#1 Namaku Laras
1393Please respect copyright.PENANAsXjtus5rtD
“Umi cuma punya dua tangan!” Seruku kepada mereka berdua yang sibuk ke sana-kemari. “Abi, makan dulu, ih!” seruku lagi kepada suamiku sambil membolak-balik ayam di penggorengan dengan gemercik minyak yang meletup-letup kecil.1393Please respect copyright.PENANAm88oHMzHo3
1393Please respect copyright.PENANA0AYXjz1XnA
“Abi gak ada waktu, mi. Udah telat!” Jawab Suamiku, Dimas. Ia terlihat sibuk membenarkan dasinya yang sedikit miring. “Abi berangkat dulu.” Dimas menghampiriku dan memelukku dari belakang, tak lupa ia mengecup puncak kepalaku dengan mesra.1393Please respect copyright.PENANAdIImQFoSjO
1393Please respect copyright.PENANAO8Qv8JjZBK
“Adit jangan sampe telat!” Kata Dimas kepada Adit, anakku.1393Please respect copyright.PENANA8QX5fv5kqs
1393Please respect copyright.PENANAjZsCCgGgmn
Adit mengangguk. “Hati-hati, Bi.” Ia duduk di meja makan dengan seragam rapi. Dimas tersenyum dan kemudian menghilang dari meja makan.1393Please respect copyright.PENANAdNV472twfD
1393Please respect copyright.PENANAsPphFm7hPz
Aku meletakan dua ayam goreng di meja makan, lalu duduk berhadapan dengan Adit, anakku satu-satu-nya. Adit sangat mirip dengan suamiku, dari wajahnya, sifatnya, pun caranya makan, seperti kloningan sempurna tanpa cacat.1393Please respect copyright.PENANA7b0ZmSEHLP
1393Please respect copyright.PENANAJUi8SW3AzI
Adit menyendok Nasi ke piringnya dan mengambil satu goreng ayam bagian paha.1393Please respect copyright.PENANAQQnwVAVb0O
1393Please respect copyright.PENANAVQRmNPSNuR
“Jangan buru-buru, sayang.” Aku menuangkan air ke gelas dan menyodorkan kepadanya.1393Please respect copyright.PENANAamhS717Pa0
1393Please respect copyright.PENANAMZlnxU8AAr
“Takut telat, bun,” kata Adit. Hari senin memang sangat sakral bagi sebagian anak SMA kelas tiga seperti anakku ini.1393Please respect copyright.PENANAy9QAHIYBYW
1393Please respect copyright.PENANAkxAW5vjf7l
“Nanti keselek, lho,” kataku, memperingatinya.1393Please respect copyright.PENANAY7K9vT3hQj
1393Please respect copyright.PENANAc4Q5q6mtQf
Adit menghiraukan. Ia makan dengan terburu-buru. Tak lama kemudian, ia berdiri. “Adit berangkat dulu, ya, bun.” Ia menghampiriku. Aku berdiri dan mengulurkan tangan. Dengan takzim Adit mencium punggung tanganku.1393Please respect copyright.PENANAHnGwUhs89a
1393Please respect copyright.PENANAeiqIFQE5Vf
“Hati-hati, sayang,” kataku sambil mengusap rambutnya. “belajar yang giat.” Adit tersenyum, lalu melangkahkan kakinya keluar rumah.1393Please respect copyright.PENANAqFNHzS65Yx
1393Please respect copyright.PENANAV0P3QeJHne
ia berangkat ke sekolah menggunakan motor. Walaupun aku tak membenarkan hal seperti itu, sebab ia sendiri tidak memiliki SIM. Tapi, aku selalu memperingatinya untuk selalu menggunakan Helm. Lagian, suamiku terlalu sibuk untuk mengantar-jemputnya. Aku sendiri? Tak bisa mengendarai motor maupun mobil.1393Please respect copyright.PENANAmgr32wYCal
1393Please respect copyright.PENANAzBBgQbpbNX
Dari jaman kuliah, aku selalu menggunakan Taxi atau alat transportasi lainnya. Dahulu, Umiku selalu berkata, Laras, kamu harus belajar nyetir. Mau sampe kapan kamu bergantung sama Abi? Aku hanya tersenyum dan mengganguk. Abi pun begitu, Mbak, mau diajarin nyetir mobil? tanya Abi kepadaku, sewaktu-waktu. Aku hanya menggeleng. Menolak.1393Please respect copyright.PENANAH9Ty33ckt0
1393Please respect copyright.PENANAghocCGj2Wy
Aku mempunyai ketakutan tersendiri soal berkendara. Sewaktu aku masih kelas 4 Sd, aku menyaksikan anak yang seumuranku tertabrak mobil, tepat di hadapanku. Dan itu sungguh menyeramkan sekali. Apalagi untuk anak yang usianya baru menginjak 10 tahun. Sampai sekarang, kejadian tersebut masih terlintas di pikiranku. Tidak bisa menghilang, dan menghantui terus menerus, seperti sebuah pembelajaran yang harus kuingat-ingat.1393Please respect copyright.PENANAh0QXwya5df
1393Please respect copyright.PENANABSmR7TY30o
Seperti ibu rumah tangga pada umumnya, aku menghabiskan sebagian waktuku di rumah, berkemas, berbelanja keperluan dapur, dan sebagainya. Di usiaku yang ke 38 tahun, aku harus tetap produktif dan terus melakukan kewajibanku sebagai istri sekaligus ibu.1393Please respect copyright.PENANA8N2Nos36bR
1393Please respect copyright.PENANA6S3vWExnit
Aku teramat bahagia sepanjang pernikahanku dengan Dimas. Aku bersyukur sekali menikahi lelaki yang ku kenal sejak dari bangku perkuliahan itu. Dimas, adalah sosok lelaki yang penyabar, sholeh, dan penuh tanggung jawab. Tidak seperti di film-film, kami tak pernah bertengkar hebat, palingan bertengkar karena masalah sepele. Dimas juga sosok imam yang baik, ia selalu memperingatkanku terhadap kewajibanku terhadap Tuhan. Apapun yang terjadi, bunda gak boleh ninggalin solat. Begitulah ia sering menasehatiku.1393Please respect copyright.PENANAG9sqHldxvA
1393Please respect copyright.PENANA0y7YLOJ7Wj
Sewaktu kuliah, Dimas adalah kating-ku. Dimas lebih tua dua tahun di atasku. Ia sering ikut organisasi. Kami bertemu di salah satu organisasi literasi. Aku masih ingat ketika pertama kali ia menghampiriku dan berkata, saya mau mengenal kamu lebih jauh, tapi, saya gak mau mengajak kamu dalam kemaksiatan. Mengingat-ingat itu, membuatku tergelitik. Kemudian, pendekatan kami terus berlanjut. Kami tidak pernah memiliki hubungan yang disebut pacaran, aku sendiri menghindari sebuah maksiat yang dinamakan Zina. Sedari kecil, aku sudah dibentuk oleh agama yang kuat, Abiku pemilik pesantren, jadi tidak heran aku selalu menjalani kehidupan seusai syariat agamaku.1393Please respect copyright.PENANAAgxnLcJGNt
1393Please respect copyright.PENANARYLFVq2wFd
Begitupun Dimas, ia memegang teguh norma-norma agama. Tidak pernah sekalipun ia menyentuhku sebelum menikah. Satu tahun setelah aku Wisuda, Dimas segera melamarku. Hari-hari indah itu masih jernih dalam ingatanku. Ia datang bersama keluarganya. Dimas tampak elegan dengan baju koko dan senyum yang tergores di wajahnya.1393Please respect copyright.PENANA5YjwVJ7Stz
1393Please respect copyright.PENANAu42o1JMpZh
Di ruang tamu rumahku keluargaku dan Dimas berkumpul. Saling tertawa dan membahas perihal tujuan kedatangan keluarganya. Aku hanya mengulum senyum dan menunduk di antara keramaian. Gimana, mbak? Tanya Abi kepadaku perihal lamaran Dimas. Aku mengangguk dan tersipu. Menerima lamarannya.1393Please respect copyright.PENANAkDjaoRmBd2
1393Please respect copyright.PENANAqBVo6f4upR
Malam pertama kami begitu kakuk. Kami duduk di ranjang tanpa bercakap sepatah-kata. Dimas sama sekali tak bergerak untuk menyetubuhiku. Begitupun aku, aku sama sekali tidak mempunyai pengalaman perihal sex. Maka, malam pertama kami, tidak ada persetubuhan, kami sama-sama tertidur pulas sebab letih menyambut tamu.1393Please respect copyright.PENANAK0Q5E1hYan
1393Please respect copyright.PENANAvAsGTqhcqP
Di minggu pertama, Dimas merenggut perawanku. Aku bahagia bisa memberi mahkotaku kepada suamiku, bukan kepada orang lain. Dan sebagai orang yang sudah menikah, menyenangkan suami tentu saja mendapatkan sebuab imbalan berupa pahala.1393Please respect copyright.PENANAjWDL1B7WDs
1393Please respect copyright.PENANANpz9dRb5Qy
Tahun-tahun berlalu. Pernikahan kami semakin erat sampai detik ini. Hasil dari pernikahan kami adalah Adit, anak cowokku, dan satu-satu-nya.1393Please respect copyright.PENANAylhRRJk3jl
1393Please respect copyright.PENANAbvgtY86tNN
Adit, anakku, tergolong anak yang sopan dan sholeh. Aku selalu mengajarkannya etika-etika mendasar yang harus ia pahami. Di masyarakat sekarang, banyak sekali hal-hal melenceng yang jauh dari Etika-etika dan norma yang berlaku. Aku, sebagai ibu, tidak ingin anakku sampai terjatuh ke dalam sebuah jurang yang dinamakan kemaksiatan.1393Please respect copyright.PENANAzHhjVWYLRt
1393Please respect copyright.PENANAYcQD43WHk6
Aku termasuk selektif kepada anakku. Aku tidak ingin dia berteman dengan sembarangan orang. Remaja-remaja seumurannya pastilah ingin mencari jati diri. Tapi, sebagai ibu aku tidak ingin dia terlampau jauh. Seperti mengikuti tawuran, narkoba, sex bebas, dan sebagainya. Oleh karena itu aku membatasi pergaulannya.1393Please respect copyright.PENANAzS3cf7nJD2
1393Please respect copyright.PENANAIvgqJW11si
Yang aku tahu, Adit, hanya memiliki satu sahabat, Namanya, Fajar. Aku sendiri mengenal Fajar sudah lama. Ia adalah sahabat anakku sedari kecil. Aku mengenal baik Remaja bernama Fajar itu, bahkan aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri. Selain ia periang dan sopan kepada yang lebih tua. Ia juga sering mengarahkan Adit ke hal-hal yang bersifat positif. Aku memang cukup dekat dengan Fajar, kami sering berbincang, sebab ia sering berkunjung ke rumahku. Selain ia sahabat anakku sedari kecil, ia juga satu sekolah dengan Adit. Oleh karena itu aku sering bertanya perihal perkembangan Adit di sekolah.1393Please respect copyright.PENANAEfRT8svDnN
1393Please respect copyright.PENANAg746JbZbGz
Aku juga menaruh simpati kepada Fajar. Ia hidup hanya berdua dengan neneknya. Sepengetahuanku, ibunya meninggal sewaktu melahirkannya. Ayahnya sendiri adalah pria yang tidak bertanggung jawab, yang lepas tangan ketika ibunya hamil.1393Please respect copyright.PENANAsWVJ7jvaG1
1393Please respect copyright.PENANAzuHUW8PKp9
Fajar, cukup dewasa untuk anak seusianya. Ia sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Walaupun ia bekerja serabutan. Kadang, aku juga sering mengantar makanan ke rumahnya. Simpatiku kepadanya mendapat dukungan dari Suamiku. Sesama manusia kita memang harus berbagi, mi. Kata Dimas kepadaku. Abi bangga sama Umi.1393Please respect copyright.PENANA4YrzLd8ygs
1393Please respect copyright.PENANAWdwl5OiqkP
Seperti biasa, sepulang sekolah, Adit dan Fajar sering menghabiskan waktu bermain PS. Aku tak mempermasalahkan hal tersebut, asalkan mereka masih ingat waktu untuk ibadah. Seperti yang di lakukan mereka sore ini. Selepas pulang sekolah, Adit lekas menghambur ke kamarnya, diikuti oleh Fajar. Aku hanya menggeleng melihat tingkah dua remaja itu.1393Please respect copyright.PENANACxTnCibHaq
1393Please respect copyright.PENANAVWzGc5BlAv
Terdengar deru langkah. Aku menoleh ke belakang. Fajar tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.1393Please respect copyright.PENANAwfRAXH4TmX
1393Please respect copyright.PENANAWx72cm5pyT
“Udahan main PS-nya?” Tanyaku.1393Please respect copyright.PENANAJkiJ5ekDJO
1393Please respect copyright.PENANAh45nrJrupL
Fajar duduk di hadapanku. Meja menjadi penengah di antara kami. “Udah, tan,” jawabnya.1393Please respect copyright.PENANAzucAgltom8
1393Please respect copyright.PENANADvDwfFFYNs
Aku dan Fajar memang selalu mengobrol. Sekedar membahas buku-buku baru-baru ini yang kami baca, atau sedikit berdiskusi perihal hal-hal tentang kehidupan. Fajar, jauh lebih dewasa dari anakku, terlihat dari bacaan nya yang berat, dan juga pemikirannya yang sering kali membuatku terpukau.1393Please respect copyright.PENANAaydXEMwifF
1393Please respect copyright.PENANAEumZdv4bEE
“Novel Kafka yang kemarin udah dibaca habis, Tan?” tanya Fajar.1393Please respect copyright.PENANAiPgCYatI9Z
1393Please respect copyright.PENANAaUq9w6EytI
“The Castle, udah,” kataku. “Kalau Metamorfosis, baru setengah halaman.”1393Please respect copyright.PENANAWACy9EhoAY
1393Please respect copyright.PENANAWeCpU4F0OP
Fajar mengangguk.1393Please respect copyright.PENANAk8sTysSzBs
1393Please respect copyright.PENANAbSNEEDx9fp
“Kamu udah makan?” tanyaku. “Kalau belum, tante ambilin, mau?”1393Please respect copyright.PENANAC1X1dbNIiF
1393Please respect copyright.PENANA4pgP74ArJB
Fajar tersenyum lebar. “Belum, Tan.” Ia terkekeh.1393Please respect copyright.PENANAahwEULcfep
1393Please respect copyright.PENANAKkkGV8QCnD
Aku mengernyitkan wajah dan tersenyum kepadanya. “Dasar kamu.” kataku, kemudian berdiri. “Ayo.”1393Please respect copyright.PENANAYqOIWmGjNG
1393Please respect copyright.PENANAipSyYegEvv
Kami berpindah ke meja makan. Aku meletakan sepiring nasi dengan lauk ayam goreng di meja. Dengan lahap Fajar menyantap masakanku. Aku tersenyum melihatnya makan dengan lahap.1393Please respect copyright.PENANA76bSdjes8I
1393Please respect copyright.PENANA3ZgRp58tkS
Aku menuangkan air dan menyodorkan kepadanya. “Kalau kamu laper, jangan sungkan datang ke sini, Jar.” Aku beranjak duduk.1393Please respect copyright.PENANAp50NMSWCIG
1393Please respect copyright.PENANAn1WS8EcdBi
Fajar menjawab dengan mulut yang penuh, “Makasih, Tan.”1393Please respect copyright.PENANAzSGkskR0ms
1393Please respect copyright.PENANAKBbBy4fIy5
“Udah, habisin dulu makanannya, baru ngomong,” kataku.1393Please respect copyright.PENANAHHgcDoU3u1
1393Please respect copyright.PENANAnECAGDxUOu
“Tante baik banget, tambah sayang, deh,” Ia tersenyum kepadaku dengan piring yang sudah kosong. Ludes tak bersisa.1393Please respect copyright.PENANAAleqw7XYr4
1393Please respect copyright.PENANA4H0P7tMOuV
“Tante, kan, memang baik,” kataku, bangga.1393Please respect copyright.PENANArtd3idb9HK
1393Please respect copyright.PENANAOahi1CVkjE
Fajar meneguk air. “Semoga kelak dapet istri kaya tante, amin,” Ia melayangkan senyum riang kepadaku.1393Please respect copyright.PENANA1eEw8vLUX5
1393Please respect copyright.PENANAJHWTzzNpUO
Aku terkekeh. “Makanya, sekolah yang bener, kejar cita-cita. Biar kelak sukses, dan dapat pasangan yang setara.”1393Please respect copyright.PENANAAtHHsvqULv
1393Please respect copyright.PENANA2k3LDtaafp
Fajar menatapku, dalam. Kemudian tertawa. Aku menatapnya bingung, “Kenapa, ih?” tanyaku. “Wajah tante aneh, ya?” Aku mengeluarkan ponselku dan berkaca di layar hitam, sekiranya ada sesuatu yang menempel di wajahku.1393Please respect copyright.PENANAlrFiqAM0VB
1393Please respect copyright.PENANAIhwtnbBXtm
Fajar malah terkekeh. “Tante cantik, banget.”1393Please respect copyright.PENANAlA2B8gplji
1393Please respect copyright.PENANA6uPtyfTflr
Aku malah tersipu. Agak malu, aku bertanya, “Kamu belajar gombalan dari mana?”1393Please respect copyright.PENANAA9qLpcyoNQ
1393Please respect copyright.PENANASI7m5RzPVV
Fajar berdehem. “Dari sini.” Ia menunjuk dadanya. “dari hati.”1393Please respect copyright.PENANA1gbV3O047m
1393Please respect copyright.PENANAK8rbWR4Ymp
Aku menggeleng. Fajar tidak seperti biasanya. Baru kali ini ia berani menggombaliku. Aku tak menganggap serius, mungkin ia bermaksud bercanda dan mencarikan suasana.1393Please respect copyright.PENANANFE1Y6Lnox
1393Please respect copyright.PENANAHVbewG6qyE
Fajar sendiri memiliki tampang wajah yang menurutku lumayan tampan. Yang membuatnya menarik adalah, tingginya yang berkisar 178 Cm, yang jika aku berjalan bersampingan dengannya, aku terlihat pendek sekali. Remaja sepertinya memang masih dalam masa-masa pertumbuhan. Mungkin di kalangan remaja putri, sosok fajar adalah yang diidamkan-idamkan.1393Please respect copyright.PENANA7n05hmCTPQ
1393Please respect copyright.PENANAiBRJhp4nc1
Aku mengambil piring bekas Fajar makan. Ruang makan dan dapurku menyatu. Selain hemat tempat, juga lebih Efisien. Aku membuka keran. Percikan air membasahi piring, tak lupa aku usap lembut dengan spons.1393Please respect copyright.PENANADYF6NDxoCD
1393Please respect copyright.PENANA6Bfbd2OeeS
Fajar menghampiriku. Bahu kami saling bersentuhan. Aku memang sudah menganggapnya anakku sendiri, tapi, kami bukanlah muhrim. Tentu saja aku merasa risih. Tapi, entah kenapa ada perasaan tidak nyaman di hatiku jika aku bergeser.1393Please respect copyright.PENANApiuDt74DS2
1393Please respect copyright.PENANAJ8cvp79POv
“Fajar aja yang cucinya, tan.” Fajar meraih piring dari tanganku. “Tante duduk aja.”1393Please respect copyright.PENANAMTw52jGaQm
1393Please respect copyright.PENANAa0s0XGWEPk
Aku mengiyakan. Lalu duduk di bangku meja makan. Tak lama, Fajar menyusul, duduk di sebelahku. Hening sejenak. Tidak ada obrolan. Hanya bunyi detik jam dari kejauhan yang mengisi keheningan. Sampai akhirnya, Fajar memecah hening.1393Please respect copyright.PENANAQo4t3bjvHR
1393Please respect copyright.PENANAyFMZPFpua4
“Makasih, tan,” Ia melirikku. “Tante baik banget sama Fajar.”1393Please respect copyright.PENANAcAYccxoAuj
1393Please respect copyright.PENANAeHUIlvipf7
Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum. “Jar, udah kewajiban manusia untuk berbuat baik sesamanya,” kataku. “Lagian, kamu juga udah bantu tante banyak, kok.”1393Please respect copyright.PENANAfWvlUnzy7d
1393Please respect copyright.PENANAGfN82FjKMT
Mata kami bertemu. lima detik kami saling bertatapan. Tidak ada yang mau mengalah. Entah kenapa wajahku kaku, enggan untuk berpaling.1393Please respect copyright.PENANATek7XwRrYj
1393Please respect copyright.PENANARgeAx6OZFI
“Cie pacaran.”1393Please respect copyright.PENANAGWzzZme27f
1393Please respect copyright.PENANAlivuUBbtBh
Sontak aku memalingkan wajah, beralih menatap anakku yang beranjak duduk di hadapan kami.1393Please respect copyright.PENANAYOYEXXpXp1
1393Please respect copyright.PENANAsex8fJjCyQ
“Mi.” Adit menggaruk kepalanya. ia terkekeh ringan. Jika sudah begini, pastilah ada yang diinginkannya. “Boleh gak Adit ikut camping sama teman sekolah?” tanyanya, kemudian.1393Please respect copyright.PENANAZLwy1guSUG
1393Please respect copyright.PENANAAWYDCRqg7S
Aku menghela nafas. “Camping sekolah?” tanyaku menyelidik. “kalau kalian yang adain acaranya, Umi engga kasih izin.”1393Please respect copyright.PENANARgDXvixe6V
1393Please respect copyright.PENANAu6eDMS8IQB
Adit terlihat berfikir sejenak, kemudian berkata, “Dari sekolah, Mi. Acara pramuka,” jawabnya. “Iya, kan, Jar?” ia melirik Fajar.1393Please respect copyright.PENANArYjno8itW6
1393Please respect copyright.PENANAMDlGaJnmqx
Aku menatap tajam ke arah Fajar, memintanya hendak berkata jujur. Fajar terkekeh dan berkata, “Engga, tan. Adit bohong. Kemah pramuka udah selesai bulan kemarin.”1393Please respect copyright.PENANA8zjg7UBeYf
1393Please respect copyright.PENANAr3mctijW2I
Aku balik menatap Adit. Adit menunduk. “Kenapa bohong sama Umi?” tanyaku, sedikit galak. “kamu gak boleh bohong sama orang tua. Dosa.”1393Please respect copyright.PENANA9kfSW6G1uy
1393Please respect copyright.PENANA3p5WrBcEyU
Sambil menunduk, Adit berkata, “Maaf, bun. Lagian kalau Adit jujur, Umi engga kasih izin juga.”1393Please respect copyright.PENANAwhP1gq9aAw
1393Please respect copyright.PENANAMxctRGI0QZ
“Tapi, bukan berarti kamu harus bohong, kan?” Aku menghela nafas lagi, cukup dalam. “yaudah, kali ini Umi izinin. Tapi, awas aja kamu macem-macem.”1393Please respect copyright.PENANADxP1bOlQtA
1393Please respect copyright.PENANAlHY3DlH8Qp
Adit mendongak menatapku dengan binar di mata. “Makasih, Umi. Sayang Umi banyak-banyak.”1393Please respect copyright.PENANAl3FuEGR7Tl
1393Please respect copyright.PENANANqAjREXqEZ
Aku tertawa ringan, lalu menoleh ke Fajar. “Kamu awasi Adit, Jar.”1393Please respect copyright.PENANArML2w9rnWd
1393Please respect copyright.PENANA6jVeEVNxh0
“Fajar gak ikut, tan.”1393Please respect copyright.PENANAD9JscssyJ7
1393Please respect copyright.PENANAX3P5vpz1eY
Adit menimpali, “Fajar sama Adit gak satu kelas, Mi. Acara ini, khusus buat kelas Adit aja.”1393Please respect copyright.PENANAosghjG9JUg
1393Please respect copyright.PENANARsBb7vRtKv
Aku mengangguk, paham. “Yaudah. Kamu jangan aneh-aneh, ya, sayang.” Kataku sambil tersenyum menatap Adit.1393Please respect copyright.PENANAI0sBGtrSYC
1393Please respect copyright.PENANA6N83CHQ1lh
Adit menggangguk, antusias. “Siap Umi.”1393Please respect copyright.PENANACwNSKZrWUy
1393Please respect copyright.PENANARR54q1n1Ag
***1393Please respect copyright.PENANABaZATtgQmY
1393Please respect copyright.PENANAIpFlg9eNQI
Minggu pagi adalah hal yang paling di tunggu. Terutama bagiku. Di minggu pagi, aku bisa merehatkan tubuhku sejenak, bisa bermain ponsel sepuasnya, atau bisa membaca buku dengan khidmat. Seperti yang aku lakukan sekarang, di ruang tamu di sebelah suamiku.1393Please respect copyright.PENANACWHeXU4Jwh
1393Please respect copyright.PENANAyMb4gmJXZt
Suamiku, Dimas, sibuk dengan laptop di pangkuannya. Ia cukup sibuk sekalipun adalah hari minggu. Dimas memang tipe-tipe Pekerja yang ambisius. Berkerja di bidang hukum membuatnya harus ekstra mengeluarkan tenaga. Terkadang, ia tak ingin di ganggu perihal kerjaannya.1393Please respect copyright.PENANAWbDZ4kEi1R
1393Please respect copyright.PENANAkKTKSCP3ae
Aku menghela nafas, bosan. “Bi, ke toko buku, yuk.” Aku meraih lengannya, dan menyandarkan kepalaku di bahunya. “Umi mau beli buku itu lho, yang best seller itu.”1393Please respect copyright.PENANA8kz2ocNSjg
1393Please respect copyright.PENANA8Hzpqky3nv
“Apa?” Dimas masih fokus menatap layar laptop.1393Please respect copyright.PENANAjlGw2b14dw
1393Please respect copyright.PENANAqvGPD10qna
Aku mendengus. “Karyanya Eka Kurniawan, Cantik itu luka.”1393Please respect copyright.PENANA0GG5XX1fc8
1393Please respect copyright.PENANAe0fGEHcJqZ
“Jangan, umi,” Bunyi ketukan keyboard terdengar. “gaya bahasanya vulgar. Gak cocok sama umi.”1393Please respect copyright.PENANApva0qCBZzf
1393Please respect copyright.PENANAzSoSMGXuxx
Sedikit sebal, aku melepaskan lengannya dari pelukku. Tapi, Dimas sama sekali tak menggubris kekesalanku. “Abi, Ih.” aku merengek sambil memanyunkan bibir. “Umi ngambek, lho, ini.”1393Please respect copyright.PENANAPADi3PpqsD
1393Please respect copyright.PENANAaLymHB8dBA
Akhirnya Dimas menoleh ke arahku. Ia tersenyum, kemudian mendaratkan tangannya di puncak kepalaku. mengelus kepalaku yang terbalut jilbab. “Abi lagi ngerjain laporan. Minta antar sama Adit, ya?”1393Please respect copyright.PENANA1t7db4GNIQ
1393Please respect copyright.PENANAg0MV06TFCE
Aku mengangguk, terpaksa. Tak lama terdengar suara melengking Dimas memanggil Adit. Yang di panggil segera hadir.1393Please respect copyright.PENANA6kG42Je7hC
1393Please respect copyright.PENANAbFnzOzvTy3
“Kamu anterin umi ke toko buku,” Kata Dimas kepada Adit.1393Please respect copyright.PENANAxoNWFS933C
1393Please respect copyright.PENANARgCg4VZXYg
Sambil berdiri, Adit berkata, “Adit bentar lagi berangkat, bi. Mau camping. Minta antar sama fajar aja, ya?”1393Please respect copyright.PENANA1lWJGOEQEs
1393Please respect copyright.PENANAsOlbznTlpC
Dimas berfikir sejenak, kemudian suaranya melengking ke penjuru ruang, memanggil Fajar.1393Please respect copyright.PENANAepHuX9AVhM
1393Please respect copyright.PENANA9zvTLli4zx
Setiap minggu, Fajar memang selalu berkunjung ke rumahku. Dan suamiku sendiri tidak mempersalahkan kehadiran Fajar. Bagi Dimas, Fajar adalah sosok remaja yang ulet sopan. Kadang ada beberapa pekerjaan rumah yang ia selesaikan. Sewaktu dulu, ketika atap genteng bocor, Fajar lah yang menambalnya. Ketika keran air rusak, Fajar yang memperbaiki. Sikap Fajar yang seperti itu, membuat suamiku menyukainya.1393Please respect copyright.PENANAZnOJew4Ky1
1393Please respect copyright.PENANAgjGyLKyp2S
“Jar, kamu anterin Umi ke toko buku, ya.” Kata Dimas kepada Fajar yang berdiri di sebelah anakku. “Kamu bisa nyetir, kan” Dimas meletakan kunci mobil di atas meja, di samping vas bunga.1393Please respect copyright.PENANA1PdAleUj2S
1393Please respect copyright.PENANABDt4LgBcu0
Fajar mengangguk. “Bisa, om.”1393Please respect copyright.PENANA7xI8nSs8cc
1393Please respect copyright.PENANAy4jFU85U3B
Fajar memanggil aku dan suamiku dengan kata ganti, “Om-tante”, padahal Dimas menyuruhnya untuk memanggil nama kami dengan, “Abi-umi”, tapi ia menolak.1393Please respect copyright.PENANAW5MpSCaX23
1393Please respect copyright.PENANA5YMsPTJxRZ
“Umi ke toko bukunya sama Fajar aja, ya,” kata Dimas kepadaku.1393Please respect copyright.PENANAojOTwKthvw
1393Please respect copyright.PENANAA4CWtBqO4u
Aku mengangguk.1393Please respect copyright.PENANAG7sG6KV2F9
1393Please respect copyright.PENANAa3s1FLRsd5
“Umi, Abi, Adit berangkat dulu.” Adit menghampiri kami berdua, lalu mencium punggung tanganku dan Dimas, bergantian.1393Please respect copyright.PENANA0AHHN8PVM4
1393Please respect copyright.PENANANwZ4AWCZRa
“Hati-hati, jangan macam-macam,” kataku kepadanya.1393Please respect copyright.PENANA4Z14qyNQL9
1393Please respect copyright.PENANAGj7fOkBEs6
“Siap, Umi,” jawab Adit dari kejauhan. Tak lama terdengar suara knalpot motor.1393Please respect copyright.PENANAOQBsz2i2Gh
1393Please respect copyright.PENANA88ZT08eB6o
Aku segera berdiri, “Jar, duduk dulu, tante mau ganti baju,” kataku kepada Fajar. Fajar mengangguk sambil duduk di hadapan suamiku.1393Please respect copyright.PENANASMVT3KFACR
1393Please respect copyright.PENANAqL4VEtkpGx
Aku memutuskan untuk mengenakan gamis pink serta jilbab yang warnanya sama. Aku meliukkan tubuhku kanan-kiri di depan kaca lemari. Di usiaku yang tidak muda lagi, aku masih memiliki tubuh yang masih bagus, terawat, dan juga bersih. Bisa dibilang, aku selalu menjaga tubuhku bagian luar maupun dalam. Mungkin karena itu, teman-temanku selalu berkata, Laras dari masih gadis sampai punya anak satu, tubuhnya gak berubah, masih bagus. Tentu saja aku tersanjung dipuji seperti itu.1393Please respect copyright.PENANADPxRTxOsCY
1393Please respect copyright.PENANA2jxFznAajk
Di ruang tamu, Fajar dan Dimas, masih asik mengobrol, aku lekas menghampiri mereka.1393Please respect copyright.PENANAjfy6WdRIkP
1393Please respect copyright.PENANA2Qe4xVCCdc
“Ayo, jar,” kataku kepada Fajar. “tante udah siap.”1393Please respect copyright.PENANAcNsOKNgMYm
1393Please respect copyright.PENANA5ATusfsNPD
Fajar berdiri. “Om, saya anterin tante dulu, ya.” ia menunduk sopan ke suamiku.1393Please respect copyright.PENANAy3QdhTWCRL
1393Please respect copyright.PENANAlYQHfkpLBg
Dimas membalas sambil tersenyum. “Hati-hati.”1393Please respect copyright.PENANA3XQ6ViMTcW
1393Please respect copyright.PENANAGtgsTdP8hS
***1393Please respect copyright.PENANAMItaim9D3H
1393Please respect copyright.PENANAq2C7yP7Bsq
Fajar memarkirkan mobil di tepian jalan. Di samping Toko Buku. Toko Buku ini memang kerap aku kunjungi semasa aku kuliah dulu. Lekas, aku dan Fajar masuk ke dalam. Aku menuju rak buku dengan label di atasnya bertuliskan: Novel sejarah. Akhir-akhir ini aku memang kerap membaca Novel berlatar sejarah. Sementara Fajar, beranjak menuju lantai dua Toko Buku ini. Aku membiarkannya dan fokus mencari buku yang ingin ku beli.1393Please respect copyright.PENANAw5yengLuVF
1393Please respect copyright.PENANAZz2ObABbg9
Aku memutuskan untuk membeli empat buku, karyanya Pramoedya Ananta Toer. Fajar sendiri tampaknya sedang asik memilah buku. Sambil memeluk empat buku, aku menaiki anak tangga, menyusul Fajar.1393Please respect copyright.PENANAwkdOxCBXNM
1393Please respect copyright.PENANAoSyVGIQKsA
Tiba di lantai dua, aku memperhatikan Fajar yang sibuk berpindah dari Rak buku ke rak buku lainnya. Aku menghampirinya. “Kamu kalau mau beli buku, beli aja, Jar. Tante bayarin,” kataku.1393Please respect copyright.PENANAXMSLNP22lD
1393Please respect copyright.PENANArhmlrt2fOz
Fajar berbalik. “Mau beli dua boleh?” ia tersenyum.1393Please respect copyright.PENANAOWlDcavybc
1393Please respect copyright.PENANAO2V5w05475
Aku terkekeh. Yang membuat aku menyukai sahabat anakku ini adalah karena sifatnya yang jujur. Ia bukan tipe remaja yang sungkan atau malu-malu. Fajar adalah tipe remaja yang jika berkata tidak, maka tidak, bukan berkata tidak, untuk sekedar menolak sebab perasaan tidak-enakan.1393Please respect copyright.PENANAixnu0NH2JF
1393Please respect copyright.PENANAGAlr3HoW6f
“Mau beli seratus juga boleh,” kataku, bercanda.1393Please respect copyright.PENANAssqukPH3dx
1393Please respect copyright.PENANAmVLzTXPYXq
Fajar terkekeh. Lekas ia menuju Rak buku yang bersandar di dinding. Aku menelan ludah, sebab ia mengambil sebuah kitab yang aku tau adalah Bible. Bukannya aku bermaksud Sara atau semacamnya, sepengetahuanku, Agama Fajar adalah Islam. Aku ingin lekas bertanya kepadanya, tapi urung, suasana dan tempat tidaklah mendukung.1393Please respect copyright.PENANAfK6IRWyHUy
.1393Please respect copyright.PENANA48kImP9evA
1393Please respect copyright.PENANAAqbDchq7lJ
Fajar beranjak menuju Rak buku di sebelahnya. Aku berdiri di sampingnya sambil memperhatikan gerak-gerik-nya. Kemudian ia mencomot satu buku berjudul: Eksistensialisme adalah humanisme-Derida. Fajar memang menyukai buku-buku Filsafat, kadang beberapa kali ia menawarkan kepadaku sebagai bahan bacaan. Filsafat membantu kita bernalar dengan baik, lho, tan, kata Fajar sewaktu-waktu.1393Please respect copyright.PENANAJsbf2yD1e2
1393Please respect copyright.PENANARyndZrDtNU
Fajar menoleh ke arahku, ia mengangkat bukunya setinggi dada. “Udah, tan,” katanya sambil tersenyum. Kami berdua lekas menuju meja kasir.1393Please respect copyright.PENANAau2xmDC9ho
1393Please respect copyright.PENANA51oHXFbh4v
Aku memutuskan untuk tidak pulang terlebih dahulu. Aku ingin bersantai pagi ini.1393Please respect copyright.PENANAgNUQDom4NY
1393Please respect copyright.PENANAwR9G0ugA4Q
Di satu meja, saling berhadapan, kami berdua menikmati Es kelapa muda yang telah dikeruk dan dipindahkan ke gelas kaca. Rasa manis dari gula kirik menyentuh lidahku. Terik matahari yang membakar kepalaku seakan lenyap bersamaan dengan air kelapa yang berseluncur di tenggorokan.1393Please respect copyright.PENANAETywisnwx4
1393Please respect copyright.PENANABmPO6W8uri
Aku memperhatikan Fajar sejenak, kemudian terkekeh geli. “Bukunya, kok, di bawa terus, gak bakal hilang, jar.” aku melirik bukunya di atas meja, samping gelasnya.1393Please respect copyright.PENANATvCOWSkrTe
1393Please respect copyright.PENANAxW279BfaMB
Fajar menyeka bibirnya dengan lengan, sebab sebagian isi kelapa tersangkut di bibirnya. “Gak sabar bacanya, tan.”1393Please respect copyright.PENANAa0eExybYXp
1393Please respect copyright.PENANAsCMDa7i4bn
Aku menggeleng-menggeleng, heran, kemudian terbesit di pikiranku untuk bertanya kenapa ia membeli kitab bible. “Kamu jangan tersinggung, ya, Jar,” aku berusaha merangkai kata sehalus mungkin. “Kamu kenapa beli kitab bible? Bukannya kamu muslim?”1393Please respect copyright.PENANAWeSE3zxgFB
1393Please respect copyright.PENANAl8kSCF7tDP
Fajar malah terkekeh. “Aku kan kristen, tan.”1393Please respect copyright.PENANAqLrAxxiBsP
1393Please respect copyright.PENANAsxTjyr1xp3
Aku yang sedang menyesap Es kelapa tiba-tiba terbatuk. Refleks Fajar mengambil tisu dan menyodorkan kepadaku. Aku mengelap sekitar bibirku. “Kok bisa?” tanyaku. “kamu jangan aneh-aneh, deh, Jar.”1393Please respect copyright.PENANA59JUpFZ3Ak
1393Please respect copyright.PENANAZNyDZXZ7jd
Fajar menghela nafas, dalam. “Aku murtad dua tahun yang lalu, tan,” Ia sedikit menunduk. “tante kecewa?”1393Please respect copyright.PENANArLxmQhEeQA
1393Please respect copyright.PENANAknQu3NOznC
Aku tersenyum menatapnya. Aku hanyalah manusia biasa, yang tidak mempunyai hak untuk mengatur pilihan manusia lainnya. Lagian, keyakinan adalah sebuah pilihan, bukan paksaan.1393Please respect copyright.PENANAomgBkIjr4S
1393Please respect copyright.PENANAM7ZaGvK7Mf
“Jar, semua pilihan ada di tangan kamu,” kataku, lembut. “kalau kamu mutusin buat pindah agama, itu kan hak kamu. Tapi, tante kecewa dikit, sih.”1393Please respect copyright.PENANAHXV8sNeVx7
1393Please respect copyright.PENANA6YGCSba5d0
Fajar tersenyum. lalu kami memutuskan untuk sibuk dengan es kelapa masing-masing. Berisik knalpot motor dan mobil terdengar di antara kami. Pun riuh suara dari pengunjung lain.1393Please respect copyright.PENANA9IfOqL3Mcq
1393Please respect copyright.PENANARsoYUdS453
“Tante mau mampir dulu ke rumahku?” Akhirnya Fajar bersuara. “baca buku di teras, gitu, nanti kita diskusi juga.” Ajaknya.1393Please respect copyright.PENANA5pZNT4KbVk
1393Please respect copyright.PENANAfnJpCIoepo
Aku agak ragu untuk mengiyakan. mau bagaimanapun aku dan Fajar adalah lawan jenis. Apalagi jika berduaan dengannya, setan pasti punya celah untuk membisikan kami agar melakukan dosa. Tapi, entah kenapa, ada sebuah dorongan untuk aku mengatakan, iya.1393Please respect copyright.PENANAa1noOMLCVb
1393Please respect copyright.PENANAktXk0xdlew
“Gimana, tan?” Fajar bertanya, lagi.1393Please respect copyright.PENANAmU6X2gOOCu
1393Please respect copyright.PENANAJyoZCrq4j0
“Bentar, Jar.” Aku merogoh ponsel dari tas tenteng ku. “Mau minta izin sama abi dulu.”1393Please respect copyright.PENANAB2DDcdHCcu
1393Please respect copyright.PENANAM2MkCuHgrq
Fajar mengangguk.1393Please respect copyright.PENANAi01ZU9wNIZ
1393Please respect copyright.PENANATUFU6UlJtq
Aku mengetik deretan huruf dan mengirimnya kepada suamiku.1393Please respect copyright.PENANASwku61OldB
1393Please respect copyright.PENANA2NXb7srAlX
Tak luma kemudian: Notif whatsapp berbunyi.1393Please respect copyright.PENANAUqMjW9Zc7E
1393Please respect copyright.PENANA4jX1xCPePH
Aku meraih ponselku di atas meja, lalu mengetuk notif yang mengambang di atas layar ponsel, sebuah pesan WhatsApp dari suamiku, bertuliskan: Boleh, bun. Abi juga ini lagi di luar, ada meeting sama client. Rumah, abi kunci, kuncinya abi taruh di keset pintu. Pulangnya jangan kemaleman, ya.1393Please respect copyright.PENANAktPpLyPYgN
1393Please respect copyright.PENANApFbiauUpZ5
Aku menatap Fajar sambil tersenyum. Fajar mengernyitkan sebelah alisnya. Kemudian aku mengangguk. Fajar yang mengerti lekas membalas senyumku. Entah kenapa, ketika senyum itu merambat pada mataku, ada sebuah desir yang tidak bisa kujelaskan, sebuah desir aneh, yang tak pernah kurasakan sebelumnya.1393Please respect copyright.PENANAhv7nvPnFjp
1393Please respect copyright.PENANAwLRgKt1B2E
***1393Please respect copyright.PENANAf6pJn6xyR1
1393Please respect copyright.PENANAtcTdSDqf6n
“Masuk, tan,” Fajar membukakan pintu rumahnya, sementara dia berdiri di samping pintu, menungguku masuk terlebih dahulu.1393Please respect copyright.PENANAo1lJb0U9g9
1393Please respect copyright.PENANAnvDnmzmy9y
“Ada orang di dalam, Jar?”1393Please respect copyright.PENANA9uzit2yMSU
1393Please respect copyright.PENANAIe9dFpHKdL
“Nenek lagi kerja,” kata Fajar. “pulangnya sore.”1393Please respect copyright.PENANAKTzu8xaa96
1393Please respect copyright.PENANAcHuAqWZzZX
Aku mengangguk. “Nenek memang kerja apa?”1393Please respect copyright.PENANAYAVZYtnBGq
1393Please respect copyright.PENANAxEY6EUUYxN
Fajar menggaruk kupingnya. “Masuk dulu, tan” katanya. “engga enak ngobrol sambil berdiri.”1393Please respect copyright.PENANAvpGhtPman2
1393Please respect copyright.PENANAN3nz3HzKbM
Akhirnya aku melangkah masuk. Tercium aroma wangi dari pengharum ruangan yang di tempel di kipas angin atap. Dengan televisi tabung yang di sampingnya berdiri vas bunga, kiri-kanan. Ruang tamu ini di dekor dengan minimalis. Lantai-lantai beralas karpet dengan motif miky mouse. Tembok bercat hijau, dengan dua bangku di samping pintu.1393Please respect copyright.PENANAhYFgkHj7yf
1393Please respect copyright.PENANAwtxqnbyiMb
Rumah ini sendiri letaknya terpencil. Masuk ke dalam gang dengan luas lima meter, memungkinkan mobil untuk masuk. Jauh dari rumah yang lain, seperti terkucil dari sebuah kelompok.1393Please respect copyright.PENANAvheRI1i5ym
1393Please respect copyright.PENANAIWdhV5jPEj
“duduk dulu, Tan,” kata Fajar. “mau teh atau kopi?”1393Please respect copyright.PENANAfMs1e3SYKY
1393Please respect copyright.PENANAJ4N7ezm63E
“Kopi, Jar,” kataku, singkat. Fajar menuju dapur. Aku duduk di bangku, menatap kosong ke arah televisi tabung. Pandanganku terpikat ke sebuah gambar di tembok atas televisi. Seakan ada magnet tertentu, aku beranjak menuju gambar tersebut. Aku Berdiri di hadapan sebuah Foto yang menampilkan Sosok Fajar yang tersenyum sambil memegang sebuah piala yang bertulisan: juara satu lomba baca puisi. Kemudian aku terkekeh. Aku tak menyangka, ternyata Fajar memiliki bakat perihal merangkai kata-kata dan menyulamnya menjadi puisi.1393Please respect copyright.PENANAm7cJFx3epj
1393Please respect copyright.PENANAAfY5C01GZi
“Itu waktu kelas 2 SMA, Tan,” kata Fajar di sampingku, ia membawa nampan dengan dua gelas kopi di atasnya. Kemudian ia meletakan nampan itu di lantai, berhadapan dengan televisi. “Lesehan engga apa-apa, kan?”1393Please respect copyright.PENANASV32LsxlIk
1393Please respect copyright.PENANAww4Iblfu1o
Aku terkekeh ringan. “kaya sama siapa aja.” Aku ikut duduk bersila di sebelahnya. "Tante gak nyangka lho, kamu juara satu baca puisi.” Aku meliriknya sekilas.1393Please respect copyright.PENANA8doiaB2c4V
1393Please respect copyright.PENANADBzJGCiYcn
Dengan senyum bangga, Fajar berkata, “aku memang dilahirkan untuk menjadi pujangga, tan.”1393Please respect copyright.PENANAVDwg3BzOJ7
1393Please respect copyright.PENANAjXhP1Z8g15
Aku terkekeh, geli. “iya, deh, si paling pujangga,” kataku dengan nada mengejek.1393Please respect copyright.PENANAu3T2YFJw4C
1393Please respect copyright.PENANAteVawOSxO6
Tak ada pembicaraan setelah itu. Aku menyesap kopi hitam yang disajikan Fajar. Manis dan pahit tertakar dengan seusai, mencipta cita rasa pas di lidah. Ia seakan tahu kadar gula yang pas untuk menikmati kopi di siang hari. Di teriknya matahari yang bisa ku rasakan menembus seng, lalu menyantup kepalaku.1393Please respect copyright.PENANAizrxydqtQV
1393Please respect copyright.PENANAQmIDEGma0G
Ruang terasa lenggang.1393Please respect copyright.PENANAmQrmhUupaz
1393Please respect copyright.PENANA0plWYr5i3E
Fajar merogoh kolong meja televisi, seperti mencari sesuatu. Ia kemudian mengeluar dua stick PS dan satunya ia sodorkan kepadaku. “Bisa main PS, tan?”1393Please respect copyright.PENANAHVggIUn6oO
1393Please respect copyright.PENANAWrD54jkyeU
Aku tersenyum bangga. “Gini-gini, tante dulunya jagoan PS,” aku meraih stick PS. Semasa kecil aku memang kerap bermain console game, mulai dari PS satu, Nintendo, ps dua.1393Please respect copyright.PENANAY2mC7lsbyG
1393Please respect copyright.PENANA0dpFknzRnr
Perlahan televisi menyala dengan layar gambar yang sedikit buram. Suara stick berbunyi. Fajar memilih game yang akan kami mainkan. Ia memilih sebuah game yang sangat aku kuasai: pes 2018.1393Please respect copyright.PENANAQZFGMSzjfj
1393Please respect copyright.PENANAJ5evKti2JA
Aku membenarkan posisi dudukku, aku meliriknya sekilas lalu kembali menatap layar tv. Permainan Di mulai. Aku meliuk-kan jemariku dengan lincah. Begitupun Fajar, ia terlihat antusias, kadang ia berseru, kadang ia mendengus sebab tak bisa menggol bola ke gawangku.1393Please respect copyright.PENANAHYFRMqXNgc
1393Please respect copyright.PENANAFceleqDcQz
Aku pun begitu, entah kenapa aku terbawa suasana. Sudah lama aku tak sebahagia ini ketika bermain console game. Pun bersama Adit, anakku, aku hanya merasa jenuh, berbanding terbalik ketika bermain dengan sahabatnya. Aku mendengus kesal, tidak ada satupun tendanganku yang masuk ke gawangnya.1393Please respect copyright.PENANASiYWQUipLP
1393Please respect copyright.PENANA1Hc0L56PLL
Fajar pun begitu. Kadang ia mengejekku dengan jari jempolnya yang ia ke bawahkan, seakan berkata, kamu cemen Laras. Jiwa kanak-kanak-ku seketika bergejolak, aku balas mengejeknya dengan menjulurkan lidah. Ia malah terkekeh.1393Please respect copyright.PENANAAUKlKQdCqg
1393Please respect copyright.PENANAKoD1F2vyQb
“Yeay, menang.” Aku bersorak gembira sambil mengangkat kedua tanganku ke udara. Permainan selesai dengan skor 1-0. Di menit terakhir aku berhasil menjebol gawangnya. “Kamu terlalu cepat buat ngalahin aku,” kataku mengejeknya dengan senyum bangga.1393Please respect copyright.PENANADqn9JbHcax
1393Please respect copyright.PENANAaHgGueyKKL
“Aku sengaja,” elaknya, tak terimah. “kalau aku mau, skornya bisa 10-0.”1393Please respect copyright.PENANAWFWSTvP5Lk
1393Please respect copyright.PENANATzOGX9dvid
Bak anak kecil, aku menyangkal. “Mana ada, dasar cupu,” aku kembali mengejeknya, memasang raut wajah meremehkan.1393Please respect copyright.PENANAYJiC9FaeYt
1393Please respect copyright.PENANAO8YWxP1yk2
Fajar malah terkekeh. “Aku baru kali ini liat sifat tante yang kekanakan,” ia menatapku, dalam. “gemes, tan.”1393Please respect copyright.PENANAKaZc41UolG
1393Please respect copyright.PENANAJHGbpsTKiv
Aku malah tersipu. Bisa-bisanya aku tersipu digombali remaja yang seumuran anakku.1393Please respect copyright.PENANADuIrlKtxlh
1393Please respect copyright.PENANAeDuw03wxDv
“Cie, salting,” Fajar menggodaku sambil tertawa. “pipinya merah.”1393Please respect copyright.PENANAl0iAQ78mH1
1393Please respect copyright.PENANAZuDhPJ37Xa
Aku lekas menyembunyikan wajahku di kedua telapak tangan. sambil menggelengkan kepala aku berkata, “Engga, ya,” aku terus menyangkal. Fajar membuatku seperti ABG yang sedang jatuh cinta.1393Please respect copyright.PENANA4K2Ke5qsgT
1393Please respect copyright.PENANAdff0Nn0m7I
Fajar masih saja tertawa. Aku sedikit kesal, lalu memukul pelan bahunya. “Ih, jangan ketawa,”1393Please respect copyright.PENANAoxHDBuZag1
1393Please respect copyright.PENANAqrcMKXvr42
“tante KDRT,” Fajar bergeser sedikit. “galak.” Ia mengangkat tangannya di depan dada, seperti orang ketakutan.1393Please respect copyright.PENANAbKmWhfNt76
1393Please respect copyright.PENANActJZVFsvnU
Aku malah tertawa melihatnya seperti itu. Fajar ikutan tertawa. Tawa kami menggema di ruang tamu. Bersamaan dengan itu, desir hangat kembali menyapa. Desir hangat yang belum bisa kujelaskan artinya.1393Please respect copyright.PENANApEKk1NFvqk
1393Please respect copyright.PENANAOIrA7U8zi1
Tidak lama kemudian, Fajar berdiri sambil melirik jam dinding di sampingnya. Ia menoleh ke arahku. “udah pukul 3 sore, tan.”1393Please respect copyright.PENANAB7r66uTqXD
1393Please respect copyright.PENANAzYDbhMVMat
Aku berdiri sambil menepuk-nepuk pelan gamisku. “Ayo pulang, Jar,” kataku. Fajar menggangguk, lalu tersenyum.
Bersambung
1393Please respect copyright.PENANA382l9U6VNa