![](https://static.penana.com/images/chapter/1566108/mv_Screenshot_63.jpg.jpeg)
#2 Perspektif966Please respect copyright.PENANAdJwShXz5lx
966Please respect copyright.PENANAUgrHzYROJU
Klakson-klakson kendaraan saling bersahutan. Aku memandang ke keluar jendela mobil. Kota Pekanbaru terlihat indah di malam hari. Di bahu jalan, muda-mudi saling berkasih di bawah cahaya lampu. Pedagang kaki lima menyebar di setiap tempat, membuat riuh ramai kebersamaan.966Please respect copyright.PENANAjeuvdMZQYV
966Please respect copyright.PENANAG2Rm6M3i2k
Dimas fokus menyetir, sesekali ia bersenandung. Aku menoleh ke arahnya. “Abi gak ada kesibukan, kan?” tanyaku, memastikan. “Kalau sibuk kita putar balik aja.”966Please respect copyright.PENANAgEjtH5D3sS
966Please respect copyright.PENANA90YBgiZBp0
Dimas menggeleng. “Engga, umi.” Pandangannya masih ke depan, fokus ke arah jalan.966Please respect copyright.PENANAKYUQkKAYD9
966Please respect copyright.PENANApO2ywbGvYt
Aku tersenyum, lalu kembali memandang keluar jendela mobil. Jalanan ini mengingatkan ku tentang banyak hal. Dahulu, di tahun pertama aku menikah. Aku dan Dimas menyimpan banyak kenangan di pinggiran jalan. Dulu kami berdua tidak punya cukup uang untuk makan di restoran bintang lima, atau tempat megah lainnya. Alternatif yang kami pilih adalah angkringan di tepian jalan, dengan riuh orang-orang, aroma sate bakar, di tambah dengan berisik kendaraan lalu-lalang.966Please respect copyright.PENANAMmumCfMAJn
966Please respect copyright.PENANAB0xA98ieal
Aku rindu suasana itu. Sekarang, kami tidak punya cukup waktu untuk bernostalgia tentang masa-masa awal pernikahan. Tapi aku cukup bangga dengan suamiku. ia mempunyai daya juang yang cukup besar, sehingga kami bisa sampai pada titik ini, ya, walaupun tidak kaya-kaya banget.966Please respect copyright.PENANAGcmBXCiz4t
966Please respect copyright.PENANAUm3pwy2jjH
Kami berhenti Di sebuah Gedung dengan halaman yang luas. Dimas memarkirkan mobil berdempetan dengan mobil lain. Aku dan Dimas segera membuka pintu mobil dan turun. Sejenak kupejamkan mataku, menikmati suasana.966Please respect copyright.PENANAj6bDlqyOEU
966Please respect copyright.PENANAilJWXaVNuE
Dimas melangkah terlebih dahulu. Sementara Aku melangkah pelan sambil memperhatikan sekitar. Di samping Gedung, banyak sekali stand makanan, minuman, dan lainnya. Di tambah dengan riuh pengunjung yang saling berdesakan. Bau-bau keringat saling berbaur menjadi satu. Terdengar juga suara tawa dari kejauhan. Bazar, memang selalu semegah ini.966Please respect copyright.PENANAWKmn0ptVBI
966Please respect copyright.PENANAPJ7tHdp79z
Dimas berhenti sebentar dan menoleh kebelakang. Ke arahku. Aku menyengir, pastilah ia menyuruhku untuk berjalan cepat. Buru-buru aku menghampirinya. Aku sendiri belum memutuskan mau berbelanja apa. Bazar ini tidak melulu perihal makanan atau minuman, beragam jenis terdapat di sini. Pakaian, perlengkapan sekolah anak, buku-buku bekas, dan lain-lain.966Please respect copyright.PENANAU8Yc7cXIWD
966Please respect copyright.PENANAUOMKpMRJki
Aku dan Dimas terus melangkah berdampingan sambil memutuskan mau berbelanja apa. Suasana ramai membuatku harus hati-hati berjalan, khawatir menabrak pengunjung lain. Aku memepetkan bahuku ke bahu Dimas. Dimas melirik-ku dan tersenyum, kemudian ia melingkarkan tangannya ke pundakku. Kami terus melangkah. Tak lama kemudian, Kami berhenti di sebuah stand minuman.966Please respect copyright.PENANAgiMABK3k7m
966Please respect copyright.PENANAkxaUcMZQb0
“Pop ice rasa mangga satu, sama rasa cokelat satu,” kata Dimas sambil menatap beragam rasa dari pop ice yang tergantung.966Please respect copyright.PENANAmxx3ezS2v4
966Please respect copyright.PENANAl5cAd2zY8h
Aku mengulum senyum. Dimas masih tahu perihal rasa kesukaanku, dan itu cukup untuk membuat pipiku merona.966Please respect copyright.PENANAshtyXLkSA9
966Please respect copyright.PENANAMxq2MoDXlE
Si penjual mengangguk. Dengan piawai ia memasukan bubuk pop ice dan juga es batu ke dalam blender. tak lupa ia tuangkan air sebagai perantara. Tak lama, ia jentikan jarinya ke tombol penghancur, sepersekian detik itu pula terdengar suara bentrokan es batu dan bubuk pop ice yang menyatu bersama air. Warung sebelah tak ingin kalah, suara letupan-letupan minyak membahana. Di tambah dengan riuh pengunjung yang berbelanja. Aku bisa merasakan lalu-lalang yang intens di belakangku. Dari remaja, pemuda, sampai orang tua. Semuanya membaur menjadi satu.966Please respect copyright.PENANANKeq2hcL40
966Please respect copyright.PENANAEnBPD7plHl
Si penjual menyodorkan dua cup pop ice yang di bungkus dengan plastik putih, tak lupa ia tersenyum ramah kepada kami berdua.966Please respect copyright.PENANApzcaVhWJQb
966Please respect copyright.PENANAiU7qhfxkZe
“Makasih.” Dimas meraih pop ice itu, lalu mengeluarkan dua lembar uang pas, dan menyodorkan kepada si penjual.966Please respect copyright.PENANA9uhvV31cqY
966Please respect copyright.PENANAZdKlD79wWI
Kami kembali melangkah, berdampingan. Aku menyesap pop ice dari sedotan, perpaduan manis coklat mendinginkan tenggorokanku. Sambil melangkah, kami mengobrol sedikit perihal akan membeli apa lagi.966Please respect copyright.PENANAtyyVnYZ6TQ
966Please respect copyright.PENANAvfYP1RZvqs
“Mau ke tempat Fajar, mi?” Dimas melirik kiri-kanan.966Please respect copyright.PENANA50HXMlKQ77
966Please respect copyright.PENANASWL3pGfdEJ
Aku mendongak ke arahnya. “Fajar buka stand, bi?”966Please respect copyright.PENANAWsaE073Wnq
966Please respect copyright.PENANAA8vskkBEsF
“Dia jaga stand buku.”.966Please respect copyright.PENANArOxG0aFFCB
966Please respect copyright.PENANAKHLbBdtj5n
Aku mengangguk. Sudah tiga hari lamanya aku tidak bertemu sahabat anakku itu. Dimas menggenggam tanganku. Hangat. Aku tersenyum sambil membalas genggaman tangannya. lalu Kami menuju stand Fajar sambil berpegangan tangan layaknya pengantin baru.966Please respect copyright.PENANApN8S6fYeLI
966Please respect copyright.PENANAymiKWmsvwU
Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok remaja tinggi yang tak lain adalah Fajar. Stand bukunya lumayan ramai, ia terlihat sibuk melayani pembeli. Tak sabaran, aku mempercepat langkah. Membuat Dimas harus menyamakan langkahnya dengan langkahku.966Please respect copyright.PENANArgUMIzTD9z
966Please respect copyright.PENANAoqglI2tOJM
Tibanya di stand buku Fajar, aku memanggilnya dengan riang. “tante baru tahu kamu jaga stand buku, lho.” Aku melirik ke bawah, tumpukan-tumpukan buku berjejer rapi di atas meja. Kemudian aku melirik ke kanan, di rak kecil terdapat beragam buku juga. Di samping kanan pun sama.966Please respect copyright.PENANAsvQiNXVFFZ
966Please respect copyright.PENANAciXkMC9rSk
Fajar berdiri menyambut kehadiran kami. Ia melirikku dan Dimas bergantian. “Om-tante. Mau beli buku?”966Please respect copyright.PENANAKeRw19pPeW
966Please respect copyright.PENANAATCR0N4lL4
Dimas memperhatikan tumpukan buku di meja. ia mengangguk-angguk. Lalu menunjuk salah satu buku. “Jar, om beli yang ini.”966Please respect copyright.PENANAOjPCRWerDA
966Please respect copyright.PENANA6THcL9eORq
Sigap Fajar meraih buku itu, dan mengemasnya ke dalam plastik merah. Dimas merogoh dompet dan menyodorkan satu lembar uang.966Please respect copyright.PENANA0sRUsTGabb
966Please respect copyright.PENANAwGaj17YN0s
“Gratis, om.” Tolak Fajar.966Please respect copyright.PENANAkUzD4kx598
966Please respect copyright.PENANAH2O9oLKGz0
Dimas tersenyum. “Udah, ambil aja.” Tangannya masih terangkat.966Please respect copyright.PENANAtcw4v9Afmy
966Please respect copyright.PENANAWBn5ISfCku
Fajar meletakan kantung kresek itu di atas tumpukan buku. Dimas menggeleng, menurunkan tangannya, lalu meraih kantung kresek di meja. “Makasih, ya, Jar.”966Please respect copyright.PENANAoNsZtTS6qo
966Please respect copyright.PENANApbWarS5Bns
Fajar menggangguk. Aku hanya memperhatikan mereka sedari tadi. Sesekali aku melirik Fajar, begitupun Fajar. Kami seperti saling mencuri-curi pandang.966Please respect copyright.PENANAJM9fBwoNHK
966Please respect copyright.PENANApk0A8pz40T
“Tunggu bentar, Mi.” Aku menoleh ke arah Dimas. Ia merogoh ponselnya, kemudian beranjak menuju tempat sepi. Aku membiarkannya saja, barangkali ada telepon penting.966Please respect copyright.PENANAlYS4psKz9j
966Please respect copyright.PENANAOHkMr12CNs
Fajar memindahkan bangku di belakangnya ke samping bangkunya. Sambil tersenyum ia mempersilahkanku duduk. Aku melangkah melewati cela kecil di samping kanan, dan duduk di sebelahnya. Duduk berdua dengannya membuat degup jantungku berdetak cepat, tidak seperti biasanya.966Please respect copyright.PENANAWeVhLREgXw
966Please respect copyright.PENANA8gyVWUddP2
Jejak kaki terdengar ribut seperti angin topan yang melanda desa. Di tambah dengan lalu-lalang orang-orang di hadapanku. Tapi, yang membuatku betah adalah aroma harum kertas yang menyeruak cuping hidungku.966Please respect copyright.PENANA4DJAz4oQkO
966Please respect copyright.PENANAOBOGrlG6nT
Seorang lelaki menghampiri Stand tempat aku berada. Fajar berdiri dan tersenyum kepadanya. Lelaki itu melirikku sekilas. Ia berbisik kepada Fajar. “Pacarmu, Jar?” Walaupun bisik itu kecil dan suara pengunjung lain begitu riuh, tapi aku masih bisa mendengarnya.966Please respect copyright.PENANA31Bc4YExHL
966Please respect copyright.PENANAWcNJwaBIdn
“Istri saya,” Fajar balas berbisik. Sekilas ia melihat ke arahku.966Please respect copyright.PENANARUfcseaQUj
966Please respect copyright.PENANAltlMsESQuF
Aku menelan ludah. Anehnya aku tidak marah dan justru merasa senang. Aku tidak tahu kenapa. Lelaki itu tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.966Please respect copyright.PENANA9UhaBbN4sk
966Please respect copyright.PENANAfaTT6sDykJ
Setelah melayaninya, Fajar lekas duduk di sampingku. Aku menatapnya dengan tajam. “Tante denger, lho.” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada.966Please respect copyright.PENANAp3IY8mWAE2
966Please respect copyright.PENANAIuRB8x8oh2
Fajar terlihat gelagapan. “Emang Fajar bilang apa tadi, Tan?”966Please respect copyright.PENANApgbVqk6nrj
966Please respect copyright.PENANAUUDxw7CVg4
“Kamu bilang Tante istri kamu.” Aku mengernyitkan wajah memasang ekspresi garang.966Please respect copyright.PENANAqxDLeu2gvK
966Please respect copyright.PENANA7BfJdMAp7j
“Tante salah dengar kali.” Fajar bertahan, matanya lekat memandang lalu lalang orang. Ia terlihat gugup, seperti maling yang keciduk. Belum sempat aku menginterogasinya lebih lanjut. Dimas terlebih dahulu datang.966Please respect copyright.PENANA52rnRmWPFQ
966Please respect copyright.PENANAlXcrlSaW0d
“Mi, abi ada urusan mendadak.” Dimas meringis sambil menggaruk hidungnya.966Please respect copyright.PENANAsqYVXk6Reb
966Please respect copyright.PENANAEv1Hmq0ahx
Aku menghela nafas. “Jadi, mau pulang?” aku berkata dengan wajah cemberut.966Please respect copyright.PENANAsSmbAiAOkH
966Please respect copyright.PENANAuvgdwD6CRW
Dimas berdehem sebentar. Ia melirik Fajar sekilas. “Jar, nanti kamu bisa anter tante pulang? Om ada urusan.”966Please respect copyright.PENANAbJchTyovvE
966Please respect copyright.PENANAx9eCuPVNVk
Aku menoleh ke Fajar. Menunggu jawabannya.966Please respect copyright.PENANAAodQUrcCHm
966Please respect copyright.PENANAb7cKqdJNcq
“Dengan senang hati, om,” Jawab fajar sambil berdiri, lalu menunduk sopan.966Please respect copyright.PENANAVRIMDBCDyh
966Please respect copyright.PENANASmvIpc2mkk
Dimas melirikku. “kalau umi masih mau di sini, nanti pulangnya sama Fajar, ya? Abi gak bisa lama-lama. Maaf ya, mi.”966Please respect copyright.PENANA88MeiBn1N6
966Please respect copyright.PENANAzKaLok6moR
Aku mengangguk tidak rela, tapi mau tak tamu aku harus membiarkan suamiku yang super sibuk itu kembali berkutat dengan pekerjaannya.966Please respect copyright.PENANA6hpeFMHKHX
966Please respect copyright.PENANAJdMLZbpgEK
Aku dan Fajar kembali ke dalam obrolan. Menit berlalu. Obrolan kami semakin intens. Obrolan kami kadang terhenti sejenak, Sebab Fajar haris melayani pembeli. Lalu kami jatuh dalam obrolan lagi. Menit ganjil menjelma genap. Obrolan semakin serius. Deru kaki pengunjung lain mulai mereda.966Please respect copyright.PENANAnZk5UJgjgV
966Please respect copyright.PENANAKQO7vtfaSt
“Kamu rencananya mau lanjut kuliah atau kerja, Jar?” tanyaku, menoleh ke arahnya.966Please respect copyright.PENANAn3uvXbgwNe
966Please respect copyright.PENANAZNwRvUVbNE
ia tersenyum. Sebuah senyum yang jika aku lihat dengan dalam, memancarkan sebuah kesedihan. “Fajar gak lanjut, Tan.”966Please respect copyright.PENANA2GeTW4rILv
966Please respect copyright.PENANAC2seZJwLhg
Aku menyedot pop iceku. “Sayang banget, sih, Jar. Kamu tuh anaknya rajin, lho,” kataku. Jujur saja, menurutku pribadi, Fajar sangatlah pintar. Ia bisa beradaptasi dalam kondisi apapun.966Please respect copyright.PENANA0FBQzAlACF
966Please respect copyright.PENANAWPcVLl1ISs
“Fajar juga maunya gitu, Tan. Pengen kaya teman-teman yang lain. Tapi, mau gimana lagi?” ia tertawa, getir. Kemudian melanjutkan, “terkadang, keadaan membuat seseorang mati langkah.” Ada racikan duka yang kurasakan di setiap kalimatnya. ia berkata lagi. “Sebagian orang terlahir beruntung. Sebagian lagi, hanya menghiasi mereka yang beruntung,” ia terkekeh, getir.966Please respect copyright.PENANAY1k5OHszdr
966Please respect copyright.PENANA7bmOokgAXV
Akhirnya aku bersuara. “Menurut tante, setiap orang beruntung, kok. Ya, kalau belum beruntung berarti coba lagi.”.966Please respect copyright.PENANAI8DJbmJCVK
966Please respect copyright.PENANAA3QEvYD7qg
Hening sejenak. Derup langkah tidak terdengar lagi. Pengunjung kian menyepi. Hembusan angin menerpa wajahku, wajahnya, dan setumpuk buku. Fajar berdiri, menoleh ke arahku.966Please respect copyright.PENANAiT6S67Rgi9
966Please respect copyright.PENANArzdMt9sjUG
“Udah sepi, tan. Waktunya tutup,” katanya. “Tante gak masalah, kan, kalau bantuin Fajar berkemas?”966Please respect copyright.PENANAB0GNMqbzdq
966Please respect copyright.PENANAb2nnjDVZyv
Aku ikutan berdiri. tersenyum kepadanya. “Dengan senang hati,” kataku, riang.966Please respect copyright.PENANAUbhKVkY1uo
966Please respect copyright.PENANAu0M9RFZKif
***966Please respect copyright.PENANAwWvrN2jeGK
966Please respect copyright.PENANAwgHuICPd3N
Kami berdua berjalan bersampingan, menuju sepeda motor Fajar yang terletak di belakang Gedung. Hening malam seperti ini teramat kusukai. Jauh dari berisik kendaraan. Angin berhembus kencang di kemalaman, Bangku-bangku di depan setiap Stand sudah sunyi tak berpenghuni.966Please respect copyright.PENANAIMtm5rTPug
966Please respect copyright.PENANAsuKTkYv1ah
“Pernah naik motor, Tan?” Tanya Fajar sesampainya kami di depan motornya.966Please respect copyright.PENANAk3j7QeFVvV
966Please respect copyright.PENANA9G7ZNwGCJe
“Waktu kuliah, tante sering naik motor, kok.” Jawabku.966Please respect copyright.PENANAARAhvxiXTg
966Please respect copyright.PENANAmOEU2zUrW4
Fajar menyodorkan helmnya kepadaku. Aku menatapnya heran. “Kamu aja yang pakai. Kan kamu yang bonceng.”966Please respect copyright.PENANAdahSOqn3cF
966Please respect copyright.PENANAPNlWZC9OBW
Fajar tersenyum, kemudian mendekat ke arahku. Aku tercekat. Jarak kami dekat. sangat dekat. Ia mengangkat kedua tangannya dan memasangkan helm di kepalaku. Degup jantungku seakan mau melompat keluar. Bau keringatnya menyeruak cuping hidungku. Aku menelan ludah. Sudah lama aku tidak pernah diperlakukan seromantis ini.966Please respect copyright.PENANAIDDbgnng6j
966Please respect copyright.PENANAicWeUgYfF4
“Pakai, ya, tan.” Fajar membungkuk sedikit. Mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Wajah kami terlalu dekat. aku bisa merasakan hembusan nafasnya.966Please respect copyright.PENANALV7swIHFLd
966Please respect copyright.PENANA4B0BudHQEy
“Debaran jantung tante kedengaran, lho.” Fajar mengedipkan mata. Aku bisa merasakan pipiku memanas. Fajar berkata lagi. “Pipinya juga merah.” Ia mengulum senyum.966Please respect copyright.PENANATeKegk0TBz
966Please respect copyright.PENANA0gqRXfaI5w
Aku menunduk menyembunyikan semburat rona di wajahku. Tak ada satupun kata yang mampu keluar dari mulutku.966Please respect copyright.PENANAvrLfOtBomo
966Please respect copyright.PENANAgOY7QNLPBG
“Ayo tan.” Fajar sudah siap di atas motor. “Jangan salting mulu.” Ia kembali menggodaku. Dengan pipi yang masih merona, aku menaiki motornya.966Please respect copyright.PENANA78FMrsvF86
966Please respect copyright.PENANA51p1dRCO0n
“Duduknya jangan jauhan, nanti jatuh, lho,” Fajar menoleh sekilas ke belakang.966Please respect copyright.PENANAhJpl4ucIEr
966Please respect copyright.PENANA1L8bopahvt
Aku memukul pelan punggungnya. “Nyebelin!”966Please respect copyright.PENANAk9zlQTnMiv
966Please respect copyright.PENANAXHqTGnKX8L
Fajar malah terkekeh. Aku meletakan tanganku di depan dada, menjadi penyangga antara dadaku dan punggungnya. Ia memacu gas, perlahan kami menembus udara malam.966Please respect copyright.PENANAD63H3hBNTl
966Please respect copyright.PENANAJqeaqAh5ly
Di spion motor, aku bisa melihat senyumnya. Sebuah senyum yang membuatku malah ikut tersenyum. Berisik knalpot motor di depan dan belakang kami, seakan menjadi pengiring musik perjalanan.966Please respect copyright.PENANAkxNgYbVxjS
966Please respect copyright.PENANAU1VlqB0vQD
Aku berpaling kanan-kiri, hotel-hotel menjulang tinggi. Bunyi-bunyi klakson saling bersahutan tak mau mengalah. Warung bakso, nasi padang, mie ayam, terlihat ramai. Gerombolan remaja berjalan di bahu jalan, saling tertawa.966Please respect copyright.PENANAlAQ11JYd4V
966Please respect copyright.PENANApI9mXfYkNi
Aku menatap wajahnya dari spion, tak di sangka, ia malah melirik ke spion dan tersenyum. Sepersekian detik, aku memalingkan wajahku, kembali menatap jalanan. Remaja itu selalu membuatku tersipu dan salah tingkah. Entah kenapa.966Please respect copyright.PENANAoOIR3WZFBo
966Please respect copyright.PENANAsh0TSghqR0
***966Please respect copyright.PENANADZ38TylMOr
966Please respect copyright.PENANAPUnFCWKz2n
Kami tiba di rumah. Aku turun dari motor. Melepas helm dan mengembalikan kepada Fajar.966Please respect copyright.PENANAelxGI2SMQ3
966Please respect copyright.PENANAm9Nj3oENlR
“Mau mampir dulu, Jar?” Tawarku.966Please respect copyright.PENANAyIAaGNV8CY
966Please respect copyright.PENANABIp8wTGwdK
Sambil mengenakan helmnya, Fajar menyahut, “Besok aja, deh, Tan. Mau pulang dulu, capek.”966Please respect copyright.PENANAyUy8g9djYX
966Please respect copyright.PENANAFdOulhVoDT
Aku membalas senyumnya. “Hati-hati, jangan ngebut.”966Please respect copyright.PENANAMJzzfLGQjW
966Please respect copyright.PENANAd65JIBU9q5
Fajar mengangguk, melambaikan tangan. “Pulang dulu ya, tan.” Fajar meliuk-kan motornya. Sebelum ia menancap gas, ia menoleh kebelakang, lalu membuka kaca helm.966Please respect copyright.PENANARhUYLJAZfz
966Please respect copyright.PENANA4Pf9MMwYly
“Oh, iya, tan. Perihal bisik-bisik tadi. Fajar bilang sama teman Fajar, kalau tante istri Fajar.” Fajar berkata dengan lugas. Aku tergagap. Fajar melanjutkan. “Fajar tahu, kok, tante udah tahu.” Ia mengedipkan matanya.966Please respect copyright.PENANAciTWjlPChx
966Please respect copyright.PENANAhtcBA35LDY
Untuk yang tidak tahu keberapa kalinya pipiku kembali memanas. Dan desir itu kembali datang, lagi dan lagi. Dua detik kemudian, terdengar suara knalpot motornya. Ia menancap gas, keluar dari pekarangan rumah, lalu menghilangkan dari pandanganku.966Please respect copyright.PENANAJujpTPyBWo
966Please respect copyright.PENANAIyB5gvrkGE
Aku berbalik dan melangkah menuju pintu dengan wajah yang kian merona. Tak bisa dipungkiri, bahwa aku sangat menikmati kebersamaan bersama Fajar. Ada sebuah gejolak dalam jiwaku yang meletup ketika Remaja itu menggodaku. Sedetik kemudian aku tersadar, lantas aku menggelengkan kepala. Engga, engga boleh.966Please respect copyright.PENANA9tNZzNxF12
966Please respect copyright.PENANAwS7S3gl0yP
Tiba aku di ruang tamu. Aku memperhatikan Adit, anakku, yang sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Lekas aku menghampirinya, lalu duduk di sampingnya.966Please respect copyright.PENANAAca8sfpWsi
966Please respect copyright.PENANAQ7a24PXvZn
“Abi udah pulang?” tanyaku kepadanya.966Please respect copyright.PENANA1t5rFts0KB
966Please respect copyright.PENANAa5cZf2WKMr
“Belum, mi.” Adit menjawab singkat, matanya masih fokus ke layar ponsel.966Please respect copyright.PENANAxnbaAuBLAL
966Please respect copyright.PENANA0PZ9AdRfzs
Aku menghela nafas. “Adit, kalau umi ngomong, bisa gak stop main hp?”966Please respect copyright.PENANAVLxcRrB22S
966Please respect copyright.PENANAvtyF9n6fGl
Dengan raut wajah muram, Adit meletakan ponsel di atasnya meja. “Iya, mi, iya. Maaf, Adit salah.”966Please respect copyright.PENANAlAvKlrz18f
966Please respect copyright.PENANAkvDfvAZSZw
Aku malah terkekeh. Melihatnya seperti itu membuatku tergelitik.966Please respect copyright.PENANAd47VRycCQA
966Please respect copyright.PENANADE9SPkQizI
Adit merubah posisi duduknya menghadapku. Wajahnya terlihat antusias. “Umi mau tau gak?”966Please respect copyright.PENANA3ZNh7rzpby
966Please respect copyright.PENANAV1y9QJSVPX
Aku mengernyit heran. “Gimana umi mau tahu. Kamu belum ngomong apa-apa.”966Please respect copyright.PENANAkHKrvbpo7P
966Please respect copyright.PENANAgJPrTI8yXo
Adit tertawa ringan. Matanya sedikit membesar, seakan ingin menyampaikan sebuah berita penting. “Barusan pacar Fajar, chat Adit, katanya dia lihat Fajar bonceng cewek.”966Please respect copyright.PENANAH6qLKXX0LJ
966Please respect copyright.PENANAO6oj7XovrD
Aku membenarkan posisiku. Entah kenapa aku malah tertarik. “Terus?”966Please respect copyright.PENANA3tqFxkRKj9
966Please respect copyright.PENANAgdvwWjnWB3
Adit melanjutkan. “Fajar selingkuh Umi. Adit gak habis fikir sama Fajar.” Adit menepuk jidatnya.966Please respect copyright.PENANAXxnEmgZ0A4
966Please respect copyright.PENANArUhvCc0zci
Aku tertawa sambil memegang perutku. Anakku malah bingung. Aku mengambil nafas sejenak. “Bilang sama pacarnya Si Fajar, yang dibonceng Fajar, itu Umi.”966Please respect copyright.PENANAs3j4mD7aRx
966Please respect copyright.PENANASJJZYfeaZk
Giliran Adit yang tertawa. “Udah Adit duga.” Adit menggelengkan kepala, Kemudian ia meraih ponselnya. Aku menggeser tubuhku bersentuhan dengan bahu anakku.966Please respect copyright.PENANAreIMoGlQTX
966Please respect copyright.PENANAMihTu9SOhA
“Kamu chatingan sama pacarnya Fajar?” tanyaku fokus menatap layar ponsel Adit.966Please respect copyright.PENANArjoRIq7kei
966Please respect copyright.PENANAn8nUmLSFgL
Adit menarik ponselnya menjauh dariku. “Ih, umi, kepo banget urusan anak muda.”966Please respect copyright.PENANASohC9tnw0P
966Please respect copyright.PENANA2wFRC7nAfc
“Umi penasaran doang,” kataku.966Please respect copyright.PENANA1upnixdcgc
966Please respect copyright.PENANAfvvfUgPT0u
“Kan umi yang nyuruh Adit buat bilang sama pacarnya Fajar.”966Please respect copyright.PENANAKStwvZE7eK
966Please respect copyright.PENANAzNQPF99wKl
Entah kenapa, ada sebuah tusukan kecil dalam hatiku. yang membuatku merasa gundah. Apakah itu cemburu? Aku tidak tahu.966Please respect copyright.PENANAOdC2MnBSmL
966Please respect copyright.PENANALdc48fu9G2
Kemudian, Aku bergeser empat jengkal menjauh dari anakku. Memberi ruang privasi kepadanya. Fajar sudah punya pacar, ternyata. Mengetahui kenyataan itu membuatku sedikit merana. Terus kenapa dia memperlakukanku dengan romantis begitu? tapi, yang lebih anehnya, kenapa aku harus marah? Aku bersikap seolah-seolah sedang jatuh cinta kepadanya. Lantas aku menggeleng-geleng. Engga, Engga boleh. Aku udah punya suami.966Please respect copyright.PENANAkZyFdtTXrx
966Please respect copyright.PENANAqC1By2z9Pj
“Umi kenapa?” Adit menatapku heran.966Please respect copyright.PENANALAnHzvytSU
966Please respect copyright.PENANAQgu3NmcknQ
Aku memasang wajah galak, berpura-pura. “Umi lagi kesal sama abi!” aku malah menyalahkan suamiku, padahal yang membuatku kesal adalah sahabat dari anakku sendiri.966Please respect copyright.PENANAM8iADiZNGZ
966Please respect copyright.PENANAVYwEqr5ncD
Adit hanya terkekeh, kembali menatap layar ponsel. Aku berkata lagi, sedikit galak, “Awas aja kalau kamu ketahuan sama umi kalau pacaran.”966Please respect copyright.PENANAiLf2XNpJjX
966Please respect copyright.PENANAZpXmrUZMcV
Adit menoleh. “Iya umiku yang paling cantik.”966Please respect copyright.PENANADOYz8AhlGm
966Please respect copyright.PENANAAGWQzTI2kq
Aku tersenyum lebar, lalu mengusap kepalanya lembut. “Itu baru anak umi.”966Please respect copyright.PENANA0iuhstglQ6
966Please respect copyright.PENANAADaHohRsEL
Sebenarnya, aku bukan tidak menyuruh Adit berpacaran, atau dekat dengan perempuan. Aku sendiri akan mengiyakan jika dia sudah bisa memilih keputusan dengan baik. Bukan juga aku menormalisasikan perzinahan. Aku tidak ingin mengekang kebebasannya. Yang aku bisa, hanya menasehatinya, dan menjauhkannya dari larangan-Nya.966Please respect copyright.PENANADMLWg8Us0H
966Please respect copyright.PENANAuiuHwpqiHs
***966Please respect copyright.PENANAlmwllIjXKd
966Please respect copyright.PENANAbi5cnY386H
Aku berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa pikiranku masih berkecamuk perihal Fajar. Ada yang menjanggal di benakku.966Please respect copyright.PENANAgQqru0Kfl9
966Please respect copyright.PENANAwJS6ajE7By
Aku menoleh ke samping, wajah Dimas terlihat terlelap. Entah kenapa ada racikan bersalah ketika aku melihat wajahnya. Bisa-bisanya aku memikirkan pria lain sementara dia berada di sampingku. Bukankah itu adalah perbuatan dosa? entahlah, hanya tuhan yang tahu.966Please respect copyright.PENANAhhuS2yUH7A
966Please respect copyright.PENANAW6mvUckW6v
Sayup-sayup suara terdengar berisik. itu pastilah anakku yang sedang bermain console game tengah malam begini. Jika sudah begini, aku harus turun tangan. Mana pula besok ia harus sekolah. Aku beranjak berdiri, melangkah menuju pintu kamar.966Please respect copyright.PENANADwqdby0e6X
966Please respect copyright.PENANA07fJ8pZp6T
Sayu suara itu saling bersahutan. Selintas aku berfikit, jangan-jangan itu Fajar? Tapi, bukankah ia berkata ingin pulang? Untuk memastikan, aku melangkah cepat menuju kamar anakku.966Please respect copyright.PENANAdBdJb6kthm
966Please respect copyright.PENANAHqzRTdWfU6
Tebakanku benar, Adit dan Fajar sedang asik bermain console game.966Please respect copyright.PENANAwT1nHaNOcv
966Please respect copyright.PENANAoXv4ANrrIX
“Udah malem, gak ada puas-puas-nya main game.” Aku berdiri di tengah pintu, menatap tajam mereka bergantian.966Please respect copyright.PENANAPgj86q05l2
966Please respect copyright.PENANA8XBmnWHXQF
“Lo sih Jar berisik.” Adit menoyor pelan baju fajar.966Please respect copyright.PENANASul5nWFZ2H
966Please respect copyright.PENANAPfN1iUw0LH
Fajar menatapku lekat. Aku memalingkan wajah, tak kuat akan tatapannya. “Kalian lekas tidur, besok sekolah.” Aku berkata sambil memalingkan wajah.966Please respect copyright.PENANAExoeNKlcsI
966Please respect copyright.PENANAnAygMvQgCw
Adit mendengus, beranjak bangkit dan berbaring di ranjang. Sementara fajar mendekat ke arahku. Otomatis aku mundur satu langkah, mempersilahkannya. Sekilas, ketika ia melewatiku, ia melirikku dengan senyum simpul. Yang aku tak paham maksudnya. Bagai tersihir aku mengekor di belakangnya, sementara pintur kamar anakku, kubiarkan terbuka.966Please respect copyright.PENANA7aiBQMmb3I
966Please respect copyright.PENANACwBhAgh88X
Fajar berhenti di ruang tamu dan duduk di sofa. Ia mendongak menatapku. “Kenapa tan?”966Please respect copyright.PENANACXpvDSv2ei
966Please respect copyright.PENANAFGbw4h01gU
Aku tergagap. “Susah tidur,” jawabku sedikit kikuk.966Please respect copyright.PENANAYP4F6vKJph
966Please respect copyright.PENANAkAhkwchg01
Fajar hanya ber-oh saja. Aku duduk di sofa, berhadapannya dengannya. Hening menyapa. Fajar merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya.966Please respect copyright.PENANA75kTBmTZBY
966Please respect copyright.PENANApen1DcZqG0
“Tante baru tahu kalau kamu merokok,” kataku memecah hening di antara kami.966Please respect copyright.PENANAenrKGkwOzZ
966Please respect copyright.PENANAHWUlSmNnXE
Fajar mengepulkan asap. “Jarang, kok, tan. Palingan kalau pengen aja.”966Please respect copyright.PENANAfdFYYpmt3Z
966Please respect copyright.PENANACaeyRCtASy
Aku mengangguk. “Oh, iya. Tadi ada kejadian lucu tauk.” Aku terkekeh. “Waktu kamu bonceng tante, pacar kamu ngira, kalau tante selingkuhanmu.”966Please respect copyright.PENANA2O8TVOQ6nb
966Please respect copyright.PENANAUAmLzly9ap
“Adit udah cerita, tan,” Fajar berkata singkat. Kemudian ia berdiri, beranjak duduk di sampingku.966Please respect copyright.PENANA8eIcxKvvsE
966Please respect copyright.PENANAYXueWgUPlM
Aku menelan ludah dan bergeser sedikit.966Please respect copyright.PENANAZPOTnJWsUn
966Please respect copyright.PENANAPR6UX5a4pD
“Tante cemburu?” dia menoleh.966Please respect copyright.PENANAxrcDqHnFIi
966Please respect copyright.PENANAFq9NS7fnxY
Aku menggelengkan wajah, tak berani aku menoleh dan menatapnya.966Please respect copyright.PENANAvYZHatsY2d
966Please respect copyright.PENANAloiXjymMkU
Fajar bergeser semakin dekat. Aku kembali menelan ludah. Semuanya terasa hening, suara detik jam terasa melengking. Ia kemudian mengendus area ketiakku. Entah kenapa aku membiarkannya, padahal perbuatan itu tidak pantas.966Please respect copyright.PENANAsMXPCbMayq
966Please respect copyright.PENANAUjNZUAJUXm
“Tante bau ketek.” Ia bergeser agak menjauh.966Please respect copyright.PENANA9NfG4LFooM
966Please respect copyright.PENANAgQeOdWcQgU
Sontak aku menatapnya tajam. “Tante udah mandi!” Aku berkata ketus.966Please respect copyright.PENANAqLwZQ0KNPE
966Please respect copyright.PENANAabTHrWlc0u
Fajar malah terkekeh. Ia kembali mendekat ke arahku. “Lagian tante di tanya diem doang. Kaya ngomong sama tembok.”966Please respect copyright.PENANAXMufMO846A
966Please respect copyright.PENANAMpK4Npc65t
Aku menyahut. “Lagian pertanyanmu aneh!” Aku memalingkan wajah, sebal.966Please respect copyright.PENANAMgQobGDLFu
966Please respect copyright.PENANA28oLMl1ml3
“Aneh atau memang iya?” Fajar terus mencecer. “Tante juga gak nolak waktu aku endus ketiaknya.”966Please respect copyright.PENANA2VsERoAoCz
966Please respect copyright.PENANARZikfyzR1b
“Jangan aneh-aneh, deh, Jar.” Aku berkata dengan nada sedikit tinggi. Bagaimanapun juga, ia sudah melampaui batas. Dan Jujur saja, aku tidak ingin terlampau jauh.966Please respect copyright.PENANAeOHq1IFUgZ
966Please respect copyright.PENANAO7O8xVygEy
Fajar tak menghiraukan. Dia malah menggodaku lagi. “Bau ketiak tante enak lho. Fajar suka. Harum.”966Please respect copyright.PENANAga0an90Tx6
966Please respect copyright.PENANA5JGZsFEZdf
Aku merasa terhina atas perkataanya barusan, tapi entah kenapa aku masih ingin terus berbincang dengannya. Tapi, aku tidak mau obrolan kami mengarah ke hal tabu.966Please respect copyright.PENANAUF9n9qroTj
966Please respect copyright.PENANAjLe1XVvYfi
“Bahas yang lain, Jar. Tante gak suka bahas hal kaya gitu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.966Please respect copyright.PENANAVmlDCOF0Rk
966Please respect copyright.PENANA2Oqfh60ul2
Fajar masih kekeuh. Kali ini ia semakin berani. Dengan lembut ia mengusap kepalaku bagai seorang ibu mengusap kepala anaknya. Lagi-lagi aku tak menolak, pun marah. Desir hangat itu kembali lagi, membelengguku dalam dosa yang aku sadari.966Please respect copyright.PENANA3isZYSYqsG
966Please respect copyright.PENANAlcwYbmJAXZ
Fajar menarik daguku menghadapnya. Mata kami bertemu. Bagai berada di kutub utara, aku seketika membeku. Perlahan ku rasakan jemarinya berjalan lembut di pipiku, lalu menuju keningku. Aku hanya diam, membiarkan jemarinya menyelusuri seluk-beluk wajahku. Desir darahku bergejolak ketika jemarinya menapak jejak di bibirku. perlahan ia usap halus bibirku dengan jemarinya.966Please respect copyright.PENANAgvlwWNTkXk
966Please respect copyright.PENANAHkRvAwkOFA
Entah kenapa, sentuhan lembut jemarinya di bibirku membuatku memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Aku membuka mata, menatap bingung Fajar yang terkekeh.966Please respect copyright.PENANAjJQVP2INmG
966Please respect copyright.PENANA3c5BIOckzS
“Tante minta di cium?” Fajar bertanya dengan wajah gembira.966Please respect copyright.PENANA7VO2Fdh1rr
966Please respect copyright.PENANAMZ6DGkR9lR
Aku menatapnya kesal. Ia seolah-olah mempermainkan perasaanku, dan itu sangat mejengkelkan sekali. Lekas aku berdiri. Fajar menarik tanganku, membuatku kembali duduk.966Please respect copyright.PENANAvaZ2fjpjG5
966Please respect copyright.PENANANVFCZ1VwEZ
Ia mendekat. Jantungku berdegup kencang. Lagi-lagi aku memejamkan mata, seakan rela jika ia mencumbu bibirku. Fajar malah berbisik, deruh nafasnya bisa kurasakan saking bibirnya dengan dengan telingaku.966Please respect copyright.PENANANJMPDfM1PO
966Please respect copyright.PENANAK2eHejsk3A
“Besok pagi kerumahku, Tan.” Seketika aku merinding mendengarnya. Kerumahnya? Kenapa? Untuk apa?966Please respect copyright.PENANAGGDn8f4gm8
966Please respect copyright.PENANAaRbHY6R9Se
Belum sempat aku bertanya, ia lekas beranjak berdiri sambil tersenyum kepadaku. Aku menatapnya penuh tanda tanya. Fajar malah berbalik, melangkah menujur kamar anakku.966Please respect copyright.PENANAMdoJNI16j8
966Please respect copyright.PENANA1Z4EtDA0ok
Pada sebuah cela kesadaraan, aku menyadari sesuatu. Bahwa aku jatuh cinta kepadanya, kepada sahabat anakku sendiri. Aku menghela nafas, dalam. Kamu gak boleh melanjutkan ini lagi. Laras, kamu harus sadar, kamu udah bersuami sekaligus ibu rumah tangga. Laras, kamu bisa. Ini semua dosa.966Please respect copyright.PENANA7gdtzwnyZb
966Please respect copyright.PENANAXouWuvAQ3E
***966Please respect copyright.PENANAja4W73ytEB
966Please respect copyright.PENANAjNLxe5qH7A
“Mati kau mati, kau akan terlahir berkali-kali”.966Please respect copyright.PENANAOq5mWbAM5H
966Please respect copyright.PENANAN6Fc3BtGhc
Sebuah kutipan yang aku ambil dari sebuah novel yang barusan aku baca. Aku memang kerap mengisi waktu soreku dengan membaca. Sejak dahulu, Ralat, lebih tepatnya sejak kecil, aku memang hobi membaca. Kebiasaan tersebut terbawa sampai sekarang.966Please respect copyright.PENANARmTuC9le5m
966Please respect copyright.PENANAV2S5wLYQH4
Aku mendongak ke atas, melirik jam dinding. Sudah pukul tiga sore. Sekiranya, aku menghabiskan waktu satu jam untuk membaca buku. Rumah sepi, Adit belum pulang. Di hari tertentu, seperti hari ini, selasa, Adit biasanya pulang pukul empat, sebab ia mengikuti sebuah eskul di sekolahnya.966Please respect copyright.PENANA4TPYPQCUtv
966Please respect copyright.PENANAXkR71roNky
Semalam, Aku dan Dimas membahas perihal Pendidikan Adit. Bulan depan, ia sudah lulus. Adit sendiri memilih untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Tentu saja aku dan Dimas mensupport hal tersebut. Pendidikan anak tetap nomer satu.966Please respect copyright.PENANAtT0zsxomVz
966Please respect copyright.PENANAOlMECYjdrc
Dimas sedikit berbeda pendapat denganku. Aku sendiri ingin Adit masuk kuliah di kota ini. Sementara Dimas, menyuruhnya kuliah di Ibu Kota. Ya, apapun hasilnya yang penting dia kuliah.966Please respect copyright.PENANAj6GFC2OOWy
966Please respect copyright.PENANAwC77T3M9rf
Aku kembali melihat jam dinding. Kemudian aku bangkit sambil meregangkan tangan, lalu menghela nafas secukupnya. Aku memutuskan untuk membuat kopi, caffein sangat ampuh untuk mencegah kantuk.966Please respect copyright.PENANAseelHc8gev
966Please respect copyright.PENANArEIhG34kQ0
Aku berjalan menuju dapur. Mengambil kopi hitam di selorakan meja dan juga gelas kaca. Sambil memanaskan air, aku kembali teringat soal pernyataan Fajar malam itu. Emangnya siapa dia? bisa memerintahku seenaknya begitu? Aku cukup merasa jengkel terhadap sikapnya yang seperti itu. bisa-bisa-nya dia menyuruhku untuk datang kerumahnya.966Please respect copyright.PENANAsE8mqxqwO7
966Please respect copyright.PENANAT5ak8Bys70
Gemercik air bergemuruh kecil, sigap aku mematikan kompor gas. Lalu menuangkan air panas ke gelas, tak lupa sendok ku taruh terlebih dahulu. Fisika dasar, sendok bisa menjadi penghantar panas. Jika langsung kutuangkan tanpa sendok, kemungkinan gelas akan retak.966Please respect copyright.PENANArAFzax2ORn
966Please respect copyright.PENANAweFwe0TArW
Aku kembali ke sofa ruang tamu dengan kopi hitam di atas meja. Duduk takzim sambil sesekali menyesap kopi. Aku menyukai kopi sudah lama. aku hanya sekedar penikmat saja, untuk jenis-jenis kopi, aku tidak terlalu tahu.966Please respect copyright.PENANAJhVErbCMpr
966Please respect copyright.PENANAS7vdvGl53r
Terdengar suara pintu terbuka. Adit tersenyum kepadaku dan beranjak mendekat.966Please respect copyright.PENANAmfAf343tr9
966Please respect copyright.PENANA4T5c9PrexE
“Umi, laper,” kata Adit sambil duduk di sofa, berhadapan denganku.966Please respect copyright.PENANAWg0fOIAPZA
966Please respect copyright.PENANAlAuggtB3GZ
“Umi udah masak ayam goreng, makan gih,” kataku.966Please respect copyright.PENANAmGnc3AuP1p
966Please respect copyright.PENANAWhAAwSL0Ny
Adit meletekan tasnya disampingnya. Wajahnya tampak kusam dan berminyak. “Fajar tadi ke sini, mi?” Tanya Adit.966Please respect copyright.PENANAQqDSOEczgK
966Please respect copyright.PENANAPKeqvyqHy8
Aku menggelang.966Please respect copyright.PENANA9gilmtUEug
966Please respect copyright.PENANAe5lVZe50NY
“Dia gak sekolah tadi, tumben banget.”966Please respect copyright.PENANA5Q8QCNWn44
966Please respect copyright.PENANAu07wHSoRCK
Aku ber-oh saja. “Mungkin lagi demam.”966Please respect copyright.PENANASvYSv4GpPP
966Please respect copyright.PENANAeE0ei6ptaJ
“Yaudah, mi. Adit mau makan dulu, laper.” Adit meraih tasnya kemudian berdiri.966Please respect copyright.PENANAHRVohnT4c4
966Please respect copyright.PENANAisx0FKzni5
“Ganti baju dulu, sayang,” kataku.966Please respect copyright.PENANAOEB5Ooekkd
966Please respect copyright.PENANAcpHm1kclyJ
“Iya umiiii.” Adit melangkah menuju kamarnya,966Please respect copyright.PENANAbWqGlnRYRk
966Please respect copyright.PENANADCvb1hEeUs
Aku kembali menyesap kopi. Aku sebenarnya tahu alasan Fajar tidak sekolah, ia pasti menunggu kehadiranku di rumahnya. Ia menyangka bahwa aku akan datang, mengenaskan sekali jika ia berfikir seperti itu. Aku bukanlah perempuan murahan yang akan tunduk kepadanya. Lagian, aku sudah mempunyai keluarga. Jadi, apapun yang dia lakukan, pasti akan sia-sia. Pasti.
Bersambung
966Please respect copyright.PENANA9d40UUzfrA