#3 Apa yang memaknai “Segalanya?”861Please respect copyright.PENANAZOVJQNiabe
861Please respect copyright.PENANArb8F2Hgydv
Aku berdiri di tengah pintu, memandangi anak-ku dan suamiku yang hendak pergi menuju bandara. Aku tersenyum haru. Waktu berlalu begitu cepat bagaikan kedipan mata. Tak terasa Adit akan lekas kuliah. Ia memutuskan untuk kuliah di ibu kota. Dan Dimas menyertainya untuk mengurus segala keperluannya.861Please respect copyright.PENANAdLBqwq4sME
861Please respect copyright.PENANAYb6Mc0MyW0
Dari kejauhan, aku melihat Fajar masuk ke dalam mobil. Ia bertugas mengantar mereka. Ya, hubunganku dengan Fajar kian memburuk waktu ke waktu. Satu bulan kami tidak berbicara. Aku enggan, begitupun dia.861Please respect copyright.PENANAKmunhXfJQQ
861Please respect copyright.PENANAWc0jiVFbem
Adit Dan Dimas melambai dari kejauhan dan masuk ke dalam mobil. Aku tersenyum kepada mereka. Lalu, mobil yang dikendarai mereka menjauh dari pandanganku dan perlahan menghilang. Sedih rasanya melepas anak satu-satunya, pastilah rumah akan terasa sepi, cepat-lambat aku harus terbiasa. Aku menghela nafas dan menutup pintu sambil melangkah menuju kamarku.861Please respect copyright.PENANA8QisyLO70c
861Please respect copyright.PENANAE2TzgULtXF
Tiba di kamar aku lekas berbaring. Jarum jam baru menunjuk pukul sepuluh pagi. Aku sudah selesai melakukan tugasku sebagai ibu rumah tangga. Aku menatap langit-langit kamar. Sesekali aku tersenyum sendirian, mengingat-ingat kenangan sewaktu anakku masih kecil.861Please respect copyright.PENANAF4ImvoDjFC
861Please respect copyright.PENANACnjsQAfk8L
Adit tergolong anak yang aktif. Aku sering mengajaknya bermain di taman dekat rumah. Dia bersama Fajar sering berlari-larian di taman. Sesekali mereka berdua mengajakku bermain perosotan. Adit dan Fajar memang akrab sejak kanak-kanak, mereka seperti tidak terpisahkan. Dari SD-SMA, mereka berada di sekolah yang sama. Kini mereka tidak lagi anak kecil, sudah beranjak dan tumbuh dewasa.861Please respect copyright.PENANAdFLpk9JLOd
861Please respect copyright.PENANAnQoVbBteE3
Satu jam berlalu, aku masih berbaring di ranjang. Entah kenapa aku tidak mood untuk melakukan apapun, kepergian anakku membuatku merasa sedih. Memikirkannya saja membuat bola mataku berkaca-kaca.861Please respect copyright.PENANAYNrxiTj3JR
861Please respect copyright.PENANASwrxzNGM08
Aku keluar dari kamar, melangkah menuju dapur. Membuat kopi hangat dan memutuskan untuk bersantai di sofa sambil membaca buku. Aroma kopi hitam tercium. Aku menyesap kopi sambil memejamkan mata. Lalu membuka lembar-lembar buku dan membacanya.861Please respect copyright.PENANAJT7Tmq0XYd
861Please respect copyright.PENANAUPEZO1pNvi
Satu persatu Lembar-lembar buku terlewati. Tidak lama kemudian terdengar suara pintu terbuka, aku menoleh. Fajar tersenyum kepadaku, aku tidak membalas. Berpura-pura membaca buku. Langkahnya semakin mendekat. Entah kenapa aku merasa gugup.861Please respect copyright.PENANAwiZJBCPPqv
861Please respect copyright.PENANAKay9XEvwmb
Fajar duduk di hadapanku. Aku masih bergeming, enggan untuk menatapnya. “Kunci mobilnya, Tan.” Fajar meletakan kunci mobil di atas meja. Kemudian berdiri. “Fajar pulang dulu.”861Please respect copyright.PENANAtBMqBFQDwA
861Please respect copyright.PENANA6hjOte6Tca
Ingin rasanya aku mengatakan tidak. tapi urung untuk ku lakukan. Sebenarnya aku rindu berbincang dengannya. Tapi, aku tidak ingin terlihat seolah aku suka kepadanya. Nanti, ia pasti akan bersikap semena-mena padaku.861Please respect copyright.PENANAFGWenGRPsx
861Please respect copyright.PENANAXCBdFH50Uk
Maka, kubiarkan ia pergi, dan kembali membaca buku. Aku menghela nafas ketika Fajar telah hilang dari pandanganku. Remaja itu sungguh membuatku jengkel. Ia tidak meminta maaf kepadaku atas perlakuannya tempo dulu. Seakan yang dilakukannya adalah benar. Aku menggelengkan kepala, anak jaman sekarang moralnya pada rusak.861Please respect copyright.PENANAyLcJ7VP73X
861Please respect copyright.PENANABnBbjoShek
Waktu berlalu begitu saja, aku merasa bosan dan bosan. Aku tidak tahu harus melakukan apa. Kopiku sudah habis menyisakan bubuk-bubuk hitam yang basah. Lembar buku yang berhalaman 120 sudah tuntas kuhabiskan. Sofa yang empuk perlahan terasa keras sebab aku tidak beranjak kemanapun sama sekali.861Please respect copyright.PENANAg6z0Ht03BS
861Please respect copyright.PENANAse2usvZ0Zl
Aku meregangkan tanganku sambil menggelengkan kepala, sebab kantuk perlahan menjalar. Aku menyandarkan punggung di sofa sambil menatap langit-langit atap. Berkata dalam hati, Abi, cepetan pulang, umi bosan sendirian.861Please respect copyright.PENANApNJZ67PoeC
861Please respect copyright.PENANALZsysLxBHq
Terdengar notif WhatsApp. Aku meraih ponselku di atas meja, samping gelas. Pesan WhatsApp tertulis: Abi sama Adit udah di Jakarta, ini lagi cari kost.861Please respect copyright.PENANAyMBRtvq9JD
861Please respect copyright.PENANAeTzsBg7qUV
Aku merasa lega, lalu mengetik: Alhamdulilah, terus kabarin umi, ya. 861Please respect copyright.PENANABHM2O9TfjF
861Please respect copyright.PENANAo2eLQwPEeh
Aku menunggu balasan, tapi yang kulihat hanya centang biru yang berarti sudah dibaca. Aku mengerti, mungkin mereka sibuk. Maka, aku letakan ponselku kembali ke meja. Kemudian merebahkan tubuhku di sofa yang empuk, menyandarkan kepala di penyanggah sofa, berharap satu minggu cepat berlalu. Kantuk merambat, mataku perlahan malu, bersaman dengan itu, aku terlelap.861Please respect copyright.PENANAehIkcQOKGr
861Please respect copyright.PENANA1vDQSnLzRC
***861Please respect copyright.PENANAN1Auw9J0Ha
861Please respect copyright.PENANAg98MMuq310
Aku terbangun di sore hari, pukul dua. Sehabis mandi aku kembali ke sofa, tentunya dengan secangkir kopi hitam yang selalu menemani kesendirianku. Tapi, kali ini tidak ada buku yang ku baca.861Please respect copyright.PENANArLhMkR2eA0
861Please respect copyright.PENANAEl7vpQI9fG
Aku sibuk berkutat dengan ponselku. Berselancar ria di media sosial. Berita-berita terbaru di lini masa membuatku jengkel. Aku bukan seorang ibu rumah tangga yang dengan mudahnya akan termakan hoax. Aku memiliki nalar yang bagus untuk memilah mana yang benar dan tidak.861Please respect copyright.PENANAzhfr3Twe7W
861Please respect copyright.PENANAW1Nt0xGjdR
Tapi, itu semua tidak cukup untuk membunuh bosanku. Aku meletakan kembali ponselku dan menyesap kopi hitam yang mulai mendingin, mulai melamun dan membiarkan pikiranku ke mana-mana. Belum ada satu hari setelah Dimas dan Adit pergi, tapi aku sudah hampir mati karena dilanda bosan.861Please respect copyright.PENANASBsDNwiiuJ
861Please respect copyright.PENANASbKgWV5IIx
ingin rasanya aku keluar rumah dan ke toko buku, tapi aku tidak bisa mengendarai mobil. Entah kenapa terbesit sesuatu dalam pikiranku. Buru-buru aku mengambil ponsel dan mengirim pesan WhatsApp pada suamiku: Bi, Umi mau ke toko buku. Abi bisa gak bilang sama Fajar buat anterin umi.861Please respect copyright.PENANAqrh4m4JHkd
861Please respect copyright.PENANA95Yf3NKJ13
Agak lama aku berfikir sebelum mengirim pesan tersebut. Tapi, pada akhirnya aku menekan tombol kirim. Sambil menunggu, aku beranjak ke kamar. Memoles pipiku dengan sedikit make-up. Dan mungkin saja, dengan langkahku seperti ini, Fajar akan meminta maaf, dan hubungan kami kembali seperti sediakala. Semoga dia menyadari kesalahannya.861Please respect copyright.PENANAFXMRtryopd
861Please respect copyright.PENANATvKtoW8fOz
Lima belas menit aku menunggu balasan dari suamiku. Tapi tak kunjung jua ia membalas. Agak kecewa, aku menyandarkan punggungku di sofa. Derit pintu terdengar, Aku menoleh ke arah pintu, menampilkan sosok remaja yang teramat kurindu. Fajar tersenyum di tengah pintu. Kemudian Ia menghampiriku dan duduk di sofa.861Please respect copyright.PENANAJgMXlmu9HJ
861Please respect copyright.PENANA2xyLNN6UoL
“Cie, kangen.” Fajar menggodaku sambil tersenyum kecil.861Please respect copyright.PENANAUUaIwigwCg
861Please respect copyright.PENANAtm9Qsy0NsB
Kenapa aku harus merona seperti ini? Aku memejamkan mata sejenak, dan menjawab dengan datar, “Tante cuma mau minta anterin dong, gak lebih.”861Please respect copyright.PENANAiF8kjcORNj
861Please respect copyright.PENANAhD1aiTT3fl
Fajar malah terkekeh. Ia tampak rapi dengan jaket jeans, dan celana pendek hitam. “Mau kemana nih, tan?” tanyanya.861Please respect copyright.PENANAjHezciCwdr
861Please respect copyright.PENANAFWEZVHtiVU
“Ke toko buku,” kataku, masih datar.861Please respect copyright.PENANA1nkgVB37oR
861Please respect copyright.PENANAMzhEz85Aoh
Fajar mengangguk, lalu berdiri. Aku mengekor. Kami keluar dari rumah. Aku mengeluarkan kunci mobil dari tas yang melingkar di pundakku.861Please respect copyright.PENANAV2lqE046Dl
861Please respect copyright.PENANAUqz8b7rl6F
“Nih, kuncinya,” kataku. Fajar berbalik, menyambut uluran ku. Kami berdua lekas masuk ke dalam mobil. Seperti biasa, aku selalu menggunakan gamis kalau pergi kemana-kemana.861Please respect copyright.PENANA5MAMvdTGXo
861Please respect copyright.PENANAV5JvOsThJZ
***861Please respect copyright.PENANATgJPcwLjTS
861Please respect copyright.PENANASGmCuNxzsG
Dalam mobil, hening menyapa. Fajar fokus menatap jalanan sambil mengemudi. Aku memandang keluar jendela mobil. Memperhatikan jalanan dari kaca yang tertutup. Canggung menyalak dalam ruang. Entah kenapa, berduaan dengan Fajar seperti ini membuat degup jantungku berdetak tak karuan. Di tambah dengan parfum yang dikenakannya, aroma yang segar dan ringan, seperti campuran buah dan bunga. Aku mengernyit heran ketika toko buku terlewati, Aku menoleh dan bertanya kepadanya, “Ini mau kemana?”861Please respect copyright.PENANAATsBrYebpK
861Please respect copyright.PENANAP1mZkaWxzs
“Kerumahku,” kata Fajar masih fokus menyetir.861Please respect copyright.PENANAmx4vHD56Ka
861Please respect copyright.PENANAfLmJYThOug
“Tante mau ke toko buku,” kataku.861Please respect copyright.PENANAcXja5gPFdc
861Please respect copyright.PENANAmgXEuJCfZD
Fajar tak menjawab. ia masih fokus menyetir.861Please respect copyright.PENANAT8EUHJsF3k
861Please respect copyright.PENANAnasL8oEhoY
Tapi, entah kenapa aku tidak marah, malah membiarkannya. Padahal tidak sesuai dengan tujuanku. Aku menghela nafas dan kembali memandangi jalanan dengan degup jantung yang semakin berdetak kencang.861Please respect copyright.PENANAXFHfsQXHYB
861Please respect copyright.PENANAb9VKzzpoYW
Lima belas menit kemudian, tibalah aku di Rumah Fajar. Ia membuka pintu mobil dan turun, begitupun aku. Aku mengekor dari belakang. Di depan pintu langkahnya terhenti. “Mau di dalam atau di teras, tan?” tanyanya.861Please respect copyright.PENANALR6o7c03kC
861Please respect copyright.PENANAYyyXHrp3zI
“Teras aja, Jar.”861Please respect copyright.PENANAhFwQit9Jt1
861Please respect copyright.PENANAdXywc0BHjR
Fajar meraih gagang pintu dan membukanya. Sementara Aku duduk di pembatas teras, urung untuk masuk, sebab, jujur saja aku masih ada ketakutan apabila Fajar melecehkan ku.861Please respect copyright.PENANAQ5EfEqjcQz
861Please respect copyright.PENANA8TBtwPEGV1
Fajar tiba dengan bangku karet yang ia angkat di kedua tangannya, lalu meletakan dua bangku karet itu saling bersebelahan. “Duduk, tan, Fajar mau bikin kopi dulu.”861Please respect copyright.PENANAJbt2bWExT5
861Please respect copyright.PENANAbmyoP9KSAp
Aku beranjak duduk di bangku sambil menunggunya membuat kopi. Halaman rumah Fajar terlihat asri dengan rerumputan hijau.861Please respect copyright.PENANAcNouBk4382
861Please respect copyright.PENANApb1OkuUI88
Tiba-tiba Ponselku berdering, aku merogoh tasku dan mengangkat telepon.861Please respect copyright.PENANArKcSpvSekk
861Please respect copyright.PENANA3mixdjqSmH
“Assalamualaikum, mi,” Terdengar suara Dimas di sebrang sana.861Please respect copyright.PENANA1nHX4eicbo
861Please respect copyright.PENANAE6UhvnnT8U
“Walaikumsallam, Abi,” jawabku.861Please respect copyright.PENANAbnS5gYYa1R
861Please respect copyright.PENANAH7jcT9oUVj
“Abi sama sama Adit udah dapet kos, nih,” Kata Dimas. Aku bisa mendengar suara Adit yang nampaknya ingin berbincang denganku.861Please respect copyright.PENANAkdhBwQXXcr
861Please respect copyright.PENANAX2YRyLJpDb
“Bi, mana Adit,” kataku.861Please respect copyright.PENANAjf2VUxvnfA
861Please respect copyright.PENANAOBRSOdTvxx
“Assalamualaikum, Umi,” Terdengar suara Adit. “Umi sehat kan? Umi kesepian ya? jangan kangen sama Adit ya, mi.”861Please respect copyright.PENANAxVViGnna4w
861Please respect copyright.PENANAu9k1ZoFECi
Aku terkekeh. “Kamu kuliahnya yang benar, awas aja kalau kamu gak karuan di sana.”861Please respect copyright.PENANAEW7vgdxO2G
861Please respect copyright.PENANAJCXlv78xLi
Terdengar suara Adit tertawa. “Iya umi sayang, Adit janji, kok, bakal kuliah yang benar dan bikin Umi bangga.”861Please respect copyright.PENANAnHQ6pGrLEI
861Please respect copyright.PENANAl5MZ9SFJKM
Aku senang mendengarnya. Tapi, obrolan kami tidak berlanjut lama, Terdengar Dimas mengambil alih percakapan. “Mi udah dulu, ya. Abi sama Adit mau lanjut dulu. Yang sehat, ya, Mi. Assalamualaikum.”861Please respect copyright.PENANAygfg3cVeWe
861Please respect copyright.PENANA38MWMxtrEX
Aku membalas salam suamiku dan mematikan telepon. Tak lama, Fajar datang dengan membawa dua cangkir kopi. Ia meletakkannya di pembatas teras, kemudian duduk di sampingku.861Please respect copyright.PENANAjSlsXdyM3V
861Please respect copyright.PENANAyREkkc4Kyn
Canggung kembali menyapa di antara kami, entah kenapa aku merasa mulutku seakan terkunci. Sementara Fajar piawai menyesap kopinya sambil memandang ke depan. Aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya. Aku harap dia tidak bertindak aneh-aneh.861Please respect copyright.PENANAwpegGzxqgu
861Please respect copyright.PENANAtFRhSBXB3c
Aku meletakan kedua tanganku di paha, meremas pelan gamisku sebab canggung menyalak lebih lantang. Sepuluh menit berlalu dan tidak ada perbincangan di antara kami. Bahkan, saking heningnya, desir rumput terdengar.861Please respect copyright.PENANA8jKBaFSFQr
861Please respect copyright.PENANApY3AxieqWy
“Kopinya minum, tan.” Akhirnya Adit membuka percakapan.861Please respect copyright.PENANAYa0zNLcoUQ
861Please respect copyright.PENANA7x4bYyoWCs
Aku mengangguk kikuk sambil meraih secangkir kopi dan menyesapnya sedikit, lalu meletakkannya kembali.861Please respect copyright.PENANAbz5qYCUXDD
861Please respect copyright.PENANAtle4kdGjnm
“Kamu gak kuliah, Jar?” tanyaku mencoba membuat obrolan memanjang.861Please respect copyright.PENANAfHy47Wf4Zo
861Please respect copyright.PENANAQbIJ508FAn
“Kalau Fajar kuliah, kasihan nenek, Tan,” katanya. “Gak mungkin kan nenek sendirian di rumah?”861Please respect copyright.PENANAWXrQZKmF2P
861Please respect copyright.PENANA7TVhiEaRoe
Aku mengangguk. Mengiyakan. “Nenek belum pulang?”861Please respect copyright.PENANAu3OAzu1kxa
861Please respect copyright.PENANAv9MbF8r3k6
“Nenek kalau hari biasa pulangnya agak malem, biasanya habis magrib.”861Please respect copyright.PENANAs1iXpxlsyq
861Please respect copyright.PENANAj43rsgJXab
“Nenek masih kuat kerja, ya. Padahal udah lumayan tua, lho.”861Please respect copyright.PENANAvaZmawH951
861Please respect copyright.PENANAzwDiCDW2F9
“Ya, begitulah, tan,” katanya. “Fajar juga udah kasih tau nenek biar Fajar aja yang kerja. Tapi nenek selalu keras kepala.”861Please respect copyright.PENANAVaRMlLnyLN
861Please respect copyright.PENANAr7gUc3guKU
“Namanya juga orang tua, Jar. Apalagi nenek udah rawat kamu dari kecil, Mungkin nenek mau ngeringanin tanggung jawab Fajar juga, kan?”861Please respect copyright.PENANAoXmGKEG1lA
861Please respect copyright.PENANAsSjKnQw1AV
Fajar mengangguk masih menatap ke depan. “Mana Adit udah kuliah,” nadanya terdengar kecewa. “Jadi gak bisa lihat tante lagi.”861Please respect copyright.PENANA5PsvwhUbem
861Please respect copyright.PENANACPNR7OP09g
Aku tertawa ringan. “kalau kamu mau main ke rumah, main aja,” kataku. “Pintu rumah terbuka lebar buat kamu.”861Please respect copyright.PENANAAISQnksxgS
861Please respect copyright.PENANAM7HzgIEJvJ
Perlahan, perasaan kesalku kepadanya mereda, bagai sebuah air panas yang mulai mendingin seiring waktu.861Please respect copyright.PENANAgPZyz7KhGK
861Please respect copyright.PENANAZMUdq4HNEv
Ia terlihat tersenyum, kemudian beranjak berdiri dan masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian ia datang sambil membawa gitar. Merubah posisi bangkunya mengarah ke aku, dengan gitar yang duduk takzim di pangkuannya.861Please respect copyright.PENANAGzacJfsvQC
861Please respect copyright.PENANAmMJEqd0Vek
“Mau dinyanyiin tan?” Tanyanya.861Please respect copyright.PENANAFYn4b5HeEL
861Please respect copyright.PENANAY5qIyZZYsv
Aku terlihat antusias, dan mengubah posisi dudukku. Kini kami saling berhadapan.861Please respect copyright.PENANA3iLPoJVV4I
861Please respect copyright.PENANAMBoTPTEQHg
“Boleh,” kataku agak tersipu.861Please respect copyright.PENANAQZnDzNYLp3
861Please respect copyright.PENANAfocGPpqCBm
Perlahan, terdengar nada merdu dari dawai Gitar. Petikan-petikan dari jemarinya membangun sebuah nada yang harmonis. Jemari satunya berpindah-pindah chord. Membentuk sebuah kesatuan irama.861Please respect copyright.PENANAUHDVmGPsHh
861Please respect copyright.PENANARcdI5xM4HC
“Badai, puan telah berlalu berlalu, salahkah ku menuntut mesra,” Fajar mulai bernyanyi. Suaranya halus, indah, penuh rasa. Ia menatapku, aku pun begitu. entah bagaimana, rasa hangat bisa kurasakan dari setiap tatapannya.861Please respect copyright.PENANACIwa6edLOm
861Please respect copyright.PENANAedCSmj0v1k
Dia melanjutkan, “Tiap taufan menyerang, kau di sampingku, kau aman ada bersamaku.” Ia semakin dalam menatapku, petikannya pada dawai dan suaranya yang indah mampu membuatku terpaku, dan bergeming dari duduk.861Please respect copyright.PENANAJ8gqHtacVc
861Please respect copyright.PENANAdQJbJOFbQz
“Selamanya, sampai kita tua, sampai jadi debu, ku di liang yang satu861Please respect copyright.PENANAwTFBkJtzA6
Ku di sebelahmu,” Suara nya terlihat megah dalam petikan dawai yang merdu. Kami saling bertatapan. Fajar menatapku dengan senyum hangat yang mampu membuatku tak berdaya.861Please respect copyright.PENANAMteaHOVGC4
861Please respect copyright.PENANAojHIDE2Gbn
Aku menggeleng pelan ke kanan-kiri, menikmati setiap perpindahan Chord C ke G yang begitu indah, nyaman, dan mampu membuatku tak melepaskan pandangan kepadanya.861Please respect copyright.PENANAPC8kzpmgRW
861Please respect copyright.PENANAT2PoSH8ioe
Fajar tersenyum, jemarinya berhenti memetik dawai. Aku berhenti menggelengkan kepala. Fajar meletakan gitarnya di pembatas teras. Dia kembali menatapku, perlahan wajahnya semakin mendekat. Jantungku berdegup tak karuan. Seketika pupil mataku membesar ketika ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku bergeming. Tiga detik bibir kami saling menyapa, kemudian kudorong tubuhnya cukup kuat.861Please respect copyright.PENANADJCK2MpyrV
861Please respect copyright.PENANAXwplenTj0D
“Apaan, sih kamu, Jar!” kataku, geram, merasa terlecehkan. Posisi dudukku berubah, tidak berhadapan dengannya, melainkan kembali menatap ke depan, ke halaman. Aku tidak habis fikir, berani-beraninya ia mencium bibirku.861Please respect copyright.PENANADuUiazgbv4
861Please respect copyright.PENANAeGFEuEbDsi
“Fajar cinta sama tante.”861Please respect copyright.PENANAaKQK3bVoYv
861Please respect copyright.PENANALU5LkrYlRp
Bagai Guntur yang menyalak di siang bolong, kurasakan sentakan kuat. Bagaimana bisa ia mecintai seseorang perempuan yang seharusnya lebih cocok menjadi ibunya. Aku menggeleng-geleng. “Jangan aneh-aneh, Jar,” kataku, ketus. “Kamu udah ngelecehin tante, tau gak?”861Please respect copyright.PENANAseoVdjL3hJ
861Please respect copyright.PENANApeQqclumpM
Fajar menyentuh bahuku, lekas kugeser bahuku. “Jangan pegang-pegang,” kataku, masih garang.861Please respect copyright.PENANAQRD6L3A1y2
861Please respect copyright.PENANAmDvfM9jYX5
Terdengar helaan nafasnya. “Fajar serius, Fajar cinta sama tante!”861Please respect copyright.PENANABll5WCdJH6
861Please respect copyright.PENANAYWTqbQyFEh
“Tante udah punya keluarga, fajar!”861Please respect copyright.PENANAVk7e2JptXB
861Please respect copyright.PENANAif3Vbn4hwV
“Fajar tahu tante gak bahagia,” katanya dengan mudah menyimpulkan.861Please respect copyright.PENANAWHOzZA5yBV
861Please respect copyright.PENANAR5HED9CbUQ
Otakku terasa panas, aku menatapnya dengan tajam. “Jaga omongan kamu!” bentakku.861Please respect copyright.PENANACiUk7tkFrn
861Please respect copyright.PENANA4TcYu4ZEjP
Fajar menunduk, agaknya ia merasa bersalah. Aku sedikit merasa tidak tega membentaknya. Tapi, dia memang pantas mendapatkannya. Tidak pernah seumur-umur lelaki lain mencium bibirku selain suamiku sendiri.861Please respect copyright.PENANAnipMigTwgi
861Please respect copyright.PENANA2P7keFxM7i
Terdengar helaan nafasnya lagi. Ia merogoh kantung celana. Aku mengernyit bingung ketika ia mengeluarkan kotak bewarna merah berbentuk love. Fajar membuka kotak itu. Aku menelan ludah ketika melihat cincin yang duduk takzim di dalamnya. Kemudian aku menatapnya dengan penuh pertanyaan.861Please respect copyright.PENANAJgHsXllZW9
861Please respect copyright.PENANAS6QGLcQVuv
Sambil menunduk Fajar berkata, lirih, “Fajar nabung buat beli cincin ini, buat tante.”861Please respect copyright.PENANAYy0543Wh0W
861Please respect copyright.PENANAPRpFdZchu1
Aku terenyah, dadaku berdebar tak karuan. Amarahku menghilang seketika, seakan kata-katanya tersebut mampu menembus jiwaku dan mengobrak-abrik nya dari dalam. Mataku memanas, pandanganku berkaca-kaca, aku terharu. Aku tahu persis bahwa cincin itu sungguhlah mahal, dan dia butuh waktu berapa lama untuk menabung dan membeli cincin itu.861Please respect copyright.PENANABynMUTn2cj
861Please respect copyright.PENANAEvWwvWYgmu
“Tante gak bisa, Jar, maaf,” kataku, sedikit terisak. “Tante udah punya suami.”861Please respect copyright.PENANANq6nLC81FM
861Please respect copyright.PENANAjL1oSTVVkw
Fajar mengangguk pelan, menutup kembali kotak cincin itu dan berkata, “Iya, tan. Setidaknya Fajar lega udah mengutarakan perasaan Fajar.” Dia tersenyum.861Please respect copyright.PENANAhBX0XR6iRC
861Please respect copyright.PENANAKGHxbuN2d5
Lagi-lagi aku merasa terenyah. Senyum yang keluar dari wajah remaja itu mampu membuatku luluh. Isak-ku semakin menjadi. Perlahan ku rasakan jemari-jemarinya mengusap pipiku dan menyeka tangisku. Aku membiarkan jemari itu bergelayut di wajahku. Ada perasaan nyaman ketika Fajar menyentuh wajahku, sebuah perasaan nyaman yang lagi-lagi tidak bisa ku jelaskan.861Please respect copyright.PENANApBKc0q5vBC
861Please respect copyright.PENANAWJdPHl2tOu
Kemudian ia menarik tubuhku dalam dekapannya. Tangannya melingkar di tubuhku. Aku membiarkannya. Bersamaan dengan isakku yang mulai mereda, Fajar mengusap kepalaku yang terbalut jilbab. Aku merasa nyaman, ku tenggelamkan wajahku lebih dalam pada dadanya. Berada di pelukannya terasa hangat.861Please respect copyright.PENANArz81duvDxt
861Please respect copyright.PENANApeRpBxtk5j
Kemudian Fajar mendorong tubuhku, lalu menatapku lekat, kedua tangannya memegang kepalaku. Dia tersenyum, kemudian menarik kepalaku. Bisa kurasakan bibirnya mencium keningku. Lagi-lagi aku membiarkannya, padahal aku sadar, apa yang aku lakukan ini adalah dosa yang besar. Yang teramat besar.861Please respect copyright.PENANAzTkgO4OWl3
861Please respect copyright.PENANAZeVBj4TzGK
Kami kembali menatap satu sama lain. Fajar tersenyum penuh arti, aku pun begitu. Lalu dia berkata, “Tante mau jadi pacar Fajar?”861Please respect copyright.PENANA4TkZuTTTgD
861Please respect copyright.PENANAEqmRJK2qFO
Ungkapan hati remaja itu sungguh tak bisa ku terka. Bagaimana bisa aku menjadi pacarnya, sedangkan aku sendiri bersuami. Maka, aku berkata kepadanya, “Tante gak bisa, Jar. Maaf, ya.”861Please respect copyright.PENANAu0igQebawW
861Please respect copyright.PENANA8QHbGq00JY
Kedua tangannya beranjak turun dari kepalaku. Aku bisa menangkap kecewa pada raut wajahnya. Ia menggeser bangkunya, menatap kosong halaman.861Please respect copyright.PENANA5BiyFJVXcz
861Please respect copyright.PENANATBSCgYRQWb
“Emang salah ya, Tan, kalau Fajar cinta sama tante?” tanyanya, lirih.861Please respect copyright.PENANAMYK5w9KHlc
861Please respect copyright.PENANAigggtmT8us
“Engga ada yang salah dari cinta, Jar,” Aku meliriknya sekilas. Ia masih fokus memandang ke depan. “tapi tante udah bersuami.”861Please respect copyright.PENANA3M48oOx9OX
861Please respect copyright.PENANAC0zykixtw0
“Kan, bisa diem-diem, tan.” ia bersikukuh.861Please respect copyright.PENANA4lZabJ83Og
861Please respect copyright.PENANAuUzIuJYgEW
“Tante gak bisa, Jar,” aku tetap menolak. “Lagian kamu udah punya pacar, kan?”861Please respect copyright.PENANAoAHlmWyfq2
861Please respect copyright.PENANAU2FmJQ6oME
Terdengar helaan nafasnya. “Fajar gak pernah pacaran, Tan. Cewek kebanyakan suka sama Fajar, tapi Fajar engga. Fajar cintanya sama tante dong.”861Please respect copyright.PENANADKLQKPxbsr
861Please respect copyright.PENANAi1ykmCtIcQ
Mendengar perkataannya barusan, aku sedikit tersipu. Tak bisa dipungkiri bahwa Fajar lumayan tampan untuk digandrungi remaja perempuan seumurannya. Dan aku tidak habis pikir, bagaimana dia bisa mencintai seorang ibu rumah tangga sepertiku ini. Agak penasaran aku bertanya, “Kenapa kamu bisa cinta sama tante? Banyak lho perempuan yang seumuran dengan kamu yang lebih cantik daripada tante.”861Please respect copyright.PENANAnkJxRR9ArH
861Please respect copyright.PENANA5ZYWDT4WS0
Fajar menoleh, mata kami bertemu. Dia berkata, “Yang cantik emang banyak, tan. Tapi, kalau Fajar Sukanya sama tante, gimana?”861Please respect copyright.PENANA3mg04zVgOH
861Please respect copyright.PENANAFQdtcRVLqX
“Tapi, tante udah bersuami, Jar!” aku mengulangi terus menurus.861Please respect copyright.PENANANMEMbzLjMV
861Please respect copyright.PENANAWt0pGr5HSR
Fajar meraih kedua tanganku dan mengelusnya lembut. Aku membiarkannya. Ia semakin dalam menatapku, kemudian berkata, “Tan, tolong kasih Fajar kesempatan buat bikin tante Jatuh cinta sama Fajar, ya?”861Please respect copyright.PENANAjPcwlC1CqU
861Please respect copyright.PENANAO5IkB6YnLI
Aku dilema. Aku mecintai suamiku, tapi, bersama Fajar aku merasa lebih hidup. Aku tahu semua ini dosa yang besar, tapi aku tak sanggup untuk lari dari dosa ini.861Please respect copyright.PENANAAbYWb674mz
861Please respect copyright.PENANAvIi2m3WbD5
“Fajar tahu, Kok, Tante ada perasaan sama Fajar.” Fajar tersenyum sambil terus menatapku. Aku menunduk. Benar yang dikatakannya, bahwa aku menyukainya sebagai lawan jenis.861Please respect copyright.PENANAezpf415M1E
861Please respect copyright.PENANANyjp3YBAdI
“Tan,” katanya lembut. Aku mendongak, menatap binar matanya yang seakan meminta kepastian. “Balas perasaan Fajar, ya?” Ia berkata lirih.861Please respect copyright.PENANAjXDPhkCVhj
861Please respect copyright.PENANA3SRBKpgTQK
Aku memejamkan mata. Menikmati setiap elusan lembut jemarinya di punggung tanganku. Aku menghela nafas, kemudian menatapnya kembali. Aku tidak bisa membohongi perasaanku kepadanya. Aku mengangguk pelan.861Please respect copyright.PENANA1941qC3dyc
861Please respect copyright.PENANAfzzmyHEnbA
Fajar kembali membawaku pada peluknya. Aku bisa merasakan rasa senang yang mengalir pada tubuhnya. Begitupun aku, aku tidak menghindar bahwa aku juga merasa senang diperlakukan romantis seperti ini.861Please respect copyright.PENANAQjaeyGshAX
861Please respect copyright.PENANAYAA4XMpWJb
Fajar melepas pelukan. Mata kami bertemu. Wajahnya mendekat, aku memejamkan mata. Membiarkan bibirnya bertemu dengan bibirku. Kenyal, aku merasakan bibirnya yang terasa kenyal. Lidahnya berusaha masuk, aku membuka sedikit bibirku, membiarkan lidahnya menyapa rongga mulutku. Lumatan-lumatan terjadi, aku membiarkannya sambil memejamkan mata.861Please respect copyright.PENANAegBDjGgVTk
861Please respect copyright.PENANAkAP9WT8XcJ
Aku merasakan sentuhan di pahaku, tubuhku merinding ketika sentuhan tangan Fajar mulai beralih ke pinggangku. Aku membiarkannya. Lumatannya semakin liar, lidahnya mencoba mencari lidahku. Aku hanya diam, tidak membalas pun menolak.861Please respect copyright.PENANABiToTwsOlB
861Please respect copyright.PENANAeeBqTFuH5o
Aku mendesah kecil ketika telapak tangannya mulai meremas pelan buah dadaku. Lagi-lagi aku tak menolak, membiarkannya. Remasan itu semakin kasar, membuatku melenguh kecil. Tapi, kemudian, ku dorong pelan dadanya. Aku belum sanggup untuk melangkah ke hal yang lebih jauh.861Please respect copyright.PENANAm3QKewdQSD
861Please respect copyright.PENANAsqxolTqlLS
“Jangan jauh-jauh dulu, ya?” Aku menatapnya meminta pengertian.861Please respect copyright.PENANATRbDg46Lmz
861Please respect copyright.PENANAsFtOD7VmGo
Fajar mengangguk paham. Kemudian ia usap pelan kepalaku. “Iya, tan. Fajar tunggu kesiapan tante.”861Please respect copyright.PENANAfRqdXt4GJT
861Please respect copyright.PENANA5uAoU5CsWo
Aku menggangguk.861Please respect copyright.PENANAPkQx5xLuta
861Please respect copyright.PENANAPh5bK5F8sl
Fajar merogoh kantung celananya dan kembali mengeluar kotak bewarna merah itu. Ia bukan kotak itu dan mengambil cincin yang kemudian dengan mesra ia lingkaran di jari manis tangan kiriku. Aku membiarkannya. Aku merasa senang diperlakukan sebegitu romantisnya.861Please respect copyright.PENANAD2KvPwrqyU
861Please respect copyright.PENANAG4Y9aelwBe
“Dengan ini, tante udah resmi jadi milik Fajar.” Ia tersenyum sumringah menatapku.861Please respect copyright.PENANApEMF0AmoKA
861Please respect copyright.PENANA4YFlyueOW8
“Udah, ih, takut ada yang lihat,” kataku sambil merubah posisi ke depan. Sekilas aku melirik cincin yang ia lingkarkan di jari manisku. Cantik sekali.861Please respect copyright.PENANAKvLQ4p0upS
861Please respect copyright.PENANA7QMn12YOG1
Kami kembali pada suasana awal. Fajar tersenyum tak karuan sambil menatap halaman-halaman hijau. Aku pun begitu, perasaanku terombang-ambing bagai sebuah ombak kecil yang bergoyang menyapu para perenang.861Please respect copyright.PENANANbnrNDiped
861Please respect copyright.PENANAQxSvJYnjh7
“Fajar udah suka sama tante dari kecil, lho.” Fajar terkekeh, kakinya membujur di penyangga teras.861Please respect copyright.PENANAI1Ajm19zmn
861Please respect copyright.PENANAr5sMqGOUNo
“Kok, bisa?” tanyaku, penasaran.861Please respect copyright.PENANAmubjwd5Smw
861Please respect copyright.PENANAl93S2Ppcb5
“Menurut Fajar, tante baik banget. Waktu masih kecil tante sering ngasih Fajar jajan, sering kasih mainan. Pokoknya tante tuh baik banget. Mana cantik lagi!”861Please respect copyright.PENANAgVrH044fU9
861Please respect copyright.PENANAVb2TxHCHDe
Aku sedikit terharu mendengarnya. Dan bisa kurasakan tidak ada kebohongan pada suaranya. “Kamu suka tante, gara-gara itu doang?” tanyaku.861Please respect copyright.PENANAQM31hR8kg6
861Please respect copyright.PENANAPetjppXZwN
Fajar menggeleng. Aku menoleh ke arahnya, “Terus?” tanyaku lagi.861Please respect copyright.PENANADoqTyJh06p
861Please respect copyright.PENANAPcuJl3JPgj
Fajar menoleh sekilas kemudian kembali menatap ke depan. “Cinta engga butuh alasan, Tan,” katanya. “cintah sudah cukuplah bagi cinta.”861Please respect copyright.PENANAo5Nr4yqP9p
861Please respect copyright.PENANAHBZftJMOmK
Aku terkekeh. “Dasar pujangga.”861Please respect copyright.PENANAFixuyM1Eax
861Please respect copyright.PENANAbh48jwHhZd
Fajar tersenyum kecil. “Tante udah mau pulang?”861Please respect copyright.PENANA8QhWO4t1xA
861Please respect copyright.PENANAvHYAyljxvv
Aku melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kananku. Baru pukul setengah empat. Aku menggeleng. “Bentaran lagi, deh, jar.”861Please respect copyright.PENANAfg3VpeEfTe
861Please respect copyright.PENANAv1bS3tn6kH
“Mau main ps?” tanyanya. “yang kalah dapat hukuman.”861Please respect copyright.PENANATjPMpARXFC
861Please respect copyright.PENANAbcd88RHMq3
Aku nampak antusias. “Kalau kamu kalah, beliin tante tiga buku, oke?”861Please respect copyright.PENANAj57NEbG2lb
861Please respect copyright.PENANA3VNF4yA04h
Fajar mengangguk. “Kalau tante kalah, aku boleh cium ketiak tante sepuasnya, oke?”861Please respect copyright.PENANApD6P13nETB
861Please respect copyright.PENANA4m4fU0Vg79
Aku menarik kepalaku sebab terkejut. Lalu berfikir sejenak dan akhirnya mengiyakan. Fajar sumringah. kami berdua berdiri dan masuk ke dalam. Duduk bersampingan di lantai. Fajar menyodorkan stick PS kepadaku dan menyalakan tv. Aku bersiap-siap mengambil posisi yang nyaman. Lagian, tidak mungkin ia bisa mengalahkan ku, aku sangat piawai bermain console game.861Please respect copyright.PENANA43mlGc1XYf
861Please respect copyright.PENANAKhBrQRlw0B
Pertandingan di mulai. Kami bermain game sepak bola. Tombol stick terdengar. Kami sama-sama fokus. Saling beradu strategi satu sama lain. Riuh gembira terdengar. Suasana semakin intens. Babak pertama skor masih 0-0. Di mulai-lah babak kedua dengan tegang yang menyalak. Aku mendengus kesal ketika Fajar mencetak gol pertamanya. Ia menoleh dan menjulurkan lidah kepadaku. Kami terus bermain dan sampai pada babak akhir. Aku kalah dengan skor 2-0.861Please respect copyright.PENANA89XppLVuIO
861Please respect copyright.PENANAxbwxTmjUty
Fajar tersenyum sumringah, lalu mengedipkan mata kepadaku, mengejek. Aku malah meringis kesal kepadanya.861Please respect copyright.PENANAAQZxIxujVs
861Please respect copyright.PENANA4Dgiw2qLYu
“Angkat tangannya, tan,” Fajar mendekat ke arahku.861Please respect copyright.PENANAggzEM1u3iW
861Please respect copyright.PENANA8ryRhdbhaV
Mau tidak mau aku mengangkat tangan kananku ke atas dan membiarkannya menciumi area ketiakku. Fajar memejamkan matanya sambil mengendus bau ketiakku.861Please respect copyright.PENANAsot4SpgHMr
861Please respect copyright.PENANACD8WY5LQo0
“Enak banget, baunya Tan,” katanya.861Please respect copyright.PENANA1mGbjXI0OS
861Please respect copyright.PENANA6w1cQm7rih
Aku tidak menanggapi. Perlahan tangan kirinya mulai masuk ke dalam Gamisku dan membelai pahaku. Aku membiarkannya,861Please respect copyright.PENANArCAWrRjVgx
861Please respect copyright.PENANAZLYji9zi8c
“Udah, Ya, Jar. Tangan tante capek.” Aku hendak menurunkan tangan, tapi Fajar lekas mengangkat tanganku kembali ke udara.861Please respect copyright.PENANAh6P5h59UAp
861Please respect copyright.PENANAgCXToJhBLd
“Bentar lagi, tan.”861Please respect copyright.PENANAMpBR3tRKff
861Please respect copyright.PENANA0LIyvpiQRH
Aku mengiyakan, dan membiarkannya menikmati aroma ketiakku yang aku yakin tidaklah berbau. Aku kerap merawat bagian dalam tubuhku dengan baik, tentu saja aku percaya diri. Fajar semakin nakal. Tangan kanannya mulai merembet menuju pangkal pahaku.861Please respect copyright.PENANAomTqIQ5jDY
861Please respect copyright.PENANAkxW9oahx2O
“Jangan masuk ke dalam, Jar.” Aku mendorong tangan kanannya agar keluar dari gamisku. Fajar mengerti, tangan kanannya hengkang dari dalam gamisku. Kemudian ia beralih menuju buah dadaku, yang lekas ku tahan.861Please respect copyright.PENANA1Q0q2qqX2l
861Please respect copyright.PENANAWS4ZTx78lb
“Jangan,” kataku.861Please respect copyright.PENANABOxuMX3gfF
861Please respect copyright.PENANAlDsOSzikg8
Fajar yang masih mengendus ketiak ku tak peduli. Ia dorong tubuhku, aku bergeser merapat ke dinding dengan satu tangan yang masih terangkat ke atas. Tangan kanannya masih berusaha meremas buah dadaku. Lagi-lagi aku berusaha untuk mencegahnya.861Please respect copyright.PENANAIV6za0qpqz
861Please respect copyright.PENANAAJNwjblUFb
Kemudian Fajar menurunkan tanganku dan mengangkat tanganku yang satu. Bergantian, ia endus area ketiakku. Aku menelan ludah sebab posisi ini sungguh membuat desir gairahku bangkit861Please respect copyright.PENANAgnGzpwGAee
861Please respect copyright.PENANAi15W5Dk3MR
Aku melenguh ketika buah dadaku di remasnya perlahan. Kali ini aku membiarkannya. Entah kenapa aku malah menikmati setiap sentuhan tangannya. Tapi, aku tidak mau terlalu jauh.861Please respect copyright.PENANAqUjcb6YZ6H
861Please respect copyright.PENANAwQyRVPTuQs
“Udah, Jar. Tante mau pulang.” Aku menurunkan tanganku dan mendorong tangan satunya yang meremas buah dadaku.861Please respect copyright.PENANAW61OTGfnzo
861Please respect copyright.PENANASBEVBtAZHK
Sambil bersandar di dinding, aku berkata lagi. “Tante mau pulang, Jar.”861Please respect copyright.PENANACKOn5rx5ei
861Please respect copyright.PENANAQQjlvh2Xo1
Wajahnya terlihat tanggung. Tapi, dua detik kemudian dia tersenyum dan bangkit. Aku bersyukur sebab dia mengerti. Aku beranjak berdiri sambil membenarkan gamisku yang sedikit berantakan. Lalu melangkah keluar rumah.861Please respect copyright.PENANApjwydOznIe
861Please respect copyright.PENANAXRkeBTzf17
Fajar menutup pintu dan menguncinya. “Aku nginep di rumah tante, ya?” tanyanya.861Please respect copyright.PENANAagKGgz6iY4
861Please respect copyright.PENANAffGXPI5WdD
Aku tidak menjawab. Fajar bertanya lagi. “Boleh gak, tan?”861Please respect copyright.PENANAroNZJ6rec3
861Please respect copyright.PENANAIFMb94Qv6T
“Nenek sendirian nanti di rumah,” elakku.861Please respect copyright.PENANAOj0uFKqVhB
861Please respect copyright.PENANAQ7ZTfTQMcb
“Nenek hari ini kebetulan nginep di rumah tetangga, tan.”861Please respect copyright.PENANAukLKPn3ewl
861Please respect copyright.PENANAofBkscH6XX
Aku tidak punya alasan lagi untuk menyangkal. “Iya,” kataku singkat dan mengangguk.861Please respect copyright.PENANAkBEehl9NG4
861Please respect copyright.PENANAQ7t7qTfAcR
Fajar sumringah. Kemudian ia menggenggam tanganku. Aku membalas genggaman tangannya. Kami melangkah masuk ke dalam mobil bagai pengantin baru. Lagi-lagi, keromantisan ini membuatku tersipu.861Please respect copyright.PENANAAqdkkXO94m
861Please respect copyright.PENANAdQdbNaRpaH
Dalam mobil, sepanjang perjalanan, aku menyenderkan kepalaku di bahunya. Posisi ini terasa hangat sekali. Fajar masih fokus mengemudi. Aku ingin menikmati kemesraan ini. Untuk kedepannya, aku tidak tahu, aku tidak bisa menerka apa yang terjadi.861Please respect copyright.PENANArrSQ1VkRzL
861Please respect copyright.PENANA9yJK4oJo76
Aku memandang ke kaca mobil depan. Memperhatikan setiap kendaraan di depan mobil kami. Jauh di sana, langit-langit menguning, burung-burung berterbangan bagai mengemis kasih pada awan yang menggulung. Di luar kaca jendela sampingku, bangunan-bangunan, warung-warung, yang kami lewati tampak ramai orang-orang. Aku melirik Fajar sekilas. Wajah remaja itu tampak teduh. Aku tersenyum, menyadari sesuatu, bahwa matanya sungguh indah, bagai mata elang yang beterbangan meninggalkan anaknya untuk mencari makan. Dalam suasana sore yang bisa kurasakan teduh, aku memejamkan mata. Bahunya, menjadi tempat yang teramat nyaman untuk bersandar.861Please respect copyright.PENANAN3WOLwgPG8
861Please respect copyright.PENANAtzAqIgfKkr
***861Please respect copyright.PENANA0XjeiVOIpr
861Please respect copyright.PENANAkSbJxFLh3g
Sesampainya di rumah, Fajar lekas menghambur di sofa. Sementara aku beranjak ke kamar, berganti pakain, lalu kembali menghampirinya.861Please respect copyright.PENANApsHv2IFXcS
861Please respect copyright.PENANAd2q2ImCO1c
“Di sini, tan.” Fajar menepuk sofa, mengisyaratkan agar aku duduk sampingnya. Aku mengiyakan, dan duduk sebelahnya.861Please respect copyright.PENANAHl65OfGtOZ
861Please respect copyright.PENANA8En7n7S0x0
“Jangan ngerokok, tante gak tahan asap rokok,” kataku ketika Fajar hendak membakar rokoknya.861Please respect copyright.PENANAvFGS39msyC
861Please respect copyright.PENANAZrgbL22hMY
Fajar meletakan rokoknya di atas meja, tangannya melingkar di bahuku. “Bikinin kopi dong, tan,” katanya.861Please respect copyright.PENANAlAJtaAPsxX
861Please respect copyright.PENANAQYSJH9SSTl
Aku tersenyum kepadanya, lalu bangkit. Tapi tiba-tiba Fajar memukul pelan pantatku, sontak aku berbalik dan menatapnya garang. Fajar malah tertawa sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya di depan wajah. Aku yang tidak mau berdebat dengannya langsung melangkah menuju dapur.861Please respect copyright.PENANAo7mCd2n0JX
861Please respect copyright.PENANAnVU716kSVu
Tiba di dapur aku mengambil dua cangkir gelas, lalu menuangkan bubuk ke masing-masing gelas. Kemudian memanaskan air. Sambil menunggu air panas aku kembali mengingat-ingat setiap hal yang barusan terjadi. Agaknya aku sudah melewati sebuah batas.861Please respect copyright.PENANAe7Wg8Belmk
861Please respect copyright.PENANAMJ0U3IdyxK
Istri mana yang berani membiarkan remaja seumuran anaknya mencumbu bibirnya dan mengendus ketiaknya. Aku tak menyangka bahwa aku membiarkannya begitu saja. Pun ketika ia memukul pelan pantatku, aku tidak merespon marah kepadanya. Bukankah dia sudah melecehkanku?861Please respect copyright.PENANAIl6BvNy2nk
861Please respect copyright.PENANAPUnC0H1Acs
Gemercik air terdengar. Buru-buru aku menuangkan air kedua gelas dan membawanya, kembali menuju ruang tamu.861Please respect copyright.PENANAnpj1zMcnKz
861Please respect copyright.PENANAPWvjJmHGi8
“Ini, tuan muda,” kataku bercanda sambil meletakan dua cangkir kopi di atas meja.861Please respect copyright.PENANAhHQjAJXAMf
861Please respect copyright.PENANACzMsWu0ip1
Fajar meraih kopinya masih panas. Ia tiup perlahan dan menyesapnya sedikit. Kemudian Terlihat wajahnya yang sumringah.861Please respect copyright.PENANALMTSsKkY4q
861Please respect copyright.PENANAfbPjJjX4J7
“Nanti Fajar tidur sama tante boleh?” Fajar meletakan kembali cangkirnya dan menoleh ke arahku.861Please respect copyright.PENANARMQ4T6Ishf
861Please respect copyright.PENANAPsFj7Ylsp2
“Jangan aneh-aneh, deh,” kataku, sedikit galak. “kamu tidur di kamar Adit!”861Please respect copyright.PENANAbP8nMR4hUR
861Please respect copyright.PENANAXktbC4aUO1
Fajar menghela nafas dan berpaling. Terlihat raut wajahnya kecewa. Lalu aku berkata, “Kan tante udah bilang, tante belum bisa sampe jauh.”861Please respect copyright.PENANAsuwllf88WS
861Please respect copyright.PENANAwzv5y6RRoK
Remaja itu sangat ngebet sekali untuk menikmati tubuhku. Tentu saja aku tidak semudah itu untuk memberikannya. Walaupun ia sudah sempat menikmati bibirku. Tapi, aku tidak ingin di pandang serendah itu.861Please respect copyright.PENANAGXXDug48af
861Please respect copyright.PENANAJKf7dN5PyT
“Yudah, kalau gitu mau ciuman,” katanya lagi.861Please respect copyright.PENANAzPAyDWCIpt
861Please respect copyright.PENANAsgz8i5WOlE
“Engga boleh!”861Please respect copyright.PENANAGDSfkIGDNJ
861Please respect copyright.PENANAaJqaW6iLcx
“Tante semuanya gak boleh,” katanya. “Lagian tadi juga kita ciuman.”861Please respect copyright.PENANA7g97lqtzL5
861Please respect copyright.PENANA8Xno7cEDzc
Aku menghela nafas sejenak dan berkata, “Ciuman aja, ya, gak lebih. Awas aja tangan kamu sampe ke mana-mana.”861Please respect copyright.PENANAdavXkuiZx0
861Please respect copyright.PENANAjO5Ic3HWKL
Fajar terlihat bersemangat. Buru-buru ia mendekat dan memegang kepalaku dengan kedua tangannya lalu mendaratkan cumbuan pada bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami menyatu. Terasa bibirku di gigit kecill olehnya, kemudian lidahnya berusaha masuk dalam rongga mulutku. Lidahnya berusaha mencari lidahku. Aku tak piawai dalam bercumbu, makanya aku hanya diam saja dan membiarkannya. Semakin lama. Lumatan-lumatan Fajar, membuat gejolak birahiku bangkit seketika. Perlahan aku mencoba membalas lumatan pada bibirnya.861Please respect copyright.PENANAI71HrsbYXm
861Please respect copyright.PENANAWbsCnFdrmF
Dengan mesra Fajar membaringkanku di sofa sambil terus melumat bibirku. Aku bisa merasakan tubuh kami saling bersentuhan, terutama bagian pahaku yang bisa kurasa menyentuh kakinya. Kemudian Fajar menyudahi aktivitasnya. Kami saling bertatapan.861Please respect copyright.PENANA9fDQdT1sPX
861Please respect copyright.PENANAKtvuGTGIWo
“Boleh cium ketek, tan?” tanya Fajar.861Please respect copyright.PENANAhdIhkD7Tmw
861Please respect copyright.PENANAG7XH4Qw1rg
Aku mengangguk. Dengan segera Fajar mengangkat tangan kananku dan membenamkan wajahnya dalam ketiakku. Aku yakin dia bisa mencium aroma ketiakku dengan lebih leluasa, sebab pakaian yang ku gunakan sekarang cukup tipis.861Please respect copyright.PENANAlnG921v93h
861Please respect copyright.PENANAiXi1X09aRY
Aku merasa geli ketika merasakan ketiak ku dijilati dari luar, seketika aku mendorong kepalanya pelan. “Jorok, ih,” kataku. Fajar tidak peduli, Kini giliran ketiakku yang satunya ia cium aromanya.861Please respect copyright.PENANAWGTMdyWO0L
861Please respect copyright.PENANAMfYQmFn0n1
Tubuh kami saling bersentuhan, terutama bagian dadaku yang ditindih oleh dadanya. Aku yakin dia pasti bisa merasakan kenyalnya kedua buah dadaku.861Please respect copyright.PENANA05QLOLTkUs
861Please respect copyright.PENANAdPKgVqLVYR
Permainan Fajar semakin liar, aku bisa merasakan tangan satunya meraba bagian pahaku. Lagi dan lagi, aku dorong pelan tangannya agar tidak menyentuh areh sensitif ku. Sebab aku memang benar-benar belum siap.861Please respect copyright.PENANAYeaIj0UDKR
861Please respect copyright.PENANAK3FWVyfqse
Bosan mencium ketiakku, dia mulai mencumbu bibirku kembali. Aku kembali memejamkan mata. Sambil kepalaku bersandar di penyangga sofa, aku membalas kecil lumatan-lumatannya.861Please respect copyright.PENANALSZYt6tjDU
861Please respect copyright.PENANAOJVdctGlh4
Lagi-lagi ia berusaha meremas buah dadaku, kembali ku halangi dan mendorong tangannya. Tangannya yang satu meraba pahaku. Aku sedikit kesulitan untuk mencegah aktivitas tangannya yang begitu nakal.861Please respect copyright.PENANAkFk2h7WfQ2
861Please respect copyright.PENANALPnVNq0R0V
Lumatan-lumatan yang dilayangkannya membuatku semakin bergairah. Perlahan, aku membiarkannya meremas buah dadaku. Posisi kami tampak seperti orang yang sedang bercinta, dengannya yang di atas sementara aku berada di bawah.861Please respect copyright.PENANAzkmgD59ejF
861Please respect copyright.PENANA9AmGgzJSTX
Suara-suara yang diciptakan dari percumbuan kami memenuhi ruang tamu. Semakin lama permainan Fajar semakin liar. Aku bisa merasakan celana kainku mulai terangkat melewati betis. Menampakan sekujur area kakiku yang putih dan bersih. Aku tidak ingin terbawa suasana, makanya kudorong pelan dadanya, dan cumbuan kami terlepas.861Please respect copyright.PENANAhy4l9AXhfo
861Please respect copyright.PENANAVPgdMS9BEe
“Udahan, Jar.” Aku mencoba bangkit.861Please respect copyright.PENANAneYXklbHJn
861Please respect copyright.PENANAkr9LfkiG9F
Fajar mengerti, ia tarik tubuhnya yang menghalangi lajuku. Kemudian duduk kembali di sofa. Aku mendorong tubuhku bangkit, lalu duduk sambil membenarkan celana, pakaian, serta jilbabku yang tampak berantakan.861Please respect copyright.PENANA3MRPmSey01
861Please respect copyright.PENANAC4HClDw7JE
“Ih, mukanya cemberut banget,” kataku sambil terkekeh memandangi wajahnya yang terlihat tanggung. Remaja jaman sekarang memang sangat mesum sekali.861Please respect copyright.PENANAjk3S1XoTqt
861Please respect copyright.PENANAq7WiOCWPau
Fajar menoleh dan memandangiku. Kemudian dia meraih kedua tanganku dan mengusap mesra jemari-jemariku. “Fajar pengen banget bercinta sama tante. Tapi, Fajar gak mau kalau tante terpaksa.”861Please respect copyright.PENANAGhNfWXKlmX
861Please respect copyright.PENANA2orMv7F2vi
Mendengarnya membuatku tersenyum haru, hubungan yang kami lakukan memang salah, tapi, setidaknya dia masih menghargaiku. “Makasih, ya, jar,” kataku.861Please respect copyright.PENANAaILJGYkdt8
861Please respect copyright.PENANA4tHMy7qJlh
Fajar menarik kedua tanganku menuju wajahnya. Tiba-tiba hatiku terasa hangat ketika dia mencium punggung tanganku bergantian.861Please respect copyright.PENANAuV0qfsSLmT
861Please respect copyright.PENANA9ZvICCRGhD
Terdengar suara Adzan berkumandang.861Please respect copyright.PENANAa64F3Ken9W
861Please respect copyright.PENANATAOm8hK9Jl
“Tante solat dulu, ya?” kataku. Walaupun aku melakukan zina seperti sekarang ini, tapi aku masih ingat akan kewajiban. Kemudian aku beranjak berdiri, lalu melirik Fajar yang mendongak menatapku. Aku melayangkan senyum singkat kepadanya, lalu menuju kamar dan melaksanakan solat magrib.
Bersambuing
861Please respect copyright.PENANALyBGegcVjD