#3 Apa yang memaknai “Segalanya?”858Please respect copyright.PENANAyrwWero5o4
858Please respect copyright.PENANAJIFPeQhKya
Aku berdiri di tengah pintu, memandangi anak-ku dan suamiku yang hendak pergi menuju bandara. Aku tersenyum haru. Waktu berlalu begitu cepat bagaikan kedipan mata. Tak terasa Adit akan lekas kuliah. Ia memutuskan untuk kuliah di ibu kota. Dan Dimas menyertainya untuk mengurus segala keperluannya.858Please respect copyright.PENANAzlpkY3XFHn
858Please respect copyright.PENANAVLrAaPdUKg
Dari kejauhan, aku melihat Fajar masuk ke dalam mobil. Ia bertugas mengantar mereka. Ya, hubunganku dengan Fajar kian memburuk waktu ke waktu. Satu bulan kami tidak berbicara. Aku enggan, begitupun dia.858Please respect copyright.PENANAgxuMSx4K0N
858Please respect copyright.PENANA513GC1CLsw
Adit Dan Dimas melambai dari kejauhan dan masuk ke dalam mobil. Aku tersenyum kepada mereka. Lalu, mobil yang dikendarai mereka menjauh dari pandanganku dan perlahan menghilang. Sedih rasanya melepas anak satu-satunya, pastilah rumah akan terasa sepi, cepat-lambat aku harus terbiasa. Aku menghela nafas dan menutup pintu sambil melangkah menuju kamarku.858Please respect copyright.PENANAjGnApn0yAl
858Please respect copyright.PENANAjFv2YGc9yD
Tiba di kamar aku lekas berbaring. Jarum jam baru menunjuk pukul sepuluh pagi. Aku sudah selesai melakukan tugasku sebagai ibu rumah tangga. Aku menatap langit-langit kamar. Sesekali aku tersenyum sendirian, mengingat-ingat kenangan sewaktu anakku masih kecil.858Please respect copyright.PENANAcmjoVz2ztK
858Please respect copyright.PENANApRqiY3Fcac
Adit tergolong anak yang aktif. Aku sering mengajaknya bermain di taman dekat rumah. Dia bersama Fajar sering berlari-larian di taman. Sesekali mereka berdua mengajakku bermain perosotan. Adit dan Fajar memang akrab sejak kanak-kanak, mereka seperti tidak terpisahkan. Dari SD-SMA, mereka berada di sekolah yang sama. Kini mereka tidak lagi anak kecil, sudah beranjak dan tumbuh dewasa.858Please respect copyright.PENANANFUTFbkZcK
858Please respect copyright.PENANAtWEkYesQq9
Satu jam berlalu, aku masih berbaring di ranjang. Entah kenapa aku tidak mood untuk melakukan apapun, kepergian anakku membuatku merasa sedih. Memikirkannya saja membuat bola mataku berkaca-kaca.858Please respect copyright.PENANAp0kk2aLWLp
858Please respect copyright.PENANAZJKEG2ORWK
Aku keluar dari kamar, melangkah menuju dapur. Membuat kopi hangat dan memutuskan untuk bersantai di sofa sambil membaca buku. Aroma kopi hitam tercium. Aku menyesap kopi sambil memejamkan mata. Lalu membuka lembar-lembar buku dan membacanya.858Please respect copyright.PENANALImIjEn0Ti
858Please respect copyright.PENANAaUos4Lm2sO
Satu persatu Lembar-lembar buku terlewati. Tidak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka, aku menoleh. Fajar tersenyum kepadaku, aku tidak membalas. Berpura-pura membaca buku. Langkahnya semakin mendekat. Entah kenapa aku merasa gugup.858Please respect copyright.PENANAHiZnYr3nzF
858Please respect copyright.PENANAJGhq3hpGBD
Fajar duduk di hadapanku. Aku masih bergeming, enggan untuk menatapnya. “Kunci mobilnya, Tan.” Fajar meletakan kunci mobil di atas meja. Kemudian berdiri. “Fajar pulang dulu.”858Please respect copyright.PENANAebscSRkcVH
858Please respect copyright.PENANAoUqn5JOEFO
Ingin rasanya aku mengatakan tidak. tapi urung untuk ku lakukan. Sebenarnya aku rindu berbincang dengannya. Tapi, aku tidak ingin terlihat seolah aku suka kepadanya. Nanti, ia pasti akan bersikap semena-mena padaku.858Please respect copyright.PENANAqt5lWyQG2p
858Please respect copyright.PENANAacmHiwDXx0
Maka, kubiarkan ia pergi, dan kembali membaca buku. Aku menghela nafas ketika Fajar telah hilang dari pandanganku. Remaja itu sungguh membuatku jengkel. Ia tidak meminta maaf kepadaku atas perlakuannya tempo dulu. Seakan yang dilakukannya adalah benar. Aku menggelengkan kepala, anak jaman sekarang moralnya pada rusak.858Please respect copyright.PENANAMIqTqJ61lw
858Please respect copyright.PENANAbccgrVIah6
Waktu berlalu begitu saja, aku merasa bosan dan bosan. Aku tidak tahu harus melakukan apa. Kopiku sudah habis menyisakan bubuk-bubuk hitam yang basah. Lembar buku yang berhalaman 120 sudah tuntas kuhabiskan. Sofa yang empuk perlahan terasa keras sebab aku tidak beranjak kemanapun sama sekali.858Please respect copyright.PENANAwYtKKn9JlC
858Please respect copyright.PENANAierYvbI6PY
Aku meregangkan tanganku sambil menggelengkan kepala, sebab kantuk perlahan menjalar. Aku menyandarkan punggung di sofa sambil menatap langit-langit atap. Berkata dalam hati, Abi, cepetan pulang, umi bosan sendirian.858Please respect copyright.PENANAe7DPoIPuMC
858Please respect copyright.PENANAr1UuIIP9BT
Terdengar notif WhatsApp. Aku meraih ponselku di atas meja, samping gelas. Pesan WhatsApp tertulis: Abi sama Adit udah di Jakarta, ini lagi cari kost.858Please respect copyright.PENANAVZkd494AgY
858Please respect copyright.PENANAx6LYylPgBT
Aku merasa lega, lalu mengetik: Alhamdulilah, terus kabarin umi, ya. 858Please respect copyright.PENANAH1XQDtCRRI
858Please respect copyright.PENANA37ZhdgXGTg
Aku menunggu balasan, tapi yang kulihat hanya centang biru yang berarti sudah dibaca. Aku mengerti, mungkin mereka sibuk. Maka, aku letakan ponselku kembali ke meja. Kemudian merebahkan tubuhku di sofa yang empuk, menyandarkan kepala di penyanggah sofa, berharap satu minggu cepat berlalu. Kantuk merambat, mataku perlahan malu, bersaman dengan itu, aku terlelap.858Please respect copyright.PENANAP7kfDvXLuK
858Please respect copyright.PENANAHCNOsevyqd
***858Please respect copyright.PENANAPbyMO6erAa
858Please respect copyright.PENANA0oPLwJkysL
Aku terbangun di sore hari, pukul dua. Sehabis mandi aku kembali ke sofa, tentunya dengan secangkir kopi hitam yang selalu menemani kesendirianku. Tapi, kali ini tidak ada buku yang ku baca.858Please respect copyright.PENANADn03Vv7b9B
858Please respect copyright.PENANA9opxJqj5Km
Aku sibuk berkutat dengan ponselku. Berselancar ria di media sosial. Berita-berita terbaru di lini masa membuatku jengkel. Aku bukan seorang ibu rumah tangga yang dengan mudahnya akan termakan hoax. Aku memiliki nalar yang bagus untuk memilah mana yang benar dan tidak.858Please respect copyright.PENANAlSiJ083BKN
858Please respect copyright.PENANASOcBgP8pkU
Tapi, itu semua tidak cukup untuk membunuh bosanku. Aku meletakan kembali ponselku dan menyesap kopi hitam yang mulai mendingin, mulai melamun dan membiarkan pikiranku ke mana-mana. Belum ada satu hari setelah Dimas dan Adit pergi, tapi aku sudah hampir mati karena dilanda bosan.858Please respect copyright.PENANAD7Kif7fG6N
858Please respect copyright.PENANAL3HwFnmehY
ingin rasanya aku keluar rumah dan ke toko buku, tapi aku tidak bisa mengendarai mobil. Entah kenapa terbesit sesuatu dalam pikiranku. Buru-buru aku mengambil ponsel dan mengirim pesan WhatsApp pada suamiku: Bi, Umi mau ke toko buku. Abi bisa gak bilang sama Fajar buat anterin umi.858Please respect copyright.PENANAZ6yi6h45Xd
858Please respect copyright.PENANAsXHa9hBnKT
Agak lama aku berfikir sebelum mengirim pesan tersebut. Tapi, pada akhirnya aku menekan tombol kirim. Sambil menunggu, aku beranjak ke kamar. Memoles pipiku dengan sedikit make-up. Dan mungkin saja, dengan langkahku seperti ini, Fajar akan meminta maaf, dan hubungan kami kembali seperti sediakala. Semoga dia menyadari kesalahannya.858Please respect copyright.PENANAnSlgKqL0zy
858Please respect copyright.PENANARxGtoi1njJ
Lima belas menit aku menunggu balasan dari suamiku. Tapi tak kunjung jua ia membalas. Agak kecewa, aku menyandarkan punggungku di sofa. Derit pintu terdengar, Aku menoleh ke arah pintu, menampilkan sosok remaja yang teramat kurindu. Fajar tersenyum di tengah pintu. Kemudian Ia menghampiriku dan duduk di sofa.858Please respect copyright.PENANAWB8fb7dSVv
858Please respect copyright.PENANATvH58pExYW
“Cie, kangen.” Fajar menggodaku sambil tersenyum kecil.858Please respect copyright.PENANAaoNVYBa5xv
858Please respect copyright.PENANAM4PmNMXZWy
Kenapa aku harus merona seperti ini? Aku memejamkan mata sejenak, dan menjawab dengan datar, “Tante cuma mau minta anterin dong, gak lebih.”858Please respect copyright.PENANADP7EbMjrE3
858Please respect copyright.PENANAtXXxDIp1do
Fajar malah terkekeh. Ia tampak rapi dengan jaket jeans, dan celana pendek hitam. “Mau kemana nih, tan?” tanyanya.858Please respect copyright.PENANA68fOWFObBl
858Please respect copyright.PENANAvHhiWtGi15
“Ke toko buku,” kataku, masih datar.858Please respect copyright.PENANAZInDr49hla
858Please respect copyright.PENANAGzrOdLWuuF
Fajar mengangguk, lalu berdiri. Aku mengekor. Kami keluar dari rumah. Aku mengeluarkan kunci mobil dari tas yang melingkar di pundakku.858Please respect copyright.PENANA23Y3lOYNhl
858Please respect copyright.PENANAEd9zmXuwLY
“Nih, kuncinya,” kataku. Fajar berbalik, menyambut uluran ku. Kami berdua lekas masuk ke dalam mobil. Seperti biasa, aku selalu menggunakan gamis kalau pergi kemana-kemana.858Please respect copyright.PENANAt5CXdUagCF
858Please respect copyright.PENANAfs0GFYotla
***858Please respect copyright.PENANAmrLT3HXwnJ
858Please respect copyright.PENANAuDZ8U970hP
Dalam mobil, hening menyapa. Fajar fokus menatap jalanan sambil mengemudi. Aku memandang keluar jendela mobil. Memperhatikan jalanan dari kaca yang tertutup. Canggung menyalak dalam ruang. Entah kenapa, berduaan dengan Fajar seperti ini membuat degup jantungku berdetak tak karuan. Di tambah dengan parfum yang dikenakannya, aroma yang segar dan ringan, seperti campuran buah dan bunga. Aku mengernyit heran ketika toko buku terlewati, Aku menoleh dan bertanya kepadanya, “Ini mau kemana?”858Please respect copyright.PENANA1yMeig3R0v
858Please respect copyright.PENANAUyTdofFZRH
“Kerumahku,” kata Fajar masih fokus menyetir.858Please respect copyright.PENANAUGhXlbMBuu
858Please respect copyright.PENANA7v7TXd5rQj
“Tante mau ke toko buku,” kataku.858Please respect copyright.PENANAumcLBK1rOa
858Please respect copyright.PENANA7Hduu5p1uf
Fajar tak menjawab. ia masih fokus menyetir.858Please respect copyright.PENANAaKJe9qZ887
858Please respect copyright.PENANAoJrB0wQIe3
Tapi, entah kenapa aku tidak marah, malah membiarkannya. Padahal tidak sesuai dengan tujuanku. Aku menghela nafas dan kembali memandangi jalanan dengan degup jantung yang semakin berdetak kencang.858Please respect copyright.PENANAgIkno9S5j4
858Please respect copyright.PENANAUA71iDMTUA
Lima belas menit kemudian, tibalah aku di Rumah Fajar. Ia membuka pintu mobil dan turun, begitupun aku. Aku mengekor dari belakang. Di depan pintu langkahnya terhenti. “Mau di dalam atau di teras, tan?” tanyanya.858Please respect copyright.PENANAUzwUoMidHg
858Please respect copyright.PENANAt3cpRxk7Lm
“Teras aja, Jar.”858Please respect copyright.PENANAfq94zUjh91
858Please respect copyright.PENANAC2ltdWelLn
Fajar meraih gagang pintu dan membukanya. Sementara Aku duduk di pembatas teras, urung untuk masuk, sebab, jujur saja aku masih ada ketakutan apabila Fajar melecehkan ku.858Please respect copyright.PENANAiRmvdc6BrJ
858Please respect copyright.PENANAOIjX3RVv62
Fajar tiba dengan bangku karet yang ia angkat di kedua tangannya, lalu meletakan dua bangku karet itu saling bersebelahan. “Duduk, tan, Fajar mau bikin kopi dulu.”858Please respect copyright.PENANAuKihbZnLTR
858Please respect copyright.PENANAYPFPV4XX9m
Aku beranjak duduk di bangku sambil menunggunya membuat kopi. Halaman rumah Fajar terlihat asri dengan rerumputan hijau.858Please respect copyright.PENANAXARHU0lP1z
858Please respect copyright.PENANARsaywRAMNA
Tiba-tiba Ponselku berdering, aku merogoh tasku dan mengangkat telepon.858Please respect copyright.PENANAB8Hy2mYaTU
858Please respect copyright.PENANALUZEGriHOV
“Assalamualaikum, mi,” Terdengar suara Dimas di sebrang sana.858Please respect copyright.PENANAaiPD3rfsB9
858Please respect copyright.PENANAkresbhxhu3
“Walaikumsallam, Abi,” jawabku.858Please respect copyright.PENANAEHSEznA9f2
858Please respect copyright.PENANAwM5mJEh4oL
“Abi sama sama Adit udah dapet kos, nih,” Kata Dimas. Aku bisa mendengar suara Adit yang nampaknya ingin berbincang denganku.858Please respect copyright.PENANAJnrV60sFD0
858Please respect copyright.PENANA6loDjFV4ZB
“Bi, mana Adit,” kataku.858Please respect copyright.PENANAgf4MUGn7OC
858Please respect copyright.PENANAfCW2lGbs1h
“Assalamualaikum, Umi,” Terdengar suara Adit. “Umi sehat kan? Umi kesepian ya? jangan kangen sama Adit ya, mi.”858Please respect copyright.PENANAsSXBJAk2jA
858Please respect copyright.PENANAmyNrRj3rI8
Aku terkekeh. “Kamu kuliahnya yang benar, awas aja kalau kamu gak karuan di sana.”858Please respect copyright.PENANAWJWLQZVykb
858Please respect copyright.PENANAF8SkodviUm
Terdengar suara Adit tertawa. “Iya umi sayang, Adit janji, kok, bakal kuliah yang benar dan bikin Umi bangga.”858Please respect copyright.PENANAM7S2u6AGrk
858Please respect copyright.PENANAGwHYIwA2UL
Aku senang mendengarnya. Tapi, obrolan kami tidak berlanjut lama, Terdengar Dimas mengambil alih percakapan. “Mi udah dulu, ya. Abi sama Adit mau lanjut dulu. Yang sehat, ya, Mi. Assalamualaikum.”858Please respect copyright.PENANAqs6KcY0xkV
858Please respect copyright.PENANAXBxinalvE6
Aku membalas salam suamiku dan mematikan telepon. Tak lama, Fajar datang dengan membawa dua cangkir kopi. Ia meletakkannya di pembatas teras, kemudian duduk di sampingku.858Please respect copyright.PENANAppyv2OQsQM
858Please respect copyright.PENANA5QakQX0I7G
Canggung kembali menyapa di antara kami, entah kenapa aku merasa mulutku seakan terkunci. Sementara Fajar piawai menyesap kopinya sambil memandang ke depan. Aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Aku harap dia tidak bertindak aneh-aneh.858Please respect copyright.PENANA57C6FUBecS
858Please respect copyright.PENANAPQ4LmBJYjn
Aku meletakan kedua tanganku di paha, meremas pelan gamisku sebab canggung menyalak lebih lantang. Sepuluh menit berlalu dan tidak ada perbincangan di antara kami. Bahkan, saking heningnya, desir rumput terdengar.858Please respect copyright.PENANADCH3Tskll4
858Please respect copyright.PENANA1RpcvI6kSk
“Kopinya minum, tan.” Akhirnya Adit membuka percakapan.858Please respect copyright.PENANAx6X5EnJYmt
858Please respect copyright.PENANARi7vYSs0FH
Aku mengangguk kikuk sambil meraih secangkir kopi dan menyesapnya sedikit, lalu meletakkannya kembali.858Please respect copyright.PENANAFvIpP0W9LN
858Please respect copyright.PENANAGMsOWTL1Tj
“Kamu gak kuliah, Jar?” tanyaku mencoba membuat obrolan memanjang.858Please respect copyright.PENANA6T35IRuvQl
858Please respect copyright.PENANAPa5v1Anpyl
“Kalau Fajar kuliah, kasihan nenek, Tan,” katanya. “Gak mungkin kan nenek sendirian di rumah?”858Please respect copyright.PENANAUQmKbP415l
858Please respect copyright.PENANAHisF0daMBI
Aku mengangguk. Mengiyakan. “Nenek belum pulang?”858Please respect copyright.PENANACTBwyEkx6N
858Please respect copyright.PENANALgVqRyoMUU
“Nenek kalau hari biasa pulangnya agak malem, biasanya habis magrib.”858Please respect copyright.PENANAsN0rv0PeZt
858Please respect copyright.PENANAKLgPcUYgVP
“Nenek masih kuat kerja, ya. Padahal udah lumayan tua, lho.”858Please respect copyright.PENANAN11cXLrOL1
858Please respect copyright.PENANAo0ySu61Bmu
“Ya, begitulah, tan,” katanya. “Fajar juga udah kasih tau nenek biar Fajar aja yang kerja. Tapi nenek selalu keras kepala.”858Please respect copyright.PENANAwg3N4nB6dI
858Please respect copyright.PENANAtbl2Kl8GIe
“Namanya juga orang tua, Jar. Apalagi nenek udah rawat kamu dari kecil, Mungkin nenek mau ngeringanin tanggung jawab Fajar juga, kan?”858Please respect copyright.PENANANBh7GFr4bW
858Please respect copyright.PENANAvmWqg4MCbc
Fajar mengangguk masih menatap ke depan. “Mana Adit udah kuliah,” nadanya terdengar kecewa. “Jadi gak bisa lihat tante lagi.”858Please respect copyright.PENANAXJrQuHuQsM
858Please respect copyright.PENANAulkEd6Ay9Y
Aku tertawa ringan. “kalau kamu mau main ke rumah, main aja,” kataku. “Pintu rumah terbuka lebar buat kamu.”858Please respect copyright.PENANApfPn003hjh
858Please respect copyright.PENANAJ7b0BJBx3K
Perlahan, perasaan kesalku kepadanya mereda, bagai sebuah air panas yang mulai mendingin seiring waktu.858Please respect copyright.PENANAxVHu9vozP4
858Please respect copyright.PENANAhIBxHD70GI
Ia terlihat tersenyum, kemudian beranjak berdiri dan masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian ia datang sambil membawa gitar. Merubah posisi bangkunya mengarah ke aku, dengan gitar yang duduk takzim di pangkuannya.858Please respect copyright.PENANACsGl9tKP2l
858Please respect copyright.PENANAYveSQ2boFo
“Mau dinyanyiin tan?” Tanyanya.858Please respect copyright.PENANALBLLvo00vF
858Please respect copyright.PENANAIkszdGlkRO
Aku terlihat antusias, dan mengubah posisi dudukku. Kini kami saling berhadapan.858Please respect copyright.PENANASQyNLJUuTF
858Please respect copyright.PENANAwsnetKu8WP
“Boleh,” kataku agak tersipu.858Please respect copyright.PENANA3KIhYQ418L
858Please respect copyright.PENANAnx85yKkMPM
Perlahan, terdengar nada merdu dari dawai Gitar. Petikan-petikan dari jemarinya membangun sebuah nada yang harmonis. Jemari satunya berpindah-pindah chord. Membentuk sebuah kesatuan irama.858Please respect copyright.PENANAHzYP3CShwM
858Please respect copyright.PENANA6SLU0RQXDJ
“Badai, puan telah berlalu berlalu, salahkah ku menuntut mesra,” Fajar mulai bernyanyi. Suaranya halus, indah, penuh rasa. Ia menatapku, aku pun begitu. entah bagaimana, rasa hangat bisa kurasakan dari setiap tatapannya.858Please respect copyright.PENANAMQ4Mw5kGXo
858Please respect copyright.PENANAifkzBcV4ae
Dia melanjutkan, “Tiap taufan menyerang, kau di sampingku, kau aman ada bersamaku.” Ia semakin dalam menatapku, petikannya pada dawai dan suaranya yang indah mampu membuatku terpaku, dan bergeming dari duduk.858Please respect copyright.PENANAbFSDlThcNf
858Please respect copyright.PENANAlb3JJDLywu
“Selamanya, sampai kita tua, sampai jadi debu, ku di liang yang satu858Please respect copyright.PENANAQFzrQSOosc
Ku di sebelahmu,” Suara nya terlihat megah dalam petikan dawai yang merdu. Kami saling bertatapan. Fajar menatapku dengan senyum hangat yang mampu membuatku tak berdaya.858Please respect copyright.PENANAAoJDo43kSc
858Please respect copyright.PENANAemOf8kJHzC
Aku menggeleng pelan ke kanan-kiri, menikmati setiap perpindahan Chord C ke G yang begitu indah, nyaman, dan mampu membuatku tak melepaskan pandangan kepadanya.858Please respect copyright.PENANALrCiWy26Wk
858Please respect copyright.PENANAOOvOHwcqwB
Fajar tersenyum, jemarinya berhenti memetik dawai. Aku berhenti menggelengkan kepala. Fajar meletakan gitarnya di pembatas teras. Dia kembali menatapku, perlahan wajahnya semakin mendekat. Jantungku berdegup tak karuan. Seketika pupil mataku membesar ketika ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku bergeming. Tiga detik bibir kami saling menyapa, kemudian kudorong tubuhnya cukup kuat.858Please respect copyright.PENANAWroi6t084E
858Please respect copyright.PENANAoiRuaAVIFs
“Apaan, sih kamu, Jar!” kataku, geram, merasa terlecehkan. Posisi dudukku berubah, tidak berhadapan dengannya, melainkan kembali menatap ke depan, ke halaman. Aku tidak habis fikir, berani-beraninya ia mencium bibirku.858Please respect copyright.PENANAGde4Fj8cwe
858Please respect copyright.PENANAgLzWHuzYOO
“Fajar cinta sama tante.”858Please respect copyright.PENANAV5fsgswgGw
858Please respect copyright.PENANA8MQCBUJXZ5
Bagai Guntur yang menyalak di siang bolong, kurasakan sentakan kuat. Bagaimana bisa ia mecintai seseorang perempuan yang seharusnya lebih cocok menjadi ibunya. Aku menggeleng-geleng. “Jangan aneh-aneh, Jar,” kataku, ketus. “Kamu udah ngelecehin tante, tau gak?”858Please respect copyright.PENANAaPG3p9LqRc
858Please respect copyright.PENANAzE14uhGo3A
Fajar menyentuh bahuku, lekas kugeser bahuku. “Jangan pegang-pegang,” kataku, masih garang.858Please respect copyright.PENANAVweDH2Lh9v
858Please respect copyright.PENANAi37R98SP8Y
Terdengar helaan nafasnya. “Fajar serius, Fajar cinta sama tante!”858Please respect copyright.PENANAmmeKEowPo7
858Please respect copyright.PENANAROIRxKyxXP
“Tante udah punya keluarga, fajar!”858Please respect copyright.PENANAdUWHcXQJHb
858Please respect copyright.PENANA0I3ZcVprAa
“Fajar tahu tante gak bahagia,” katanya dengan mudah menyimpulkan.858Please respect copyright.PENANAuPYolqkkwy
858Please respect copyright.PENANAZqVkcVNqr3
Otakku terasa panas, aku menatapnya dengan tajam. “Jaga omongan kamu!” bentakku.858Please respect copyright.PENANAUMpNKS0r8u
858Please respect copyright.PENANAkfzOQLatcR
Fajar menunduk, agaknya ia merasa bersalah. Aku sedikit merasa tidak tega membentaknya. Tapi, dia memang pantas mendapatkannya. Tidak pernah seumur-umur lelaki lain mencium bibirku selain suamiku sendiri.858Please respect copyright.PENANAbfZYytaHhZ
858Please respect copyright.PENANAaspJjICk8A
Terdengar helaan nafasnya lagi. Ia merogoh kantung celana. Aku mengernyit bingung ketika ia mengeluarkan kotak bewarna merah berbentuk love. Fajar membuka kotak itu. Aku menelan ludah ketika melihat cincin yang duduk takzim di dalamnya. Kemudian aku menatapnya dengan penuh pertanyaan.858Please respect copyright.PENANAlGiAo4xYHh
858Please respect copyright.PENANAuBweQq8OnT
Sambil menunduk Fajar berkata, lirih, “Fajar nabung buat beli cincin ini, buat tante.”858Please respect copyright.PENANASxTubb6XAV
858Please respect copyright.PENANAI6WzN2Mpyp
Aku terenyah, dadaku berdebar tak karuan. Amarahku menghilang seketika, seakan kata-katanya tersebut mampu menembus jiwaku dan mengobrak-abrik nya dari dalam. Mataku memanas, pandanganku berkaca-kaca, aku terharu. Aku tahu persis bahwa cincin itu sungguhlah mahal, dan dia butuh waktu berapa lama untuk menabung dan membeli cincin itu.858Please respect copyright.PENANABvvSjJCVAD
858Please respect copyright.PENANAZXL7glAePc
“Tante gak bisa, Jar, maaf,” kataku, sedikit terisak. “Tante udah punya suami.”858Please respect copyright.PENANACmOoqJfXtw
858Please respect copyright.PENANAX0xYF0Ap5H
Fajar mengangguk pelan, menutup kembali kotak cincin itu dan berkata, “Iya, tan. Setidaknya Fajar lega udah mengutarakan perasaan Fajar.” Dia tersenyum.858Please respect copyright.PENANA1HjuGNKX8D
858Please respect copyright.PENANAx76aJySTzK
Lagi-lagi aku merasa terenyah. Senyum yang keluar dari wajah remaja itu mampu membuatku luluh. Isak-ku semakin menjadi. Perlahan ku rasakan jemari-jemarinya mengusap pipiku dan menyeka tangisku. Aku membiarkan jemari itu bergelayut di wajahku. Ada perasaan nyaman ketika Fajar menyentuh wajahku, sebuah perasaan nyaman yang lagi-lagi tidak bisa ku jelaskan.858Please respect copyright.PENANAX4l1gSpMkD
858Please respect copyright.PENANAzfCQ2n1au7
Kemudian ia menarik tubuhku dalam dekapannya. Tangannya melingkar di tubuhku. Aku membiarkannya. Bersamaan dengan isakku yang mulai mereda, Fajar mengusap kepalaku yang terbalut jilbab. Aku merasa nyaman, ku tenggelamkan wajahku lebih dalam pada dadanya. Berada di pelukannya terasa hangat.858Please respect copyright.PENANAzHmKMdqimW
858Please respect copyright.PENANAAyRyZtDRNG
Kemudian Fajar mendorong tubuhku, lalu menatapku lekat, kedua tangannya memegang kepalaku. Dia tersenyum, kemudian menarik kepalaku. Bisa kurasakan bibirnya mencium keningku. Lagi-lagi aku membiarkannya, padahal aku sadar, apa yang aku lakukan ini adalah dosa yang besar. Yang teramat besar.858Please respect copyright.PENANAbbUgKKkrS8
858Please respect copyright.PENANA7TMluzIdfP
Kami kembali menatap satu sama lain. Fajar tersenyum penuh arti, aku pun begitu. Lalu dia berkata, “Tante mau jadi pacar Fajar?”858Please respect copyright.PENANA5e4VwroCf7
858Please respect copyright.PENANAWftEak346n
Ungkapan hati remaja itu sungguh tak bisa ku terka. Bagaimana bisa aku menjadi pacarnya, sedangkan aku sendiri bersuami. Maka, aku berkata kepadanya, “Tante gak bisa, Jar. Maaf, ya.”858Please respect copyright.PENANATTLYjZB6JL
858Please respect copyright.PENANAnximl7nIMA
Kedua tangannya beranjak turun dari kepalaku. Aku bisa menangkap kecewa pada raut wajahnya. Ia menggeser bangkunya, menatap kosong halaman.858Please respect copyright.PENANAeJqGTivuV9
858Please respect copyright.PENANANwZEtqF2Yu
“Emang salah ya, Tan, kalau Fajar cinta sama tante?” tanyanya, lirih.858Please respect copyright.PENANAPvUufcJDsv
858Please respect copyright.PENANAxUrbbuEgAC
“Engga ada yang salah dari cinta, Jar,” Aku meliriknya sekilas. Ia masih fokus memandang ke depan. “tapi tante udah bersuami.”858Please respect copyright.PENANAawkgm7RR6h
858Please respect copyright.PENANAPG7VSHbKcT
“Kan, bisa diem-diem, tan.” ia bersikukuh.858Please respect copyright.PENANA3KdnY1N7R4
858Please respect copyright.PENANA4oXoZo4lhG
“Tante gak bisa, Jar,” aku tetap menolak. “Lagian kamu udah punya pacar, kan?”858Please respect copyright.PENANAT55mfDt3DM
858Please respect copyright.PENANAJ2Xrm0JS3a
Terdengar helaan nafasnya. “Fajar gak pernah pacaran, Tan. Cewek kebanyakan suka sama Fajar, tapi Fajar engga. Fajar cintanya sama tante dong.”858Please respect copyright.PENANAJp6lcX32NQ
858Please respect copyright.PENANANzhO0Gu8fd
Mendengar perkataannya barusan, aku sedikit tersipu. Tak bisa dipungkiri bahwa Fajar lumayan tampan untuk digandrungi remaja perempuan seumurannya. Dan aku tidak habis pikir, bagaimana dia bisa mencintai seorang ibu rumah tangga sepertiku ini. Agak penasaran aku bertanya, “Kenapa kamu bisa cinta sama tante? Banyak lho perempuan yang seumuran dengan kamu yang lebih cantik daripada tante.”858Please respect copyright.PENANATZygZRe8GG
858Please respect copyright.PENANAgMOnreQ5GN
Fajar menoleh, mata kami bertemu. Dia berkata, “Yang cantik emang banyak, tan. Tapi, kalau Fajar Sukanya sama tante, gimana?”858Please respect copyright.PENANAGRIwCSxz2t
858Please respect copyright.PENANA3yrtnB3qgB
“Tapi, tante udah bersuami, Jar!” aku mengulangi terus menurus.858Please respect copyright.PENANAz1JlS9o7Lc
858Please respect copyright.PENANAscjXqOvrJX
Fajar meraih kedua tanganku dan mengelusnya lembut. Aku membiarkannya. Ia semakin dalam menatapku, kemudian berkata, “Tan, tolong kasih Fajar kesempatan buat bikin tante Jatuh cinta sama Fajar, ya?”858Please respect copyright.PENANAFQi4ku7qKJ
858Please respect copyright.PENANA5wo2jnJlkz
Aku dilema. Aku mecintai suamiku, tapi, bersama Fajar aku merasa lebih hidup. Aku tahu semua ini dosa yang besar, tapi aku tak sanggup untuk lari dari dosa ini.858Please respect copyright.PENANAVtTqOQ9duX
858Please respect copyright.PENANAoKjUunwuCU
“Fajar tahu, Kok, Tante ada perasaan sama Fajar.” Fajar tersenyum sambil terus menatapku. Aku menunduk. Benar yang dikatakannya, bahwa aku menyukainya sebagai lawan jenis.858Please respect copyright.PENANA7ap3kJmWnP
858Please respect copyright.PENANAKnfmIl9Nfe
“Tan,” katanya lembut. Aku mendongak, menatap binar matanya yang seakan meminta kepastian. “Balas perasaan Fajar, ya?” Ia berkata lirih.858Please respect copyright.PENANASCH0MKI66y
858Please respect copyright.PENANAiPZ9e10396
Aku memejamkan mata. Menikmati setiap elusan lembut jemarinya di punggung tanganku. Aku menghela nafas, kemudian menatapnya kembali. Aku tidak bisa membohongi perasaanku kepadanya. Aku mengangguk pelan.858Please respect copyright.PENANAUoe021hpJP
858Please respect copyright.PENANAKKMHUpRgpF
Fajar kembali membawaku pada peluknya. Aku bisa merasakan rasa senang yang mengalir pada tubuhnya. Begitupun aku, aku tidak menghindar bahwa aku juga merasa senang diperlakukan romantis seperti ini.858Please respect copyright.PENANA35Ak0b6Dch
858Please respect copyright.PENANAyB8D7ZvZjR
Fajar melepas pelukan. Mata kami bertemu. Wajahnya mendekat, aku memejamkan mata. Membiarkan bibirnya bertemu dengan bibirku. Kenyal, aku merasakan bibirnya yang terasa kenyal. Lidahnya berusaha masuk, aku membuka sedikit bibirku, membiarkan lidahnya menyapa rongga mulutku. Lumatan-lumatan terjadi, aku membiarkannya sambil memejamkan mata.858Please respect copyright.PENANAkjlB3GWKRj
858Please respect copyright.PENANA5Yy9AdHpuu
Aku merasakan sentuhan di pahaku, tubuhku merinding ketika sentuhan tangan Fajar mulai beralih ke pinggangku. Aku membiarkannya. Lumatannya semakin liar, lidahnya mencoba mencari lidahku. Aku hanya diam, tidak membalas pun menolak.858Please respect copyright.PENANAuR2AyePXqg
858Please respect copyright.PENANAEkMTgAdcgx
Aku mendesah kecil ketika telapak tangannya mulai meremas pelan buah dadaku. Lagi-lagi aku tak menolak, membiarkannya. Remasan itu semakin kasar, membuatku melenguh kecil. Tapi, kemudian, ku dorong pelan dadanya. Aku belum sanggup untuk melangkah ke hal yang lebih jauh.858Please respect copyright.PENANAOlaFoIcLyg
858Please respect copyright.PENANA6smBMnPyQR
“Jangan jauh-jauh dulu, ya?” Aku menatapnya meminta pengertian.858Please respect copyright.PENANAcUPlGA5dnx
858Please respect copyright.PENANAXWVn2rgsou
Fajar mengangguk paham. Kemudian ia usap pelan kepalaku. “Iya, tan. Fajar tunggu kesiapan tante.”858Please respect copyright.PENANA6Cwc9xnrUY
858Please respect copyright.PENANAwiDCNUCgfl
Aku menggangguk.858Please respect copyright.PENANA1aKkhVWNdC
858Please respect copyright.PENANA3PCJLSV2N9
Fajar merogoh kantung celananya dan kembali mengeluar kotak bewarna merah itu. Ia bukan kotak itu dan mengambil cincin yang kemudian dengan mesra ia lingkaran di jari manis tangan kiriku. Aku membiarkannya. Aku merasa senang diperlakukan sebegitu romantisnya.858Please respect copyright.PENANA28EpLzoygM
858Please respect copyright.PENANA2pJ5gMlXdU
“Dengan ini, tante udah resmi jadi milik Fajar.” Ia tersenyum sumringah menatapku.858Please respect copyright.PENANAoM2zbczDZk
858Please respect copyright.PENANAlf6kQbl3ZO
“Udah, ih, takut ada yang lihat,” kataku sambil merubah posisi ke depan. Sekilas aku melirik cincin yang ia lingkarkan di jari manisku. Cantik sekali.858Please respect copyright.PENANA16Pkl8T1qo
858Please respect copyright.PENANAlNWNbXuFhu
Kami kembali pada suasana awal. Fajar tersenyum tak karuan sambil menatap halaman-halaman hijau. Aku pun begitu, perasaanku terombang-ambing bagai sebuah ombak kecil yang bergoyang menyapu para perenang.858Please respect copyright.PENANAAUHePshYiB
858Please respect copyright.PENANApXJHx77vCl
“Fajar udah suka sama tante dari kecil, lho.” Fajar terkekeh, kakinya membujur di penyangga teras.858Please respect copyright.PENANADte2OrNPXv
858Please respect copyright.PENANA0RvC3gGyPe
“Kok, bisa?” tanyaku, penasaran.858Please respect copyright.PENANAgjWoguBml9
858Please respect copyright.PENANAy6UaOuh0XT
“Menurut Fajar, tante baik banget. Waktu masih kecil tante sering ngasih Fajar jajan, sering kasih mainan. Pokoknya tante tuh baik banget. Mana cantik lagi!”858Please respect copyright.PENANAqNyYtraJvY
858Please respect copyright.PENANAAPw9u5wwxD
Aku sedikit terharu mendengarnya. Dan bisa kurasakan tidak ada kebohongan pada suaranya. “Kamu suka tante, gara-gara itu doang?” tanyaku.858Please respect copyright.PENANAriglZVxjlZ
858Please respect copyright.PENANASgyJRkJofJ
Fajar menggeleng. Aku menoleh ke arahnya, “Terus?” tanyaku lagi.858Please respect copyright.PENANAKi4aQMbkjy
858Please respect copyright.PENANAGeS1rHaaXR
Fajar menoleh sekilas kemudian kembali menatap ke depan. “Cinta engga butuh alasan, Tan,” katanya. “cintah sudah cukuplah bagi cinta.”858Please respect copyright.PENANAsPAMGoR2Fh
858Please respect copyright.PENANA3kBn5wFCwQ
Aku terkekeh. “Dasar pujangga.”858Please respect copyright.PENANArveLDe26vN
858Please respect copyright.PENANARfsWAPC9Yj
Fajar tersenyum kecil. “Tante udah mau pulang?”858Please respect copyright.PENANABkEnOjnCM9
858Please respect copyright.PENANAkrrla8Cziw
Aku melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kananku. Baru pukul setengah empat. Aku menggeleng. “Bentaran lagi, deh, jar.”858Please respect copyright.PENANA2w0fZv5Qba
858Please respect copyright.PENANAsmEzHQK3Zi
“Mau main ps?” tanyanya. “yang kalah dapat hukuman.”858Please respect copyright.PENANA9pjdIXoNVk
858Please respect copyright.PENANAlzRleqNGWb
Aku nampak antusias. “Kalau kamu kalah, beliin tante tiga buku, oke?”858Please respect copyright.PENANA5DwyJ96CIl
858Please respect copyright.PENANAiksej930oR
Fajar mengangguk. “Kalau tante kalah, aku boleh cium ketiak tante sepuasnya, oke?”858Please respect copyright.PENANAhUPJk600OZ
858Please respect copyright.PENANAxmHJ0jrjtr
Aku menarik kepalaku sebab terkejut. Lalu berfikir sejenak dan akhirnya mengiyakan. Fajar sumringah. kami berdua berdiri dan masuk ke dalam. Duduk bersampingan di lantai. Fajar menyodorkan stick PS kepadaku dan menyalakan tv. Aku bersiap-siap mengambil posisi yang nyaman. Lagian, tidak mungkin ia bisa mengalahkan ku, aku sangat piawai bermain console game.858Please respect copyright.PENANAZsu4ZFD7M2
858Please respect copyright.PENANASWb6l9qwQK
Pertandingan di mulai. Kami bermain game sepak bola. Tombol stick terdengar. Kami sama-sama fokus. Saling beradu strategi satu sama lain. Riuh gembira terdengar. Suasana semakin intens. Babak pertama skor masih 0-0. Di mulai-lah babak kedua dengan tegang yang menyalak. Aku mendengus kesal ketika Fajar mencetak gol pertamanya. Ia menoleh dan menjulurkan lidah kepadaku. Kami terus bermain dan sampai pada babak akhir. Aku kalah dengan skor 2-0.858Please respect copyright.PENANAQCc01e3coE
858Please respect copyright.PENANAT88CDKXOz8
Fajar tersenyum sumringah, lalu mengedipkan mata kepadaku, mengejek. Aku malah meringis kesal kepadanya.858Please respect copyright.PENANANuLdZyu3vb
858Please respect copyright.PENANASIWEUfzXda
“Angkat tangannya, tan,” Fajar mendekat ke arahku.858Please respect copyright.PENANAmpy3s7tMLU
858Please respect copyright.PENANASXXnDpxuxQ
Mau tidak mau aku mengangkat tangan kananku ke atas dan membiarkannya menciumi area ketiakku. Fajar memejamkan matanya sambil mengendus bau ketiakku.858Please respect copyright.PENANADZTQVk9Sxy
858Please respect copyright.PENANAsLDVe3HOsD
“Enak banget, baunya Tan,” katanya.858Please respect copyright.PENANA2yvpDSeW6l
858Please respect copyright.PENANAmpHGaDjhnF
Aku tidak menanggapi. Perlahan tangan kirinya mulai masuk ke dalam Gamisku dan membelai pahaku. Aku membiarkannya,858Please respect copyright.PENANAedwqtwyYf4
858Please respect copyright.PENANA9p9p6wfoSM
“Udah, Ya, Jar. Tangan tante capek.” Aku hendak menurunkan tangan, tapi Fajar lekas mengangkat tanganku kembali ke udara.858Please respect copyright.PENANAosmw71sepV
858Please respect copyright.PENANANgYkZeDyVk
“Bentar lagi, tan.”858Please respect copyright.PENANAEHtX3rPk1F
858Please respect copyright.PENANAhGVyjuBM0S
Aku mengiyakan, dan membiarkannya menikmati aroma ketiakku yang aku yakin tidaklah berbau. Aku kerap merawat bagian dalam tubuhku dengan baik, tentu saja aku percaya diri. Fajar semakin nakal. Tangan kanannya mulai merembet menuju pangkal pahaku.858Please respect copyright.PENANAk3kJXfLvZF
858Please respect copyright.PENANA50CZUQA2SM
“Jangan masuk ke dalam, Jar.” Aku mendorong tangan kanannya agar keluar dari gamisku. Fajar mengerti, tangan kanannya hengkang dari dalam gamisku. Kemudian ia beralih menuju buah dadaku, yang lekas ku tahan.858Please respect copyright.PENANAKRml40Wte9
858Please respect copyright.PENANAzkLvs3m1Ct
“Jangan,” kataku.858Please respect copyright.PENANAcfd6t28kZV
858Please respect copyright.PENANAYppdbKOoqE
Fajar yang masih mengendus ketiak ku tak peduli. Ia dorong tubuhku, aku bergeser merapat ke dinding dengan satu tangan yang masih terangkat ke atas. Tangan kanannya masih berusaha meremas buah dadaku. Lagi-lagi aku berusaha untuk mencegahnya.858Please respect copyright.PENANAMGFGemevo8
858Please respect copyright.PENANAWMHTfY7UgD
Kemudian Fajar menurunkan tanganku dan mengangkat tanganku yang satu. Bergantian, ia endus area ketiakku. Aku menelan ludah sebab posisi ini sungguh membuat desir gairahku bangkit858Please respect copyright.PENANAv0EcpJBvh1
858Please respect copyright.PENANAO4HSIuB6xq
Aku melenguh ketika buah dadaku di remasnya perlahan. Kali ini aku membiarkannya. Entah kenapa aku malah menikmati setiap sentuhan tangannya. Tapi, aku tidak mau terlalu jauh.858Please respect copyright.PENANAYXtZpBwmWL
858Please respect copyright.PENANAlEptEJ99Zh
“Udah, Jar. Tante mau pulang.” Aku menurunkan tanganku dan mendorong tangan satunya yang meremas buah dadaku.858Please respect copyright.PENANAlCtrNTT1hr
858Please respect copyright.PENANAZLfgHt0RYv
Sambil bersandar di dinding, aku berkata lagi. “Tante mau pulang, Jar.”858Please respect copyright.PENANARf9w9eaUFC
858Please respect copyright.PENANAYfgCIy1vUd
Wajahnya terlihat tanggung. Tapi, dua detik kemudian dia tersenyum dan bangkit. Aku bersyukur sebab dia mengerti. Aku beranjak berdiri sambil membenarkan gamisku yang sedikit berantakan. Lalu melangkah keluar rumah.858Please respect copyright.PENANAoisqGpw2Sf
858Please respect copyright.PENANASByjpSL8Lc
Fajar menutup pintu dan menguncinya. “Aku nginep di rumah tante, ya?” tanyanya.858Please respect copyright.PENANAb3eohgvomu
858Please respect copyright.PENANAPrCQKUnbMp
Aku tidak menjawab. Fajar bertanya lagi. “Boleh gak, tan?”858Please respect copyright.PENANAfbWZDG6UFX
858Please respect copyright.PENANAMG5hR92ndQ
“Nenek sendirian nanti di rumah,” elakku.858Please respect copyright.PENANAllqFrN6kEZ
858Please respect copyright.PENANAdBrkExBM2Y
“Nenek hari ini kebetulan nginep di rumah tetangga, tan.”858Please respect copyright.PENANASEI1QHRAoN
858Please respect copyright.PENANAIxmAesbhMj
Aku tidak punya alasan lagi untuk menyangkal. “Iya,” kataku singkat dan mengangguk.858Please respect copyright.PENANAmcLYZkAbRC
858Please respect copyright.PENANAZY8uXBYeIo
Fajar sumringah. Kemudian ia menggenggam tanganku. Aku membalas genggaman tangannya. Kami melangkah masuk ke dalam mobil bagai pengantin baru. Lagi-lagi, keromantisan ini membuatku tersipu.858Please respect copyright.PENANAWKnnR4ga20
858Please respect copyright.PENANAiCklH2Zyyc
Dalam mobil, sepanjang perjalanan, aku menyenderkan kepalaku di bahunya. Posisi ini terasa hangat sekali. Fajar masih fokus mengemudi. Aku ingin menikmati kemesraan ini. Untuk kedepannya, aku tidak tahu, aku tidak bisa menerka apa yang terjadi.858Please respect copyright.PENANAXRPTkrhn2t
858Please respect copyright.PENANA8ZUto3HVWS
Aku memandang ke kaca mobil depan. Memperhatikan setiap kendaraan di depan mobil kami. Jauh di sana, langit-langit menguning, burung-burung berterbangan bagai mengemis kasih pada awan yang menggulung. Di luar kaca jendela sampingku, bangunan-bangunan, warung-warung, yang kami lewati tampak ramai orang-orang. Aku melirik Fajar sekilas. Wajah remaja itu tampak teduh. Aku tersenyum, menyadari sesuatu, bahwa matanya sungguh indah, bagai mata elang yang beterbangan meninggalkan anaknya untuk mencari makan. Dalam suasana sore yang bisa kurasakan teduh, aku memejamkan mata. Bahunya, menjadi tempat yang teramat nyaman untuk bersandar.858Please respect copyright.PENANAhCe1AUnMEb
858Please respect copyright.PENANA8CVB2fgnSK
***858Please respect copyright.PENANAQnWCQjHeCm
858Please respect copyright.PENANAS7UnHwWAqa
Sesampainya di rumah, Fajar lekas menghambur di sofa. Sementara aku beranjak ke kamar, berganti pakain, lalu kembali menghampirinya.858Please respect copyright.PENANAcBRCXuDGXs
858Please respect copyright.PENANAbRNGy38dsQ
“Di sini, tan.” Fajar menepuk sofa, mengisyaratkan agar aku duduk sampingnya. Aku mengiyakan, dan duduk sebelahnya.858Please respect copyright.PENANA0BFNhpKyFj
858Please respect copyright.PENANAaMZTqeqZDy
“Jangan ngerokok, tante gak tahan asap rokok,” kataku ketika Fajar hendak membakar rokoknya.858Please respect copyright.PENANAQvJQTadFuv
858Please respect copyright.PENANAymJQq12ND5
Fajar meletakan rokoknya di atas meja, tangannya melingkar di bahuku. “Bikinin kopi dong, tan,” katanya.858Please respect copyright.PENANAx1DcOgew0R
858Please respect copyright.PENANAJH0iIcmSTe
Aku tersenyum kepadanya, lalu bangkit. Tapi tiba-tiba Fajar memukul pelan pantatku, sontak aku berbalik dan menatapnya garang. Fajar malah tertawa sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya di depan wajah. Aku yang tidak mau berdebat dengannya langsung melangkah menuju dapur.858Please respect copyright.PENANApzQGj0Op2o
858Please respect copyright.PENANA1DZlumwrl9
Tiba di dapur aku mengambil dua cangkir gelas, lalu menuangkan bubuk ke masing-masing gelas. Kemudian memanaskan air. Sambil menunggu air panas aku kembali mengingat-ingat setiap hal yang barusan terjadi. Agaknya aku sudah melewati sebuah batas.858Please respect copyright.PENANA386GGJ5hOx
858Please respect copyright.PENANAUGNFgCpEV1
Istri mana yang berani membiarkan remaja seumuran anaknya mencumbu bibirnya dan mengendus ketiaknya. Aku tak menyangka bahwa aku membiarkannya begitu saja. Pun ketika ia memukul pelan pantatku, aku tidak merespon marah kepadanya. Bukankah dia sudah melecehkanku?858Please respect copyright.PENANAsdZUgTtQpG
858Please respect copyright.PENANAjTufN55mFU
Gemercik air terdengar. Buru-buru aku menuangkan air kedua gelas dan membawanya, kembali menuju ruang tamu.858Please respect copyright.PENANAfk1OkGVyus
858Please respect copyright.PENANAoBvhdtPTJz
“Ini, tuan muda,” kataku bercanda sambil meletakan dua cangkir kopi di atas meja.858Please respect copyright.PENANAjEzusFPRKK
858Please respect copyright.PENANAP7TkzjFQ3d
Fajar meraih kopinya masih panas. Ia tiup perlahan dan menyesapnya sedikit. Kemudian Terlihat wajahnya yang sumringah.858Please respect copyright.PENANAmBcGmJ7Efs
858Please respect copyright.PENANAZOAv7guaNN
“Nanti Fajar tidur sama tante boleh?” Fajar meletakan kembali cangkirnya dan menoleh ke arahku.858Please respect copyright.PENANA8nJvK6zE6X
858Please respect copyright.PENANAbsovXyOUMf
“Jangan aneh-aneh, deh,” kataku, sedikit galak. “kamu tidur di kamar Adit!”858Please respect copyright.PENANAw8IQWkGkIs
858Please respect copyright.PENANA9uJWz1frC9
Fajar menghela nafas dan berpaling. Terlihat raut wajahnya kecewa. Lalu aku berkata, “Kan tante udah bilang, tante belum bisa sampe jauh.”858Please respect copyright.PENANAr8rqxLFCJ2
858Please respect copyright.PENANAYN1OWdYzEl
Remaja itu sangat ngebet sekali untuk menikmati tubuhku. Tentu saja aku tidak semudah itu untuk memberikannya. Walaupun ia sudah sempat menikmati bibirku. Tapi, aku tidak ingin di pandang serendah itu.858Please respect copyright.PENANAMB9X3x3Ob4
858Please respect copyright.PENANApoJaeVgMXj
“Yudah, kalau gitu mau ciuman,” katanya lagi.858Please respect copyright.PENANA2ScSleOUIm
858Please respect copyright.PENANAfyYD5amXd8
“Engga boleh!”858Please respect copyright.PENANAlraZE7Sk6H
858Please respect copyright.PENANAa3tW64UU4C
“Tante semuanya gak boleh,” katanya. “Lagian tadi juga kita ciuman.”858Please respect copyright.PENANAYCpSc6NQpS
858Please respect copyright.PENANAVY23zHC09U
Aku menghela nafas sejenak dan berkata, “Ciuman aja, ya, gak lebih. Awas aja tangan kamu sampe ke mana-mana.”858Please respect copyright.PENANAvNjyfe89PP
858Please respect copyright.PENANAgxD6Ziiixp
Fajar terlihat bersemangat. Buru-buru ia mendekat dan memegang kepalaku dengan kedua tangannya lalu mendaratkan cumbuan pada bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami menyatu. Terasa bibirku di gigit kecill olehnya, kemudian lidahnya berusaha masuk dalam rongga mulutku. Lidahnya berusaha mencari lidahku. Aku tak piawai dalam bercumbu, makanya aku hanya diam saja dan membiarkannya. Semakin lama. Lumatan-lumatan Fajar, membuat gejolak birahiku bangkit seketika. Perlahan aku mencoba membalas lumatan pada bibirnya.858Please respect copyright.PENANA2Wt5jOPSJz
858Please respect copyright.PENANADtwphRDO4e
Dengan mesra Fajar membaringkanku di sofa sambil terus melumat bibirku. Aku bisa merasakan tubuh kami saling bersentuhan, terutama bagian pahaku yang bisa kurasa menyentuh kakinya. Kemudian Fajar menyudahi aktivitasnya. Kami saling bertatapan.858Please respect copyright.PENANAORJeBpvJv7
858Please respect copyright.PENANAOddZQEw1xK
“Boleh cium ketek, tan?” tanya Fajar.858Please respect copyright.PENANAUzasmNQf2F
858Please respect copyright.PENANAI6IQD4Es64
Aku mengangguk. Dengan segera Fajar mengangkat tangan kananku dan membenamkan wajahnya dalam ketiakku. Aku yakin dia bisa mencium aroma ketiakku dengan lebih leluasa, sebab pakaian yang ku gunakan sekarang cukup tipis.858Please respect copyright.PENANA5GSDQ9gMBh
858Please respect copyright.PENANAkuAmIus5We
Aku merasa geli ketika merasakan ketiak ku dijilati dari luar, seketika aku mendorong kepalanya pelan. “Jorok, ih,” kataku. Fajar tidak peduli, Kini giliran ketiakku yang satunya ia cium aromanya.858Please respect copyright.PENANAd5au5kRJaa
858Please respect copyright.PENANA2w8m9oXOhV
Tubuh kami saling bersentuhan, terutama bagian dadaku yang ditindih oleh dadanya. Aku yakin dia pasti bisa merasakan kenyalnya kedua buah dadaku.858Please respect copyright.PENANAqzaAtrqfMB
858Please respect copyright.PENANA6jlaQZNrwO
Permainan Fajar semakin liar, aku bisa merasakan tangan satunya meraba bagian pahaku. Lagi dan lagi, aku dorong pelan tangannya agar tidak menyentuh areh sensitif ku. Sebab aku memang benar-benar belum siap.858Please respect copyright.PENANAM3bGtDv2Qw
858Please respect copyright.PENANA31ZPerwLh0
Bosan mencium ketiakku, dia mulai mencumbu bibirku kembali. Aku kembali memejamkan mata. Sambil kepalaku bersandar di penyangga sofa, aku membalas kecil lumatan-lumatannya.858Please respect copyright.PENANAyivwpgyrio
858Please respect copyright.PENANAuH1ofWhNbZ
Lagi-lagi ia berusaha meremas buah dadaku, kembali ku halangi dan mendorong tangannya. Tangannya yang satu meraba pahaku. Aku sedikit kesulitan untuk mencegah aktivitas tangannya yang begitu nakal.858Please respect copyright.PENANAPE8oF372mb
858Please respect copyright.PENANAuRddiiEJ2k
Lumatan-lumatan yang dilayangkannya membuatku semakin bergairah. Perlahan, aku membiarkannya meremas buah dadaku. Posisi kami tampak seperti orang yang sedang bercinta, dengannya yang di atas sementara aku berada di bawah.858Please respect copyright.PENANAdGTxI0xvpF
858Please respect copyright.PENANAdNptj7cWsJ
Suara-suara yang diciptakan dari percumbuan kami memenuhi ruang tamu. Semakin lama permainan Fajar semakin liar. Aku bisa merasakan celana kainku mulai terangkat melewati betis. Menampakan sekujur area kakiku yang putih dan bersih. Aku tidak ingin terbawa suasana, makanya kudorong pelan dadanya, dan cumbuan kami terlepas.858Please respect copyright.PENANArS2BHGjqOs
858Please respect copyright.PENANAOd3kGmbyB1
“Udahan, Jar.” Aku mencoba bangkit.858Please respect copyright.PENANAc9QqS5rLAp
858Please respect copyright.PENANAdRRGtBtMo7
Fajar mengerti, ia tarik tubuhnya yang menghalangi lajuku. Kemudian duduk kembali di sofa. Aku mendorong tubuhku bangkit, lalu duduk sambil membenarkan celana, pakaian, serta jilbabku yang tampak berantakan.858Please respect copyright.PENANACLhdqUxACy
858Please respect copyright.PENANA5i8c0Ua6Rk
“Ih, mukanya cemberut banget,” kataku sambil terkekeh memandangi wajahnya yang terlihat tanggung. Remaja jaman sekarang memang sangat mesum sekali.858Please respect copyright.PENANAcX0V3o0Fa9
858Please respect copyright.PENANAuYUSdP47dW
Fajar menoleh dan memandangiku. Kemudian dia meraih kedua tanganku dan mengusap mesra jemari-jemariku. “Fajar pengen banget bercinta sama tante. Tapi, Fajar gak mau kalau tante terpaksa.”858Please respect copyright.PENANAonxhs0z1dZ
858Please respect copyright.PENANAuJTWLvo0X0
Mendengarnya membuatku tersenyum haru, hubungan yang kami lakukan memang salah, tapi, setidaknya dia masih menghargaiku. “Makasih, ya, jar,” kataku.858Please respect copyright.PENANArRLt1BR5qZ
858Please respect copyright.PENANAtO7QSZiwV1
Fajar menarik kedua tanganku menuju wajahnya. Tiba-tiba hatiku terasa hangat ketika dia mencium punggung tanganku bergantian.858Please respect copyright.PENANAHqc6TFlhHX
858Please respect copyright.PENANAqeOYYrBlvp
Terdengar suara Adzan berkumandang.858Please respect copyright.PENANAGBHYH2OZLY
858Please respect copyright.PENANAPaGBgk688W
“Tante solat dulu, ya?” kataku. Walaupun aku melakukan zina seperti sekarang ini, tapi aku masih ingat akan kewajiban. Kemudian aku beranjak berdiri, lalu melirik Fajar yang mendongak menatapku. Aku melayangkan senyum singkat kepadanya, lalu menuju kamar dan melaksanakan solat magrib.
Bersambuing
858Please respect copyright.PENANAm2diVGbUgJ