![](https://static.penana.com/images/chapter/1566118/yJ_Screenshot_63.jpg.jpeg)
#7 Semesta membawaku padanya
851Please respect copyright.PENANATnY7nCDidE
“Mau dientot lagi, tan?” bisiknya sambil terus menusuk kemaluanku.851Please respect copyright.PENANATjinAdAjpl
851Please respect copyright.PENANABcASHdb4kI
“Empshh…, Mauu Jar….” Aku menjawab dengan lugas, seakan sudah terbiasa. Kenikmat yang ia berikan sungguh mampu merubah diriku. Aku seakan menghinakan diri kepadanya. Seakan tunduk terhadap penisnya.851Please respect copyright.PENANAkIu6rJsHIU
851Please respect copyright.PENANAOTevtxZVK8
Lama-kelamaan tubuhku terasa ingin menghamburkan segala nikmat yang sedari tadi ia berikan. Aku mengigit prlsn bibirku. sesekali kuseka keringatku dengan bantal. Sampai pada ambang batas, aku mendesah lengking.851Please respect copyright.PENANAMytbF4UvaO
851Please respect copyright.PENANAVK5U2MwA8S
“Jar…, Tante…, keluar…,”851Please respect copyright.PENANAKKAP5wrdLg
851Please respect copyright.PENANAsGcAbp8fsz
Fajar berbisik, “Fajar pengen hamilin tante.”851Please respect copyright.PENANAhYFeB5dX9v
851Please respect copyright.PENANAmX4GyTtMED
Sontak, pupil mataku membesar. Entah kenapa aku selalu melupakan satu hal: Fajar menyetubuhiku tanpa menggunakan pengaman.851Please respect copyright.PENANAwbsiwfCSca
851Please respect copyright.PENANATv2ZX0VODw
Tapi, aku sudah tidak berdaya untuk melawan. Aku merasakan kenikmatan. Dalam satu dorongan penisnya, tubuhku mengelinjang, mataku tertarik ke atas, bibirku sedikit bergeter, racauku sudah tak karuan, bersamaan dengan itu, perlahan ku rasakan cairan hangat dalam kemaluanku. Sebuah cairan cinta yang ia berikan. Aku hanya bisa berharap agar cairan itu gagal membuahiku.851Please respect copyright.PENANAepVv88Ddsf
851Please respect copyright.PENANAKkkWUJqGoz
Fajar merebahkan tubuhnya di sampingku. Aku masih tengkurap, sesekali mencuri nafas. Mataku sayu, dadaku kempang-kempis. Sungguh, aku tidak pernah merasakan kenikmatan yang begitu megah selain bersetubuh dengannya.851Please respect copyright.PENANAc3XLJAzx9G
851Please respect copyright.PENANAvQINCUvxfB
“Makasih, Tan.” Fajar mengelus rambutku yang bercampur keringat dengan mesra.851Please respect copyright.PENANA0BkJb71Acn
851Please respect copyright.PENANAoJRwiY6ZXT
Aku hanya mengganguk kecil. Mataku terasa berat. Kantuk terlebih dahulu menyapa. Orgasme yang kukeluarkan membuatku tertidur, berbantal lengannya.851Please respect copyright.PENANAwyX7SlcimO
851Please respect copyright.PENANAfeWl3mzVrD
***851Please respect copyright.PENANAxU82ewKfsS
851Please respect copyright.PENANA7bckFoLBId
Aku bersandar di penyangga ranjang dengan selimut yang menutupi dadaku. Fajar terlihat puas dalam tidurnya. Jarum jam menujuk pukul 03.00. Aku menghela nafas dalam, lagi-lagi aku jatuh dalam persetubuhan yang seharusnya tidak kulakukan. Apalagi kali ini ia mengeluarkan cairannya dalam kemaluanku.851Please respect copyright.PENANAdKojStR4l0
851Please respect copyright.PENANAmnaRO9fnAI
Bagaimana kalau aku hamil?851Please respect copyright.PENANAxUsmxid7kD
851Please respect copyright.PENANAaP0D70HcM6
Pertanyaan itu terus saja bergema dalam ruang pikir. Menghantarkanku pada alam khayal. Katakanlah jika iya, bagaimana aku harus memberitahu suamiku dan anakku? Seberapa besar mereka akan kecewa? Dan apa yang terjadi jika Dimas menceraikanku?851Please respect copyright.PENANAjSNZiMVsyP
851Please respect copyright.PENANAwzS5YHPZoE
Sungguh, jika alam khayal itu menjadi realita, akan jadi apa aku? Bagaimana reaksi kedua orang tuaku. Memikarkannya saja membuat bulu kuduku merinding.851Please respect copyright.PENANAi72F6Rz1fT
851Please respect copyright.PENANA1iD2h7qCMY
Di lain sisi, aku juga merasa bersalah karena menyelingkuhi Dimas, Tapi, sekalipun aku merasa bersalah, aku malah melakukannya lagi. Sungguh Hipokrit.851Please respect copyright.PENANAH5zCre6GSV
851Please respect copyright.PENANAJLQ1GVCXrM
Aku membelai rambut Fajar. Wajahnya terlihat senduh dengan mata yang terpejam. Aku tidak bisa menyalahkannya akan perbuatannya kepadaku. Sebab, bagaimanapun, aku juga menikmati persetubuhan tadi.851Please respect copyright.PENANAR6Zgh8vnP5
851Please respect copyright.PENANAGwLfyVlT6w
Aku menarik selimut ke atas, sampai bahunya, melindunginya dari dingin yang menyerang. Kemudian aku beranjak dari ranjang. Dalam keadaan telanjang aku melangkah menuju kamar mandi yang letaknya tidak jauh dari ruang makan. Langkahku terasa berat, seperti ada batu besar yang kupikul di kedua bahuku.851Please respect copyright.PENANAa5GqKn8ss7
851Please respect copyright.PENANAcyBhJD9HEd
Tiba di kamar mandi, aku segera menyalakan shower. Dinginnya air membasuh tubuhku, semoga ia juga membasuh setiap dosaku. Aku menyeka rambutku dengan kedua tangan, membasuh ketiak, leher, dan juga selangkangan. Mataku terpejam, gemercik air terdengar syahdu, bagai alunan musik indie. Bau wangi shampo pada rambutku begitu harum, di tambah dengan harumnya sabun mandi.851Please respect copyright.PENANAyDIR8zIw7b
851Please respect copyright.PENANAJpZerQdfrr
Merasa sudah bersih, aku mematikan shower, mengambil handuk yang tergantung di dinding. Ku seka setiap air yang tersisa ditubuhku. Dengan handuk yang terlilit, aku melangkah keluar, menuju kamar.851Please respect copyright.PENANAr2g3j4Im0f
851Please respect copyright.PENANAXYLeaBCRJ4
Jarum jam menunjuk pukul 04.30, aku berganti pakain, mengenakan gamis. Fajar masih terlihat pulas dalam tidurnya. Aku tersenyum sekilas. Seharusnya, aku menyesali apa yang kulakukan, tapi entah kenapa, aku malah menormalisikan.851Please respect copyright.PENANAGoZdel6BBx
851Please respect copyright.PENANAK0dDKMg4DA
Kemudian Adzan subuh berkumandang. Aku mengambil telukung dan mengenakannya. Sajadah ku letakan di samping tempat tidur. Sekilas aku meliriknya lagi. Kemudian, aku menatap khusyuk sajadah.851Please respect copyright.PENANAiTsPAbU2vj
851Please respect copyright.PENANAS8WdRlh0YB
“Laialahailah.” Terdengar merdu suara Adzan. Aku menghela nafas sejenak, memejamkan mata, lalu merampal niat.851Please respect copyright.PENANAkGn9AzlU3Z
851Please respect copyright.PENANAESbcqEURcX
***851Please respect copyright.PENANAtHyu6oCUXN
851Please respect copyright.PENANA5UM0Gg5BTt
“KepadaMu yang ubun-ubunku berada dalam genggamanMu. Engkau zat yang paling berkuasa dari penguasa manapun, dan Engkau adalah Raja daripada Raja. Kumohon, maafkan setiap dosaku, setiap kelalainku. Aku hanyalah manusia yang tak luput dari dosa.”851Please respect copyright.PENANArNxY6CSKUz
851Please respect copyright.PENANAY7wyPXjPzg
Aku merampal doa dengan kedua telapak tangan yang terangkat setinggi wajah. Bola mataku terangat ke atas. Barangkali Ia menatapku dari atas sana. Tak terasa air mataku terjatuh, merambat melewati pipi, kemudian jatuh membashi telekung.851Please respect copyright.PENANA1UPr54D4So
851Please respect copyright.PENANAXXgCX0Faad
Tersirat sebuah makna yang kemudian kusadari, bahwa aku telah jauh dari arah yang seharusnya. Kemudian kurampalkan doa lagi.851Please respect copyright.PENANAn0nJIvqj3T
851Please respect copyright.PENANAFrnhW2gb4J
“Engkau adalah yang maha pemaaf dan pengampun. Aku hanyalah titik kecil dalam kertas. Aku bukanlah apa-apa, tidakpun aku menjadi siapa-siapa. Barangkali yang kulakukan terlampu batas yang Kauciptakan. Aku memohon pengampunan.”851Please respect copyright.PENANAeNa0QPqBXc
851Please respect copyright.PENANAUI0FeT97bm
Selesai berdoa aku beranjak bangkit, melepas telekung, melipat sajadah, dan memasukannya ke dalam lemari. Fajar terlihat masih pulas. Sejenak, kupandangi wajahnya, kemudian aku tersenyum. Remaja itu sungguh telah membuatku jatuh cinta kepadanya.851Please respect copyright.PENANAISFIQOIXdO
851Please respect copyright.PENANAL2wdBhPNwN
Pintu kamar terbuka setengah. Lagi, kulirik wajahnya. Ia masih tertidur pulas. Dalam helaan nafasku, aku membentangkan kaki menuju ruang tamu.851Please respect copyright.PENANAzZVJr6R2dP
851Please respect copyright.PENANAFtF2AIHEA0
Ruang tamu terasa lenggang. Dari kaca jendela di samping terlevisi, terlihat kaki langit yang mulai bersinar, walaupun agak malu. Mataku terhenti di pintu kamar anakku. Rasa bersalah kembali menaungi.851Please respect copyright.PENANAefjIiXDwen
851Please respect copyright.PENANApuyau7RyCR
Aku selalu mengajarkan kepada anakku untuk selalu menghindari dosa, sedangkan aku sendiri malah melakukannya dengan sadar. Bukankah aku adalah manusia yang munafik. Aku juga sering berkata kepada anakku untuk menghindari perzinahan. Sementara aku malah melakukannya.851Please respect copyright.PENANAQXS2wj8Mly
851Please respect copyright.PENANAnrqTdGWG5d
Dari kaca jendela ruang tamu, semburat cahaya orange menghambur, mencium mesra wajahku. Selintas, aku menyungging sebuah senyum. Pagi mulai menyapa. Dari kejauhan, terdengar derit pintu terbuka. Telingaku cukup peka untuk mendengar sesuatu dari keheningan. Terdengar langkah kaki mulai menyusul. Aku memejamkan mata sesaat. Langkah itu semakin terdengar. Aku masih menunduk, menatap kaki meja.851Please respect copyright.PENANA4BmOG5JW4B
851Please respect copyright.PENANAIK4gkeYp3S
“Udah bangun, Tan,” Kini suara itu jelas terdengar.851Please respect copyright.PENANAtWWkuzvD3c
851Please respect copyright.PENANAvzoRg9GlSz
Aku mengangkat wajahku perlahan. Sepersekian detik kemudian aku kembali menunduk. Fajar duduk di hadapanku tanpa menggunakan sehelai pakain. Penisnya sempat terlihat sekilas olehku, berdiri tegak, dengan bulu-bulu tipis di sekitarnya.851Please respect copyright.PENANAcIt9WU4Lbx
851Please respect copyright.PENANAsPWOhYFPG5
“Pake baju!” kataku, masih menunduk.851Please respect copyright.PENANAQ1sANltjC5
851Please respect copyright.PENANAZMcv1yanSd
“Tante kaya gak pernah liat Fajar bugil aja,” katanya. “Lagian kita semalam udah ngentot juga,” sambungnya dengan vulgar.851Please respect copyright.PENANAOCJwYfNDjP
851Please respect copyright.PENANAVopnpydNuX
“Kamu kenapa sih, Jar, selalu ngomong vulgar gitu?” aku memberanikan diri mengangkat wajahku. Menatapnya. Walaupun fokusku lebih menuju arah kemaluannya.851Please respect copyright.PENANABaOuQ7j8GN
851Please respect copyright.PENANADrTrPWoA7H
Fajar berdehem. Ia mengelus dagunya dengan jari jempol dan telunjuk. Terlihat sedang berfikir.851Please respect copyright.PENANAhIxRphs1B3
851Please respect copyright.PENANARh4qEB9xTB
“Kenapa ‘ngentot’ termasuk kata kasar? ‘ngentot’ bukannya sama dengan bercinta? Bersetubuh?” Wajahnya berkerut. Ia memandangiku, meminta jawaban.851Please respect copyright.PENANA9cyHkNR22Z
851Please respect copyright.PENANAXQJduo290P
“Ya, karena kata bercinta terdengar lebih sopan.” Jawabku.851Please respect copyright.PENANAtBdQKR6i5n
851Please respect copyright.PENANAeFtzFL8Goz
Fajar mencodongkan badannya. Lagi-lagi, bola mataku teralih pada kemaluannya. terlihat kulup penisnya bewarna merah muda. desir hangat itu, kembali menjamu.851Please respect copyright.PENANAlXCCF1uhF8
851Please respect copyright.PENANAtZTcMjDiSs
“Berarti, vulgar atau tidaknya tergantung pembahasaan?” alisnya sedikit berkerut. “Kata, ‘kontol’ sama kemaluankan sama. Tapi, kenapa kalau orang bilang ‘kontol’ ia di kategorikan toxic? Aneh, kan, Tan?”851Please respect copyright.PENANARRivyLqpS5
851Please respect copyright.PENANA90JdEiut7l
“Ya, karena masyarakat menjujung tinggi nilai adab dan kesopanan.” Jawabku.851Please respect copyright.PENANAGu1zeBXRUS
851Please respect copyright.PENANAuDjYkySvKG
Fajar menarik tubuhnya, bersandar di sofa. Kini penisnya terlihat jelas. Besar, panjang, dan menggairahkan.851Please respect copyright.PENANAZXcOUU81Hh
851Please respect copyright.PENANAumJOJW2MvL
“Udah, jangan dibahas lagi,” kataku ketika ia hendak berkomentar lagi. Sebab, jika sudah begini, pastilah di antara kami tidak akan ada yang mau mengalah.851Please respect copyright.PENANAmpwZE2aaVZ
851Please respect copyright.PENANAcqK6dOeu9i
“Kamu mandi, gih,” aku beranjak bangkit. “Tante mau masak dulu.” Kemudian aku beranjak melangkah menuju dapur.851Please respect copyright.PENANAZqKDL1LnwW
851Please respect copyright.PENANAH47r1XllTm
Sesampainya di dapur. Aku lekas memanaskan minyak. Meletakan lima potong ayam di piring. Tak lupa mengolesnya dengan tepung. Letup-letup kecil dari minyak mulai terdengar. Penuh hati-hati kumasukan ayam ke dalam wajan. Membiarkannya terpanggang hingga merah.851Please respect copyright.PENANAB0OsQW755K
851Please respect copyright.PENANA0nspIPzWkb
Setelah itu, aku meletakan ayam goreng dan nasi di atas meja, di samping teko air. Tak lama kemudian, terlihat sosok Fajar mendekat dan duduk di hadapanku.851Please respect copyright.PENANAl847Mlm0Jc
851Please respect copyright.PENANAkRJN3O5a7F
Aku tersenyum memandanginya. Rambutnya terlihat masih basah, beberapa helai menutupi wajahnya. ia menggunakan kaos hitam berlengan pendek, khas kaos yang sering digunakan anakku.851Please respect copyright.PENANAJpeWeNL8JK
851Please respect copyright.PENANARrBDTwGeKG
Rahangnya terlihat mengeras, ciri khasnya. Urat-urat pergelangan tangannya terlihat jelas, menambah kesan lelaki genjtle.851Please respect copyright.PENANA3HSRkFQcrA
851Please respect copyright.PENANAbZKzFtroAz
Kemudian, hanya hening yang mengisi. Dengan takzim, kami melahap makanan. Sesekali mata kami bertempu dan saling melempar senyum. Lagi, dan lagi, aku kembali jatuh.851Please respect copyright.PENANAiNlAOXvipy
851Please respect copyright.PENANAMDaMuiVi4c
***851Please respect copyright.PENANAkxKRG8vtaa
851Please respect copyright.PENANApjFZejmpf9
“Jangan lama-lama, Tan!” Terdengar suaranya sedikit berteriak dari ruang tamu. “Tante gak dandan juga cantik.”851Please respect copyright.PENANAcBTVMv5Xaz
851Please respect copyright.PENANATKIZw1gFjQ
“Tunggu!” Balasku dengan berteriak.851Please respect copyright.PENANA2UDYpwqQ6E
851Please respect copyright.PENANArUL5vEmsdE
Aku sedang memoles wajahku dengan make-up, menyemportkan Farfum non alkohol, dan juga meliuk-kan pinggangku, memastikan penampilanku sudah cantik hari ini.851Please respect copyright.PENANApQU1BRVNFH
851Please respect copyright.PENANABTt8j5yXSB
Tak lama kemudian, aku keluar dari kamar, menghampiri Fajar di ruang tamu. Ia sendiri, masih berpakain sama sewaktu di meja makan. Celana pendek bewarna nila, dan kaos hitam lengan pendek. Kemudian, kami keluar rumah, beranjak menuju halaman dan masuk ke dalam mobil.851Please respect copyright.PENANAOW2kJDDPwT
851Please respect copyright.PENANAp30EUrqm42
Sewaktu di meja makan, Fajar mengajakku untuk berkeliling kota pekanbaru. Sebuah kota yang teramat kusayangi. Tanah kelahirkanku, tempat kubertumbuh, berpaduh kasih, dan menabur benih cinta.851Please respect copyright.PENANA0R2RPhAlUU
851Please respect copyright.PENANARTvQbrbHO2
Pekanbaru, kota panas, ya, tak dipungkiri jika disiang harinya, terik matahari sungguh terasa membakar kepala. Tapi, percayalah, Kota ini adalah kota yang yang teramat indah sekali. Jika seseorang berkata, Jogja adalah kota terbaik dan terindah. Mungkin, mereka bilang gitu karena belum pernah ke Pekanbaru.851Please respect copyright.PENANA45t8LNfzsa
851Please respect copyright.PENANAr4t9AGgbRg
Aku memandang ke arah jalanan dari jendela yang tertutup. Warung-warung makan terlihat sepi, mungkin karena belum jam makan. Gedung-gedung menjulang tinggi di sepanjang jalanan.851Please respect copyright.PENANAFUGIYvbh0s
851Please respect copyright.PENANAZA1QUt8v3C
“Tan, mau ke Indrustintin?” Terdengar suara Fajar memecah lamunan.851Please respect copyright.PENANAIt3rbtBt7r
851Please respect copyright.PENANAgGbFYpJAMT
Aku meliriknya sekilas dengan siku yang bertopang di jok mobil. “Rame, Jar.” Jawabku singkat. “Tempat lain, aja.”851Please respect copyright.PENANALPt9hXIhWp
851Please respect copyright.PENANAFWrTVhMriT
Fajar mengangguk, fokus menyetir. Aku kembali membentangkan pandangan keluar jendela mobil. Sayup-sayup suara knalpot kendaraan roda dua dan empat terdengar. Di kaca mobil depan, kerumunan orang berkendara terlihat ramai. Di setiap sudut jalanan.851Please respect copyright.PENANAGNNuOutIdD
851Please respect copyright.PENANAt2Shbt0JrW
Angkot-angkot terlihat menepi di bahu jalan. Di depan, dari sudut aku memandang, terlihat anak-anak SD yang sedang jajan, salah satu dari mereka terlihat riang memakan gulali. Aku tersenyum, sebuah pemandangan yang membuat hatiku meriah.851Please respect copyright.PENANAGu3md5sRif
851Please respect copyright.PENANA2CBtaKjv3R
Kami berhenti di sebuah pemakaman. Fajar memarkirkan mobil di tepi jalanan. Kemudian, aku dan ia turun dari mobil. Melangkah menuju setapak pemakaman.851Please respect copyright.PENANAXoqmW9NEEj
851Please respect copyright.PENANAhePx4iOWZ1
Kuburan-kuburan terbentang luas menemani langkah kami. Pohon-pohon kamboja terlihat syahdu. Kami terus melangkah, tanpa bersuara. Aku membiarkannya membawaku.851Please respect copyright.PENANAVjTBwbqEnD
851Please respect copyright.PENANAZ07xIYmsBi
Tak lama, kami berhenti di sebuah kuburan, yang di nisannya tertulis sebuah nama: Maya.851Please respect copyright.PENANAaGNpTzWTe3
851Please respect copyright.PENANAFLAu42QB7k
Fajar berjongkok di depan kuburan itu, tangannya memegang nisan. Aku ikut berjongkok di sampingnya. Sekilas, kulihat wajahnya yang terlihat sendu.851Please respect copyright.PENANAATRm7pJ3mq
851Please respect copyright.PENANANg5EvM1YJN
“Ini, Ibu, Tan,” Katanya. Suaranya terdengar pilu.851Please respect copyright.PENANAqBpSL4Um55
851Please respect copyright.PENANAicZeM7SLZt
Aku tidak menjawab. Aku membiarkannya melepas rindu kepada sosok perempuan yang telah melahirkannya ke dunia ini.851Please respect copyright.PENANAuckHhrc8AV
851Please respect copyright.PENANARigKNBA22a
Terdengar suaranya sedikit terkekeh. “Bu, Itu laras. Ibu sahabatnya Fajar,” ia melirik ku. Lalu kembali menatap kuburan. “Sekaligus kekasihnya Fajar.”851Please respect copyright.PENANAU68U6EqP4Z
851Please respect copyright.PENANAMDEuzwAs7A
Lagi-lagi aku diam.851Please respect copyright.PENANAEruEXY6Br6
851Please respect copyright.PENANAkCul1VLiwL
“Fajar, udah murtad, Bu.” Kali ini suaranya terdengar serius. “Ibu kecewa gak? Maaf kalau ibu kecewa. Maaf, ya, bu.” Tangannya mengelus kuburan, mengelus tanah kasar bewarna agak merah. Ia melanjutkan. “Makasih banyak udah ngelahirin Fajar ke dunia.” Terdengar helaan nafasnya. Kemudian, ia beranjak bangkit.851Please respect copyright.PENANA7B68FaZNjg
851Please respect copyright.PENANAFyS8jxlmtr
Di sepanjang perjalanan keluar kuburan, aku tidak bersuara. Fajar juga begitu. Hanya keheningan yang menyapa di setiap langkah kami.851Please respect copyright.PENANAUiRC1CBS0z
851Please respect copyright.PENANA66CJVYTG8P
Dalam mobil, aku bertanya kepadanya. “Mau kemana lagi?”851Please respect copyright.PENANAOLnFz5nX6R
851Please respect copyright.PENANAqo8o46RZWY
Fajar menoleh ke arahku. Kedua tangannya memegang kemudi. Dia tersenyum dan berkata, “Mutar-mutar gak jelas aja, mau, Tan?”851Please respect copyright.PENANAYrTPF5IlZK
851Please respect copyright.PENANAbQsicG3vma
Aku balik tersenyum. Mengangguk.851Please respect copyright.PENANAuBvyXA4tc2
851Please respect copyright.PENANA14kvx7OTYU
Tangan kirinya, meraih tangan kananku. Kemudian ia genggam. Sudut bibirnya terangkat ke atas, mencipta sebuah senyum hangat.851Please respect copyright.PENANAzTCFdpLbmV
851Please respect copyright.PENANARLNaIQLCZt
“Makasih.”851Please respect copyright.PENANAfbzAh1GpyK
851Please respect copyright.PENANAZGM1M1lAbb
***851Please respect copyright.PENANAsoGvrKt5EJ
851Please respect copyright.PENANAPPAaPaeDQ0
Riuh tawa, perbicangan hangat, sentuhan-sentuhan, mengisi perjalanan tidak jelas kami. Dalam mobil aku merasakan sekuntum bunga yang bermekaran. Aromanya sungguh wangi sekali, lebih wangi dari parfum ruangan yang dibandrol dengan harga yang sangat mahal.851Please respect copyright.PENANA1R97nyAq2w
851Please respect copyright.PENANA91YkHQHDGv
Menjelang siang, kami berhenti di kedai tepi jalan. Duduk di satu meja. menikmati Es kelapa muda.851Please respect copyright.PENANA2q2PbH09v0
851Please respect copyright.PENANAat7scZBsrK
Seperti pasangan suami-istri, kami berbincang sana-sini. Membahas setiap hal yang tidak perlu, tidak bermanfaat. Tapi, obrolan semacam itu, malah menghangatkan.851Please respect copyright.PENANAuIBUPJe32j
851Please respect copyright.PENANAeI7NclgvPE
Tidak ada jarak usia di antara kami berdua. Piyur seperti sepasang kekasih. Ia juga tidak berprilaku seperti biasanya. Biasanya ia sering menggodaku. Sekarang, ia malah bersikap lemah-lembut. Ini. Ini sosok yang aku inginkan darinya. Dari remaja seumuran anakku.851Please respect copyright.PENANA9bd0saCKPQ
851Please respect copyright.PENANAYRGuFRjL8B
Sehabis itu, kami terus menapak di jalanan Pekanbaru. Kota yang teramat kucintai. Kami berbincang, dan terus berbincang. Sesekali ia melempar jokes.851Please respect copyright.PENANA4ZRccCu2Sp
851Please respect copyright.PENANAACcI9ED4g2
“Karya, karya apa yang enak?” tanyanya sambil mengulum senyum.851Please respect copyright.PENANAO7ne5dswTl
851Please respect copyright.PENANAc9LZfTSB26
Aku berfikir sejenak. “Karya kudapan!” jawabku, antusias.851Please respect copyright.PENANA060vCIvs6q
851Please respect copyright.PENANA88PDCvDSpy
Fajar menggeleng.851Please respect copyright.PENANALuDdDBWuQs
851Please respect copyright.PENANA2d0EQSmaJE
Aku berdehem. Kembali berfikir. Detik berlalu. Akhirnya aku menyerah.851Please respect copyright.PENANA7654YwVQoB
851Please respect copyright.PENANAqLqro1acNf
“Karya Anyaman.” Tawanya tertahan di dada. “Anyaman-anyaman.” Kali ini tawanya pecah. Tangan kanannya memukul kemudi. Wajahnya dipenuhi gores senyum. Terdengar gelak tawa di seisi ruang mobil. Aku ikut tertawa, walaupun tidak terbahak sepertinya.851Please respect copyright.PENANAUWtls2kkOD
851Please respect copyright.PENANAkg2An0Lkil
Kami juga sempat berhenti di sebuah toko buku. Hanya melihat-lihat saja, tidak ada keinginan untuk membeli. Perkiraanku, kami menghabiskan waktu dua jam hanya untuk membaca buku gratis di ruang baca yang telah disediakan.851Please respect copyright.PENANAVKKx1Iyzk6
851Please respect copyright.PENANAucR1A3KFKo
Perihal buku, Fajar selalu serius. Wajahnya terlihat fokus menatap deretan huruf-huruf. Sementara aku, menyandarkan kepalaku di bahunya. Ya, entah kenapa aku mulai terbiasa bersikap manja kepadanya. Sebuah penerimaan.851Please respect copyright.PENANA4cpRWoYKFo
851Please respect copyright.PENANAD3mc4OLPry
“Ih, kamu fokus banget baca buku.” Kataku, memanyunkan bibir. Berpura-pura ngambek. Fajar meletakan bukunya di meja. ia beranjak berdiri, mengambil satu buku di rak samping tempat kami duduk.851Please respect copyright.PENANAEoea62OKHq
851Please respect copyright.PENANAh9Gt1dm338
“Mau dibacain dongeng?” Alisnya berkerut. Tangan nya mengangkat buku setinggi dadanya.851Please respect copyright.PENANAwhnOmd9aLJ
851Please respect copyright.PENANArYTiL4Zhc1
aku malah terkekeh. “Tante bukan anak kecil,” kataku.851Please respect copyright.PENANA0l96AEncyD
851Please respect copyright.PENANA6AINFuUzG4
Ia kemudian beranjak duduk di sampingku. Tangannya menarik kepalaku agar bersandar di bahunya.851Please respect copyright.PENANAuLlgjoJKOS
851Please respect copyright.PENANA9HIQWO2VDU
Aku memejamkan mata. Rasa nyaman kembali kurasakan. Terlebih ruang baca hanya ada kami berdua. Aroma wangi parfumnya tercium. Harum.851Please respect copyright.PENANADUZA0REZb1
851Please respect copyright.PENANAUBA8HFgjRu
Perlahan, terdengar lembaran buku terbuka. Suaranya menyusul kemudian. Dengan piawai, Fajar berdongeng seperti seorang ayah kepada anak gadisnya. Aku memejamkan mata, menikmati suaranya yang terdengar merdu masuk dalam telingaku. Ini, Ini yang kucari.851Please respect copyright.PENANAybRU1LQSeh
851Please respect copyright.PENANAACshDSNrOH
Keluar dari toko buku, kami membeli jajanan ringan, lalu masuk ke dalam mobil. Memakan jajanan di dalamnya. Di parkiran tepi jalan, kami menikmati pedasnya pentol tusuk. Sesekali ia mengadu kepedasan, dan kusambut dengan tawa. Lalu kusodorkan sebotol air kepadanya. Kami juga saling ber suap-suapan. Lagi, lagi, dan lagi, bunga-bunga bermekaran di taman hatiku. Ini, ini yang kucari.851Please respect copyright.PENANAS34nWyJUOI
851Please respect copyright.PENANAbVOZM66cfI
***851Please respect copyright.PENANAkdI1fPIDYu
851Please respect copyright.PENANA2kXduafzyX
Dari kaca jendela mobil, langit-langit menguning. Waktu berlalu begitu cepat. Dari pagi hingga sore, kami menghabiskan waktu berdua, menabur kenangan di setiap sudut jalan Pekanbaru. Seharian dengannya, terasa begitu mengasikan. Hal-hal kecil yang kami lakukan terasa begitu indah.851Please respect copyright.PENANAcplKbQpzq4
851Please respect copyright.PENANAJVETcU64SL
Aku meliriknya. Pandangannya fokus ke depan, ke arah jalan. Wajahnya terlihat sedikit kusam sebab cahaya matahari di siang hari tadi.851Please respect copyright.PENANAFSthVCDi13
851Please respect copyright.PENANAcFoBefzEJM
“Langsung mau pulang?” tanyaku.851Please respect copyright.PENANAL9RtrCX1ZT
851Please respect copyright.PENANAwON64ejYAk
Fajar menoleh ke arahku dan tersenyum. “Tante mau pulang?” tanyanya balik.851Please respect copyright.PENANAxiF13x6g5X
851Please respect copyright.PENANA60XuAUpdC0
Aku memanyunkan bibir lalu menggeleng. Menolak untuk menyudahi kebersamaan ini.851Please respect copyright.PENANAgmmHIpcAYS
851Please respect copyright.PENANADQKuCkX7Lu
“Mau makan?” tanyanya. Senyumnya masih sama. Menghangatkan.851Please respect copyright.PENANA2Y00fdeN0X
851Please respect copyright.PENANAkkHTQlxjcw
Aku mengangguk, antusias.851Please respect copyright.PENANAwWYbv97dhd
851Please respect copyright.PENANAgCLSlFueMe
Kemudian tangan kirinya mengelus puncak kepalaku yang terbalut jilbab dengan mesra.851Please respect copyright.PENANACoaNfPhQbM
851Please respect copyright.PENANAY34nJsc6vD
Aku tersenyum hangat kepadanya. Dalam mobil, cinta bersemi seperti sekuntum bunga yang wangi.851Please respect copyright.PENANA6XFrKYGnwF
851Please respect copyright.PENANATTHkWO8NCI
Tidak lama kemudian, mobil yang kami kendarai berhenti di sebuah warung bakso di tepian jalan. Fajar memarkirkan mobil sedikit lebih jauh dari warung.851Please respect copyright.PENANAQllIZGPLwH
851Please respect copyright.PENANA5GFkXV8aLS
Kami keluar dari mobil. berjalan menuju warung bakso bergandengan tangan, seperti sepasang kekasih.851Please respect copyright.PENANAvbyV2nmeu4
851Please respect copyright.PENANAWMRcSoNoD3
“Pak, dua, ya. Yang pedas satu, satunya biasa aja,” katanya kepada si tukang bakso. Sekilas ia melirikku ke arahku, tersenyum. Aku membalas tersenyum.851Please respect copyright.PENANA5aiM8ncE5R
851Please respect copyright.PENANAuqOCbDjBKB
Kemudian kami duduk di satu meja, di pojok ruang. Warung bakso ini tidak terlalu besar. Hanya terdapat tiga meja dengan dua bangku berhadapan, di samping kiri. di samping kanan (tempatku dan Fajar duduk) terdapat 3 meja, dua meja kecil dengan dua bangku, dan satu meja lebar dan dua bangku lebar.851Please respect copyright.PENANApSBslkARTz
851Please respect copyright.PENANArFyvzGAaE3
“Tan, habis makan, ke taman, yuk?” Fajar melipat tangannya di atas meja. tubuhnya sedikit condong ke arahku.851Please respect copyright.PENANAXj51DTKEro
851Please respect copyright.PENANAfKTnMUSoXq
Aku berdehem. “Boleh.” Jawabku, singkat.851Please respect copyright.PENANA9WhqGtehaa
851Please respect copyright.PENANAVGV4J1C2Wr
Lalu, kami jatuh dalam kesibukan masing-masing. Dengan lahap aku mengunyah bakso. Rasa asin kuah terasa menyatu dengan lidah. Di tambah dengan rasa pedas yang membuat rasa menjadi nikmat.851Please respect copyright.PENANAMKR2ere23x
851Please respect copyright.PENANATSg14jyPC5
Aku agak heran, kenapa sebagian orang tidak menyukai rasa pedas, agaknya ada yang masalah dari lidah mereka.851Please respect copyright.PENANAqLn6DRQ1b3
851Please respect copyright.PENANA6Sn9ibxWEs
Sambil mengunyah bakso, aku meliriknya sekilas. Mata kami bertemu. Ia tersenyum kepadaku dengan bibir yang terlihat berminyak. Aku membalas senyumnya. Lalu, kami melanjutkan memakan bakso masing-masing.851Please respect copyright.PENANAoEak4O1Kfa
851Please respect copyright.PENANAcTr9lAjxK1
“Hari ini seru banget, kan, Tan?” Fajar menuang air ke dua gelas. Gelas satunya ia sodorkan kepadaku.851Please respect copyright.PENANADyF3pswiNU
851Please respect copyright.PENANA6U4b8ugmAj
Baksoku sudah habis, hanya menyisakan mangkok dan kuah yang bewarna kemerahan. Kuteguk air perlahan, lalu menyeka bibirku dengan tisu yang kuambil di atas meja, di samping teko air.851Please respect copyright.PENANA25Evfg8py0
851Please respect copyright.PENANA5Egb8sre2w
“Seru,” jawabku. “Baru kali ini tante ngerasain sebahagia ini. Seru banget, sangat, sangat, sangat, seru.”851Please respect copyright.PENANA2PgxdCRPkj
851Please respect copyright.PENANAguXbfSmfrY
“Lebih seru daripada sama Om Dimas, kan?” tanyanya lagi.851Please respect copyright.PENANANsqQjXRXpC
851Please respect copyright.PENANA4dhDvFy6AL
Aku menunduk. Tidak menjawab. Pertanyaan itu terlalu sulit untuk ku jawab. Walaupun dalam hatiku, aku merasakan kebahagian lebih jika bersama Fajar daripada suamiku. Aneh.851Please respect copyright.PENANAMrFWZoLYI1
851Please respect copyright.PENANAvruX7xjNE7
“Habis ini, kita langsung ke taman?” tanyaku, mengalihkan pembicaraan. “Habis tante solat Magrib aja, ya?”851Please respect copyright.PENANAZJx4CQ5b7C
851Please respect copyright.PENANA6fViCEYFFO
Fajar tersenyum dan mengangguk.851Please respect copyright.PENANABH2pGBgmZL
851Please respect copyright.PENANAWEq6hcH5qM
Kali ini, aku memberanikan menyentuh telapak tangannya. Sambil tersenyum, kutatap manik matanya. Dari bola mata hitamnya, terlihat aku di sana. Hanya aku.851Please respect copyright.PENANAogrB5x6asn
851Please respect copyright.PENANAeSwHLlY1kX
“Makasih,” kataku, pelan.851Please respect copyright.PENANAOuId7PYzbd
851Please respect copyright.PENANALdE1KCx91v
***851Please respect copyright.PENANAFfZniaaKyE
851Please respect copyright.PENANA7ElX9ME6yx
Langit-langit menghitam. Lampu-lampu jalan bercahaya terang mengisi kegelapan malam. Bangunan-bangunan yang berjejer rapi, terlihat memukau dari setiap sudut mereka yang memandang. Jarum jam di lenganku menunjuk pukul 18. 59, hampir menyentuh pukul 19.00.851Please respect copyright.PENANArJui87mA1v
851Please respect copyright.PENANAMeNwNf4c3g
Fajar masih fokus menyetir. Bibirnya bergerak, melahirkan senandung kecil yang terdengar merdu. Aku menyandarkan kepalaku di bahunya. Memejamkan mata sambil menikmati kemesraan yang tidak pernah pudar ini.851Please respect copyright.PENANAg9ZwDzuoiW
851Please respect copyright.PENANAclgxdlgalg
“Masih jauh?” tanyaku.851Please respect copyright.PENANAHvqJcM5ZyT
851Please respect copyright.PENANAc7bzqStYQk
Terasa tangannya mengelus puncak kepalaku. “Dikit lagi sampe,” jawabnya.851Please respect copyright.PENANAs0AccH95Ty
851Please respect copyright.PENANAho1ABv1VoI
Aku mengangguk pelan.851Please respect copyright.PENANA60wvZZN4bq
851Please respect copyright.PENANA6RxneXoGOh
Sesekali aku mengusel di bahunya seperti kucing yang bermanja kepada tuannya. Aku memang seperti ini, sosok yang teramat manja aslinya, tapi kadang aku juga bisa bersikap tegas.851Please respect copyright.PENANAfu9Hc7wIfu
851Please respect copyright.PENANAIc76rnpl7N
Detik berlalu, menjadi menit. Satuan bersatu menjadi belasan. Mobil yang kami kendarai, berhenti di sebuah taman yang letaknya di pinggiran jalan. Fajar memarkirkan mobil di dalam taman, di samping bangku taman.851Please respect copyright.PENANAV2KGy8KPEe
851Please respect copyright.PENANAsIiLqfPiph
Dari samping jendela mobil, terlihat lampu-lampu bersinar terang menyinari seisi taman. Tak sabaran, aku membuka pintu mobil dan langsung melangkah.851Please respect copyright.PENANAYQXg0o5da1
851Please respect copyright.PENANA82m8n8wukw
“Jangan lari, Tan,” Terdengar suaranya dari belakang.851Please respect copyright.PENANAX0OtKaLxCB
851Please respect copyright.PENANAebphKYDlEx
Aku menghiraukannya dan terus berlarian kecil menuju bangku taman yang letaknya agak jauh dari posisi mobil. Langkahku terhenti seketika.851Please respect copyright.PENANA7qgSvMtMqw
851Please respect copyright.PENANA23Qat5YzWZ
Mataku tertuju ke arah jembatan yang melengkung, yang letaknya tidak jauh dari arahku berdiri. Jembatan itu terlihat bersinar terang, sebab penyanggahnya dikelilingi oleh lampu lilit.851Please respect copyright.PENANAKKfFqmKdYW
851Please respect copyright.PENANAVGsjEW2v7C
Aku melangkah menuju jembatan itu. Tiba-tiba hatiku terasa hangat. Aku berputar kecil sambil memejamkan mata. Kedua telapak tanganku bertopang di penyanggah jembatan.851Please respect copyright.PENANAsh2CtzvELX
851Please respect copyright.PENANAIVKzoQeUaj
Ikan-ikan kecil terlihat menyembul dari kolam. beberapa ikan besar juga terlihat, seperti sengaja menampakkan diri.851Please respect copyright.PENANAUmKLbWoU6a
851Please respect copyright.PENANAIdX5KyqmBw
“Indah, kan, Tan?” Tiba-tiba terdengar suara Fajar. Ia berdiri di sampingku.851Please respect copyright.PENANAlNPP1glSun
851Please respect copyright.PENANAdqRknmZ1O1
Aku mengangguk, masih menatap kolam. Senyumku terkulum, menahan mekar di dada. Cahaya bulan jatuh dalam air, membuat lingkaran cahaya.851Please respect copyright.PENANAx9nTGIaf7m
851Please respect copyright.PENANA0CTWTMHrfr
“Makasih, ya,” kataku, pelan, menoleh ke arahnya.851Please respect copyright.PENANATQq6xahRgp
851Please respect copyright.PENANAQDGkdV0XPV
Fajar membalas tersenyum. Sekilas, kurasakan ketenangan dari raut wajahnya yang terlihat begitu menangkan.851Please respect copyright.PENANAWIRvaNZRka
851Please respect copyright.PENANAsmADWy7NSn
Lembut, kurasakan sentuhan hangat di jemariku. Rasanya seperti mengudara dan terbang di angkasa. Dalam satu tarikan, ia rengkuh tubuhku dalam peluknya.851Please respect copyright.PENANAJX3jJlRr84
851Please respect copyright.PENANA5bQvN0AKiD
Di bawah sinar rembulan, kami berpelukan. Bising kendaraan seakan tidak terdengar, tidak mengusik kemesraan kami sama sekali.851Please respect copyright.PENANAgnJD5eCkDh
851Please respect copyright.PENANAV6ggHnvZBc
Lalu, kami saling menatap. Bola mata kami seperti memancarkan sebuah kilau kasih yang tidak terbendung. Aku berjinjit sedikit, kini, giliran aku yang mendaratkan cumbuan di bibirnya.851Please respect copyright.PENANAQUGEVSqMWl
851Please respect copyright.PENANABcOeqL7VQX
Sembari menutup mata, aku melumat lembut bibirnya. Ia membalas lumatanku. Kedua tangannya melingkar di kepalaku. Kami jatuh dalam lumatan penuh gairah, di sebuah taman, pinggiran jalan. Berteman malam dan cahaya rembulan. Di jembatan atas kolam. Ini. Ini yang kucari selama ini.
Bersambung
851Please respect copyright.PENANAXedV5S784N
851Please respect copyright.PENANAnulOESzr4s