku menghela nafas, bosan. “Bi, ke toko buku, yuk.” Aku meraih lengannya, dan menyandarkan kepalaku di bahunya. “Umi mau beli buku itu lho, yang best seller itu.”1397Please respect copyright.PENANAVnXaPbG2Wg
1397Please respect copyright.PENANAxnIN1pHcbM
“Apa?” Dimas masih fokus menatap layar laptop.1397Please respect copyright.PENANARQX4Sp4gie
1397Please respect copyright.PENANAN9InECpopa
Aku mendengus. “Karyanya Eka Kurniawan, Cantik itu luka.”1397Please respect copyright.PENANA7lJKktULNY
1397Please respect copyright.PENANAnfPDHT1leT
“Jangan, umi,” Bunyi ketukan keyboard terdengar. “gaya bahasanya vulgar. Gak cocok sama umi.”1397Please respect copyright.PENANABkaVcAE4Ym
1397Please respect copyright.PENANAj3gku2JgOT
Sedikit sebal, aku melepaskan lengannya dari pelukku. Tapi, Dimas sama sekali tak menggubris kekesalanku. “Abi, Ih.” aku merengek sambil memanyunkan bibir. “Umi ngambek, lho, ini.”1397Please respect copyright.PENANAJXsDgrburv
1397Please respect copyright.PENANAoaK3KNRYpL
Akhirnya Dimas menoleh ke arahku. Ia tersenyum, kemudian mendaratkan tangannya di puncak kepalaku. mengelus kepalaku yang terbalut jilbab. “Abi lagi ngerjain laporan. Minta antar sama Adit, ya?”1397Please respect copyright.PENANAFYwNyOSdgL
1397Please respect copyright.PENANANlNrv0yr7e
Aku mengangguk, terpaksa. Tak lama terdengar suara melengking Dimas memanggil Adit. Yang di panggil segera hadir.1397Please respect copyright.PENANADC4NLmCQVi
1397Please respect copyright.PENANAvWbIZRqjFf
“Kamu anterin umi ke toko buku,” Kata Dimas kepada Adit.1397Please respect copyright.PENANAwzUtOOQWiP
1397Please respect copyright.PENANAQ5vwzfmZLJ
Sambil berdiri, Adit berkata, “Adit bentar lagi berangkat, bi. Mau camping. Minta antar sama fajar aja, ya?”1397Please respect copyright.PENANAKN5i0DDJrG
1397Please respect copyright.PENANAfXh7hvJWRv
Dimas berfikir sejenak, kemudian suaranya melengking ke penjuru ruang, memanggil Fajar.1397Please respect copyright.PENANAdtN5fAtcCd
1397Please respect copyright.PENANAOWVPh6iziW
Setiap minggu, Fajar memang selalu berkunjung ke rumahku. Dan suamiku sendiri tidak mempersalahkan kehadiran Fajar. Bagi Dimas, Fajar adalah sosok remaja yang ulet sopan. Kadang ada beberapa pekerjaan rumah yang ia selesaikan. Sewaktu dulu, ketika atap genteng bocor, Fajar lah yang menambalnya. Ketika keran air rusak, Fajar yang memperbaiki. Sikap Fajar yang seperti itu, membuat suamiku menyukainya.1397Please respect copyright.PENANAT7CKmK5xVi
1397Please respect copyright.PENANAqDSLeXOF7E
“Jar, kamu anterin Umi ke toko buku, ya.” Kata Dimas kepada Fajar yang berdiri di sebelah anakku. “Kamu bisa nyetir, kan” Dimas meletakan kunci mobil di atas meja, di samping vas bunga.1397Please respect copyright.PENANAzP7hBvtYER
1397Please respect copyright.PENANABC7kZCjojU
Fajar mengangguk. “Bisa, om.”1397Please respect copyright.PENANAMT1GW3iPC9
1397Please respect copyright.PENANAsK7eFgzuPh
Fajar memanggil aku dan suamiku dengan kata ganti, “Om-tante”, padahal Dimas menyuruhnya untuk memanggil nama kami dengan, “Abi-umi”, tapi ia menolak.1397Please respect copyright.PENANAYGmi8CE4kd
1397Please respect copyright.PENANACpiKiqPs8U
“Umi ke toko bukunya sama Fajar aja, ya,” kata Dimas kepadaku.1397Please respect copyright.PENANA28H6X1wgaO
1397Please respect copyright.PENANAjBgbY9jkhP
Aku mengangguk.1397Please respect copyright.PENANAXjAwHo6K8x
1397Please respect copyright.PENANAHr146ydE7s
“Umi, Abi, Adit berangkat dulu.” Adit menghampiri kami berdua, lalu mencium punggung tanganku dan Dimas, bergantian.1397Please respect copyright.PENANAzKs6ZO5itp
1397Please respect copyright.PENANA0Ju1WIiToX
“Hati-hati, jangan macam-macam,” kataku kepadanya.1397Please respect copyright.PENANAWyWdUESQ0F
1397Please respect copyright.PENANA0XKCIC9EZu
“Siap, Umi,” jawab Adit dari kejauhan. Tak lama terdengar suara knalpot motor.1397Please respect copyright.PENANAEAG8TB4mO1
1397Please respect copyright.PENANApG8d6byEKs
Aku segera berdiri, “Jar, duduk dulu, tante mau ganti baju,” kataku kepada Fajar. Fajar mengangguk sambil duduk di hadapan suamiku.1397Please respect copyright.PENANA3RxQQgAcwG
1397Please respect copyright.PENANAOMiGRGuKYt
Aku memutuskan untuk mengenakan gamis pink serta jilbab yang warnanya sama. Aku meliukkan tubuhku kanan-kiri di depan kaca lemari. Di usiaku yang tidak muda lagi, aku masih memiliki tubuh yang masih bagus, terawat, dan juga bersih. Bisa dibilang, aku selalu menjaga tubuhku bagian luar maupun dalam. Mungkin karena itu, teman-temanku selalu berkata, Laras dari masih gadis sampai punya anak satu, tubuhnya gak berubah, masih bagus. Tentu saja aku tersanjung dipuji seperti itu.1397Please respect copyright.PENANAZb2hTrCeAR
1397Please respect copyright.PENANAB96LylLQvg
Di ruang tamu, Fajar dan Dimas, masih asik mengobrol, aku lekas menghampiri mereka.1397Please respect copyright.PENANAc1ct3zPy3d
1397Please respect copyright.PENANA1ZRFQW3RRy
“Ayo, jar,” kataku kepada Fajar. “tante udah siap.”1397Please respect copyright.PENANAboQUfhNBd9
1397Please respect copyright.PENANA31IC9ajBid
Fajar berdiri. “Om, saya anterin tante dulu, ya.” ia menunduk sopan ke suamiku.1397Please respect copyright.PENANAmoZsXhN2N3
1397Please respect copyright.PENANALvoexn42KW
Dimas membalas sambil tersenyum. “Hati-hati.”1397Please respect copyright.PENANA1OGlOphOL3
1397Please respect copyright.PENANAqdEnutgcXw
***1397Please respect copyright.PENANALllb5zueFt
1397Please respect copyright.PENANA9q54uo3RLM
Fajar memarkirkan mobil di tepian jalan. Di samping Toko Buku. Toko Buku ini memang kerap aku kunjungi semasa aku kuliah dulu. Lekas, aku dan Fajar masuk ke dalam. Aku menuju rak buku dengan label di atasnya bertuliskan: Novel sejarah. Akhir-akhir ini aku memang kerap membaca Novel berlatar sejarah. Sementara Fajar, beranjak menuju lantai dua Toko Buku ini. Aku membiarkannya dan fokus mencari buku yang ingin ku beli.1397Please respect copyright.PENANAM5QSnzjTJ8
1397Please respect copyright.PENANA8gTYaQhRbB
Aku memutuskan untuk membeli empat buku, karyanya Pramoedya Ananta Toer. Fajar sendiri tampaknya sedang asik memilah buku. Sambil memeluk empat buku, aku menaiki anak tangga, menyusul Fajar.1397Please respect copyright.PENANAN3Y5oZRgbY
1397Please respect copyright.PENANAVhsm24XRYk
Tiba di lantai dua, aku memperhatikan Fajar yang sibuk berpindah dari Rak buku ke rak buku lainnya. Aku menghampirinya. “Kamu kalau mau beli buku, beli aja, Jar. Tante bayarin,” kataku.1397Please respect copyright.PENANANKIdYtnK3G
1397Please respect copyright.PENANAEsCWdVoXDf
Fajar berbalik. “Mau beli dua boleh?” ia tersenyum.1397Please respect copyright.PENANAhADIxGXIyV
1397Please respect copyright.PENANArdqGnhUHz4
Aku terkekeh. Yang membuat aku menyukai sahabat anakku ini adalah karena sifatnya yang jujur. Ia bukan tipe remaja yang sungkan atau malu-malu. Fajar adalah tipe remaja yang jika berkata tidak, maka tidak, bukan berkata tidak, untuk sekedar menolak sebab perasaan tidak-enakan.1397Please respect copyright.PENANAAgVujkfuTC
1397Please respect copyright.PENANAxrxSksdgf6
“Mau beli seratus juga boleh,” kataku, bercanda.1397Please respect copyright.PENANApjNU6ZfCF8
1397Please respect copyright.PENANAnuaSq9lYJ1
Fajar terkekeh. Lekas ia menuju Rak buku yang bersandar di dinding. Aku menelan ludah, sebab ia mengambil sebuah kitab yang aku tau adalah Bible. Bukannya aku bermaksud Sara atau semacamnya, sepengetahuanku, Agama Fajar adalah Islam. Aku ingin lekas bertanya kepadanya, tapi urung, suasana dan tempat tidaklah mendukung.1397Please respect copyright.PENANAo7ELQqu505
.1397Please respect copyright.PENANAqmbsDKhUn3
1397Please respect copyright.PENANA9QRwwYxJRz
Fajar beranjak menuju Rak buku di sebelahnya. Aku berdiri di sampingnya sambil memperhatikan gerak-gerik-nya. Kemudian ia mencomot satu buku berjudul: Eksistensialisme adalah humanisme-Derida. Fajar memang menyukai buku-buku Filsafat, kadang beberapa kali ia menawarkan kepadaku sebagai bahan bacaan. Filsafat membantu kita bernalar dengan baik, lho, tan, kata Fajar sewaktu-waktu.1397Please respect copyright.PENANAvMiSO9jWJw
1397Please respect copyright.PENANA7y8UcUhG9K
Fajar menoleh ke arahku, ia mengangkat bukunya setinggi dada. “Udah, tan,” katanya sambil tersenyum. Kami berdua lekas menuju meja kasir.1397Please respect copyright.PENANAGpU22gKZpU
1397Please respect copyright.PENANAQgIVLDD16a
Aku memutuskan untuk tidak pulang terlebih dahulu. Aku ingin bersantai pagi ini.1397Please respect copyright.PENANAB6BCwasAvi
1397Please respect copyright.PENANAfV3AvL5ick
Di satu meja, saling berhadapan, kami berdua menikmati Es kelapa muda yang telah dikeruk dan dipindahkan ke gelas kaca. Rasa manis dari gula kirik menyentuh lidahku. Terik matahari yang membakar kepalaku seakan lenyap bersamaan dengan air kelapa yang berseluncur di tenggorokan.1397Please respect copyright.PENANAxASy9X60ij
1397Please respect copyright.PENANA7o0X3uyJGd
Aku memperhatikan Fajar sejenak, kemudian terkekeh geli. “Bukunya, kok, di bawa terus, gak bakal hilang, jar.” aku melirik bukunya di atas meja, samping gelasnya.1397Please respect copyright.PENANA1krq3itrbs
1397Please respect copyright.PENANAsNn5mkqpMK
Fajar menyeka bibirnya dengan lengan, sebab sebagian isi kelapa tersangkut di bibirnya. “Gak sabar bacanya, tan.”1397Please respect copyright.PENANArrAFzYIkhC
1397Please respect copyright.PENANAD1Hp5PvhlP
Aku menggeleng-menggeleng, heran, kemudian terbesit di pikiranku untuk bertanya kenapa ia membeli kitab bible. “Kamu jangan tersinggung, ya, Jar,” aku berusaha merangkai kata sehalus mungkin. “Kamu kenapa beli kitab bible? Bukannya kamu muslim?”1397Please respect copyright.PENANAnGI27TR78I
1397Please respect copyright.PENANALzEGHVBNog
Fajar malah terkekeh. “Aku kan kristen, tan.”1397Please respect copyright.PENANAZ5cQ0e5DfT
1397Please respect copyright.PENANARIvORZmyZj
Aku yang sedang menyesap Es kelapa tiba-tiba terbatuk. Refleks Fajar mengambil tisu dan menyodorkan kepadaku. Aku mengelap sekitar bibirku. “Kok bisa?” tanyaku. “kamu jangan aneh-aneh, deh, Jar.”1397Please respect copyright.PENANAB2nmsd30hL
1397Please respect copyright.PENANAaWAENJkfob
Fajar menghela nafas, dalam. “Aku murtad dua tahun yang lalu, tan,” Ia sedikit menunduk. “tante kecewa?”1397Please respect copyright.PENANAurBXAas4iY
1397Please respect copyright.PENANAwj6JK3Bivg
Aku tersenyum menatapnya. Aku hanyalah manusia biasa, yang tidak mempunyai hak untuk mengatur pilihan manusia lainnya. Lagian, keyakinan adalah sebuah pilihan, bukan paksaan.1397Please respect copyright.PENANAvfB9980WMr
1397Please respect copyright.PENANAMxGmQZzrpZ
“Jar, semua pilihan ada di tangan kamu,” kataku, lembut. “kalau kamu mutusin buat pindah agama, itu kan hak kamu. Tapi, tante kecewa dikit, sih.”1397Please respect copyright.PENANA3WKHkgEzzP
1397Please respect copyright.PENANAXECfe2djzV
Fajar tersenyum. lalu kami memutuskan untuk sibuk dengan es kelapa masing-masing. Berisik knalpot motor dan mobil terdengar di antara kami. Pun riuh suara dari pengunjung lain.1397Please respect copyright.PENANAfqSY8ciSvL
1397Please respect copyright.PENANAgPiR3go84v
“Tante mau mampir dulu ke rumahku?” Akhirnya Fajar bersuara. “baca buku di teras, gitu, nanti kita diskusi juga.” Ajaknya.1397Please respect copyright.PENANAXZHmUSvhcJ
1397Please respect copyright.PENANAHYAzOfIU00
Aku agak ragu untuk mengiyakan. mau bagaimanapun aku dan Fajar adalah lawan jenis. Apalagi jika berduaan dengannya, setan pasti punya celah untuk membisikan kami agar melakukan dosa. Tapi, entah kenapa, ada sebuah dorongan untuk aku mengatakan, iya.1397Please respect copyright.PENANA4U3qW1o4m9
1397Please respect copyright.PENANAHZxqGLMrbt
“Gimana, tan?” Fajar bertanya, lagi.1397Please respect copyright.PENANAvH3HZecvR7
1397Please respect copyright.PENANAPpOc3N7Ous
“Bentar, Jar.” Aku merogoh ponsel dari tas tenteng ku. “Mau minta izin sama abi dulu.”1397Please respect copyright.PENANAIl8sFiepOA
1397Please respect copyright.PENANAFudo9QUfgB
Fajar mengangguk.1397Please respect copyright.PENANAYRi36c1JGA
1397Please respect copyright.PENANA8bncvTdPey
Aku mengetik deretan huruf dan mengirimnya kepada suamiku.1397Please respect copyright.PENANAdGHUbBWHyJ
1397Please respect copyright.PENANAxsdytCA8js
Tak luma kemudian: Notif whatsapp berbunyi.1397Please respect copyright.PENANAQMAqRDwk4B
1397Please respect copyright.PENANAHJU4wysNxY
Aku meraih ponselku di atas meja, lalu mengetuk notif yang mengambang di atas layar ponsel, sebuah pesan WhatsApp dari suamiku, bertuliskan: Boleh, bun. Abi juga ini lagi di luar, ada meeting sama client. Rumah, abi kunci, kuncinya abi taruh di keset pintu. Pulangnya jangan kemaleman, ya.1397Please respect copyright.PENANANTYcFZV0Om
1397Please respect copyright.PENANAx1nzkrBZFH
Aku menatap Fajar sambil tersenyum. Fajar mengernyitkan sebelah alisnya. Kemudian aku mengangguk. Fajar yang mengerti lekas membalas senyumku. Entah kenapa, ketika senyum itu merambat pada mataku, ada sebuah desir yang tidak bisa kujelaskan, sebuah desir aneh, yang tak pernah kurasakan sebelumnya.1397Please respect copyright.PENANAYG0CopSyLF
1397Please respect copyright.PENANAQNEdYNeBxh
***1397Please respect copyright.PENANArCiRUmOgHM
1397Please respect copyright.PENANAAazF1iIVHJ
“Masuk, tan,” Fajar membukakan pintu rumahnya, sementara dia berdiri di samping pintu, menungguku masuk terlebih dahulu.1397Please respect copyright.PENANAmY3HW5DtfS
1397Please respect copyright.PENANAkujULWm3Y9
“Ada orang di dalam, Jar?”1397Please respect copyright.PENANA4UFskwyjJv
1397Please respect copyright.PENANA0g0L0dcfVK
“Nenek lagi kerja,” kata Fajar. “pulangnya sore.”1397Please respect copyright.PENANAgZVb27U6kv
1397Please respect copyright.PENANAAEPjpKabSe
Aku mengangguk. “Nenek memang kerja apa?”1397Please respect copyright.PENANAszohlI9jZu
1397Please respect copyright.PENANAOUbsXiPn3P
Fajar menggaruk kupingnya. “Masuk dulu, tan” katanya. “engga enak ngobrol sambil berdiri.”1397Please respect copyright.PENANATKPQc1ZxhE
1397Please respect copyright.PENANADyVXGOVAZc
Akhirnya aku melangkah masuk. Tercium aroma wangi dari pengharum ruangan yang di tempel di kipas angin atap. Dengan televisi tabung yang di sampingnya berdiri vas bunga, kiri-kanan. Ruang tamu ini di dekor dengan minimalis. Lantai-lantai beralas karpet dengan motif miky mouse. Tembok bercat hijau, dengan dua bangku di samping pintu.1397Please respect copyright.PENANAObJvOEAff0
1397Please respect copyright.PENANAHdfjOPyiL4
Rumah ini sendiri letaknya terpencil. Masuk ke dalam gang dengan luas lima meter, memungkinkan mobil untuk masuk. Jauh dari rumah yang lain, seperti terkucil dari sebuah kelompok.1397Please respect copyright.PENANAndcSVXKivf
1397Please respect copyright.PENANACryiK6VCuS
“duduk dulu, Tan,” kata Fajar. “mau teh atau kopi?”1397Please respect copyright.PENANA0wh64FfQgR
1397Please respect copyright.PENANAbmFR1C8RVO
“Kopi, Jar,” kataku, singkat. Fajar menuju dapur. Aku duduk di bangku, menatap kosong ke arah televisi tabung. Pandanganku terpikat ke sebuah gambar di tembok atas televisi. Seakan ada magnet tertentu, aku beranjak menuju gambar tersebut. Aku Berdiri di hadapan sebuah Foto yang menampilkan Sosok Fajar yang tersenyum sambil memegang sebuah piala yang bertulisan: juara satu lomba baca puisi. Kemudian aku terkekeh. Aku tak menyangka, ternyata Fajar memiliki bakat perihal merangkai kata-kata dan menyulamnya menjadi puisi.1397Please respect copyright.PENANAg0cApxdOV6
1397Please respect copyright.PENANAXnPjuQ2DlP
“Itu waktu kelas 2 SMA, Tan,” kata Fajar di sampingku, ia membawa nampan dengan dua gelas kopi di atasnya. Kemudian ia meletakan nampan itu di lantai, berhadapan dengan televisi. “Lesehan engga apa-apa, kan?”1397Please respect copyright.PENANAtqNhQzI86L
1397Please respect copyright.PENANAwrdc2ePCB6
Aku terkekeh ringan. “kaya sama siapa aja.” Aku ikut duduk bersila di sebelahnya. "Tante gak nyangka lho, kamu juara satu baca puisi.” Aku meliriknya sekilas.1397Please respect copyright.PENANA1PioflCplv
1397Please respect copyright.PENANAhfq8J8xmbU
Dengan senyum bangga, Fajar berkata, “aku memang dilahirkan untuk menjadi pujangga, tan.”1397Please respect copyright.PENANANUz3d54q3l
1397Please respect copyright.PENANAiFy16f5RTv
Aku terkekeh, geli. “iya, deh, si paling pujangga,” kataku dengan nada mengejek.1397Please respect copyright.PENANAAvdNF6Ib2L
1397Please respect copyright.PENANAj2fvTzAz9b
Tak ada pembicaraan setelah itu. Aku menyesap kopi hitam yang disajikan Fajar. Manis dan pahit tertakar dengan seusai, mencipta cita rasa pas di lidah. Ia seakan tahu kadar gula yang pas untuk menikmati kopi di siang hari. Di teriknya matahari yang bisa ku rasakan menembus seng, lalu menyantup kepalaku.1397Please respect copyright.PENANAdKViARdetV
1397Please respect copyright.PENANAEVT3ezxBIy
Ruang terasa lenggang.1397Please respect copyright.PENANASK9aiehbvi
1397Please respect copyright.PENANAkDrFEFFXMb
Fajar merogoh kolong meja televisi, seperti mencari sesuatu. Ia kemudian mengeluar dua stick PS dan satunya ia sodorkan kepadaku. “Bisa main PS, tan?”1397Please respect copyright.PENANAC4GEJbO1cl
1397Please respect copyright.PENANAznBEsODmW5
Aku tersenyum bangga. “Gini-gini, tante dulunya jagoan PS,” aku meraih stick PS. Semasa kecil aku memang kerap bermain console game, mulai dari PS satu, Nintendo, ps dua.1397Please respect copyright.PENANAoDaSpuBmTK
1397Please respect copyright.PENANAMc49SFsiGE
Perlahan televisi menyala dengan layar gambar yang sedikit buram. Suara stick berbunyi. Fajar memilih game yang akan kami mainkan. Ia memilih sebuah game yang sangat aku kuasai: pes 2018.1397Please respect copyright.PENANAuHnMsKIiI4
1397Please respect copyright.PENANA3R9s5Aoqrg
Aku membenarkan posisi dudukku, aku meliriknya sekilas lalu kembali menatap layar tv. Permainan Di mulai. Aku meliuk-kan jemariku dengan lincah. Begitupun Fajar, ia terlihat antusias, kadang ia berseru, kadang ia mendengus sebab tak bisa menggol bola ke gawangku.1397Please respect copyright.PENANAulybdsgbpB
1397Please respect copyright.PENANAMnkPtsKX5V
Aku pun begitu, entah kenapa aku terbawa suasana. Sudah lama aku tak sebahagia ini ketika bermain console game. Pun bersama Adit, anakku, aku hanya merasa jenuh, berbanding terbalik ketika bermain dengan sahabatnya. Aku mendengus kesal, tidak ada satupun tendanganku yang masuk ke gawangnya.1397Please respect copyright.PENANAD5jyDmrQIX
1397Please respect copyright.PENANAUrL4aromfP
Fajar pun begitu. Kadang ia mengejekku dengan jari jempolnya yang ia ke bawahkan, seakan berkata, kamu cemen Laras. Jiwa kanak-kanak-ku seketika bergejolak, aku balas mengejeknya dengan menjulurkan lidah. Ia malah terkekeh.1397Please respect copyright.PENANAux3eMD5sGM
1397Please respect copyright.PENANA2KrhFZoRu4
“Yeay, menang.” Aku bersorak gembira sambil mengangkat kedua tanganku ke udara. Permainan selesai dengan skor 1-0. Di menit terakhir aku berhasil menjebol gawangnya. “Kamu terlalu cepat buat ngalahin aku,” kataku mengejeknya dengan senyum bangga.1397Please respect copyright.PENANAiCLJlXup3c
1397Please respect copyright.PENANAJQx87dnKyk
“Aku sengaja,” elaknya, tak terimah. “kalau aku mau, skornya bisa 10-0.”1397Please respect copyright.PENANAbo93qBVlxh
1397Please respect copyright.PENANApEX6gJWHrW
Bak anak kecil, aku menyangkal. “Mana ada, dasar cupu,” aku kembali mengejeknya, memasang raut wajah meremehkan.1397Please respect copyright.PENANA7fHV95Ph97
1397Please respect copyright.PENANAavpHdpSm7c
Fajar malah terkekeh. “Aku baru kali ini liat sifat tante yang kekanakan,” ia menatapku, dalam. “gemes, tan.”1397Please respect copyright.PENANAp2EddXWAsU
1397Please respect copyright.PENANAlpu9IVIXvv
Aku malah tersipu. Bisa-bisanya aku tersipu digombali remaja yang seumuran anakku.1397Please respect copyright.PENANAGlSPYqRxdL
1397Please respect copyright.PENANAJj1cCzcvOl
“Cie, salting,” Fajar menggodaku sambil tertawa. “pipinya merah.”1397Please respect copyright.PENANA92wOjTCUTN
1397Please respect copyright.PENANAhDNlhBWWiU
Aku lekas menyembunyikan wajahku di kedua telapak tangan. sambil menggelengkan kepala aku berkata, “Engga, ya,” aku terus menyangkal. Fajar membuatku seperti ABG yang sedang jatuh cinta.1397Please respect copyright.PENANA8VZkARN7s1
1397Please respect copyright.PENANATIOxY7eCBc
Fajar masih saja tertawa. Aku sedikit kesal, lalu memukul pelan bahunya. “Ih, jangan ketawa,”1397Please respect copyright.PENANAoWjKGOZrRu
1397Please respect copyright.PENANARj7l5nme38
“tante KDRT,” Fajar bergeser sedikit. “galak.” Ia mengangkat tangannya di depan dada, seperti orang ketakutan.1397Please respect copyright.PENANApHsh5s6DRM
1397Please respect copyright.PENANAneYkkky0pc
Aku malah tertawa melihatnya seperti itu. Fajar ikutan tertawa. Tawa kami menggema di ruang tamu. Bersamaan dengan itu, desir hangat kembali menyapa. Desir hangat yang belum bisa kujelaskan artinya.1397Please respect copyright.PENANAMtNdLjCxZ5
1397Please respect copyright.PENANALuxwUWLwoz
Tidak lama kemudian, Fajar berdiri sambil melirik jam dinding di sampingnya. Ia menoleh ke arahku. “udah pukul 3 sore, tan.”1397Please respect copyright.PENANA7QflWftaOP
1397Please respect copyright.PENANAHPqhlR7vgT
Aku berdiri sambil menepuk-nepuk pelan gamisku. “Ayo pulang, Jar,” kataku. Fajar menggangguk, lalu tersenyum.
Bersambung
1397Please respect copyright.PENANAvw4tJgjhMY