#1 Namaku Laras
824Please respect copyright.PENANATKhbaPgUV5
“Umi cuma punya dua tangan!” Seruku kepada mereka berdua yang sibuk ke sana-kemari. “Abi, makan dulu, ih!” seruku lagi kepada suamiku sambil membolak-balik ayam di penggorengan dengan gemercik minyak yang meletup-letup kecil.824Please respect copyright.PENANATy87PhHdyc
824Please respect copyright.PENANAateX48VDDV
“Abi gak ada waktu, mi. Udah telat!” Jawab Suamiku, Dimas. Ia terlihat sibuk membenarkan dasinya yang sedikit miring. “Abi berangkat dulu.” Dimas menghampiriku dan memelukku dari belakang, tak lupa ia mengecup puncak kepalaku dengan mesra.824Please respect copyright.PENANAjTCROvul6u
824Please respect copyright.PENANAs5dG6OGHVc
“Adit jangan sampe telat!” Kata Dimas kepada Adit, anakku.824Please respect copyright.PENANA5TrUHwXxgi
824Please respect copyright.PENANA8HDK0QK4iK
Adit mengangguk. “Hati-hati, Bi.” Ia duduk di meja makan dengan seragam rapi. Dimas tersenyum dan kemudian menghilang dari meja makan.824Please respect copyright.PENANAKlJl9O5E8G
824Please respect copyright.PENANAbMtZLvdA4h
Aku meletakan dua ayam goreng di meja makan, lalu duduk berhadapan dengan Adit, anakku satu-satu-nya. Adit sangat mirip dengan suamiku, dari wajahnya, sifatnya, pun caranya makan, seperti kloningan sempurna tanpa cacat.824Please respect copyright.PENANAxcGkV6bjhZ
824Please respect copyright.PENANAc4ML4Bd838
Adit menyendok Nasi ke piringnya dan mengambil satu goreng ayam bagian paha.824Please respect copyright.PENANAoVmja7KTFA
824Please respect copyright.PENANAcPdL09KJWu
“Jangan buru-buru, sayang.” Aku menuangkan air ke gelas dan menyodorkan kepadanya.824Please respect copyright.PENANAGGrj0cclyU
824Please respect copyright.PENANAUiSmqxLDF5
“Takut telat, bun,” kata Adit. Hari senin memang sangat sakral bagi sebagian anak SMA kelas tiga seperti anakku ini.824Please respect copyright.PENANAfJDs6XUnYC
824Please respect copyright.PENANAdfTx57RL2F
“Nanti keselek, lho,” kataku, memperingatinya.824Please respect copyright.PENANAOH2YkGgEus
824Please respect copyright.PENANAZh1s7xhJPv
Adit menghiraukan. Ia makan dengan terburu-buru. Tak lama kemudian, ia berdiri. “Adit berangkat dulu, ya, bun.” Ia menghampiriku. Aku berdiri dan mengulurkan tangan. Dengan takzim Adit mencium punggung tanganku.824Please respect copyright.PENANAGwIms5oGsi
824Please respect copyright.PENANAVB6iV866Rf
“Hati-hati, sayang,” kataku sambil mengusap rambutnya. “belajar yang giat.” Adit tersenyum, lalu melangkahkan kakinya keluar rumah.824Please respect copyright.PENANAbZfU2u8Mfl
824Please respect copyright.PENANAKJEAE8Ybsz
ia berangkat ke sekolah menggunakan motor. Walaupun aku tak membenarkan hal seperti itu, sebab ia sendiri tidak memiliki SIM. Tapi, aku selalu memperingatinya untuk selalu menggunakan Helm. Lagian, suamiku terlalu sibuk untuk mengantar-jemputnya. Aku sendiri? Tak bisa mengendarai motor maupun mobil.824Please respect copyright.PENANAScgVw6Ju6W
824Please respect copyright.PENANArQHV4vfaT4
Dari jaman kuliah, aku selalu menggunakan Taxi atau alat transportasi lainnya. Dahulu, Umiku selalu berkata, Laras, kamu harus belajar nyetir. Mau sampe kapan kamu bergantung sama Abi? Aku hanya tersenyum dan mengganguk. Abi pun begitu, Mbak, mau diajarin nyetir mobil? tanya Abi kepadaku, sewaktu-waktu. Aku hanya menggeleng. Menolak.824Please respect copyright.PENANAUrByrpuZX5
824Please respect copyright.PENANA0UG6zGPsTR
Aku mempunyai ketakutan tersendiri soal berkendara. Sewaktu aku masih kelas 4 Sd, aku menyaksikan anak yang seumuranku tertabrak mobil, tepat di hadapanku. Dan itu sungguh menyeramkan sekali. Apalagi untuk anak yang usianya baru menginjak 10 tahun. Sampai sekarang, kejadian tersebut masih terlintas di pikiranku. Tidak bisa menghilang, dan menghantui terus menerus, seperti sebuah pembelajaran yang harus kuingat-ingat.824Please respect copyright.PENANA1BAOfqYfuo
824Please respect copyright.PENANA2jjG3oV496
Seperti ibu rumah tangga pada umumnya, aku menghabiskan sebagian waktuku di rumah, berkemas, berbelanja keperluan dapur, dan sebagainya. Di usiaku yang ke 38 tahun, aku harus tetap produktif dan terus melakukan kewajibanku sebagai istri sekaligus ibu.824Please respect copyright.PENANAc1VvYIdjUn
824Please respect copyright.PENANAPE7PmZZ55m
Aku teramat bahagia sepanjang pernikahanku dengan Dimas. Aku bersyukur sekali menikahi lelaki yang ku kenal sejak dari bangku perkuliahan itu. Dimas, adalah sosok lelaki yang penyabar, sholeh, dan penuh tanggung jawab. Tidak seperti di film-film, kami tak pernah bertengkar hebat, palingan bertengkar karena masalah sepele. Dimas juga sosok imam yang baik, ia selalu memperingatkanku terhadap kewajibanku terhadap Tuhan. Apapun yang terjadi, bunda gak boleh ninggalin solat. Begitulah ia sering menasehatiku.824Please respect copyright.PENANANModTlqxvj
824Please respect copyright.PENANAU8TZhK5Oo5
Sewaktu kuliah, Dimas adalah kating-ku. Dimas lebih tua dua tahun di atasku. Ia sering ikut organisasi. Kami bertemu di salah satu organisasi literasi. Aku masih ingat ketika pertama kali ia menghampiriku dan berkata, saya mau mengenal kamu lebih jauh, tapi, saya gak mau mengajak kamu dalam kemaksiatan. Mengingat-ingat itu, membuatku tergelitik. Kemudian, pendekatan kami terus berlanjut. Kami tidak pernah memiliki hubungan yang disebut pacaran, aku sendiri menghindari sebuah maksiat yang dinamakan Zina. Sedari kecil, aku sudah dibentuk oleh agama yang kuat, Abiku pemilik pesantren, jadi tidak heran aku selalu menjalani kehidupan seusai syariat agamaku.824Please respect copyright.PENANA4OvgPyWpVM
824Please respect copyright.PENANA6b18LAOt7w
Begitupun Dimas, ia memegang teguh norma-norma agama. Tidak pernah sekalipun ia menyentuhku sebelum menikah. Satu tahun setelah aku Wisuda, Dimas segera melamarku. Hari-hari indah itu masih jernih dalam ingatanku. Ia datang bersama keluarganya. Dimas tampak elegan dengan baju koko dan senyum yang tergores di wajahnya.824Please respect copyright.PENANAIetDdkA5w3
824Please respect copyright.PENANAauInsWAHAm
Di ruang tamu rumahku keluargaku dan Dimas berkumpul. Saling tertawa dan membahas perihal tujuan kedatangan keluarganya. Aku hanya mengulum senyum dan menunduk di antara keramaian. Gimana, mbak? Tanya Abi kepadaku perihal lamaran Dimas. Aku mengangguk dan tersipu. Menerima lamarannya.824Please respect copyright.PENANA72xx7ac16C
824Please respect copyright.PENANAmkwsaUbr1A
Malam pertama kami begitu kakuk. Kami duduk di ranjang tanpa bercakap sepatah-kata. Dimas sama sekali tak bergerak untuk menyetubuhiku. Begitupun aku, aku sama sekali tidak mempunyai pengalaman perihal sex. Maka, malam pertama kami, tidak ada persetubuhan, kami sama-sama tertidur pulas sebab letih menyambut tamu.824Please respect copyright.PENANAcqDsnoOQ5L
824Please respect copyright.PENANA8FtlWfYlaZ
Di minggu pertama, Dimas merenggut perawanku. Aku bahagia bisa memberi mahkotaku kepada suamiku, bukan kepada orang lain. Dan sebagai orang yang sudah menikah, menyenangkan suami tentu saja mendapatkan sebuab imbalan berupa pahala.824Please respect copyright.PENANAhi1EixynCz
824Please respect copyright.PENANAI56JIccUiy
Tahun-tahun berlalu. Pernikahan kami semakin erat sampai detik ini. Hasil dari pernikahan kami adalah Adit, anak cowokku, dan satu-satu-nya.824Please respect copyright.PENANArGY2MYpV08
824Please respect copyright.PENANA5s2VUdU4hS
Adit, anakku, tergolong anak yang sopan dan sholeh. Aku selalu mengajarkannya etika-etika mendasar yang harus ia pahami. Di masyarakat sekarang, banyak sekali hal-hal melenceng yang jauh dari Etika-etika dan norma yang berlaku. Aku, sebagai ibu, tidak ingin anakku sampai terjatuh ke dalam sebuah jurang yang dinamakan kemaksiatan.824Please respect copyright.PENANAWFOzKnZmIt
824Please respect copyright.PENANA5ftmGUO5p0
Aku termasuk selektif kepada anakku. Aku tidak ingin dia berteman dengan sembarangan orang. Remaja-remaja seumurannya pastilah ingin mencari jati diri. Tapi, sebagai ibu aku tidak ingin dia terlampau jauh. Seperti mengikuti tawuran, narkoba, sex bebas, dan sebagainya. Oleh karena itu aku membatasi pergaulannya.824Please respect copyright.PENANAYcmJMinhGv
824Please respect copyright.PENANASExzFy2BY5
Yang aku tahu, Adit, hanya memiliki satu sahabat, Namanya, Fajar. Aku sendiri mengenal Fajar sudah lama. Ia adalah sahabat anakku sedari kecil. Aku mengenal baik Remaja bernama Fajar itu, bahkan aku sudah menganggapnya sebagai anakku sendiri. Selain ia periang dan sopan kepada yang lebih tua. Ia juga sering mengarahkan Adit ke hal-hal yang bersifat positif. Aku memang cukup dekat dengan Fajar, kami sering berbincang, sebab ia sering berkunjung ke rumahku. Selain ia sahabat anakku sedari kecil, ia juga satu sekolah dengan Adit. Oleh karena itu aku sering bertanya perihal perkembangan Adit di sekolah.824Please respect copyright.PENANAjLueULcCwK
824Please respect copyright.PENANAGw3mURWAKa
Aku juga menaruh simpati kepada Fajar. Ia hidup hanya berdua dengan neneknya. Sepengetahuanku, ibunya meninggal sewaktu melahirkannya. Ayahnya sendiri adalah pria yang tidak bertanggung jawab, yang lepas tangan ketika ibunya hamil.824Please respect copyright.PENANAvyScKy4OlB
824Please respect copyright.PENANANFpYjz6nKF
Fajar, cukup dewasa untuk anak seusianya. Ia sudah bekerja dan menghasilkan uang sendiri. Walaupun ia bekerja serabutan. Kadang, aku juga sering mengantar makanan ke rumahnya. Simpatiku kepadanya mendapat dukungan dari Suamiku. Sesama manusia kita memang harus berbagi, mi. Kata Dimas kepadaku. Abi bangga sama Umi.824Please respect copyright.PENANANRl1Zmnsr4
824Please respect copyright.PENANADSvqxXZaMN
Seperti biasa, sepulang sekolah, Adit dan Fajar sering menghabiskan waktu bermain PS. Aku tak mempermasalahkan hal tersebut, asalkan mereka masih ingat waktu untuk ibadah. Seperti yang di lakukan mereka sore ini. Selepas pulang sekolah, Adit lekas menghambur ke kamarnya, diikuti oleh Fajar. Aku hanya menggeleng melihat tingkah dua remaja itu.824Please respect copyright.PENANAB4tZBcsKv7
824Please respect copyright.PENANAaVKwlLU05E
Terdengar deru langkah. Aku menoleh ke belakang. Fajar tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.824Please respect copyright.PENANAdmWzryy2sd
824Please respect copyright.PENANA5rQiID7zas
“Udahan main PS-nya?” Tanyaku.824Please respect copyright.PENANAW0ibx6rMnp
824Please respect copyright.PENANAcdxPvc3ZpR
Fajar duduk di hadapanku. Meja menjadi penengah di antara kami. “Udah, tan,” jawabnya.824Please respect copyright.PENANAYjDOthrXcV
824Please respect copyright.PENANARKyP2Bxhnn
Aku dan Fajar memang selalu mengobrol. Sekedar membahas buku-buku baru-baru ini yang kami baca, atau sedikit berdiskusi perihal hal-hal tentang kehidupan. Fajar, jauh lebih dewasa dari anakku, terlihat dari bacaan nya yang berat, dan juga pemikirannya yang sering kali membuatku terpukau.824Please respect copyright.PENANA9bcIYIJM4l
824Please respect copyright.PENANAppAP46x9ch
“Novel Kafka yang kemarin udah dibaca habis, Tan?” tanya Fajar.824Please respect copyright.PENANARMITKA8WM0
824Please respect copyright.PENANAjavnqwPOnt
“The Castle, udah,” kataku. “Kalau Metamorfosis, baru setengah halaman.”824Please respect copyright.PENANALxwvmVfkX8
824Please respect copyright.PENANAu8Q2BR223k
Fajar mengangguk.824Please respect copyright.PENANAkTj1a9Luvx
824Please respect copyright.PENANAFcoBw0Zras
“Kamu udah makan?” tanyaku. “Kalau belum, tante ambilin, mau?”824Please respect copyright.PENANAmqHTajMx40
824Please respect copyright.PENANAik91c3xltB
Fajar tersenyum lebar. “Belum, Tan.” Ia terkekeh.824Please respect copyright.PENANAHTV04o4dyq
824Please respect copyright.PENANAe8lPLXxN4a
Aku mengernyitkan wajah dan tersenyum kepadanya. “Dasar kamu.” kataku, kemudian berdiri. “Ayo.”824Please respect copyright.PENANAe3sU99iHxg
824Please respect copyright.PENANAJMnoIjru37
Kami berpindah ke meja makan. Aku meletakan sepiring nasi dengan lauk ayam goreng di meja. Dengan lahap Fajar menyantap masakanku. Aku tersenyum melihatnya makan dengan lahap.824Please respect copyright.PENANAc5tgwxFPpy
824Please respect copyright.PENANAziRj4B1SXY
Aku menuangkan air dan menyodorkan kepadanya. “Kalau kamu laper, jangan sungkan datang ke sini, Jar.” Aku beranjak duduk.824Please respect copyright.PENANAYWp6uegsGo
824Please respect copyright.PENANApPi0dQX1Qn
Fajar menjawab dengan mulut yang penuh, “Makasih, Tan.”824Please respect copyright.PENANAw60YyLCoS9
824Please respect copyright.PENANA7boeywjkI5
“Udah, habisin dulu makanannya, baru ngomong,” kataku.824Please respect copyright.PENANAQSDgRS610c
824Please respect copyright.PENANA6ee52CyBdK
“Tante baik banget, tambah sayang, deh,” Ia tersenyum kepadaku dengan piring yang sudah kosong. Ludes tak bersisa.824Please respect copyright.PENANAE78TNKoqYu
824Please respect copyright.PENANACX0EW6N3yW
“Tante, kan, memang baik,” kataku, bangga.824Please respect copyright.PENANAk07EUdVX0u
824Please respect copyright.PENANAMZokoQy3es
Fajar meneguk air. “Semoga kelak dapet istri kaya tante, amin,” Ia melayangkan senyum riang kepadaku.824Please respect copyright.PENANAJ7i1HuI61u
824Please respect copyright.PENANATO5HSss1T5
Aku terkekeh. “Makanya, sekolah yang bener, kejar cita-cita. Biar kelak sukses, dan dapat pasangan yang setara.”824Please respect copyright.PENANA8eiinTctIM
824Please respect copyright.PENANAqIANcr4KY4
Fajar menatapku, dalam. Kemudian tertawa. Aku menatapnya bingung, “Kenapa, ih?” tanyaku. “Wajah tante aneh, ya?” Aku mengeluarkan ponselku dan berkaca di layar hitam, sekiranya ada sesuatu yang menempel di wajahku.824Please respect copyright.PENANAfbyRT8Tzqm
824Please respect copyright.PENANAO7vgu3ha0h
Fajar malah terkekeh. “Tante cantik, banget.”824Please respect copyright.PENANAeUOdRNIJ2t
824Please respect copyright.PENANAlskt4ZqhtU
Aku malah tersipu. Agak malu, aku bertanya, “Kamu belajar gombalan dari mana?”824Please respect copyright.PENANAsyeRR2ufDW
824Please respect copyright.PENANAvhc2YBAZ1Z
Fajar berdehem. “Dari sini.” Ia menunjuk dadanya. “dari hati.”824Please respect copyright.PENANAtlRSp9ugyP
824Please respect copyright.PENANAlCU8tI6DCR
Aku menggeleng. Fajar tidak seperti biasanya. Baru kali ini ia berani menggombaliku. Aku tak menganggap serius, mungkin ia bermaksud bercanda dan mencarikan suasana.824Please respect copyright.PENANAZdT7K9UUYi
824Please respect copyright.PENANAdrYtqrOaaq
Fajar sendiri memiliki tampang wajah yang menurutku lumayan tampan. Yang membuatnya menarik adalah, tingginya yang berkisar 178 Cm, yang jika aku berjalan bersampingan dengannya, aku terlihat pendek sekali. Remaja sepertinya memang masih dalam masa-masa pertumbuhan. Mungkin di kalangan remaja putri, sosok fajar adalah yang diidamkan-idamkan.824Please respect copyright.PENANAR8BFmaBomv
824Please respect copyright.PENANAzV1iSK2xoB
Aku mengambil piring bekas Fajar makan. Ruang makan dan dapurku menyatu. Selain hemat tempat, juga lebih Efisien. Aku membuka keran. Percikan air membasahi piring, tak lupa aku usap lembut dengan spons.824Please respect copyright.PENANAGJgqu3pmCG
824Please respect copyright.PENANA2vySMZhIQc
Fajar menghampiriku. Bahu kami saling bersentuhan. Aku memang sudah menganggapnya anakku sendiri, tapi, kami bukanlah muhrim. Tentu saja aku merasa risih. Tapi, entah kenapa ada perasaan tidak nyaman di hatiku jika aku bergeser.824Please respect copyright.PENANAOZ720oovtV
824Please respect copyright.PENANAYL6KVYYXss
“Fajar aja yang cucinya, tan.” Fajar meraih piring dari tanganku. “Tante duduk aja.”824Please respect copyright.PENANAL5aFohfBmP
824Please respect copyright.PENANAjUHoisEi0K
Aku mengiyakan. Lalu duduk di bangku meja makan. Tak lama, Fajar menyusul, duduk di sebelahku. Hening sejenak. Tidak ada obrolan. Hanya bunyi detik jam dari kejauhan yang mengisi keheningan. Sampai akhirnya, Fajar memecah hening.824Please respect copyright.PENANA5HuNUb5QAC
824Please respect copyright.PENANAlWuUghh2m8
“Makasih, tan,” Ia melirikku. “Tante baik banget sama Fajar.”824Please respect copyright.PENANA1Wq0wxHUNp
824Please respect copyright.PENANAADNhEXZi2P
Aku menoleh ke arahnya dan tersenyum. “Jar, udah kewajiban manusia untuk berbuat baik sesamanya,” kataku. “Lagian, kamu juga udah bantu tante banyak, kok.”824Please respect copyright.PENANAVcTquVD7f9
824Please respect copyright.PENANA94XbBO3vrd
Mata kami bertemu. lima detik kami saling bertatapan. Tidak ada yang mau mengalah. Entah kenapa wajahku kaku, enggan untuk berpaling.824Please respect copyright.PENANA9Jko8oV8qd
824Please respect copyright.PENANAPIVB4HvNPT
“Cie pacaran.”824Please respect copyright.PENANAAVmxdBycvt
824Please respect copyright.PENANANVVStnC8VJ
Sontak aku memalingkan wajah, beralih menatap anakku yang beranjak duduk di hadapan kami.824Please respect copyright.PENANAGy23b8QwZA
824Please respect copyright.PENANAbjBsQPI8RY
“Mi.” Adit menggaruk kepalanya. ia terkekeh ringan. Jika sudah begini, pastilah ada yang diinginkannya. “Boleh gak Adit ikut camping sama teman sekolah?” tanyanya, kemudian.824Please respect copyright.PENANA6n7kg3pDHT
824Please respect copyright.PENANAQRq7qKAWl1
Aku menghela nafas. “Camping sekolah?” tanyaku menyelidik. “kalau kalian yang adain acaranya, Umi engga kasih izin.”824Please respect copyright.PENANAWmW3sX3t82
824Please respect copyright.PENANAYrRk6rCdhq
Adit terlihat berfikir sejenak, kemudian berkata, “Dari sekolah, Mi. Acara pramuka,” jawabnya. “Iya, kan, Jar?” ia melirik Fajar.824Please respect copyright.PENANAYGviwbKBC0
824Please respect copyright.PENANAKJAqp8CcLM
Aku menatap tajam ke arah Fajar, memintanya hendak berkata jujur. Fajar terkekeh dan berkata, “Engga, tan. Adit bohong. Kemah pramuka udah selesai bulan kemarin.”824Please respect copyright.PENANAYFZsKdCjww
824Please respect copyright.PENANAIko44T36wJ
Aku balik menatap Adit. Adit menunduk. “Kenapa bohong sama Umi?” tanyaku, sedikit galak. “kamu gak boleh bohong sama orang tua. Dosa.”824Please respect copyright.PENANAJJFVLvlfoh
824Please respect copyright.PENANAELfmvM01H8
Sambil menunduk, Adit berkata, “Maaf, bun. Lagian kalau Adit jujur, Umi engga kasih izin juga.”824Please respect copyright.PENANAvtM1A5Bwur
824Please respect copyright.PENANAX0dJlMwytr
“Tapi, bukan berarti kamu harus bohong, kan?” Aku menghela nafas lagi, cukup dalam. “yaudah, kali ini Umi izinin. Tapi, awas aja kamu macem-macem.”824Please respect copyright.PENANAiFRjiW6Edh
824Please respect copyright.PENANAM87zkLbtcZ
Adit mendongak menatapku dengan binar di mata. “Makasih, Umi. Sayang Umi banyak-banyak.”824Please respect copyright.PENANA5ucF8bPJ84
824Please respect copyright.PENANAgwFvHGWCmB
Aku tertawa ringan, lalu menoleh ke Fajar. “Kamu awasi Adit, Jar.”824Please respect copyright.PENANAW5BeDpOWNm
824Please respect copyright.PENANAjoZc5cqWHH
“Fajar gak ikut, tan.”824Please respect copyright.PENANA32XqSlOCh5
824Please respect copyright.PENANAsZUCHZUrOh
Adit menimpali, “Fajar sama Adit gak satu kelas, Mi. Acara ini, khusus buat kelas Adit aja.”824Please respect copyright.PENANAhZv2C9gHXY
824Please respect copyright.PENANA7f2KJSqRcS
Aku mengangguk, paham. “Yaudah. Kamu jangan aneh-aneh, ya, sayang.” Kataku sambil tersenyum menatap Adit.824Please respect copyright.PENANAu92kT2dt8D
824Please respect copyright.PENANAxqWJyQgQwW
Adit menggangguk, antusias. “Siap Umi.”824Please respect copyright.PENANAu0faUFuOse
824Please respect copyright.PENANA0NeCxUYN4Z
***824Please respect copyright.PENANA0dfE7dPAhj
824Please respect copyright.PENANAYl3SnCi8hi
Minggu pagi adalah hal yang paling di tunggu. Terutama bagiku. Di minggu pagi, aku bisa merehatkan tubuhku sejenak, bisa bermain ponsel sepuasnya, atau bisa membaca buku dengan khidmat. Seperti yang aku lakukan sekarang, di ruang tamu di sebelah suamiku.824Please respect copyright.PENANA7HcRuL8Wa3
824Please respect copyright.PENANA73btpy2yTu
Suamiku, Dimas, sibuk dengan laptop di pangkuannya. Ia cukup sibuk sekalipun adalah hari minggu. Dimas memang tipe-tipe Pekerja yang ambisius. Berkerja di bidang hukum membuatnya harus ekstra mengeluarkan tenaga. Terkadang, ia tak ingin di ganggu perihal kerjaannya.824Please respect copyright.PENANAlkxBnXyeML
824Please respect copyright.PENANAx1Yka77lZI
Aku menghela nafas, bosan. “Bi, ke toko buku, yuk.” Aku meraih lengannya, dan menyandarkan kepalaku di bahunya. “Umi mau beli buku itu lho, yang best seller itu.”824Please respect copyright.PENANAWu3Y9DPODG
824Please respect copyright.PENANAAUeUYhsucq
“Apa?” Dimas masih fokus menatap layar laptop.824Please respect copyright.PENANAkTUEp13jdY
824Please respect copyright.PENANAHZ52ROvDvD
Aku mendengus. “Karyanya Eka Kurniawan, Cantik itu luka.”824Please respect copyright.PENANAaE4YV77VFA
824Please respect copyright.PENANAAuFd8s9tt1
“Jangan, umi,” Bunyi ketukan keyboard terdengar. “gaya bahasanya vulgar. Gak cocok sama umi.”824Please respect copyright.PENANAevfzL1AS1i
824Please respect copyright.PENANAc2qeJel0XZ
Sedikit sebal, aku melepaskan lengannya dari pelukku. Tapi, Dimas sama sekali tak menggubris kekesalanku. “Abi, Ih.” aku merengek sambil memanyunkan bibir. “Umi ngambek, lho, ini.”824Please respect copyright.PENANAHCXIu8YmOA
824Please respect copyright.PENANAnn7fjJ2p7r
Akhirnya Dimas menoleh ke arahku. Ia tersenyum, kemudian mendaratkan tangannya di puncak kepalaku. mengelus kepalaku yang terbalut jilbab. “Abi lagi ngerjain laporan. Minta antar sama Adit, ya?”824Please respect copyright.PENANA21OdhNpzXE
824Please respect copyright.PENANAwDGc60liRz
Aku mengangguk, terpaksa. Tak lama terdengar suara melengking Dimas memanggil Adit. Yang di panggil segera hadir.824Please respect copyright.PENANAVvlnVjKbuJ
824Please respect copyright.PENANAcjQ5g2twKY
“Kamu anterin umi ke toko buku,” Kata Dimas kepada Adit.824Please respect copyright.PENANA6S694NJ4uv
824Please respect copyright.PENANAxaUmPX89Qa
Sambil berdiri, Adit berkata, “Adit bentar lagi berangkat, bi. Mau camping. Minta antar sama fajar aja, ya?”824Please respect copyright.PENANAdkysCp8RrM
824Please respect copyright.PENANAL714lFNeFF
Dimas berfikir sejenak, kemudian suaranya melengking ke penjuru ruang, memanggil Fajar.824Please respect copyright.PENANAjOfw4WCLQz
824Please respect copyright.PENANAQy9Mc2hWt3
Setiap minggu, Fajar memang selalu berkunjung ke rumahku. Dan suamiku sendiri tidak mempersalahkan kehadiran Fajar. Bagi Dimas, Fajar adalah sosok remaja yang ulet sopan. Kadang ada beberapa pekerjaan rumah yang ia selesaikan. Sewaktu dulu, ketika atap genteng bocor, Fajar lah yang menambalnya. Ketika keran air rusak, Fajar yang memperbaiki. Sikap Fajar yang seperti itu, membuat suamiku menyukainya.824Please respect copyright.PENANA7zgQu3X6ha
824Please respect copyright.PENANAseR7EnZ5mq
“Jar, kamu anterin Umi ke toko buku, ya.” Kata Dimas kepada Fajar yang berdiri di sebelah anakku. “Kamu bisa nyetir, kan” Dimas meletakan kunci mobil di atas meja, di samping vas bunga.824Please respect copyright.PENANAGwZoPJuOrk
824Please respect copyright.PENANAclO6gaIbmj
Fajar mengangguk. “Bisa, om.”824Please respect copyright.PENANAAEXqghNi4e
824Please respect copyright.PENANA2BgXV0kn9I
Fajar memanggil aku dan suamiku dengan kata ganti, “Om-tante”, padahal Dimas menyuruhnya untuk memanggil nama kami dengan, “Abi-umi”, tapi ia menolak.824Please respect copyright.PENANAXbpflK66P3
824Please respect copyright.PENANAOMG4tRJvHM
“Umi ke toko bukunya sama Fajar aja, ya,” kata Dimas kepadaku.824Please respect copyright.PENANAg371adK3kv
824Please respect copyright.PENANAHfoF2jNc0K
Aku mengangguk.824Please respect copyright.PENANAK1KUeXJkg7
824Please respect copyright.PENANAbLpmGf1u87
“Umi, Abi, Adit berangkat dulu.” Adit menghampiri kami berdua, lalu mencium punggung tanganku dan Dimas, bergantian.824Please respect copyright.PENANAaMu1tzrPjl
824Please respect copyright.PENANAev1kyBE8NR
“Hati-hati, jangan macam-macam,” kataku kepadanya.824Please respect copyright.PENANAPgq4E7n3dQ
824Please respect copyright.PENANApcJDmtQPgM
“Siap, Umi,” jawab Adit dari kejauhan. Tak lama terdengar suara knalpot motor.824Please respect copyright.PENANA1naDyXURPs
824Please respect copyright.PENANA9Vb6k8Vq6t
Aku segera berdiri, “Jar, duduk dulu, tante mau ganti baju,” kataku kepada Fajar. Fajar mengangguk sambil duduk di hadapan suamiku.824Please respect copyright.PENANAvfAhKzt88V
824Please respect copyright.PENANAtF6AFigjj5
Aku memutuskan untuk mengenakan gamis pink serta jilbab yang warnanya sama. Aku meliukkan tubuhku kanan-kiri di depan kaca lemari. Di usiaku yang tidak muda lagi, aku masih memiliki tubuh yang masih bagus, terawat, dan juga bersih. Bisa dibilang, aku selalu menjaga tubuhku bagian luar maupun dalam. Mungkin karena itu, teman-temanku selalu berkata, Laras dari masih gadis sampai punya anak satu, tubuhnya gak berubah, masih bagus. Tentu saja aku tersanjung dipuji seperti itu.824Please respect copyright.PENANAungQGxICqq
824Please respect copyright.PENANACHSCA0BMPI
Di ruang tamu, Fajar dan Dimas, masih asik mengobrol, aku lekas menghampiri mereka.824Please respect copyright.PENANAAIxz9UL7zW
824Please respect copyright.PENANAaR21BxCUM8
“Ayo, jar,” kataku kepada Fajar. “tante udah siap.”824Please respect copyright.PENANAK7EXYItqRi
824Please respect copyright.PENANAyxILXm141V
Fajar berdiri. “Om, saya anterin tante dulu, ya.” ia menunduk sopan ke suamiku.824Please respect copyright.PENANApN3SeJCwUm
824Please respect copyright.PENANAsXKF052rid
Dimas membalas sambil tersenyum. “Hati-hati.”824Please respect copyright.PENANAi82X9jy9ih
824Please respect copyright.PENANAo2AHV8NTC3
***824Please respect copyright.PENANAvE4monCnUZ
824Please respect copyright.PENANAVqovGvyzI3
Fajar memarkirkan mobil di tepian jalan. Di samping Toko Buku. Toko Buku ini memang kerap aku kunjungi semasa aku kuliah dulu. Lekas, aku dan Fajar masuk ke dalam. Aku menuju rak buku dengan label di atasnya bertuliskan: Novel sejarah. Akhir-akhir ini aku memang kerap membaca Novel berlatar sejarah. Sementara Fajar, beranjak menuju lantai dua Toko Buku ini. Aku membiarkannya dan fokus mencari buku yang ingin ku beli.824Please respect copyright.PENANABQVkNQ96ji
824Please respect copyright.PENANAHdIa7eet5m
Aku memutuskan untuk membeli empat buku, karyanya Pramoedya Ananta Toer. Fajar sendiri tampaknya sedang asik memilah buku. Sambil memeluk empat buku, aku menaiki anak tangga, menyusul Fajar.824Please respect copyright.PENANAUkYAoX75Aj
824Please respect copyright.PENANAImo4LnD2mg
Tiba di lantai dua, aku memperhatikan Fajar yang sibuk berpindah dari Rak buku ke rak buku lainnya. Aku menghampirinya. “Kamu kalau mau beli buku, beli aja, Jar. Tante bayarin,” kataku.824Please respect copyright.PENANAyg1rQuOCEC
824Please respect copyright.PENANA8EAK5BlUOq
Fajar berbalik. “Mau beli dua boleh?” ia tersenyum.824Please respect copyright.PENANADTn9Nyu07i
824Please respect copyright.PENANAp12B9usTSy
Aku terkekeh. Yang membuat aku menyukai sahabat anakku ini adalah karena sifatnya yang jujur. Ia bukan tipe remaja yang sungkan atau malu-malu. Fajar adalah tipe remaja yang jika berkata tidak, maka tidak, bukan berkata tidak, untuk sekedar menolak sebab perasaan tidak-enakan.824Please respect copyright.PENANAidCldSJnAY
824Please respect copyright.PENANAORzYcIFLUN
“Mau beli seratus juga boleh,” kataku, bercanda.824Please respect copyright.PENANA7UA2oGMKdM
824Please respect copyright.PENANA2Xo9pBTTT0
Fajar terkekeh. Lekas ia menuju Rak buku yang bersandar di dinding. Aku menelan ludah, sebab ia mengambil sebuah kitab yang aku tau adalah Bible. Bukannya aku bermaksud Sara atau semacamnya, sepengetahuanku, Agama Fajar adalah Islam. Aku ingin lekas bertanya kepadanya, tapi urung, suasana dan tempat tidaklah mendukung.824Please respect copyright.PENANAngSZpqBwvs
.824Please respect copyright.PENANAiATffjo1V8
824Please respect copyright.PENANAm726N9IJhR
Fajar beranjak menuju Rak buku di sebelahnya. Aku berdiri di sampingnya sambil memperhatikan gerak-gerik-nya. Kemudian ia mencomot satu buku berjudul: Eksistensialisme adalah humanisme-Derida. Fajar memang menyukai buku-buku Filsafat, kadang beberapa kali ia menawarkan kepadaku sebagai bahan bacaan. Filsafat membantu kita bernalar dengan baik, lho, tan, kata Fajar sewaktu-waktu.824Please respect copyright.PENANAlqS7UI2v9h
824Please respect copyright.PENANAAklGkakK9B
Fajar menoleh ke arahku, ia mengangkat bukunya setinggi dada. “Udah, tan,” katanya sambil tersenyum. Kami berdua lekas menuju meja kasir.824Please respect copyright.PENANAGKPj4aItqt
824Please respect copyright.PENANAldgTDm1EiF
Aku memutuskan untuk tidak pulang terlebih dahulu. Aku ingin bersantai pagi ini.824Please respect copyright.PENANAo83MDrtces
824Please respect copyright.PENANAhdVcF1mmCl
Di satu meja, saling berhadapan, kami berdua menikmati Es kelapa muda yang telah dikeruk dan dipindahkan ke gelas kaca. Rasa manis dari gula kirik menyentuh lidahku. Terik matahari yang membakar kepalaku seakan lenyap bersamaan dengan air kelapa yang berseluncur di tenggorokan.824Please respect copyright.PENANAAlIfBEXo3u
824Please respect copyright.PENANAP24mjY39lZ
Aku memperhatikan Fajar sejenak, kemudian terkekeh geli. “Bukunya, kok, di bawa terus, gak bakal hilang, jar.” aku melirik bukunya di atas meja, samping gelasnya.824Please respect copyright.PENANAVPubpXZKvS
824Please respect copyright.PENANA02lMXuqvPL
Fajar menyeka bibirnya dengan lengan, sebab sebagian isi kelapa tersangkut di bibirnya. “Gak sabar bacanya, tan.”824Please respect copyright.PENANA8WIlGWDdxh
824Please respect copyright.PENANAED7TxBrXRy
Aku menggeleng-menggeleng, heran, kemudian terbesit di pikiranku untuk bertanya kenapa ia membeli kitab bible. “Kamu jangan tersinggung, ya, Jar,” aku berusaha merangkai kata sehalus mungkin. “Kamu kenapa beli kitab bible? Bukannya kamu muslim?”824Please respect copyright.PENANA9SnV5kR015
824Please respect copyright.PENANAkagd4g0GLW
Fajar malah terkekeh. “Aku kan kristen, tan.”824Please respect copyright.PENANAu76UMtG6vT
824Please respect copyright.PENANAW8arHhvQsX
Aku yang sedang menyesap Es kelapa tiba-tiba terbatuk. Refleks Fajar mengambil tisu dan menyodorkan kepadaku. Aku mengelap sekitar bibirku. “Kok bisa?” tanyaku. “kamu jangan aneh-aneh, deh, Jar.”824Please respect copyright.PENANA76pzeBNovC
824Please respect copyright.PENANA5Hr6QQSl0f
Fajar menghela nafas, dalam. “Aku murtad dua tahun yang lalu, tan,” Ia sedikit menunduk. “tante kecewa?”824Please respect copyright.PENANAt0G5iUhAYJ
824Please respect copyright.PENANAWRego4LO40
Aku tersenyum menatapnya. Aku hanyalah manusia biasa, yang tidak mempunyai hak untuk mengatur pilihan manusia lainnya. Lagian, keyakinan adalah sebuah pilihan, bukan paksaan.824Please respect copyright.PENANATHc0EaMVP6
824Please respect copyright.PENANAfttjI8JkyZ
“Jar, semua pilihan ada di tangan kamu,” kataku, lembut. “kalau kamu mutusin buat pindah agama, itu kan hak kamu. Tapi, tante kecewa dikit, sih.”824Please respect copyright.PENANANDfcKRbXsb
824Please respect copyright.PENANA1A4yyvXv4J
Fajar tersenyum. lalu kami memutuskan untuk sibuk dengan es kelapa masing-masing. Berisik knalpot motor dan mobil terdengar di antara kami. Pun riuh suara dari pengunjung lain.824Please respect copyright.PENANAFDi1WY6Kol
824Please respect copyright.PENANAMg5dmJaZtA
“Tante mau mampir dulu ke rumahku?” Akhirnya Fajar bersuara. “baca buku di teras, gitu, nanti kita diskusi juga.” Ajaknya.824Please respect copyright.PENANAeTAGpvBXRD
824Please respect copyright.PENANAHz531cZteG
Aku agak ragu untuk mengiyakan. mau bagaimanapun aku dan Fajar adalah lawan jenis. Apalagi jika berduaan dengannya, setan pasti punya celah untuk membisikan kami agar melakukan dosa. Tapi, entah kenapa, ada sebuah dorongan untuk aku mengatakan, iya.824Please respect copyright.PENANAFcbeIceurs
824Please respect copyright.PENANAYblNZMQ55q
“Gimana, tan?” Fajar bertanya, lagi.824Please respect copyright.PENANAmvlAcv8BGD
824Please respect copyright.PENANA4j4L63et6M
“Bentar, Jar.” Aku merogoh ponsel dari tas tenteng ku. “Mau minta izin sama abi dulu.”824Please respect copyright.PENANAafLQeIK9ot
824Please respect copyright.PENANA9c2JSjTiHX
Fajar mengangguk.824Please respect copyright.PENANAyeVFGMWuLI
824Please respect copyright.PENANARgOAnWlXn4
Aku mengetik deretan huruf dan mengirimnya kepada suamiku.824Please respect copyright.PENANAVgYEwdD6Qd
824Please respect copyright.PENANArIAiO0VA2w
Tak luma kemudian: Notif whatsapp berbunyi.824Please respect copyright.PENANA60xIPZ5oBx
824Please respect copyright.PENANAHUvpq2VuwF
Aku meraih ponselku di atas meja, lalu mengetuk notif yang mengambang di atas layar ponsel, sebuah pesan WhatsApp dari suamiku, bertuliskan: Boleh, bun. Abi juga ini lagi di luar, ada meeting sama client. Rumah, abi kunci, kuncinya abi taruh di keset pintu. Pulangnya jangan kemaleman, ya.824Please respect copyright.PENANABAqMkZfLwp
824Please respect copyright.PENANA2TNUSHZuIV
Aku menatap Fajar sambil tersenyum. Fajar mengernyitkan sebelah alisnya. Kemudian aku mengangguk. Fajar yang mengerti lekas membalas senyumku. Entah kenapa, ketika senyum itu merambat pada mataku, ada sebuah desir yang tidak bisa kujelaskan, sebuah desir aneh, yang tak pernah kurasakan sebelumnya.824Please respect copyright.PENANAkHtlBVYbZn
824Please respect copyright.PENANAsRTjIE5GfG
***824Please respect copyright.PENANAZ5M5KRZdWN
824Please respect copyright.PENANABIoBl3rocb
“Masuk, tan,” Fajar membukakan pintu rumahnya, sementara dia berdiri di samping pintu, menungguku masuk terlebih dahulu.824Please respect copyright.PENANAVDCH7hu81S
824Please respect copyright.PENANAo6jI8NE2Xu
“Ada orang di dalam, Jar?”824Please respect copyright.PENANAvFswPpK3uD
824Please respect copyright.PENANA3NjgaDpr4b
“Nenek lagi kerja,” kata Fajar. “pulangnya sore.”824Please respect copyright.PENANAFrRej6MC7H
824Please respect copyright.PENANAqSn6pXbzu7
Aku mengangguk. “Nenek memang kerja apa?”824Please respect copyright.PENANAye505zAOzz
824Please respect copyright.PENANAGBCT3QXj2W
Fajar menggaruk kupingnya. “Masuk dulu, tan” katanya. “engga enak ngobrol sambil berdiri.”824Please respect copyright.PENANAggaqolRng9
824Please respect copyright.PENANAwC64ZwippZ
Akhirnya aku melangkah masuk. Tercium aroma wangi dari pengharum ruangan yang di tempel di kipas angin atap. Dengan televisi tabung yang di sampingnya berdiri vas bunga, kiri-kanan. Ruang tamu ini di dekor dengan minimalis. Lantai-lantai beralas karpet dengan motif miky mouse. Tembok bercat hijau, dengan dua bangku di samping pintu.824Please respect copyright.PENANAX90OvxuXBh
824Please respect copyright.PENANAUtsrwCm703
Rumah ini sendiri letaknya terpencil. Masuk ke dalam gang dengan luas lima meter, memungkinkan mobil untuk masuk. Jauh dari rumah yang lain, seperti terkucil dari sebuah kelompok.824Please respect copyright.PENANAIgF9hlMQDw
824Please respect copyright.PENANALPl9MyGWVT
“duduk dulu, Tan,” kata Fajar. “mau teh atau kopi?”824Please respect copyright.PENANACool0v4D8b
824Please respect copyright.PENANAIeLOqKCDiF
“Kopi, Jar,” kataku, singkat. Fajar menuju dapur. Aku duduk di bangku, menatap kosong ke arah televisi tabung. Pandanganku terpikat ke sebuah gambar di tembok atas televisi. Seakan ada magnet tertentu, aku beranjak menuju gambar tersebut. Aku Berdiri di hadapan sebuah Foto yang menampilkan Sosok Fajar yang tersenyum sambil memegang sebuah piala yang bertulisan: juara satu lomba baca puisi. Kemudian aku terkekeh. Aku tak menyangka, ternyata Fajar memiliki bakat perihal merangkai kata-kata dan menyulamnya menjadi puisi.824Please respect copyright.PENANA5xqkzsLbZr
824Please respect copyright.PENANAjI3fIz7tai
“Itu waktu kelas 2 SMA, Tan,” kata Fajar di sampingku, ia membawa nampan dengan dua gelas kopi di atasnya. Kemudian ia meletakan nampan itu di lantai, berhadapan dengan televisi. “Lesehan engga apa-apa, kan?”824Please respect copyright.PENANA1bwxECc3Sm
824Please respect copyright.PENANA4PUAQGztOm
Aku terkekeh ringan. “kaya sama siapa aja.” Aku ikut duduk bersila di sebelahnya. "Tante gak nyangka lho, kamu juara satu baca puisi.” Aku meliriknya sekilas.824Please respect copyright.PENANAAwpEeYMuTm
824Please respect copyright.PENANAAdC1KmaewY
Dengan senyum bangga, Fajar berkata, “aku memang dilahirkan untuk menjadi pujangga, tan.”824Please respect copyright.PENANATk5W5uMyPO
824Please respect copyright.PENANADYlLG2uoGu
Aku terkekeh, geli. “iya, deh, si paling pujangga,” kataku dengan nada mengejek.824Please respect copyright.PENANA41cUC2OAPk
824Please respect copyright.PENANA3e7vBi0SZf
Tak ada pembicaraan setelah itu. Aku menyesap kopi hitam yang disajikan Fajar. Manis dan pahit tertakar dengan seusai, mencipta cita rasa pas di lidah. Ia seakan tahu kadar gula yang pas untuk menikmati kopi di siang hari. Di teriknya matahari yang bisa ku rasakan menembus seng, lalu menyantup kepalaku.824Please respect copyright.PENANAoL07gK6ZGU
824Please respect copyright.PENANAVn5UIsP0pC
Ruang terasa lenggang.824Please respect copyright.PENANALmaphBeQD9
824Please respect copyright.PENANAYl6P7sj8SQ
Fajar merogoh kolong meja televisi, seperti mencari sesuatu. Ia kemudian mengeluar dua stick PS dan satunya ia sodorkan kepadaku. “Bisa main PS, tan?”824Please respect copyright.PENANAGgGTi0rhtN
824Please respect copyright.PENANAnLmsWFLvnl
Aku tersenyum bangga. “Gini-gini, tante dulunya jagoan PS,” aku meraih stick PS. Semasa kecil aku memang kerap bermain console game, mulai dari PS satu, Nintendo, ps dua.824Please respect copyright.PENANADmYzB93Bi5
824Please respect copyright.PENANAsLNbyjellx
Perlahan televisi menyala dengan layar gambar yang sedikit buram. Suara stick berbunyi. Fajar memilih game yang akan kami mainkan. Ia memilih sebuah game yang sangat aku kuasai: pes 2018.824Please respect copyright.PENANAjdeFp8JnIe
824Please respect copyright.PENANA2YktN5vatm
Aku membenarkan posisi dudukku, aku meliriknya sekilas lalu kembali menatap layar tv. Permainan Di mulai. Aku meliuk-kan jemariku dengan lincah. Begitupun Fajar, ia terlihat antusias, kadang ia berseru, kadang ia mendengus sebab tak bisa menggol bola ke gawangku.824Please respect copyright.PENANAFSWHMG7zDu
824Please respect copyright.PENANAVoBYbx6OIp
Aku pun begitu, entah kenapa aku terbawa suasana. Sudah lama aku tak sebahagia ini ketika bermain console game. Pun bersama Adit, anakku, aku hanya merasa jenuh, berbanding terbalik ketika bermain dengan sahabatnya. Aku mendengus kesal, tidak ada satupun tendanganku yang masuk ke gawangnya.824Please respect copyright.PENANAsRV5JZHb2f
824Please respect copyright.PENANAKVA8gnCB2b
Fajar pun begitu. Kadang ia mengejekku dengan jari jempolnya yang ia ke bawahkan, seakan berkata, kamu cemen Laras. Jiwa kanak-kanak-ku seketika bergejolak, aku balas mengejeknya dengan menjulurkan lidah. Ia malah terkekeh.824Please respect copyright.PENANAktggHNRrEG
824Please respect copyright.PENANAZ0VJAh9pSW
“Yeay, menang.” Aku bersorak gembira sambil mengangkat kedua tanganku ke udara. Permainan selesai dengan skor 1-0. Di menit terakhir aku berhasil menjebol gawangnya. “Kamu terlalu cepat buat ngalahin aku,” kataku mengejeknya dengan senyum bangga.824Please respect copyright.PENANA7r8rZusLpu
824Please respect copyright.PENANAQrFxKqlIbl
“Aku sengaja,” elaknya, tak terimah. “kalau aku mau, skornya bisa 10-0.”824Please respect copyright.PENANA7fDRqRxu3f
824Please respect copyright.PENANAwENhEBM2nf
Bak anak kecil, aku menyangkal. “Mana ada, dasar cupu,” aku kembali mengejeknya, memasang raut wajah meremehkan.824Please respect copyright.PENANAIHb8f3fALH
824Please respect copyright.PENANALO3PtTxz2U
Fajar malah terkekeh. “Aku baru kali ini liat sifat tante yang kekanakan,” ia menatapku, dalam. “gemes, tan.”824Please respect copyright.PENANAFViCWkJh7G
824Please respect copyright.PENANAIfHtOQEK6K
Aku malah tersipu. Bisa-bisanya aku tersipu digombali remaja yang seumuran anakku.824Please respect copyright.PENANAKtZbtf5tvw
824Please respect copyright.PENANABetDuVlMvS
“Cie, salting,” Fajar menggodaku sambil tertawa. “pipinya merah.”824Please respect copyright.PENANA7JA7QHFm06
824Please respect copyright.PENANACkNXZeU4pB
Aku lekas menyembunyikan wajahku di kedua telapak tangan. sambil menggelengkan kepala aku berkata, “Engga, ya,” aku terus menyangkal. Fajar membuatku seperti ABG yang sedang jatuh cinta.824Please respect copyright.PENANARDxX2gwC5k
824Please respect copyright.PENANA5rQ7eQXGLB
Fajar masih saja tertawa. Aku sedikit kesal, lalu memukul pelan bahunya. “Ih, jangan ketawa,”824Please respect copyright.PENANAd6PuCO6CI8
824Please respect copyright.PENANA8t04X2XXf2
“tante KDRT,” Fajar bergeser sedikit. “galak.” Ia mengangkat tangannya di depan dada, seperti orang ketakutan.824Please respect copyright.PENANAMU7aSlgqrG
824Please respect copyright.PENANA3o814vUlKX
Aku malah tertawa melihatnya seperti itu. Fajar ikutan tertawa. Tawa kami menggema di ruang tamu. Bersamaan dengan itu, desir hangat kembali menyapa. Desir hangat yang belum bisa kujelaskan artinya.824Please respect copyright.PENANA5dIlhuFXDF
824Please respect copyright.PENANAInUnyH5Tzt
Tidak lama kemudian, Fajar berdiri sambil melirik jam dinding di sampingnya. Ia menoleh ke arahku. “udah pukul 3 sore, tan.”824Please respect copyright.PENANAs3WhpEwDR6
824Please respect copyright.PENANALaC2oV7rSc
Aku berdiri sambil menepuk-nepuk pelan gamisku. “Ayo pulang, Jar,” kataku. Fajar menggangguk, lalu tersenyum.
Bersambung
824Please respect copyright.PENANAWym4NcaeRp