# 4 Sentuhan demi sentuhan
467Please respect copyright.PENANAyXtEIGOfUo
Pukul 18.28, setelah melaksanakan ibadah solat magrib, aku lekas kembali menuju ruang tamu, tapi tidak terlihat Fajar di sana. Aku membentangkan pandanganku ke seluruh penjuru ruang, mencari keberadaan remaja itu. Mungkin dia lagi keluar, pikirku. Kemudian aku beranjak menuju dapur dan memasak untuk makan malam.467Please respect copyright.PENANAeSkrfJHmGg
467Please respect copyright.PENANAp3E4zQHOS3
Aku mengambil dua potong ayam dan meletakkannya di satu piring. minyak sudah terlebih dahulu ku panaskan. Tak lama kemudian, gemercik minyak terdengar Meletus-melutus. Kumasukkan satu persatu sepotong ayam, lalu membolak-balik-nya dengan hati-hati.467Please respect copyright.PENANAkYBclAKVQd
467Please respect copyright.PENANAAUMu0UFmqc
Tiba-tiba aku merasakan tangan yang melingkar di pinggangku. Lalu terdengar bisik yang membuat bulu kuduk ku merinding, “Cie masak buat Fajar.” Aku menoleh ke belakang sekilas, lalu kembali fokus memasak dan membiarkan Fajar memelukku.467Please respect copyright.PENANACjVTi8sXzJ
467Please respect copyright.PENANAi8ve3zdyOH
Aku terus membolak-balik-kan ayam, sementara Fajar terus memelukku dan sesekali mencium pipiku. Tapi, lama-kelamaan aku bisa merasakan kemaluan Fajar yang bergesekan dengan pantatku.467Please respect copyright.PENANAA6hovuGeRs
467Please respect copyright.PENANAsYVkHZ7gcG
“Jar, Ih, tante lagi masak,” kataku.467Please respect copyright.PENANAmOpKFhqxQS
467Please respect copyright.PENANAU1k8px3xtj
Fajar malah terkekeh, “Badan tante semok banget,” bisiknya di telingaku.467Please respect copyright.PENANA4dwt2wyoAB
467Please respect copyright.PENANAClrNzmF3mS
Jujur saja aku merasa bangga apabila di puji seperti itu. Harus ku akui bahwa tubuhku lumayan berisi, hanya saja cara berpakaian ku yang agamis yang membuat lekuk tubuhku tertutupi.467Please respect copyright.PENANA40HEXgUYzQ
467Please respect copyright.PENANAMfvaY8EILy
Aku menggeser tubuhku dan meraih dua piring di selorok atas. “Jar, udahan,” kataku lagi.467Please respect copyright.PENANA8TG0Zm24rR
467Please respect copyright.PENANAKTIKm1QQFS
Fajar beranjak menjauh lalu duduk di meja makan. Kemudian aku meletakan satu persatu ayam di kedua piring, dan mengambil nasi di kosmos samping. Aku melangkah ke meja makan dengan dua piring di kedua tanganku.467Please respect copyright.PENANAT7PF8hLtP7
467Please respect copyright.PENANAmJJ7Pb794m
“Ayo, makan,” kataku sambil meletakan satu piring di hadapannya.467Please respect copyright.PENANA58lWrnBkgH
467Please respect copyright.PENANAymIKonpeC5
Fajar malah tersenyum menatapku. Aku memicingkan mata dan menatapnya kembali. “Kenapa?” kataku agak garang.467Please respect copyright.PENANAjzKN3rXuAe
467Please respect copyright.PENANAVcBg6YJD5q
Fajar terkekeh. “Tante imut banget.”467Please respect copyright.PENANAllEBeHJABY
467Please respect copyright.PENANAlmkT5jaULN
Sontak kedua pipiku merona. Remaja itu selalu saja menggombal. “Udah-udah, makan, nanti ngomongnya.”467Please respect copyright.PENANA7WYqi4gWS5
467Please respect copyright.PENANAzXbPmoMRzV
“iya, sayang,” kata Fajar.467Please respect copyright.PENANALjaNDSOCO2
467Please respect copyright.PENANAB7ypInUFSu
Aku semakin merona. Panggilan sayang yang diucapaknnya mampu membuat degup jantungku tak karuan. Kemudian, kami menyantap makanan masing-masing. Suara sendok dan piring menjamu keheningan.467Please respect copyright.PENANAwhRIUuQ0ey
467Please respect copyright.PENANAmk7EvTpOT8
Tidak lama kemudian lauk habis tak tersisa. Aku menuangkan air di gelasku dan Fajar dan meminumnya.467Please respect copyright.PENANA6GXHNnCXs0
467Please respect copyright.PENANAphVvsD4zKx
Fajar beranjak berdiri. “Main ps yuk tan di kamar Adit,” ajaknya.467Please respect copyright.PENANAsEuH45v8KU
467Please respect copyright.PENANAT5fii4ZtBh
Aku menggeleng. “Bosan, ih.”467Please respect copyright.PENANAV2CDryS6w6
467Please respect copyright.PENANAgsTT0UBf3w
“Ngobrol aja di ruang tamu.”467Please respect copyright.PENANAvFC9Eiutfs
467Please respect copyright.PENANA9H0Y3iSAsd
Aku mengganguk lalu melangkah di belakangnya. Kami duduk bersampingan di sofa. Seperti biasa Fajar melingkarkan tangannya di bahuku. Aku merasa sudah biasa atas perlakuannya yang manja seperti ini.467Please respect copyright.PENANATJcUltIahZ
467Please respect copyright.PENANAbBVSlO2Izx
“Mau ngopi lagi, Jar?” tanyaku.467Please respect copyright.PENANA1Dhx4Z0DZH
467Please respect copyright.PENANAPKrNBtbX6F
Fajar menggangguk. Aku hendak bangkit, tapi kemudian ia menahan lenganku. “Fajar aja yang bikin, tan.” Katanya.467Please respect copyright.PENANApkLGzZeySU
467Please respect copyright.PENANAuS7qf6nPcu
Aku tersenyum dan mengganguk. Lantas Fajar berdiri dan berjalan menuju dapur. Ada perasaan hangat ketika aku melihat punggungnya, sebuah perasaan yang sedikit bisa ku jelaskan, bahwa itu adalah percikan cinta yang timbul di hatiku.467Please respect copyright.PENANA96fZYa1ezX
467Please respect copyright.PENANAY1AOgbgSnt
Ya, aku mecintainya, tapi aku juga mencintai semuaku. Memang kontradiktif, tapi itu apaadanya. Mungkin jika orangtuaku mengetahui yang kuperbuat sekarang pastilah mereka akan memukulku sebab yang kulakukan adalah dosa yang besar, berselingkuh sekligus berzina.467Please respect copyright.PENANAR4ckzS2Rm4
467Please respect copyright.PENANAQ3tURtJfCd
Selain itu, aku juga merasa teramat bersalah kepada suamiku. Tapi, entah kenapa, hasrat untuk bersama Fajar lebih kuat daripada dosa. Aku sedikit bingung, tak pernah sebelumnya aku melakukan hal seperti ini. Pun, aku terdidik dari kalangan yang agamis yang selalu mengajarkan moral dan etika sesuai agama.467Please respect copyright.PENANAsIUWq90rsl
467Please respect copyright.PENANAzsC3tdiVfK
Semoga tuhan bisa memaafkan apa yang kuperbuat, mau bagaimanapun juga, aku masih percaya kepada-Nya, meskipun aku melakukan tindakan yang dilarangnya.467Please respect copyright.PENANAjuHa7ndJEb
467Please respect copyright.PENANAyDhoOGWRk0
Fajar datang dengan dua cangkir gelas yang ia pegang dengan kedua jari jempol dan telunjuknya. Ia duduk di sampingku sambil meletekan kopi. Aku memandanginya, alisnya tebal bagai bulu buruang, hidungnya mancung, tubuhnya tegap, yang membuatku kagum adalah rahangnya yang tampak mengeras. Kupikir pastilah ia sering berolahraga.467Please respect copyright.PENANAqwGB7vlvpE
467Please respect copyright.PENANAsZY09h7Zxz
Kalau aku sendiri memiliki tubuh yang bagiku lumayan ideal. Tidak gemuk dan juga tidak kurus. Mata bidadari, begitulah Abiku sering berkata, sebab bola mataku besar. Hidungku sedikit mancung walaupun tak semancung Fajar. Aku sedikit bermasalah di tinggi badan, bukan berarti aku pendek. Untuk ukuran perempuan bisa dibilang tinggi rata-rata perempuan Indonesia.467Please respect copyright.PENANA8IhA2QZplr
467Please respect copyright.PENANAz9a0sjgRiB
Kulitku putih, sejak SMA aku memang sering merawat wajahku, tak heran jika dahulu banyak lelaki yang mendekatiku dengan berbagai cara, ada yang dengan cara memamerkan hartanya, ada juga yang hanya bermodal tampang, tapi tak satupun kupilih, lagian masa-masa SMA aku tidak tertarik untuk pacaran. Dosa.467Please respect copyright.PENANAn0Xh2A6QOX
467Please respect copyright.PENANA9Jr280kmgd
Aku menyesap kopiku sambil memejamkan mata. Kopi memang sahabat terbaik di segala keadaan. Ketika bahagia, sedih, gunda, kadang semua itu bisa diatasi dengan secangkir kopi, atau saat sedang berselingkuh seperti yang kulakukan sekarang ini.467Please respect copyright.PENANAGGHGmJ7xqf
467Please respect copyright.PENANAxvjhXkLy8n
“Tan, besok jalan-jalan, yuk.” Fajar membuka obrolan.467Please respect copyright.PENANAWsIkRDtnJb
467Please respect copyright.PENANA0wHIP6JOoH
“Ke mana?”467Please respect copyright.PENANARR0tFKbuSv
467Please respect copyright.PENANAmoKcZqhpxw
Fajar terlihat berpikir. “Tante mau ke mana?”467Please respect copyright.PENANAXMqKv5iS3T
467Please respect copyright.PENANAND5xPxIfWn
“Tante ikut aja, sih.”467Please respect copyright.PENANAc3aPMzyrhx
467Please respect copyright.PENANAd9yfRHyn9k
“Tapi temenin Fajar ke gereja bentar, ya?”467Please respect copyright.PENANAzP11zNtFF3
467Please respect copyright.PENANAohIeDygTu5
Ludah berhenti di teggoralkan. Aku melupakan sesuatu, kalau Fajar tidak beragama islam. Selintas aku merasakan ketidaknyaman.467Please respect copyright.PENANA72lYxyeVd5
467Please respect copyright.PENANAaHfo4DloSY
“Tan?” tanyanya lagi.467Please respect copyright.PENANAqAABFXUYda
467Please respect copyright.PENANAjUc7AVIVLk
Aku ragu untuk menjawab iya.467Please respect copyright.PENANAzpMrXnfdN7
467Please respect copyright.PENANAH3y7rPmw25
“Gimana, Tan?” ia terus bertanya.467Please respect copyright.PENANADNwDVT59TN
467Please respect copyright.PENANAzyyKrHbFHe
Aku menghela nafas sebelum memutuskan. “Tapi tante di mobil aja, ya. Engga sampe masuk,” kataku. Mau bagaimanapun aku tetap memiliki keyakinan tersendiri. Begitupun Fajar, perbedaan agama di antara kami tidak membuatku harus memaksakan kehendakku dan sebaliknya.467Please respect copyright.PENANACG55M5sre6
467Please respect copyright.PENANA97KymUO6yO
Fajar tersenyum. “Iya tante sayang.”467Please respect copyright.PENANAvBSkddXojY
467Please respect copyright.PENANAdQDJufNMk4
Lalu kami jatuh dalam sebuah obrolan yang panjang, selama mengobrol aku bisa merasakan kehangatan pada suaranya. suara yang sedikit berat. Terlebih ekspresinya ketika berbicara, seperti aku berada di pandang rumput yang luas dengan sepoi-sepoi angin. Di tambah dengan tuturnya yang begitu lembut.467Please respect copyright.PENANAkw0G2Dt5Qt
467Please respect copyright.PENANAYK3XmHHyb9
Selama mengobrol aku senyam-senyum sendiri, antara kagum dan juga heran. Heran mengapa remaja setampan Fajar bisa-bisa-nya jatuh cinta kepadaku. Padahal perbedaan usia kami terpaut jauh.467Please respect copyright.PENANAvU8tc6kNvV
467Please respect copyright.PENANAmseHVxFMX9
Lambat laun semakin malam. Aku sempat terlena untuk melaksanakan Solat Isya. Ketika aku hendak bangkit, Fajar menahan lenganku dan bilang, Nanti aja, Tan, ngobrol dulu, lagian tenggat waktu solat isya panjang.467Please respect copyright.PENANAdInXAj2HMD
467Please respect copyright.PENANAphZpkwqWQB
Entah kenapa aku mengiyakan dan duduk kembali. Tak seperti biasanya, biasanya saat adzan berkumandang, aku segera menunaikan ibadah.467Please respect copyright.PENANANL69tO7lXt
467Please respect copyright.PENANAjctler07ux
Lalu, kami kembali jatuh dalam obrolan. Fajar bercerita bahwa dia butuh waktu tiga bulan untuk menabung dan membelikan cicin yang terlingkar di jari manisku. Aku sempat untuk mengembalikannya, merasa tidak enak. Tapi Fajar mencegahku dan bilang, pemberian gak bisa ambil kembali. Fajar juga menambahkan bahwa aku harus terus memakai cincin pemberiannya. Lalu aku bilang, kalau suamiku tau gimana? Fajar menjelaskan, bilang aja kalau aku beli sendiri. Aku mengiyakan saja.467Please respect copyright.PENANA5CRSfuESON
467Please respect copyright.PENANACuFvIcd8wX
Malam semakin menyalak. Kami terus bersatu dalam obrolan. Sesekali Fajar mencium pipiku, sesekali juga ia mengendus area ketiakku. Perlahan aku mulai terbiasa. Kami tampak seperti pasangan suami-istri, di tambah dengan keadaan rumahku yang menyisakan kami berdua. Saksi daripada perselingkuhanku.467Please respect copyright.PENANAQxavfXl2MM
467Please respect copyright.PENANAmIwB6eRDqp
Aku melirik jam dinding, pukul 22.01, biasanya jam segini aku sudah berada dalam mimpi. Tapi, mengobrol dengan Fajar terasa begitu mengasikan, maka kuputuskan untuk tidur agak lama dari biasanya.467Please respect copyright.PENANAH6yM1UsSqo
467Please respect copyright.PENANAWcFWthok5d
Kami membahas banyak hal, mulai dari masa kecil Fajar yang ada kaitan denganku. Yang tentu saja langsung kucerca dengan beragam pertanyaan. Aku mengetahui sesuatu bahwa Fajar sudah menyimpan perasaan denganku sejak di bangku SMP. Aku sempat tertawa sebab bagaimana bisa anak SMP jatuh cinta kepada ibu rumah tangga sepertiku ini.467Please respect copyright.PENANA4y9tk3zuEr
467Please respect copyright.PENANAaB8AIqrMDh
Aku juga bercerita bahwa aku menyukainya baru-baru ini. Dia bertanya kenapa aku menyukainya. Kujelaskan kalau aku merasa nyaman berada bersamanya, merasa diperlakukan dengan mesra. Fajar tersenyum dan kemudian kembali mengendus ketiakku. Remaja itu sungguh menyukai ketiakku.467Please respect copyright.PENANAR1GI4pcS22
467Please respect copyright.PENANAS35CIMkbQk
Menjelang pukul 23.00, aku menyudahi aktivitas berbincang kami dan bangkit.467Please respect copyright.PENANAnKDB8vwteD
467Please respect copyright.PENANAiVRq6EThRk
“Tante mau tidur dulu,” kataku kepadanya.467Please respect copyright.PENANACvaEJnIsvv
467Please respect copyright.PENANAXEQsBbdJkM
Terlihat wajahnya yang nampak kecewa. Aku terkekeh. “Besok lanjut lagi.”467Please respect copyright.PENANAaHjNbfpmvX
467Please respect copyright.PENANA25AqTtvHeS
“Tidur di sini aja, tan,” katanya. “Fajar janji deh gak macem-macem.” ia mengangkat kedua telapak tangannya setinggi kepala.467Please respect copyright.PENANAWmZrWMgawi
467Please respect copyright.PENANAClPK01OH2w
“Tante gak bisa tidur di sofa,” kataku.467Please respect copyright.PENANAm2fLsgsg1P
467Please respect copyright.PENANA1Kv4GoxpJh
Fajar mendengus, kemudian bangkit dan mendekat ke arahku. “Boleh cium bibir?” tanyanya.467Please respect copyright.PENANAvkQqdEpa0V
467Please respect copyright.PENANAIUBxChNbbF
Aku mengangguk pelan dan memejamkan mata. Kemudian, Terasa bibirnya menyentuh bibirku. Kali ini tidak ada lumatan, murni bibir ketemu bibir.467Please respect copyright.PENANA75R0vzJ0dp
467Please respect copyright.PENANAMs003YJfmz
“Selamat malam, Tan.” Fajar tersenyum ramah.467Please respect copyright.PENANAbMouJLYqru
467Please respect copyright.PENANAyEGUgEcF9n
“malam juga, Jar.” Aku berbalik dan melangkah menuju kamarku. Sepanjang langkah, hatiku berbunga-bunga bagai mawar di taman para suci.467Please respect copyright.PENANAhGBafbo2bX
467Please respect copyright.PENANAguxBMpOXRe
***467Please respect copyright.PENANAF2tnes9SJ9
467Please respect copyright.PENANA40zoPVHJSL
Minggu pagi menyapa dengan semburat cahaya. Aku terlihat cantik pagi ini, dengan gamis pink dan balutan hijab lebar yang menutupi kedua buah dadaku. Aku berdandan secukupnya, memoles bibir dan memberi sedikit taburan make-up di wajahku. Begitupun Fajar, dia tampak tampan dengan kaos hitam dan celana jeans panjang. Aku sengaja menyuruhnya memakai pakaian anakku, sebab, waktu kami berbincang semalam ia hendak untuk pulang dan mengambil baju ganti, karena sudah larut, aku cegah.467Please respect copyright.PENANAGmw59ThPuA
467Please respect copyright.PENANAECiRmTyXtf
Sebelum berangkat pergi, seperti biasa aku dan ia ngopi terlebih dahulu di ruang tamu. Jam dinding menunjuk pukul 08.00, masih terlalu pagi untuk menuju gereja.467Please respect copyright.PENANAOwprtSs2AV
467Please respect copyright.PENANAY5vm5zzcXB
“Tante gak risih, kan? kalau ke gereja bareng Fajar?” tanyanya dengan kaki yang tersilang.467Please respect copyright.PENANAChoURy4Sll
467Please respect copyright.PENANAk3554At8SN
“Dikit,” kataku jujur. “Kamu gak bisa apa balik kaya dulu?”467Please respect copyright.PENANAC1PPZ5BIGN
467Please respect copyright.PENANASIZJYgC7hF
Tentu saja Fajar mengerti apa yang kumaksud. Ia menggeleng, “Tante aja yang ikut aku, mau?”467Please respect copyright.PENANAJxkeBeT2yy
467Please respect copyright.PENANAMaAKNrFRtQ
Sontak aku memukul pelan bahunya. “Apaan sih, Jar!”467Please respect copyright.PENANAUeRAVdXDqb
467Please respect copyright.PENANAgHyhBNLZxj
Fajar malah tertawa. “Bercanda, tan,” katanya sambil mengelus kepalaku. “Tapi kalau mau serius juga boleh.”467Please respect copyright.PENANA3vYvWAJLlt
467Please respect copyright.PENANAl8LM4OT7mk
“Udah-udah,” kataku mencegah obrolan agar tidak berlanjut ke sembarang arah. “Ngobrol yang lain aja.”467Please respect copyright.PENANAJxxlUfERDA
467Please respect copyright.PENANAXndBIoAl87
Fajar berdehem. “Mau dinyanyiin lagi, Tan?”467Please respect copyright.PENANAZ4WR4PtqRS
467Please respect copyright.PENANAJpn0JT1VMT
Aku menggangguk antusias.467Please respect copyright.PENANAecfRHbdpjO
467Please respect copyright.PENANAiof4ADjS6r
“Bentar.” Fajar beranjak berdiri dan melangkah menuju kamar anakku, lalu kembali duduk di sampingku dengan gitar di pangkuannya.467Please respect copyright.PENANAsSjssa01AH
467Please respect copyright.PENANA0XcsKZevWb
“Mau lagu apa? Tan?” Fajar membenarkan posisinya menghadapku, begitupun aku.467Please respect copyright.PENANATjuxqzgP4e
467Please respect copyright.PENANAgEZJJqrv4m
Aku berfikir sejenak, lalu berkata, “Hujan di mimpi?”467Please respect copyright.PENANA0ZzEjUsm30
467Please respect copyright.PENANAH7NXKybpjz
“Tante yang nyanyi, Fajar yang main gitarnya. Oke?”467Please respect copyright.PENANA872u4olhAn
467Please respect copyright.PENANAcKiZIwRYFk
Aku mengangguk. Perlahan terdengar petikan senar yang begitu indah, setiap nada saling melengkapi. Petikannya bervariasi dalam chord B. Kemudian Fajar menatapku. Aku mengerti.467Please respect copyright.PENANA67yLN1W0rt
467Please respect copyright.PENANAXSMIi7gTx3
“Semesta bicara tanpa suara, semesta ia kadang buta aksara. Sepi itu indah, percayalah. membisu itu anugrah.” Aku bernyanyi mengikuti irama dawai yang ia petik.467Please respect copyright.PENANAo36IOWrHLK
467Please respect copyright.PENANA8XBkgIiUhw
“Seperti hadirmu di kala gempa, jujur dan tanpa bersandiwara. Teduhnya seperti hujan di mimpi, berdua kita berlari.” Aku memejamkan mata, menikmati setiap note-note yang berhamburan di ruang tamu.467Please respect copyright.PENANADkTdRcAnW8
467Please respect copyright.PENANA4ZFCrRaBpD
“Semesta bergulir tak kenal aral. Seperti langkahmu menuju kaki langit. Seperti genangan akankah bertahan. Atau perlahan menjadi lautan.” Aku terus bernyanyi dengan senyum yang tak pudar menatapnya. Mata kami saling bertemu dan memancarkan sebuah cinta. Saling menggenggam dalam kesatuan nada, irama, dan tempo.467Please respect copyright.PENANA2FxS48Ysoy
467Please respect copyright.PENANA1Jgneq3oNL
Petikannya kembali mengisi ruang di antara kami. Romansa menyentak bagai kekasih yang akan selalu abadi. Pada binar matanya aku melihat sebuah ketulusan, pada jemarinya aku bisa melihat note-note cinta yang beterbangan, membentuk sebuah lagu cinta. Lalu, ia mengakhiri permainan gitarnya dengan genjrengan cantik dalam chord B.467Please respect copyright.PENANACnsa9QtIlQ
467Please respect copyright.PENANA4vK9jCAC7F
Kemudian ia rebahkan gitar di sampingnya dan meraih tanganku. Bola matanya seakan ingin mengatakan sesuatu yang tercekat, yang tak bisa ia katakana.467Please respect copyright.PENANAlQRhtIa8c0
467Please respect copyright.PENANAII2JLkPYcP
“Kenapa?” tanyaku.467Please respect copyright.PENANAI8iOQwr3fD
467Please respect copyright.PENANANZjcVD6AG6
Ia tak menjawab melainkan tersenyum. Aku menatapnya bingung. “kenapa?” tanyaku lagi.467Please respect copyright.PENANA44b2NRRgK7
467Please respect copyright.PENANAkr4I1qdkeh
Ia malah bangkit. “Yuk, Tan. Udah pukul Sembilan, nih.”467Please respect copyright.PENANATbg1ag9Fyu
467Please respect copyright.PENANA7V7km6ja7T
Aku melirik jam dinding dan bangkit. Kemudian kami melangkah keluar. Masuk ke dalam mobil. Ketika mobil menyala, Fajar menoleh ke arahku, dan bertanya. “Malam ini? boleh tidur bareng?”467Please respect copyright.PENANAZRHP0L26PL
467Please respect copyright.PENANAakoeDe7eHG
Aku tertegun. “Liat nanti, ya,” kataku ragu.467Please respect copyright.PENANAqaiKG6YN6Q
467Please respect copyright.PENANAeqEQisjV4B
Fajar tidak berkata lagi. Perlahan mobil yang kami kendarai berjalan keluar halaman, melewati setiap rumah dan menghambur di jalanan raya.467Please respect copyright.PENANAXZyNROOIyO
467Please respect copyright.PENANA688hmxzzWD
***467Please respect copyright.PENANAv1gj1ZmIub
467Please respect copyright.PENANA68QvteWtVY
Sesampainya di Gereja, Fajar memarkirkan mobil di antara hempitan mobil lain. Gereja tampak ramai, di pintu masuk berhamburan orang-orang yang akan menunaikan ibadah.467Please respect copyright.PENANAJhkXwuT6fJ
467Please respect copyright.PENANABcjiXjlMu6
“Tunggu bentar ya, tan,” Kata Fajar sambil mematikan mobil.467Please respect copyright.PENANAJvSZFS2HYa
467Please respect copyright.PENANAQt4SxDkW3a
Aku menggangguk. Fajar membuka pintu mobil dan keluar. Dari kaca mobil aku bisa melihat ia masuk bersama yang lainnya. Jujur saja, ini kali pertama bagiku berada di gereja, walaupun hanya sekedar di halamannya.467Please respect copyright.PENANAyqwkkptnyM
467Please respect copyright.PENANAmzWQMgkPBb
Gereja ini berbentuk seperti rumah pada umumnya, hanya saja di bagian atasnya terdapat tanda salib. Dengan sepasang bangku lebar dan meja yang menjadi penengah, di samping pintu. Halaman termasuk luas. Di atas atap, terdapat menara tinggi yang ujungnya berbentuk setiga dengan aluminium yang berbentuk salib dipuncak menara.467Please respect copyright.PENANA0jtjBkA2ZM
467Please respect copyright.PENANACoVCAgmS0i
Sewaktu aku kecil, aku diajarkan Abiku (Ayah) untuk selalu menghargai perbedaan agama. Masuk ke dalam tempat ibadah umat lain engga apa-apa, mbak, asalkan keyakinan kita tetap sama Allah, begitulah Abiku sering berkata.467Please respect copyright.PENANAMH0tm8Mt5x
467Please respect copyright.PENANAbDba1UbavJ
Perlahan terdengar suara mikrofon melengking, di susul dengan suara seorang pria berkhotbah. Sambil menunggu Fajar, aku berkutat dengan ponselku.467Please respect copyright.PENANAitgQ1Vkdia
467Please respect copyright.PENANAJJXYBFmWa1
Tiga puluh menit berlalu, Terlihat orang-orang berhamburan keluar Gereja. Aku memandangi kerumunan, mencari apakah Fajar ada di antara kerumunan itu. Tapi, tak kunjung kutemukan ia. Mungkin ia masih berdoa, pikirku. Lalu, aku berselancar kembali di media sosial. Menit berlalu, aku semakin bosan sebab Fajar tak kunjung keluar.467Please respect copyright.PENANARZoJtfhVxV
467Please respect copyright.PENANAOHUSjG5Iyd
Tak lama kemudian, sosok yang kucari keluar dari pintu, tapi ia tidak sendirian. Ia bersama seorang pria tua yang pekiraanku berumur enam puluh tahunan, pria tua itu menggunakan jubah hitam dengan kalung salib yang melingkar di lehernya, yang kuyakini pastilah ia pendeta.467Please respect copyright.PENANAGStOEHBlbJ
467Please respect copyright.PENANAjYwu0RE9aU
Fajar tidak lekas kembali masuk mobil, ia bersama pendeta itu duduk di satu meja samping pintu, berhadapan. Dari dalam mobil, aku memandangi mereka yang sedang bercakap-cakap. Sesekali pendeta itu memukul pelan bahu Fajar sambil tertawa, pastilah perbincangan mereka asik sekali.467Please respect copyright.PENANAerRjtySvRT
467Please respect copyright.PENANA03Of1XH0y2
Maka, aku memilih untuk menunggu lagi. Aku memaklumi, mungkin hanya hari minggu saja Fajar bisa berbincang ria dengan pendeta itu.467Please respect copyright.PENANA88JghIgMjd
467Please respect copyright.PENANAVO0JgdO2yQ
15 menit berlalu. Fajar tidak hengkang atau menyudahi obrolan, malahan mereka semakin asik mengobrol. Aku yang memandangi mereka hanya bisa mendengus. Aku benci sekali jika menunggu, dan Fajar membuatku menunggu selama satu jam lebih.467Please respect copyright.PENANAmZbEZufUlU
467Please respect copyright.PENANAVapZcuCdj4
Tak lama dari itu, mereka berdua menoleh ke arahku. Lalu Fajar bangkit dan melangkah menuju mobil. Aku bernafas lega, akhirnya ia kembali.467Please respect copyright.PENANAsenVZN6nmG
467Please respect copyright.PENANAws0Qlaq4rk
“Tan, keluar bentar, pak pendeta mau ngobrol.,” kata Fajar sambil menahan pintu mobil.467Please respect copyright.PENANAAslD24rcNw
467Please respect copyright.PENANAXc8hEc4saY
Aku tercekat, menatap bingung Fajar. Lagian, bagaimana jika orang-orang melihat perempuan berjilbab sepertiku duduk di depan gereja. “Gak ah,” kataku.467Please respect copyright.PENANAdwvIlzB0bn
467Please respect copyright.PENANAG4n1G1eynk
Masih menahan pintu mobil Fajar berkata lagi, “Bentar doang, Tan. Lagian Fajar gak enak sama pak pendeta.”467Please respect copyright.PENANAOf3rcrF03A
467Please respect copyright.PENANABZdNwtI1Ca
Aku menggeleng, dan Fajar terus memaksaku. Remaja itu memang kerap memaksakan kehendak. Jika sudah begini, pastilah akan ribet. Aku berfikir sejenak. Kembali mengingat perkataan abiku. Sambil memutuskan aku menghela nafas dalam, lalu menggangguk pelan. Seketika itu Fajar tersenyum, lalu menutup pintu mobil dan melangkah kembali menuju bangku gereja.467Please respect copyright.PENANAQtWH1zuO78
467Please respect copyright.PENANAUI6MHWSYlN
Aku membuka pintu mobil dan melangkahkan kakiku keluar. Untung saja gereja sudah sepi, mungkin hanya menyisakan kami bertiga. Lantas, aku melangkah menuju mereka dengan kikuk sambil menunduk.467Please respect copyright.PENANAOIQc8Ec5zq
467Please respect copyright.PENANAumTvzNDSov
“Selamat pagi,” kataku memberi salam sambil menunduk sopan di hadapan pendeta itu.467Please respect copyright.PENANAzr6yLLkCbU
467Please respect copyright.PENANAICY7qtGIyw
Pendeta itu tersenyum. Agak kikuk aku duduk di samping Fajar, berhadapan dengan pendeta itu, dengan meja yang menjadi penengah di antara kami.467Please respect copyright.PENANAcdiulVbTCW
467Please respect copyright.PENANAVOIEwVRK6Y
“Nak, Laras?” tanyanya sopan.467Please respect copyright.PENANAcLvIUzyZSq
467Please respect copyright.PENANAFkWhXEeQjI
Aku tersenyum, “Iya, pak.”467Please respect copyright.PENANAF7tDIsQhON
467Please respect copyright.PENANAdc9fmMDC6R
“Pacarnya nak Fajar?” tanyanya, lagi.467Please respect copyright.PENANA1ofVfsrQXg
467Please respect copyright.PENANAdoa8um2psP
Aku menoleh Fajar sekilas. Agaknya ia sudah memberitahu hubungan gelap kami. “Iya, pak,” kataku pelan. Merasa tidak nyaman.467Please respect copyright.PENANAL5SSF67DAn
467Please respect copyright.PENANAmyilHtiNtw
“Calon istri juga, pak,” tambah Fajar. Sontak pendeta itu tertawa.467Please respect copyright.PENANAxaXL5dMOZt
467Please respect copyright.PENANApVtpoB45lw
Aku hanya bisa menatap kaki-kaki meja, suasana ini terasa canggung sekali.467Please respect copyright.PENANAsVYagkiSZl
467Please respect copyright.PENANAw7pKfNvnLM
“Udah lama pacaran, nak?” tanya pendeta itu, lagi.467Please respect copyright.PENANApWCKWNZjps
467Please respect copyright.PENANAYoBbRB7ToM
Aku hanya menggangguk. Fajar malah mengusap kepalaku yang sontak kuberi pelototan tajam. Bagaimana ia bisa bersikap tidak sopan di hadapan pendeta.467Please respect copyright.PENANAFoyyOypY3Z
467Please respect copyright.PENANAc5qyr43LSR
Pendeta itu hanya tersenyum memandangi kami. “Kalian cocok,” katanya.467Please respect copyright.PENANAmGPKyULT6y
467Please respect copyright.PENANATkxqt7HyyL
Fajar tersenyum dengan binar dimatanya. Mengiyakan. Sementara aku bergeming dan tidak merespon.467Please respect copyright.PENANAkWR2OUxC9P
467Please respect copyright.PENANASEXJa3gtqI
Jauh dari pikiranku, ternyata. Pendeta itu teramat sopan sekali. Awalnya memang terasa kaku, tapi kelamaan aku semakin terbiasa, dan kadang menimpali. Pendeta itu juga memberi kami wejangan berupa pemikiran. Ia juga tidak membenarkan hubungan gelap kami, melainkan memberi nasehat.467Please respect copyright.PENANArQXwBAvlEf
467Please respect copyright.PENANAdrhQ2W6A4c
Yang aku suka dari pendeta itu adalah, ia tidak menasehatiku dengan ayat-ayat yang tercantum pada kitabnya, seakan ia menghargai keyakinanku. Begitupun aku. Seharusnya semua umat beragama harus seperti itu, saling menghargai dan tidak memaksakan pendapat. Mungkin, jika pemahaman seperti itu di terapkan, pastilah tanah air tercinta ini akan menjadi subur dan banyak cintanya.467Please respect copyright.PENANAlKfmX6Fvcq
467Please respect copyright.PENANAyjK54LEbao
Pak pendeta juga berkata kepada kami, bahwa jika hubungan kami akan serius dan masuk dalam jenjang pernikahan, maka, salah satu dari kami harus mengalah. Dan aku mengerti maksud dari mengalah itu.467Please respect copyright.PENANAgCKPEnPunh
467Please respect copyright.PENANA1bjPiHDELM
Lalu, Pendeta itu berkata kepada Fajar untuk selalu menghargaiku sebagai perempuannya. Yang langsung ku respond dengan anggukan mantap. Perempuan bukanlah objek. Perempuan adalah Rahim bumi yang melahirkan tanaman yang subur, begitulah pendeta itu berkata.467Please respect copyright.PENANAgby9uDiTZt
467Please respect copyright.PENANA6d0lJhbjRy
Di akhir perbincangan kami, ketika aku dan Fajar hendak bangkit, pendeta itu menyodorkan alkitab. Jantung mempopa darah dengan cepar, dan timbul perasaan tidak nyaman. tanpa mengurangi rasa hormat kepadanya, aku tersenyum dan menyatukan kedua tanganku di depan dada.467Please respect copyright.PENANAN4Vy9YBPLq
467Please respect copyright.PENANANWFAW5yCF7
“Maaf, pak,” kataku. “Saya gak bisa nerimanya.”467Please respect copyright.PENANAvOl41enTvm
467Please respect copyright.PENANAFQ1Q40FzXK
Pendeta itu tersenyum. “Nak, saya memberi alkitab ini bukanlah sebab agar kamu menghianati agamu. Melainkan untuk kamu belajar tentang agama yang lain.” Lalu ia merogoh kantung jubah satunya. “Bapak juga baca kitab kamu,” ia mengangkat kitabku.467Please respect copyright.PENANAT9kfJ4ufKp
467Please respect copyright.PENANAHRYdEXEIqS
Aku memandangi alkitab yang ia sodorkan kepadaku. Sekilas kulirik Fajar. Fajar mengganguk. Sambil menghela nafas, kuraih alkitab di tangannya.467Please respect copyright.PENANA5VmBtyz62W
467Please respect copyright.PENANA3JvWYtE8YT
“Baca, ya, nak.” Pendeta itu tersenyum. lalu memasukan kitabku di tangan satunya dalam kantung jubahnya.467Please respect copyright.PENANA96fPafeiQo
467Please respect copyright.PENANA0HMXQVIe0r
Aku membalas senyumnya. “Makasih, pak,” kataku sambil memasukan alkitab dalam tas yang melingkar di bahuku.467Please respect copyright.PENANAND1fLT5yi1
467Please respect copyright.PENANAX6HuAv3CRl
“Kami pulang duluan ya, pak,” Kata Fajar sambil menyalam punggung tangan pendeta itu. Aku ikutan menyalam punggung tangannya. Sebab mau apapun agamanya, aku diajarkan untuk selalu menghormati orang tua.Kemudian kami berbalik dan melangkah menuju mobil.467Please respect copyright.PENANAnb1YnEckj3
467Please respect copyright.PENANAse5XJt8385
terdengar suara mobil menyala, Fajar melirikku sekilas dan tersenyum. “Makasih, ya, tan.” Ia mengusap kepalaku mesra.467Please respect copyright.PENANAOVckLqsKbV
467Please respect copyright.PENANAS0Rd1oKRGk
Aku membalas dengan tersenyum lebar.467Please respect copyright.PENANAOeJ5qEtECf
467Please respect copyright.PENANA8E24h8cMxK
***467Please respect copyright.PENANAkxIDEekwwM
467Please respect copyright.PENANAmB3EQiS0y1
Jalanan terlihat ramai. Motor saling menyalip-nyalip, berisik kendaraan terdengar dari kaca jendela yang tertutup. Dengan kecepatan pelan, aku memperhatikan setiap orang yang duduk santai di kedai-kedai tepian jalan. Sepang kekasih, sahabat, teman, saling menabur rindu di minggu pagi.467Please respect copyright.PENANAMlLbcDXaI8
467Please respect copyright.PENANAtNLdYdtWNK
Aku jadi teringat masa ketika awal pernikahanku. Dimas sering mengajakku berkunjung ke meseum. Aku tampak bahagia ketika itu. Kami saling bergandengan tangan bagai kekasih yang tak terpisahkan.467Please respect copyright.PENANAY5VMbzxTIB
467Please respect copyright.PENANAJ5LijpKSz2
Memikirkannya membuatku merasa bersalah karena sudah menghianati cinta suci yang ia bangun. Aku juga menghianati anakku, entah apa yang dilakukannya jika ia mengetahui bahwa aku menjalin hubungan gelap dengan sahabatnya sendiri.467Please respect copyright.PENANAXV73HvNJLV
467Please respect copyright.PENANApy7F5sxLbQ
Aku juga sempat terpikir untuk menyudahi hubungan gelap ini, terlanjur masih baru. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Ada sebuah hasrat penolakan dari diriku.467Please respect copyright.PENANA63km9wn1V7
467Please respect copyright.PENANA1c6Hq5huHT
Lambat laun mobil kami menembus kerumunan jalanan. Fajar fokus menyetir. Lama kelamaan aku merasa bahwa Fajar sungguh tampan sekali, memandanginya membuatku terpesona.467Please respect copyright.PENANAWFZAbO7moX
467Please respect copyright.PENANAJ4k5ia2QnL
“Masih lama, Jar?” tanyaku.467Please respect copyright.PENANAYBCLPnI7uY
467Please respect copyright.PENANAOYzrAJAY1A
“Bentar lagi, Tan,” jawabnya.467Please respect copyright.PENANAkSZFHDxa4d
467Please respect copyright.PENANAon8riqgZwB
Tiga puluh menit berlalu. Akhirnya, mobil yang kami kendarai terpakir di sebuah pantai di samping kedai minuman. Fajar keluar dari mobil, begitupun aku. Aku membentangkan pandangan, Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi di pesisir pantai, desir ombak bergemuru, riuh suara pengunjung lain terdengar berisik.467Please respect copyright.PENANAJFTxFgqK6L
467Please respect copyright.PENANAEwgzNgP9mx
Kedai-kedai berjejer lurus dari sudut mata memandang. Fajar berdiri di sampingku. “Jar, pindah, ah, rame banget,” kataku.467Please respect copyright.PENANA2jbamrps9g
467Please respect copyright.PENANACFJgzrmACk
“Fajar tau, kok, tempat yang sepi,” katanya. Kemudian ia melangkah menuju bagasi mobil. Lalu kembali dengan tas yang bertengger di punggungnya.467Please respect copyright.PENANAntZwfPVobP
467Please respect copyright.PENANAMBaZVwjeEK
“Kamu bawa apaan?” tanyaku bingung.467Please respect copyright.PENANAmwbReLTiHN
467Please respect copyright.PENANAbwUmAg7Clw
“Perlengkapan buat piknik.”467Please respect copyright.PENANAORf6fK9W2i
467Please respect copyright.PENANAJloyGnDqvV
Aku mengganguk. Akuu tidah tahu bahwa Fajar telah menyiapkan perlengkapan, di tambah ia tidak memberitahuku akan ke pantai.467Please respect copyright.PENANAg6qOxkspoc
467Please respect copyright.PENANAZsnzW2NLdk
Kemudian kami melangkah di antara keramain orang. Penjual-penjual es, batagor, cilor, terlihat sepanjang kami melangkah. Fajar terlihat santai di sampingku. Ia tampak tinggi, membuatku harus mendongak memandanginya. Pastilah aku terlihat kecil jika berjalan di sampingnya.467Please respect copyright.PENANAIrvlq0kp3T
467Please respect copyright.PENANAtQRfuZG6yq
Kami terus melangkah sampai pada akhirnya kami menapak kaki di pantai. Aku bisa merasakan tanah-tanah halus yang menghabur di kakiku. “Masih jauh?” tanyaku.467Please respect copyright.PENANAuj7X65TZWY
467Please respect copyright.PENANAp3aUx33DJK
Fajar menunujuk ke arah depan. Dari kejauhan aku melihat dua pohon kelapa yang pendek dan melengkung. Sepanjang perjalanan, kami berbasi-basi. Fajar menceritakan legenda pantai ini. Katanya, pantai ini adalah bekas dari meteroit yang jatuh ke bumi ratusan tahun silam, terbukti dengan adanya beberapa batu besar di tengah-tengah laut. Ia juga menjelaskan tentang pulau kecil yang jauh di tengah laut. Katanya, pulau itu menjadi tempat persingahan nelayan di malam harinya.467Please respect copyright.PENANAJmmZsUOp8J
467Please respect copyright.PENANAs6p1C6sckY
Gemuruh ombak semakin menyalak, aroma pasir tercium segar di cuping hidung. Angin-angin laut menemani kami sepanjang melangkah. Sampai pada akhirnya kami tiba dan menapak kaki di pesisir, di bawah pohon kelapa yang jaraknya tidak jauh dari kepalaku.467Please respect copyright.PENANAvE43agIBPX
467Please respect copyright.PENANAlwKCTP1JZ2
Fajar menaruh tasnya di tanah. mambuka tasnya lalu mengeluarkan satu karpet lebar dan satu hammock. Ia membentangkan karpet di tanah, lalu mengingkat hammock di kedua pohon kelapa.467Please respect copyright.PENANA6YnXKc5xnE
467Please respect copyright.PENANAwKIlCEnHIq
Aku lekas duduk di karpet, di susul Fajar. Kemudian ia mengeluarkan kompor gas Portable, serenceng kopi, panci kecil, dua cangkir, dan tiga botol aqua. ia sungguh sudah mempersiapkan ini semua.467Please respect copyright.PENANA12CNlflHSg
467Please respect copyright.PENANAv67XuJoJcR
“Kamu excited banget, Jar.”467Please respect copyright.PENANAPKgCDXmmBq
467Please respect copyright.PENANAEekvrWRgwO
“Iya, dong. Kalau sama tante persiapannya harus matang.” Fajar meletakan kompor portable di tanah, lalu memasang gas. Aku bergeser mendekat ke arahnya, membuat tubuh kami bersentuhan.467Please respect copyright.PENANADjfNyXK07Q
467Please respect copyright.PENANAYyot3GDw2A
“Tante mau minta cium?” godanya dengan senyum yang terkulum.467Please respect copyright.PENANAAre45sVh3F
467Please respect copyright.PENANA7Xpe1f5D39
“Ih orang mau nolong.” Aku mengambil serenceng kopi dan membaginya menjadi dua. Lalu membuka satu persatu bungkus dan mengisinya ke dua gelang. Sementara Fajar memanaskan air.467Please respect copyright.PENANAVqr04zTTn9
467Please respect copyright.PENANA3czCMe7ZiY
Sambil menunggu air mendidih kami fokus menatap lautan. Teduh rasanya, ombak-ombak bergoyang mengikuti irama angin. Burung-burung camar menari-menari mengikuti latunan ombak. Semilir angin menyapu wajah kami berdua.467Please respect copyright.PENANAhhg2AhURd6
467Please respect copyright.PENANAYNeiSzDTAF
“Fajar cinta banget sama tante,” katanya, lirih. Wajahnya terlihat meringis, ada campuran duka pada suaranya. kedua tangannya memeluk kedua kakinya, membuatnya terlihat seperti kanak-kanak.467Please respect copyright.PENANAHzkSYRagLQ
467Please respect copyright.PENANAqzbAPDOUIR
“Tante juga cinta sama Fajar.” Aku memandanginya. Mata kami bertemu. Cukup lama. sampai pada akhirnya ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami saling menyapa di antara berisiknya ombak dan sepoi-sepoi angin pagi.467Please respect copyright.PENANApKZ67rNNdv
467Please respect copyright.PENANA4zsyKbLYV8
Kami saling menatap kembali. Kini, ia pegangi kepalaku dengan kedua tangannya. Ia ciumi pipiku, kiri-kanan, bergantian. kurasakan ketulusan pada kecupannya. Terakhir, ia kecup keningku. Mesra sekali. Aku terbang bagai burung camar yang kulihat tadi, terbang bebas mengirama ombak.467Please respect copyright.PENANADjvJrNSf2g
467Please respect copyright.PENANANME5jtBj9T
Kemesraan itu berakhir dengan gemercik air mendidih. Fajar mematikan kompor. Lalu menuangkan air ke dua gelas. Ia menganduk kopinya dan kopiku bergantian. Bersamanya, aku seperti dilayanin dengan sebaik-sebaik-nya.467Please respect copyright.PENANAEwKkfLQ1R7
467Please respect copyright.PENANABCiLXAfbid
Aku meraih gagang gelas. Bersamaan dengan sepoi angin, kusesap kopi hitam. Terasa enak di lidah. Sepanjang pernikahanku, tak pernah aku merasakan kenyamanan ini. Dan ini adalah kali pertamaku. Sungguh.467Please respect copyright.PENANA5228wDKvr6
467Please respect copyright.PENANAoGNosw1eKb
Tiba-tiba terdengar dering ponsel berbunyi. Aku mengeluarkan ponsel dari tasku, lalu menatap lekat layar ponsel yang bertuliskan: Abi. Aku menoleh ke Fajar sambil meletakan jari telunjukku di tengah bibir.467Please respect copyright.PENANAFVzRp3Ontf
467Please respect copyright.PENANApJNFbbiAnJ
“Assamulaikum, bi,” kataku.467Please respect copyright.PENANAt4pxG4lD8L
467Please respect copyright.PENANA5bUaPw5O3R
“Waalaikumsallam, umi,” terdengar suaranya di sebrang sana. “Umi lagi di mana? berisik banget.”467Please respect copyright.PENANAgpJBxKCkqe
467Please respect copyright.PENANA66W75OFAn4
“Umi lagi di warung, nih. Sama Fajar,” jawabku, berbohong.467Please respect copyright.PENANA2daIUgqDz3
467Please respect copyright.PENANAwojyBVX2K0
“Aawww,” aku memekik dan lekas menutup mulutku ketika kurasakan remasan di buah dadaku. Si pelaku malah tersenyum nakal. Aku memelotinya agar tidak kembali melakukan hal itu lagi.467Please respect copyright.PENANADljDMISwHZ
467Please respect copyright.PENANAVwyykBNO0J
“Umi kenapa?”467Please respect copyright.PENANAJr6bnXVKiK
467Please respect copyright.PENANAbzfxNEf3U8
“Eh, engga, Bi. Ini masakannya kepedasan,” elakku.467Please respect copyright.PENANALPOk3S1Qs8
467Please respect copyright.PENANAPM2I4XtznF
Bukannya mengerti, tangan Fajar malah masuk ke dalam gamisku dan membelai betisku. Aku mencoba menggeser betisku sambil terus berbincang dengan suamiku. Fajar malah semakin menjadi, ia mendekat ke arahku dan mengangku tanganku yang satunya. Lantas, ia endus ketiakku.467Please respect copyright.PENANAtEIARhij90
467Please respect copyright.PENANANbSMayfFm7
“Umi Yang sabar ya, nunggu abi pulang.”467Please respect copyright.PENANAoZXfQuFzRe
467Please respect copyright.PENANA1UUxZLiI4L
“Iya, bi,” jawabku singkat.467Please respect copyright.PENANAgg6wehbk0G
467Please respect copyright.PENANAO4vWY2MhtR
“Umi mau oleh-oleh, apa?”467Please respect copyright.PENANAJsZjfDGJTG
467Please respect copyright.PENANA6DJkH4hTOP
“Terserah, bi.”467Please respect copyright.PENANAhgSG8M80LQ
467Please respect copyright.PENANAdTlBN6EuIu
Fajar semakin menjadi, tanganya berpindah mengelus perutku, sontak aku merasa geli. Tapi tidak ada niatan untuk menyuruhnya berhenti. Elusan tangannya di perutku, membuatku mengabaikan telepon dari suamiku.467Please respect copyright.PENANA0UWCQ6KTNr
467Please respect copyright.PENANAQdNHaYWWnY
Tindakannya semakin liar, perlahan ia remes buah dadaku dari balik gamis. Aku yang kepalang bosan menegurnya, akhirnya membiarkan. Remasannya semakin liar, membuatku harus menggigit bibir, menahan lenguhan agar tidak terkeluar.467Please respect copyright.PENANAZYSYtLGY6w
467Please respect copyright.PENANAmF7jPh4so9
“Umi?”467Please respect copyright.PENANA5nRxCLgwER
467Please respect copyright.PENANADW9Af2EJCI
“Eh, iya, bi. Kenapa?” jawabku tergagap.
467Please respect copyright.PENANAyouJMBrCAj
Bersambung.
ns 15.158.61.45da2