Niko yang sedang menyusul Agen H guna membantunya meringkus Mr. X itu mulai menemukan tanda keberadaan mereka. Namun sesampainya Niko di area pertempuran antara Agen H dengan Mr. X, ia sudah terlambat karena Mr. X sudah berhasil melumpuhkan guru sekaligus seniornya itu. Karena Niko sangat ingin menangkap sekaligus membalaskan dendam ya pada Mr. X, ia lekas mempersiapkan sniper nya guna menghabisi Mr. X. Akan tetapi Mr. X yang terkenal dengan keberingasannya tak memberi kesempatan bagi mangsanya untuk melarikan diri. Betapa pilunya Niko ketika melihat guru sekaligus senior paling baik baginya sedang di siksa dengan cara yang brutal.
Niko yang sudah siap di posisi lekas menembakkan sebuah timah panas kearah Mr. X. Niko pun berkata.
"Mr. X.... Akan ku balaskan semua penderitaan yang telah kau berikan pada rekan-rekan ku." Teriak Niko yang mengarahkan tembakannya tepat di jantung Mr. X.
Akan tetapi karena emosi yang tak tertahankan lagi, tembakannya meleset dan malah menembus bahu Mr. X. Karena panik, Mr. X pun melarikan diri sambil menembakkan senjatanya secara membabi buta. Karena sudah dirasa aman, Niko menghampiri Agen H guna menghentikan pendarahannya. Tak lama setelahnya, bantuan pun datang dan lekas mengevakuasi Niko & Agen H. Agen H pun berbisik.
"N... Terima kasih karena telah menyelamatkan ku. Terima kasih karena selama ini telah menjadi junior ku. Terima kasih... Karena sudah menjadi teman ku." Ucap samar Agen H.
"H... Jangan banyak bicara dulu ku terluka sangat parah. Jangan meninggalkan ku lagi." Ucap Niko.
Mereka pun dibawa menuju rumah sakit guna melakukan perawatan intensif. Kehilangan banyak darah dan banyaknya luka, membuat Agen H mengalami kondisi kritis. Dokter menyarankan agar melakukan operasi besar dan harus dirujuk ke rumah sakit yang mumpuni. Tanpa pikir panjang, Niko membawa Agen H menuju rumah sakit yang berada di Washingtoon SC. Niko selalu berada disisi sang mentor agar ia bisa menghilangkan rasa risau nya.
Ditengah perjalanan, rombongan Niko yang ditemani oleh para medis mendapat kabar baik sekaligus kabar buruk. Kabar baiknya ialah Agen J yang sudah siuman dari koma panjangnya itu dan sekarang dalam kondisi yang cukup stabil. Sedangkan kabar buruknya Agen H sudah tak mampu bertahan hingga menghembuskan nafas terakhirnya. Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Agen H berkata.
"N... Sepertinya aku sudah tidak kuat. Mungkin inilah akhir dari perjalanan ku." Ucap Agen H.
"Enggak H... Kau harus tetap hidup. Siapa yang akan mengelus ku jika aku berhasil dalam sebuah misi. Siapa yang akan menasihati ku ketika aku sedang stuck. Siapa.... Siapa yang akan menemaniku makan tiap harinya di kantin kantor." Balas Niko.
Tiiiit...
Suara mesin pacu jantung pun berbunyi yang menandakan berhentinya detak jantung agen H. Dengan diiringi keheningan nan sunyi, agen H pun menghembuskan nafas terakhirnya. Itu membuat Niko menangis sejadi-jadinya. Niko masih tak percaya bahwa semua rekan berharganya hilang dalam pelukannya hanya dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun. Niko yang sangat terpukul memutuskan untuk beranjak ketempat agen J guna melihat kondisinya. Sesampainya di pintu rumah sakit, Niko yang sangat emosional pun bergumam.
"Ada apa dengan diriku ini. Mengapa aku bodoh sekali karena telah memilih pekerjaan yang menyakitkan ini." Gumam Niko.
"Mengapa semua teman berharga ku hilang dalam sekejap. Mengapa aku tak bisa melindungi mereka. Mengapa...." Lanjut Niko yang sangat emosional.
Niko pun bergegas memarkirkan mobilnya itu dan hendak masuk ke rumah sakit. Ketika hendak memasuki rumah sakit,
Tot...tot...tot...
Dari arah barat terdengar suara kontainer yang berkecepatan tinggi melaju tanpa kendali sehingga membuat Kontainer itu menabrak Niko hingga terhempas sejauh 50 meter. Karena kecelakaan itu membuat para warga sekitar memanggil para medis dan menelpon polisi guna membantu laka lantas tersebut. Terlihat pula beberapa warga mencoba mengevakuasi korban.
Dilain sisi, Niko yang tak kunjung sadar membuat Agen M.K bergegas melihat kondisi anak buahnya itu. Sesampainya agen M.K di kamar rawat, terlihat raut wajah agen M.K yang menahan kesedihan. Agen M.K pun bergumam.
"Ya... Tuhan... Mengapa ini semua bisa terjadi." Gumam agen M.K
"Mengapa hal tragis menimpa anak buah ku." Lanjut agen M.K dalam keputusasaan.
Agen M.K pun merenung sambil menonaktifkan timnya untuk beberapa saat. Sebulan kemudian, Niko pun mulai siuman dari tidur panjangnya itu. Niko pun bergumam.
"Di... Dimana ini. Mengapa ku terbaring di ranjang ini?" Gumam Niko penuh tanya.
"Oh iya... Aku harus segera bergegas melihat kondisi J." Lanjut Niko.
Ketika Niko melihat kearah kiri ranjang nya, ia melihat atasannya sedang tertidur dalam posisi terduduk. Karena Niko yang terbangun, membuat agen M.K ikut terbangun juga seraya berkata.
"N... Apakah ini mimpi...." Ucap Agen M.K.
"Sebenarnya apa yang terjadi Sir?" Tanya Niko.
"Semuanya kacau N. Agen J telah terluka, Agen H telah tiada, dan kau hampir membuatku bunuh diri." Balas Agen M.K.
"Hah.... Apa maksud anda Sir?" Balas Niko.
Agen M.K pun menjelaskan secara mendetail kalau ia sudah kehilangan banyak anggota berharga nya dan ia sudah memutuskan untuk tak melibatkan diri dari kasus-kasus yang berbahaya. Niko yang terdiam seolah mengerti dengan situasi yang dialami atasannya itu dan hendak mengalihkan pembicaraan mereka. Niko pun berkata.
"Lalu bagaimana keluargamu bisa kau beri makan Sir?" Tanya Niko.
"Kalau itu, aku sudah meminta tuk dimutasi ke kepolisian Texas. Setidaknya di sana aku hanya berhadapan dengan para pencuri, perampok, dan preman kelas teri." Jawab Agen M.K
"Tenang saja, kau dan J sudah ku pindahkan ke divisi yang lebih rendah tingkat resikonya. Jadi setidaknya kau masih bisa menjalani cita-cita mu di CIA." Lanjut agen M.K.
Tok...tok...tok....
Suara ketukan pintu seketika menginterupsi pembicaraan mereka. Dibalik pintu itu nampak Agen J yang penuh luka menangis haru ketika Niko sudah siuman. Agen J pun berkata.
"Syukurlah kau sudah sadar N." Ucap Agen J yang nampak lega.
"J.... Bagaimana keadaan mu sekarang. Apa kau sudah membaik?" Balas Niko.
"Ahh... Jangan pikirkan ku. Luka sekecil ini takkan membuat ku mati." Balas Agen J.
"Sekarang kau fokus dulu pada pemulihan mu." Lanjut J.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul tengah malam. J pun pamit karena tak ingin mengganggu istirahat Niko. Hari demi hari Niko lewati dengan terbaring di ranjang rumah sakit. Ia melewati masa-masa tersulit dalam hidupnya. Mulai dari kehilangan mentor berharganya, hingga harus mempertaruhkan nyawa dan karir orang-orang sekitarnya. Hingga tiba saatnya Niko mulai berfikir kalau keberadaannya hanya memberikan kesialan bagi rekan-rekan nya. Niko pun bergumam dalam gelapnya malam.
"Tuhan... mengapa ini semua terjadi." Gumam Niko yang berupaya menahan air mata.
"Mengapa hanya dalam hitungan bulan rekan-rekan ku lenyap satu demi satu. Mengapa aku sebodoh dan seegois ini. Apa mungkin karena diriku sehingga membuat rekan-rekan ku tersiksa." Lanjut Niko sambil tersedu-sedu.
Malam nan pilu itu pun ditutup dengan rintihan kegagalan dari Niko. Keesokkan harinya, tim dokter menyatakan kalau Niko sudah boleh beraktivitas kembali. Sambil tertatih-tatih, Niko pun keluar dari rumah sakit dan beranjak menuju penginapan terdekat. Niko berfikir kalau ia menjauh sejenak dari rekan-rekannya, maka rekan-rekannya tidak akan menderita karena ulahnya. Namun baru sampai lobby rumah sakit, terlihat agen J yang seperti biasa hendak menjenguk Niko. Niko pun berusaha menghindar seraya bergumam.
"Aduh... Ada J lagi. Aku harus sembunyi karena mungkin keberadaan ku dapat membahayakannya." Gumam Niko.
Niko pun terpaksa mundur karena ia tak ingin keberadaannya diketahui oleh agen J. Maklum saja, ini karena Niko tak memberi tahu pada siapapun tentang kepulangannya. Niko bersembunyi di ruang ganti perawat dan mulai menyamar sebagai perawat. Dengan rasa sakit yang dipendamnya, Niko pun mulai melewati agen J. Disaat Niko berpapasan dengan J, disaat itu pula Niko terkena kesialan. Agen J yang dengan polosnya bertanya pada Niko yang sedang menyamar sebagai perawat. J pun berkata.
"Maaf permisi sus mau tanya. Ja... jadwal pulang pasien atas nama Niko Shimazu kapan ya sus?" Kata J yang sedikit curiga.
Niko pun panik dan mulai mencoba tuk mengubah suaranya. Niko pun membalas.
"Ka... Kalau itu bisa ditanyakan pada bagian administrasi pak." Ucap Niko yang terlihat panik.
"Baik terima kasih sus." Balas J sambil memegang pergelangan tangan sang suster.
Tujuan J memegang pergelangan tangan sang suster karena J ingin memasang alat penyadap sekaligus GPS. Ini dikarenakan kecurigaan J terhadap sang suster dan ia berfirasat kalau ia tak asing dengan tingkah laku sang suster. Setelah perbincangan singkat itu, mereka berdua pun berpisah. Tentu agen J tidak sebodoh itu, ia tak pergi ke ruangan Niko melainkan mendengarkan hasil sadapan nya. J pun dibuat terkejut setelah mendengar suara sang suster. Suara itu ternyata sangat teramat mirip dengan suara Niko. J pun mengejar sang suster karena ia sudah menduga kalau itu pasti Niko yang sedang menyamar. Sesampainya J di lobby rumah sakit, J pun bergumam.
"Dimana dia... Mengapa dia melakukan ini semua." Gumam J.
J pun keluar dari rumah sakit sambil menghubungi agen M.K. seraya berkata.
"Pak... Niko sudah keluar dari rumah sakit. Apa bapak tahu kabarnya kalau ia sudah diperbolehkan pulang?." Kata J dalam telepon.
"Hah... Niko gak bilang apa-apa ke saya kalau dia sudah boleh pulang." Balas agen M.K
"Sekarang cepat kamu cari Niko karena khawatir jika dia belum pulih total." Lanjut agen M.K.
J pun berhasil melacak keberadaan Niko melalui GPS yang sebelumnya telah ia pasang. J sedikit terkejut ketika mendapati bahwa GPS yang terpasang pada Niko mengarah pada sebuah bandara. Melihat hal tersebut membuat J sontak mengejar Niko karena ia takut akan terjadi hal yang buruk padanya.
Sesampainya di bandara, J dibuat panik karena ia kehilangan jejak Niko. Sudah hampir 1 jam lamanya GPS itu tidak menunjukkan pergerakan. Lantas J pun pergi menghampiri keberadaan dari GPS itu karena ia tak ingin Niko menjadi korban selanjutnya dari Mr. X. Sesampainya di lokasi GPS, J dibuat terkejut sekaligus takjub akan kecerdasan Niko. J melihat posisi GPS itu sudah menempel pada kotak barang pemeriksaan metal detektor. J pun berkata.
"N... Dimana kau saat ini. Mengapa kau mempersiapkan semua ini." Kata J.
"Tenang James tenang. Sekarang lebih baik fokus untuk mencari keberadaan N. Ia pasti tak jauh dari sini." Lanjut J.
Tuit... Tuit....
Suara pesan masuk memecahkan kegelisahan J. Ia mendapat informasi dari agen M.K. bahwa N hendak pergi diam-diam menuju Indonesia. M.K. pun menemukan secarik kertas yang berisikan permintaan maaf sekaligus keinginan N untuk keluar dari CIA. Dengan segala cara J pun menghentikan seluruh penerbangan yang hendak menuju Indonesia. Dalam kebingungan dan keputusasaan, J terus mencari N tanpa mengenal lelah. Hingga akhirnya ia menemukan seorang wanita dengan postur dan cara jalan yang sama persis dengan N. Tanpa basa basi, J pun menghampiri wanita tersebut karena hatinya berkata kalau itu adalah N seraya berucap.
"N... Mengapa kau ingin lari dari kami semua?" Ucap J.
"Ma... Maaf pak kau siapa ya?" Balas wanita itu.
"Sudahlah N. Hentikan sandiwara ini. Kau sudah tak bisa menipuku lebih dari ini." Pungkas J.
"Sekarang kita kembali ya ke kantor dan luruskan kejadian ini disana." Lanjut J.
Karena Niko yang sudah tak berkutik dihadapan J membuat Niko tak punya pilihan selain mengungkapkan perasaannya seraya berkata.
"Cukup J cukup. Aku sudah gak bisa berada disisi kalian lagi. Aku akan hanya jadi beban bagi tim ini." Balas Niko dengan mata yang berkaca-kaca.
"Enggak N enggak. Kami tak pernah sedikitpun berfikir demikian. N plis N apa kau mau membuang semua prestasi serta kenangan yang telah terukir selama 1 tahun ini. Apa kau ingin membiarkan karir mu hancur disaat sedang bagus-bagusnya." Ujar J.
Plak
Suara tamparan terdengar dari wajah J.
"Keputusan ini sudah bulat dan jangan kau cari aku lagi. Ternyata kau memang tak bisa mengerti diriku ya J." Ucap Niko sambil meneteskan air mata.
Dengan wajah yang nampak syok dengan keadaan J pun berkata.
"Aku melakukan ini semua demi kamu N. Itu karena sebenarnya aku sayang sama kamu. Plis N pikirkan baik-baik dengan pikiran yang jernih ya." Balas J sambil memeluk erat Niko.
"Apanya yang demi aku. Kau hanya mementingkan pekerjaan saja kan J. Pikirkan bagaimana perasaan ku ketika rekan-rekan ku perlahan dihabisi oleh bajingan itu." Kata Niko sambil menangis.
"Bayangkan keadaan batin yang sangat teriris ketika Houston meregang nyawa dengan tragis. Coba pikirkan bagaimana kau menghancurkan karir atasan mu dalam sekejap. Coba rasakan... Coba kau rasakan ketika kau setiap malam bermimpi tentang rekan mu yang terbaring koma diatas ranjang pesakitan." Lanjut Niko.
"Yosh... Yosh... Ceritakan semuanya padaku ya. Luapkan seluruh emosi mu pada ku " Ucap J sambil mengelus kepala Niko.
"Sudah cukup. Aku sudah sangat muak dengan mu J." Ucap Niko sambil meninggalkan J.
Akhirnya, bandara seakan menjadi saksi bisu tentang perpisahan dua insan itu.
ns 15.158.61.45da2