Kolkata, 3 Ramadhan 1445 H
Pakizah (60) POV
Aku mungkin sudah tua bagi dunia, tapi aku masih ingat jika ini adalah hari terakhir kompetisi yang diikuti oleh Ruqayyah, cucuku satu-satunya. Ruqayyah adalah penyejuk mata dan hatiku, tentu saja aku akan datang ke tempat kompetisi untuk memberikan semangat pada Ruqayyah. Takkan ku biarkan ia sendiri dalam setiap perjuangannya. Ku langkahkan kakiku memasuki area gedung dengan penuh percaya diri. Ku lupakan semua kecanggungan yang selama ini menjadi bagian hidupku. Aku mulai menyisir setiap tempat di gedung itu, untuk mencari keberadaan Ruqayyah. Sungguh aku tidak mengira gedungnya akan seluas ini. Semoga saja perjalanan ini tidak akan terlalu memakan tenagaku yang telah dimakan usia ini. Bagaimanapun aku harus segera menemui Ruqayyah. Ku percepat langkahku menuju aula gedung, karena kemungkinan besar Ruqayyah ada di sana. Aku menyisir setiap area aula, mulai dari panggung hingga deretan kursi penonton, tapi aku tetap tidak menemukan Ruqayyah. Tatapanku berhenti pada seseorang yang berjalan seperti setrika rusak di antara deretan kursi penonton itu. Dia adalah Sumayyah. Betapa tidak beruntungnya aku bertemu ia di sini. Aku sadar dari lamunanku, saat pembawa acara mengumumkan jika sebentar lagi waktunya Ruqayyah naik ke atas panggung. Aku kembali pada tujuanku sebelumnya, mencari Ruqayyah.
Ruqayyah (20) POV
Aku duduk di sini, di lantai musala yang terasa begitu dingin di kakiku walaupun aku telah menggunakan kaus kakiku. Tapi itu tidak boleh mengusikku sama sekali, aku harus tetap melanjutkan bacaan qiraah Al-Quran yang sedang ku lantunkan. Aku mencoba untuk tetap fokus pada bacaan ku walaupun aku mendengar suara-suara anak kecil yang sedang belajar membaca Al-Quran di samping ku. Aku berusaha melantunkan suaraku dengan pelan agar aku tidak mengganggu anak-anak tersebut. Anak-anak tersebut belajar membaca Al-Quran bersama Sadiqah, dia adalah tetanggaku yang juga merupakan peserta lomba tahfiz Al-Quran yang sedang diadakan, sama seperti aku. Mungkin Sadiqah lebih mudah untuk menghafal Al-Qur'an dengan mengajar anak-anak tersebut, tapi tidak dengan ku, aku membutuhkan suasana yang tenang untuk melakukan itu. Menceritakan tentang Sadiqah memang tidak akan ada habisnya, itu sudah banyak menyita waktuku yang berharga ini. Lebih baik aku fokus pada hafalan ku saja.
وَالْقَوٰعِدُ مِنَ النِّسَآءِ الّٰتِى لَا يَرْجُونَ نِكَاحًا فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَاحٌ أَنْ يَضَعْنَ ثِيَابَهُنَّ غَيْرَ مُتَبَرِّجٰتٍۢ بِزِينَةٍ ۖ وَأَنْ يَسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَّهُنَّ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
wal-qowaa'idu minan-nisaaa`illaatii laa yarjuuna nikaahan fa laisa 'alaihinna junaahun ay yadho'na siyaabahunna ghoiro mutabarrijaatim biziinah, wa ay yasta'fifna khoirul lahunn, wallohu samii'un 'aliim
"Dan para perempuan tua yang telah berhenti (dari haid dan mengandung) yang tidak ingin menikah (lagi), maka tidak ada dosa menanggalkan pakaian (luar) mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan perhiasan; tetapi memelihara kehormatan adalah lebih baik bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui."
(QS. An-Nur 24: Ayat 60 )
لَّيْسَ عَلَى الْأَعْمٰى حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْأَعْرَجِ حَرَجٌ وَلَا عَلَى الْمَرِيضِ حَرَجٌ وَلَا عَلٰىٓ أَنْفُسِكُمْ أَنْ تَأْكُلُوا مِنۢ بُيُوتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ ءَابَآئِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أُمَّهٰتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ إِخْوٰنِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخَوٰتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَعْمٰمِكُمْ أَوْ بُيُوتِ عَمّٰتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أَخْوٰلِكُمْ أَوْ بُيُوتِ خٰلٰتِكُمْ أَوْ مَا مَلَكْتُمْ مَّفَاتِحَهُۥٓ أَوْ صَدِيقِكُمْ ۚ لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَأْكُلُوا جَمِيعًا أَوْ أَشْتَاتًا ۚ فَإِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوتًا فَسَلِّمُوا عَلٰىٓ أَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِّنْ عِنْدِ اللَّهِ مُبٰرَكَةً طَيِّبَةً ۚ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْأَايٰتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
laisa 'alal-a'maa harojuw wa laa 'alal-a'roji harojuw wa laa 'alal-mariidhi harojuw wa laa 'alaaa anfusikum an ta`kuluu mim buyuutikum au buyuuti aabaaa`ikum au buyuuti ummahaatikum au buyuuti ikhwaanikum au buyuuti akhowaatikum au buyuuti a'maamikum au buyuuti 'ammaatikum au buyuuti akhwaalikum au buyuuti khoolaatikum au maa malaktum mafaatihahuuu au shodiiqikum, laisa 'alaikum junaahun an ta`kuluu jamii'an au asytaataa, fa izaa dakholtum buyuutan fa sallimuu 'alaaa anfusikum tahiyyatam min 'indillaahi mubaarokatan thoyyibah, kazaalika yubayyinullohu lakumul-aayaati la'allakum ta'qiluun
"Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, dan tidak (pula) bagi dirimu, makan (bersama-sama mereka) di rumah kamu atau di rumah bapak-bapakmu, di rumah ibu-ibumu, di rumah saudara-saudaramu yang laki-laki, di rumah saudara-saudaramu yang perempuan, di rumah saudara-saudara bapakmu yang laki-laki, di rumah saudara-saudara bapakmu yang perempuan, di rumah saudara-saudara ibumu yang laki-laki, di rumah saudara-saudara ibumu yang perempuan, (di rumah) yang kamu miliki kuncinya atau (di rumah) kawan-kawanmu. Tidak ada halangan bagi kamu makan bersama-sama mereka atau sendiri-sendiri. Apabila kamu memasuki rumah-rumah hendaklah kamu memberi salam (kepada penghuninya, yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, dengan salam yang penuh berkah dan baik dari sisi Allah. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat(-Nya) bagimu, agar kamu mengerti."
(QS. An-Nur 24: Ayat 61)
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَإِذَا كَانُوا مَعَهُۥ عَلٰىٓ أَمْرٍ جَامِعٍ لَّمْ يَذْهَبُوا حَتّٰى يَسْتَئْذِنُوهُ ۚ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَئْذِنُونَكَ أُولٰٓئِكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ۚ فَإِذَا اسْتَئْذَنُوكَ لِبَعْضِ شَأْنِهِمْ فَأْذَنْ لِّمَنْ شِئْتَ مِنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمُ اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
innamal-mu`minuunallaziina aamanuu billaahi wa rosuulihii wa izaa kaanuu ma'ahuu 'alaaa amrin jaami'il lam yaz-habuu hattaa yasta`zinuuh, innallaziina yasta`zinuunaka ulaaa`ikallaziina yu`minuuna billaahi wa rosuulih, fa izasta`zanuuka liba'dhi sya`nihim fa`zal liman syi`ta min-hum wastaghfir lahumulloh, innalloha ghofuurur rohiim
"(Yang disebut) orang mukmin hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya (Muhammad), dan apabila mereka berada bersama-sama dengan dia (Muhammad) dalam suatu urusan bersama, mereka tidak meninggalkan (Rasulullah) sebelum meminta izin kepadanya. Sungguh orang-orang yang meminta izin kepadamu (Muhammad), mereka itulah orang-orang yang (benar-benar) beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Maka apabila mereka meminta izin kepadamu karena suatu keperluan, berilah izin kepada siapa yang engkau kehendaki di antara mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. An-Nur 24: Ayat 62)
لَّا تَجْعَلُوا دُعَآءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَآءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا ۚ قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ لِوَاذًا ۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِۦٓ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
laa taj'aluu du'aaa`ar-rosuuli bainakum kadu'aaa`i ba'dhikum ba'dhoo, qod ya'lamullohullaziina yatasallaluuna mingkum liwaazaa, falyahzarillaziina yukhoolifuuna 'an amrihiii an tushiibahum fitnatun au yushiibahum 'azaabun aliim
"Janganlah kamu jadikan panggilan rasul (Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sungguh, Allah mengetahui orang-orang yang keluar (secara) sembunyi-sembunyi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih."
(QS. An-Nur 24: Ayat 63)
أَلَآ إِنَّ لِلَّهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ ۖ قَدْ يَعْلَمُ مَآ أَنْتُمْ عَلَيْهِ وَيَوْمَ يُرْجَعُونَ إِلَيْهِ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا عَمِلُوا ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌۢ
alaaa inna lillaahi maa fis-samaawaati wal-ardh, qod ya'lamu maaa antum 'alaiih, wa yauma yurja'uuna ilaihi fa yunabbi`uhum bimaa 'amiluu, wallohu bikulli syai`in 'aliim
"Ketahuilah, sesungguhnya milik Allah-lah apa yang di langit dan di bumi. Dia mengetahui keadaan kamu sekarang. Dan (mengetahui pula) hari (ketika mereka) dikembalikan kepada-Nya, lalu diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
(QS. An-Nur 24: Ayat 64)
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Sebuah ucapan salam dari balik pintu masuk musala terdengar begitu familiar di telingaku.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh." Jawabku, dan seluruh orang di dalam musala tempat ku berdiam ini.
Aku menengok untuk melihat siapa yang datang. Dan ternyata yang datang adalah nenekku yang bernama Pakizah. Dia adalah nenekku yang sudah ku anggap ibuku sendiri. Aku belajar segala sesuatu darinya. Hari ini aku memiliki keberanian untuk mengikuti lomba tahfiz Al Quran salah satu alasannya karena dukungan dari nenekku.
Nenek masuk ke musala lalu duduk di sebelahku.
"Nenek menyusul ku ke sini ?" Tanyaku pada nenek.
"Tentu saja Ruqayyah. Ini adalah hari penentuan siapa yang akan memenangkan kompetisi. Nenek harus datang untuk memberikan semangat padamu." Jawab nenek.
"Aku sudah menduga nenek akan datang. Terima kasih nek, untuk semua kasih sayang, dan dukungan yang nenek berikan kepada ku." Ucapku.
"Nenek akan selalu mendukungmu dalam kebaikan. Ibumu akan sangat bangga kepadamu Ruqayyah." Ucap nenek.
Aku memeluk nenekku dengan erat. Pelukan nenekku lah yang selama ini mampu meredakan kerinduanku akan kasih sayang seorang ibu yang sangat dinanti oleh seorang anak piatu seperti diriku.
"Ruqayyah, pembawa acara nya tadi mengumumkan jika sebentar lagi akan tiba giliran mu untuk tampil. Jadi ayo kita bersiap-siap ke aula gedung." Ajak nenek.
"Iya nenek." Jawabku
Aku, dan nenek bangkit dari tempat duduk kami. Tiba-tiba angin yang berembus menyingkap cadar yang melindungi wajahku.
"Apa kamu tidak memakai peniti, Ruqayyah ?" Tanya nenek yang melihat cadar ku yang jadi acak-acakan.
Aku menggelengkan kepalaku dengan pelan. Nenek mengambil peniti yang dibawanya, lalu membenarkan cadar ku. Setelah itu, kami bergegas menuju aula gedung untuk mengikuti kompetisi.
Sadiqah (20) POV
Aku duduk di sini, di lantai musala yang terletak di ujung paling barat dari gedung. Pagi ini sangat dingin, beberapa kali angin dari jendela mengibar-ngibarkan kerudung dan cadar yang aku kenakan. Aku sangat bersyukur karena hanya ada perempuan di gedung ini, kalau tidak tentu aku akan malu nantinya. Saat ini aku sedang mengajar anak-anak dari panti asuhan yang berada di samping rumah keluargaku, membaca Al-Quran. Mereka adalah anak-anak yatim, sama seperti aku, tapi aku bersyukur mempunyai ibu yang selalu ada bersamaku. Aku dan anak-anak duduk di sisi Utara, sementara ada seorang gadis yang duduk menyendiri di sisi selatan. Gadis itu adalah Ruqayyah, dia adalah tetanggaku yang umumnya sebaya denganku. Tapi entah mengapa hubungan di antara kami tidak pernah lebih dari tetangga, mengapa kami tidak bisa menjadi sahabat ? Entah mengapa aku merasa jika nenekku dan nenek Ruqayyah mencegah kami untuk bertemu apalagi berteman. Seolah ada dinding keegoisan yang menghalangi hubungan kedua keluarga. Dan aku akan mencari tahu apa penyebab semua itu, bukankah mendamaikan 2 orang yang sedang berselisih adalah perbuatan yang mulia ?
Flashback on :
Saat itu hari raya Idul Fitri. Ruqayyah (5) duduk di depan teras rumahnya, aku (5) keluar dari rumahku. Aku menyapa, dan mendatangi Ruqayyah saat itu. Aku mengucapkan selamat hari raya kepadanya. Aku juga menanyainya apa yang sedang ia lakukan saat itu. Baru saja Ruqayyah ingin menjawabnya, Nenek Pakizah (45) dan Nenek Sumayyah (45) menarik kami kembali ke dalam rumah.
Flashback off
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh" Sapa seseorang dari balik pintu masuk musala, melalaikan ku dari kegiatanku mengenang masa laluku.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh." Jawabku dan seluruh orang yang berada di musala tempat ku berdiam ini.
Aku menengok untuk melihat siapa yang datang. Dan ternyata yang datang adalah neneknya Ruqayyah yang bernama Pakizah. Nenek Pakizah usianya sebaya dengan nenekku yang bernama Sumayyah. Nenek Pakizah langsung masuk ke dalam musala, dan berbincang-bincang dengan Ruqayyah. 3 menit kemudian, Nenek Pakizah, dan Ruqayyah meninggalkan musala ini. Sekarang hanya tersisa aku, dan anak-anak yang sedang belajar membaca Al-Quran.
Sumayyah (60) POV
Aku benar-benar bingung saat ini, sebentar lagi saatnya kompetisi, tapi cucu kebanggaanku, Sadiqah berada entah di mana. Dari tadi aku menunggunya di aula gedung tapi penantian ku seakan sia-sia saja, entah apa yang melalaikan Sadiqah dari perlombaannya. Semoga tidak terjadi apa-apa pada Sadiqah. Aku semakin risau saat aku melihat Ruqayyah naik ke atas panggung. Jika Sadiqah tidak datang juga maka Sadiqah akan didiskualifikasi. Aku tidak bisa hanya diam saja melihat cita-cita Sadiqah hancur begitu saja. Ya, aku harus mencarinya di seluruh gedung ini. Aku berlari di antara kursi penonton, dan meninggalkan aula gedung. Ku telusuri setiap ruangan di gedung ini satu persatu. Jujur saja aku sudah sangat lelah saat berlari menelusuri seperlima bagian dari gedung, entah apakah aku dapat melanjutkan perjalananku dan menemukan Sadiqah, atau aku baru selesai menelusuri gedung ini setelah matahari terbit esok hari. Sungguh aku tidak berminat untuk olahraga berat saat puasa seperti ini, tapi mau bagaimana lagi ? Aku beristirahat sebentar di sebuah bangku kosong yang terletak di antara lorong. Saat itu baru terlintas di pikiranku untuk menelepon Sadiqah. Entahlah mungkin karena terlalu semangat untuk berlari, aku jadi melupakan hal yang sangat penting ini. Aku pun mengambil handphone dari dalam tas yang ku bawa. Ku ketikkan nomor telepon Sadiqah setelah itu. Betapa kecewanya aku saat aku mendengar suara dering telepon Sadiqah dari dalam tasku. Apa gunanya Sadiqah mempunyai handphone, jika ia tidak pernah membawanya dan tidak pernah bisa dihubungi di saat-saat seperti ini. Aku pun memutuskan untuk mencarinya lagi dan menyudahi istirahat ini.
Sadiqah (20) POV
Aku masih mengajar anak-anak membaca Al-Quran saat ini. Aku memberi contoh, dan mereka meniru apa yang aku baca.
لَّنْ يَسْتَنْكِفَ الْمَسِيحُ أَنْ يَكُونَ عَبْدًا لِّلَّهِ وَلَا الْمَلٰٓئِكَةُ الْمُقَرَّبُونَ ۚ وَمَنْ يَسْتَنْكِفْ عَنْ عِبَادَتِهِۦ وَيَسْتَكْبِرْ فَسَيَحْشُرُهُمْ إِلَيْهِ جَمِيعًا
lay yastangkifal-masiihu ay yakuuna 'abdal lillaahi wa lal-malaaa`ikatul-muqorrobuun, wa may yastangkif 'an 'ibaadatihii wa yastakbir fa sayahsyuruhum ilaihi jamii'aa
"Al-Masih sama sekali tidak enggan menjadi hamba Allah, dan begitu pula para malaikat yang terdekat (kepada Allah). Dan barang siapa enggan menyembah-Nya dan menyombongkan diri, maka Allah akan mengumpulkan mereka semua kepada-Nya."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 172)
فَأَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ فَيُوَفِّيهِمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدُهُمْ مِّنْ فَضْلِهِۦ ۖ وَأَمَّا الَّذِينَ اسْتَنْكَفُوا وَاسْتَكْبَرُوا فَيُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَلَا يَجِدُونَ لَهُمْ مِّنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
fa ammallaziina aamanuu wa 'amilush-shoolihaati fa yuwaffiihim ujuurohum wa yaziiduhum min fadhlih, wa ammallaziinastangkafuu wastakbaruu fa yu'azzibuhum 'azaaban aliimaw wa laa yajiduuna lahum min duunillaahi waliyyaw wa laa nashiiroo
"Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, Allah akan menyempurnakan pahala bagi mereka dan menambah sebagian dari karunia-Nya. Sedangkan orang-orang yang enggan (menyembah Allah) dan menyombongkan diri, maka Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih. Dan mereka tidak akan mendapatkan pelindung dan penolong selain Allah."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 173)
يٰٓأَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَآءَكُمْ بُرْهٰنٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَآ إِلَيْكُمْ نُورًا مُّبِينًا
yaaa ayyuhan-naasu qod jaaa`akum bur-haanum mir robbikum wa anzalnaaa ilaikum nuurom mubiinaa
"Wahai manusia! Sesungguhnya telah sampai kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Qur'an)."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 174)
فَأَمَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللَّهِ وَاعْتَصَمُوا بِهِۦ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِى رَحْمَةٍ مِّنْهُ وَفَضْلٍ وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرٰطًا مُّسْتَقِيمًا
fa ammallaziina aamanuu billaahi wa'tashomuu bihii fa sayudkhiluhum fii rohmatim min-hu wa fadhliw wa yahdiihim ilaihi shiroothom mustaqiimaa
"Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya, maka Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat dan karunia dari-Nya (surga), dan menunjukkan mereka jalan yang lurus kepada-Nya."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 175)
يَسْتَفْتُونَكَ قُلِ اللَّهُ يُفْتِيكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۚ إِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهُۥ وَلَدٌ وَلَهُۥٓ أُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَ ۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ إِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَإِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثَانِ مِمَّا تَرَكَ ۚ وَإِنْ كَانُوٓا إِخْوَةً رِّجَالًا وَنِسَآءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْأُنْثَيَيْنِ ۗ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ أَنْ تَضِلُّوا ۗ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌۢ
yastaftuunak, qulillaahu yuftiikum fil-kalaalah, inimru`un halaka laisa lahuu waladuw wa lahuuu ukhtun fa lahaa nishfu maa tarok, wa huwa yarisuhaaa il lam yakul lahaa walad, fa ing kaanatasnataini fa lahumas-sulusaani mimmaa tarok, wa ing kaanuuu ikhwatar rijaalaw wa nisaaa`an fa liz-zakari mislu hazhzhil-unsayaiin, yubayyinullohu lakum an tadhilluu, wallohu bikulli syai`in 'aliim
"Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah, (yaitu) jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 176)
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Sebuah ucapan salam dari balik pintu masuk musala terdengar begitu familiar di telingaku.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh." Jawabku, dan seluruh orang di dalam musala tempat ku berdiam ini.
Aku menengok untuk melihat siapa yang datang. Dan ternyata yang datang adalah nenekku yang bernama Sumayyah. Dia adalah nenekku yang sudah ku anggap sahabatku sendiri. Aku banyak belajar sesuatu darinya. Hari ini aku memiliki keberanian untuk mengikuti lomba tahfiz Al Quran salah satu alasannya karena dukungan dari nenekku.
"Sadiqah, kamu di sini ?" Tanya nenek padaku.
"Iya nek. Maaf jika aku membuat nenek khawatir." Jawabku pada nenek.
"Anak-anak, nanti kita lanjutkan lagi ya belajarnya ? Sekarang kakak akan mengikuti kompetisinya dulu." Pesanku pada anak-anak.
"Kakak, bolehkah kami ikut untuk melihat penampilan kakak di sana ?" Pinta Aisyah (7) padaku.
"Kami mohon, kak" Ucap anak-anak lain, sebelum aku memberikan jawabanku.
"Kalian tidak perlu minta izin untuk itu. Kakak akan senang sekali jika kalian ada bersama kakak. Jadi ayo kita berangkat bersama sekarang" Jawabku.
Aku, Nenek Sumayyah, dan anak-anak berjalan menuju tempat audisi di aula gedung. Nenek Sumayyah, dan anak-anak duduk di kursi penonton, sementara aku tetap berjalan menuju panggung yang sebelumnya telah diisi oleh Ruqayyah. Bahkan saat inipun Ruqayyah masih ada di atas panggung.
Author POV
Ruqayyah sedang membaca QS. Ali Imran ayat 5, saat itu Sadiqah datang.
إِنَّ اللَّهَ لَا يَخْفٰى عَلَيْهِ شَىْءٌ فِى الْأَرْضِ وَلَا فِى السَّمَآءِ
innalloha laa yakhfaa 'alaihi syai`un fil-ardhi wa laa fis-samaaa`
"Bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di bumi dan di langit."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 5)
Tanpa ragu-ragu Sadiqah melanjutkan bacaan Ruqayyah dengan membaca QS. Ali Imran ayat 6 - 10.
هُوَ الَّذِى يُصَوِّرُكُمْ فِى الْأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَآءُ ۚ لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
huwallazii yushowwirukum fil-ar-haami kaifa yasyaaa`, laaa ilaaha illaa huwal-'aziizul-hakiim
"Dialah yang membentuk kamu dalam rahim menurut yang Dia kehendaki. Tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 6)
هُوَ الَّذِىٓ أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتٰبَ مِنْهُ ءَايٰتٌ مُّحْكَمٰتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتٰبِ وَأُخَرُ مُتَشٰبِهٰتٌ ۖ فَأَمَّا الَّذِينَ فِى قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشٰبَهَ مِنْهُ ابْتِغَآءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَآءَ تَأْوِيلِهِۦ ۗ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُۥٓ إِلَّا اللَّهُ ۗ وَالرّٰسِخُونَ فِى الْعِلْمِ يَقُولُونَ ءَامَنَّا بِهِۦ كُلٌّ مِّنْ عِنْدِ رَبِّنَا ۗ وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّآ أُولُوا الْأَلْبٰبِ
huwallaziii anzala 'alaikal-kitaaba min-hu aayaatum muhkamaatun hunna ummul-kitaabi wa ukhoru mutasyaabihaat, fa ammallaziina fii quluubihim zaighun fayattabi'uuna maa tasyaabaha min-hubtighooo`al-fitnati wabtighooo`a ta`wiilih, wa maa ya'lamu ta`wiilahuuu illalloh, war-roosikhuuna fil-'ilmi yaquuluuna aamannaa bihii kullum min 'indi robbinaa, wa maa yazzakkaru illaaa ulul-albaab
"Dialah yang menurunkan Kitab (Al-Quran) kepadamu (Muhammad). Di antaranya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok Kitab (Al-Quran) dan yang lain mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong pada kesesatan, mereka mengikuti yang mutasyabihat untuk mencari-cari fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya kecuali Allah. Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, Kami beriman kepadanya (Al-Quran), semuanya dari sisi Tuhan kami. Tidak ada yang dapat mengambil pelajaran kecuali orang yang berakal."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 7)
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ
robbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da iz hadaitanaa wa hab lanaa mil ladungka rohmah, innaka antal-wahhaab
"(Mereka berdoa), Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 8)
رَبَّنَآ إِنَّكَ جَامِعُ النَّاسِ لِيَوْمٍ لَّا رَيْبَ فِيهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُخْلِفُ الْمِيعَادَ
robbanaaa innaka jaami'un-naasi liyaumil laa roiba fiih, innalloha laa yukhliful-mii'aad
"Ya Tuhan kami, Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya. Sungguh, Allah tidak menyalahi janji."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 9)
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ تُغْنِىَ عَنْهُمْ أَمْوٰلُهُمْ وَلَآ أَوْلٰدُهُمْ مِّنَ اللَّهِ شَيْئًا ۖ وَأُولٰٓئِكَ هُمْ وَقُودُ النَّارِ
innallaziina kafaruu lan tughniya 'an-hum amwaaluhum wa laaa aulaaduhum minallohi syai`aa, wa ulaaa`ika hum waquudun-naar
"Sesungguhnya orang-orang yang kafir, bagi mereka tidak akan berguna sedikit pun harta benda dan anak-anak mereka terhadap (azab) Allah. Dan mereka itu (menjadi) bahan bakar api neraka."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 10)
Ruqayyah melanjutkan bacaan Sadiqah dengan membaca QS. Ali Imran ayat 11 - 15. Setelah itu Sadiqah melanjutkan bacaan Ruqayyah dengan membaca QS. Ali Imran ayat 16 - 20. Begitu seterusnya sehingga bacaan QS. Ali Imran terselesaikan. Selama itu, juri memperhatikan mereka dengan saksama lalu berdiskusi untuk menentukan pemenangnya. Diskusi itu berlangsung kira-kira lima belas menit. Setelah itu, pembawa acara wanita datang ke atas panggung.
"Seperti yang sudah kita saksikan, para kontestan sudah menyelesaikan hafalan mereka dengan sangat baik. Tapi biar bagaimanapun kita harus tetap memilih yang terbaik di antara mereka. Dewan juri sudah berdiskusi untuk menilai penampilan dari setiap kontestan. Dewan juri juga sudah memutuskan siapa yang menjadi Juaranya. Juara pertama lomba tahfiz Al Quran tahun 1440 H diraih oleh......." Ucap pembawa acara itu dengan menggantung membuat penonton deg-degan memikirkan siapa pemenangnya.
"Sadiqah" Lanjut pembawa acara itu.
Sadiqah, Nenek Sumayyah, dan anak-anak bersyukur dan sangat bahagia mendengar semua itu.
"Juara kedua diraih oleh Ruqayyah binti Salman. Juara ketiga diraih oleh Sarah binti Imran. Juara keempat diraih oleh Alysha binti Zulkarnain. Juara kelima diraih oleh Jihan binti Zubair. Juara keenam diraih oleh Ufairah binti Abdurahman. Juara ketujuh diraih oleh Asma binti Abdullah, dan Bilqis binti Abdullah. Juara kedelapan diraih oleh Zeenab binti Amru. Juara kesembilan diraih oleh Nafisah binti Umar. Juara kesepuluh diraih oleh Afizah binti Yusuf. Para pemenang dipersilahkan untuk menerima hadiah yang telah dipersiapkan. Dengan ini, saya nyatakan jika lomba tahfiz Al Quran tahun 1440 H telah ditutup." Ucap pembawa acara.
Dewan juri membagikan hadiah kepada para pemenang lomba satu persatu. Setelah itu mereka semua berfoto.
Acara foto telah usai, para kontestan berkumpul di ruang khusus kontestan. Mereka membicarakan banyak hal di sana.
"Barakallah Fii Ilmi, Allah telah menganugerahkanmu menjadi hafiz Al Quran 30 juz, Ruqayyah, Sarah, Alysha, Jihan, Ufairah, Asma, Bilqis, kak Zeenab, kak Nafisah, dan kak Afizah." Ucap Sadiqah (19).
"Barakallah Fii Ilmi, Allah telah menganugerahkanmu menjadi hafiz Al Quran 30 juz, Sadiqah, Sarah, Alysha, Jihan, Ufairah, Asma, Bilqis, kak Zeenab, kak Nafisah, dan kak Afizah." Ucap Ruqayyah (19).
"Barakallah Fii Ilmi, Allah telah menganugerahkanmu menjadi hafiz Al Quran 30 juz, Sadiqah, Ruqayyah, Alysha, Jihan, Ufairah, Asma, Bilqis, kak Zeenab, kak Nafisah, dan kak Afizah." Ucap Sarah (19).
"Barakallah Fii Ilmi, Allah telah menganugerahkanmu menjadi hafiz Al Quran 30 juz, Sadiqah, Ruqayyah, Sarah, Jihan, Ufairah, Asma, Bilqis, kak Zeenab, kak Nafisah, dan kak Afizah." Ucap Alysha (19).
"Barakallah Fii Ilmi, Allah telah menganugerahkanmu menjadi hafiz Al Quran 30 juz, Sadiqah, Ruqayyah, Sarah, Alysha, Ufairah, Asma, Bilqis, kak Zeenab, kak Nafisah, dan kak Afizah." Ucap Jihan (23).
"Barakallah Fii Ilmi, Allah telah menganugerahkanmu menjadi hafiz Al Quran 30 juz, Sadiqah, Ruqayyah, Sarah, Alysha, Jihan, Asma, Bilqis, kak Zeenab, kak Nafisah, dan kak Afizah." Ucap Ufairah (18).
"Barakallah Fii Ilmi, Allah telah menganugerahkanmu menjadi hafiz Al Quran 30 juz, Sadiqah, Ruqayyah, Sarah, Alysha, Jihan, Ufairah, kak Zeenab, kak Nafisah, dan kak Afizah." Ucap Asma, dan Bilqis. (18).
"Barakallah Fii Ilmi, Allah telah menganugerahkanmu menjadi hafiz Al Quran 30 juz, Sadiqah, Ruqayyah, Sarah, Alysha, Jihan, Ufairah, Asma, Bilqis, Nafisah, dan Afizah." Ucap Zeenab (25).
"Barakallah Fii Ilmi, Allah telah menganugerahkanmu menjadi hafiz Al Quran 30 juz, Sadiqah, Ruqayyah, Sarah, Alysha, Jihan, Ufairah, Asma, Bilqis, Zeenab, dan Afizah." Ucap Nafisah (25).
"Barakallah Fii Ilmi, Allah telah menganugerahkanmu menjadi hafiz Al Quran 30 juz, Sadiqah, Ruqayyah, Sarah, Alysha, Jihan, Ufairah, Asma, Bilqis, Zeenab, dan Nafisah." Ucap Afizah (25).
"Kak Sadiqah, dan kak Ruqayyah, kalian berdua tinggal di Kalibadi, Kolkata ?" Tanya Ufairah.
"Iya. Kami bertetangga." Ucap Sadiqah.
"Jadi kalian sahabat ?" Tanya Ufairah lagi.
Sadiqah, dan Ruqayyah mengangguk dengan ragu.
"Ufairah di mana kamu tinggal ?" Tanya Sadiqah.
"Aku tidak tinggal di kota ini. Aku tinggal di Khasmir." Jawab Ufairah.
"Bagaimana rasanya tinggal di Khasmir, kota yang 90 % penduduknya adalah muslim ?" Tanya Sadiqah.
"Di sana nuansa islami nya lebih terasa. Bahkan kedua orang tuaku juga menyetujui hal ini." Jawab Ufairah.
"Orang tuamu juga ikut ke sini ?" Tanya Ruqayyah.
"Iya kak. Karena muslimah tidak diperkenankan bersafar tanpa mahram." Ucap Ufairah.
"Kamu benar Ufairah. Ini demi keselamatan muslimah itu sendiri." Ucap Ruqayyah.
"Aku heran mengapa lomba ini diadakan di Kolkata ?" Tanya Afizah.
"Itu namanya adil kak. Tahun kemarin lombanya diadakan di Khasmir, tahun ini diadakan di Kolkata." Ucap Ufairah.
"Asma, Bilqis apakah kalian berdua adalah saudara ? Aku dengar nama ayah kalian sama." Tanya Ruqayyah mengalihkan pembicaraan.
"Iya, kak. Mereka itu saudara kembar tidak identik. Mereka adalah sepupu ku dari pihak ayah. Ayah mereka adalah saudara kembar ayahku. Mereka berdua juga tinggal di Khasmir. Mereka berdua sangat pemalu, terutama Bilqis." Ucap Ufairah.
"Jadi kalian berkerabat." Ucap Sadiqah menyimpulkan.
"Iya. Bahkan aku masih punya kerabat lain sesama kontestan di sini." Ucap Ufairah secara terang-terangan.
"Maukah kamu memperkenalkan mereka kepada kami ?" Pinta Ruqayyah.
"Tentu saja kakak. Kak Afizah binti Yusuf adalah kakak ipar ku. Kak Afizah menikah dengan kakakku 5 tahun yang lalu Benar begitu kan kak Afizah ?" Ucap Ufairah
"Iya, Ufairah." Ucap Afizah (25)
"Kak Alysha adalah sepupu ku dari pihak ayah. Ibunya kak Alysha adalah adik kandung ayahku. Kak Alysha dan keluarganya tinggal di Bopal. Kak Nafisah, dan kak Zeenab adalah kakak ipar dari Asma, dan Bilqis. Kak Nafisah berasal dari Mumbai, sedangkan kak Zeenab berasal dari Lucknow. Jadi mereka adalah kakak ipar sepupuku." Ucap Ufairah.
"Bukankah Sarah juga tinggal di Lucknow ?" Tanya Sadiqah.
"Iya kak, aku lupa menjelaskannya kepada kakak. Kak Sarah adalah sepupu Asma, dan Bilqis dari pihak ibu. Ibunya kak Sarah dan ibunya Asma, dan Bilqis adalah kakak adik. Jadi kak Sarah adalah sepupu dari sepupuku." Ucap Ufairah panjang lebar kali tinggi.
"Iya Ufairah. Kamu selalu bersemangat untuk menjelaskan sesuatu dengan sangat jelas. Tapi kamu tidak menjelaskan sesuatu melainkan suatu kebenaran." Ucap Sarah yang kagum dengan Ufairah yang mudah bergaul.
"Iya, Ufairah selama ini kami mengenal kamu sebagai orang yang jujur." Tambah Alysha.
"Ya Allah, semoga Engkau tidak menghukum aku karena apa yang mereka katakan. Ampuni aku atas apa yang tidak mereka ketahui. Dan jadikanlah aku lebih baik daripada yang mereka perkirakan." Doa Ufairah setelah mendengar pujian dari Sarah, dan Alysha kepada dirinya.
"Apakah kamu juga mengenal kak Jihan ?" Tanya Ruqayyah dengan terheran-heran karena hampir semua finalis adalah kerabat Ufairah.
"Iya kak. Kak Jihan berasal dari Mumbai. Sekarang kak Jihan dan keluarganya tinggal di Khasmir. Kak Jihan berprofesi sebagai perawat. Keluarga kami menjadi dekat saat Kak Jihan merawat Kak Afizah yang sedang sakit." Tanya Ufairah.
"Iya, kamu benar Ufairah." Jawab Jihan.
"Tapi itu tidak menutup kemungkinan bahwa kami menjadi benar-benar menjadi kerabat di masa yang akan datang. Bahkan aku akan sangat senang berkerabat dengan kak Sadiqah, dan kak Ruqayyah juga." Ucap Ufairah.
"Sepertinya kamu tidak pernah kesepian di rumah. Kamu mempunyai banyak saudara." Ucap Ruqayyah.
"Iya kak. Aku punya 3 saudara laki-laki, 1 kakak ipar perempuan, 3 sepupu perempuan, dan 2 kakak ipar sepupu. Bagaimana dengan kalian berdua kak ? Berapa saudara yang kalian miliki ?" Jawab Ufairah.
"Kakak anak tunggal." Jawab Sadiqah.
"Kakak juga anak tunggal. Jadi kakak sering merasa kesepian di rumah." Jawab Ruqayyah.
"Bagaimana dengan sepupu perempuan ?" Tanya Ufairah lagi.
"Kakak tidak punya." Jawab Sadiqah.
"Kakak juga tidak punya." Tambah Ruqayyah.
"Aku doakan kakak mendapat seorang saudara...em... tidak-tidak dua orang saudara. Jadi kakak tidak akan merasa kesepian lagi, karena setelah itu kalian akan menghadapi setiap persoalan bersama dengan saudara kalian." Ucap Ufairah.
"Terima kasih untuk doanya Ufairah." Jawab Sadiqah, dan Ruqayyah seraya saling memandang satu sama lain.
"Teman-teman, aku punya sesuatu untuk kalian. Tunggu sebentar." Ucap Sadiqah seraya membuka lokernya, dan mengambil sebuah kantong plastik besar.
"Ini untuk kamu Ruqayyah --- ini untuk kamu Sarah --- ini untuk kamu Alysha --- ini untuk kamu Jihan --- ini untuk kamu Ufairah --- ini untuk kamu Asma --- ini untuk kamu Bilqis --- ini untuk kak Zeenab --- ini untuk kak Nafisah --- dan ini untuk kak Afizah." Ucap Sadiqah saat membagikan bungkusan-bungkusan di dalam plastik besar tersebut kepada semua orang yang ada.
"Terima kasih." Ucap semua orang yang menerima bungkusan dari Sadiqah.
"Kamu sudah memberi hadiah untuk tetangga mu terlebih dahulu, kan ? إِلَى أَقْرَبِهِمَا مِنْكَ باَباً --- " ucap Afizah terpotong karena lupa kelanjutan hadist nya.
“Berilah hadiah kepada tetangga yang rumahnya paling dekat denganmu ( HR. Bukhari no 78 ).” Ucap Sadiqah melanjutkan hadis yang dibacakan Afizah.
"Tentu saja kak. Aku sudah memberi hadiah kepada tetanggaku sebelum memberi hadiah kepada kalian." Lanjut Sadiqah.
"Ini memang sebagian usahaku agar Ruqayyah tidak menolak pemberianku. Sebab Nenek Pakizah pasti akan melarang Ruqayyah menerima hadiah dari keluargaku begitu pun sebaliknya." Pikir Sadiqah.
Ufairah sangat bersemangat untuk membuka bungkusan itu.
"Jangan dibuka dulu Ufairah !" Cegah Sadiqah.
"Memangnya ada apa, Sadiqah ?" Sahut Afizah.
"Pohon di rumah ku sedang berbuah lebat. Aku berpikir untuk memberi kalian buah-buahan itu. Berjanjilah kalian akan membuka bungkusan itu saat sudah waktunya untuk berbuka puasa. Aku tidak mau menjadi alasan kalian membatalkan puasa." Jawab Sadiqah.
"Kami berjanji." Ucap semua orang kecuali Sadiqah.
"Aku rasa sudah cukup untuk perkenalan hari ini, Sadiqah, Ruqayyah. Sudah saatnya aku, dan Ufairah untuk pulang. Kalian sendiri akan pulang juga bukan ?" Ucap Afizah menyela.
"Iya kak. Kami akan pulang bersama nenek kami." Ucap Sadiqah, dan Ruqayyah bersamaan.
Sadiqah, dan Ruqayyah saling berpandangan satu sama lain.
"Sadiqah, Ruqayyah kalian berdua seperti saudara kembar. Dari tadi kalian mengucapkan kata yang sama dengan kompak. Aku jadi heran." Ucap Afizah.
"Lupakan soal itu, kak. Kami sendiri juga heran." Ucap Sadiqah, dan Ruqayyah bersamaan.
Afizah, dan Ufairah hanya bisa tersenyum dan geleng-geleng kepala melihat kekompakan Sadiqah, dan Ruqayyah padahal di mata dunia mereka hanya tetangga.
"Kami pulang dulu, kak Sadiqah, kak Ruqayyah." Pamit Ufairah.
Afizah, Ufairah, dan kontestan lainnya sudah pulang hanya tersisa Sadiqah, dan Ruqayyah di ruangan khusus kontestan itu. Tak lama kemudian datanglah Nenek Sumayyah dari pintu barat, dan Nenek Pakizah dari pintu timur. Karena Nenek Sumayyah tidak mau memasuki pintu yang dimasuki Nenek Pakizah, begitu pun sebaliknya. Nenek Sumayyah, dan Nenek Pakizah menarik tangan cucu masing-masing dan membawa mereka pulang. Saat sampai di rumah nenek - nenek tersebut sudah menginterogasi cucunya masing-masing.
"Apa saja yang kamu bicarakan dengan Ruqayyah di dalam ruangan khusus kontestan tadi ?" Tanya Nenek Sumayyah pada Sadiqah.
"Kami hanya saling memberi ucapan selamat, nek." Jawab Ruqayyah atas pertanyaan Nenek Pakizah.
Rupanya kedua nenek itu memberi pertanyaan yang sama untuk cucu mereka. Padahal mereka ada di tempat yang berbeda.
"Sudah berapa kali aku katakan, jangan bicara pada keluarga itu. Termasuk pada Ruqayyah." Pesan Nenek Sumayyah pada Sadiqah.
"Sudah berapa kali aku katakan, jangan bicara pada keluarga itu. Termasuk pada Sadiqah." Pesan Nenek Pakizah pada Ruqayyah.
"Tapi nek, dalam hadis riwayat Muslim no. 2162 berbunyi :
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« حَقُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ سِتٌّ ». قِيلَ مَا هُنَّ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ وَإِذَا اسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْ لَهُ وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ وَإِذَا مَاتَ فَاتَّبِعْهُ ».
“Hak muslim pada muslim yang lain ada enam.” Lalu ada yang menanyakan, ”Apa saja keenam hal itu?” Lantas beliau shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ”(1) Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam padanya, (2) Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya, (3) Apabila engkau dimintai nasehat, berilah nasehat padanya, (4) Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’), (5) Apabila dia sakit, jenguklah dia, dan (6) Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).”
Aku hanya bermaksud untuk melakukan kewajiban ku. Itu saja nek. Apakah menjalankan kewajiban adalah suatu perbuatan yang tercela. Bukankah nenek sendiri yang telah mengajarkan ku cara menjadi muslimah yang baik ? Lalu mengapa nenek melarang ku sekarang ?" Jawab Sadiqah, dan Ruqayyah kompak padahal mereka ada di tempat yang berbeda.
"Terkecuali kepada keluarga mereka. Kau tidak perlu melakukan kewajiban mu pada keluarga mereka. Nenek tidak mengizinkan mu melakukan itu. Jika kamu melakukannya lagi, nenek tidak akan mau bicara dengan mu lagi." Ancam Nenek Sumayyah, dan Nenek Pakizah pada cucu masing-masing.
"Tapi nek..." Ucap Sadiqah, dan Ruqayyah kompak padahal mereka ada di tempat yang berbeda.
"Tidak ada tapi-tapian. Nenek tidak mau membicarakan hal ini lagi." Ucap Nenek Sumayyah, dan Nenek Pakizah kompak padahal mereka ada di tempat yang berbeda.
"Maaf jika aku sudah merusak suasana hati nenek hari ini." Ucap Sadiqah, dan Ruqayyah kompak padahal mereka ada di tempat yang berbeda.
"Sadiqah, bukankah hari ini kamu mengadakan buka bersama di panti asuhan ?" Tanya Nenek Sumayyah pada Sadiqah.
"Iya, nek." Jawab Sadiqah singkat.
"Segera persiapkan sajiannya, atau semuanya tidak akan selesai nanti." Ucap Nenek Sumayyah yang memang pandai mengalihkan pembicaraan.
"Baik nek. Setelah aku mandi dan ganti baju, aku akan membuat sajiannya. Nenek istirahat saja, nenek pasti lelah menemaniku seharian ini." Ucap Sadiqah.
Sadiqah dan Nenek Sumayyah menuju kamar masing-masing. Sesuai perkataan nya, setelah mandi dan ganti baju Sadiqah berjalan menuju dapur. Sadiqah terus memikirkan kejadian hari ini.
Sadiqah (20) POV
Aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang aku lihat hari ini. Ada masalah apa antara kedua keluarga ini. Mengapa kami tidak bisa hidup akur sama sekali ? Sebenarnya apa yang disembunyikan nenek dariku ? Maafkan aku, nek aku tidak akan pernah menuruti apa kata-kata nenek. Bagaimanapun apa yang nenek katakan itu tidak benar. Sebagai seorang muslimah aku tidak bisa mendiamkan saudaraku, itu sama saja aku memutuskan ukhuwah islamiah. Aku tidak takut dengan ancaman yang nenek berikan, karena aku tahu nenek sendiri tidak akan tahan lama-lama mendiamkan ku. Aku harus menyelidiki masalah ini agar aku bisa mendamaikan kedua keluarga yang berselisih ini. Ini adalah janji seorang muslimah untuk membangun ukhuwah islamiah.
Author POV
Waktu berlalu begitu cepat, azan magrib sudah berkumandang. Keluarga Sadiqah sudah berkumpul di panti asuhan setengah jam yang lalu.
"Anak-anak ayo kita berdoa untuk berbuka puasa sekarang." Ajak Sadiqah.
ذَهَبَ الظَّمَأُ، وابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وثَبَتَ اْلأَجْرُ إِنْ شَاءَاللهُ
“Dzahabazh zhoma’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah. Artinya: Telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan, semoga ada pahala yang ditetapkan, jika Allah menghendaki (Hadits shahih, Riwayat Abu Daud [2/306, no. 2357] ) " ucap mereka semua.
"Anak-anak, kita minum dulu susunya lalu setelah itu kita shalat maghrib berjamaah. Setelah shalat maghrib, acara buka bersama dilanjutkan kembali." Ucap Sadiqah.
"Mengapa begitu kak ?" Tanya Aisyah ( 8 )
"Shalat di awal waktu itu sangat besar pahalanya, selain itu shalat dengan perut yang kekenyangan sangat tidak mengenakkan, apalagi ada penelitian yang menyatakan bahwa minum 30 menit sebelum makan bagus untuk membantu kerja sistem pencernaan. Dengan kita shalat maghrib terlebih dahulu, kita sudah memberikan jarak antara minum dan makan yang kita lakukan." Jawab Sadiqah dengan bijak.
"Kakak, sangat menyayangi kami. Sehingga kakak memikirkan hal sedetail itu. Kakak selalu memikirkan manfaat dan mudarat sebelum melakukan sesuatu. Kami sayang kakak. Ayo kita shalat magrib berjamaah." Ucap Aisyah.
Sadiqah, Bu Salamah ( 40 ), Nenek Sumayyah, Bunda Khadijah ( 35 ), dan anak-anak shalat magrib berjamaah di ruang khusus shalat. Setelah itu mereka berdoa, berzikir, dan membaca Al-Quran sendiri-sendiri. Kira-kira 30 menit kemudian, mereka kembali ke tempat makan untuk melanjutkan acara buka bersama.
"Kakak mengapa tadi kita minum susu, bukan minum teh saja ?" Tanya Aisyah.
"Minum susu dalam kondisi perut kosong sangat baik karena susu membantu penyerapan zat gizi oleh tubuh menjadi lebih maksimal. Namun memang tidak semua orang bisa minum susu dengan nyaman saat perut dalam keadaan kosong, sehingga harus memilih susu yang sesuai. Banyak yang perutnya sensitif, sehingga bila terkena susu, bisa menyebabkan mual ataupun kembung." Jawab Sadiqah.
"Anak-anak, ayo kita berdoa sebelum makan." Ajak Bunda Khadijah.
بِسْمِ الله.
"Bismi llâh. Artinya : dengan nama Allah." Doa mereka semua sebelum makan.
Setelah makan mereka berdoa lagi
الْحَمْـدُ للهِ الَّذي أَطْعَمَنـي هـذا وَرَزَقَنـيهِ مِنْ غَـيْرِ حَوْلٍ مِنِّي وَلا قُوَّة.
"Al hamdu li-l-lâhi ladhî at’amanî hâdhâ wa razaqanîhi min ghayrin hawlin minnî wa lâ quwwatin.Artinya : segala puji bagi Allah Yang memberi makan ini kepadaku dan Yang memberi rezeki kepadaku tanpa daya dan kekuatanku." Doa mereka semua.
أَفْطَـرَ عِنْدَكُم الصّـائِمونَ وَأَكَلَ طَعامَـكُمُ الأبْـرار، وَصَلَّـتْ عَلَـيْكُمُ الملائِكَـة.
"Aftara ’indakumu s-sâ'imûna, wa akala ta’âmakumu-l-abrâru, wa sallat ’alaykumu-l-malâ'ikatu. Artinya : semoga orang-orang yang berpuasa berbuka di sisimu dan orang-orang yang baik makan makananmu, serta malaikat mendo’akan.
اللّهُـمَّ بارِكْ لَهُمْ فيما رَزَقْـتَهُم، وَاغْفِـرْ لَهُـمْ وَارْحَمْهُمْ.
Allâhumma bârik lahum fîmâ razaqtahum wa ghfir lahum wa rhamhum. Artinya : Ya Allah! Berilah berkah apa yang Engkau rezeki kan kepada mereka, ampunilah dan belas kasihanilah mereka." Doa Bunda Khadijah, dan anak-anak untuk keluarga Sadiqah.
Sadiqah, Bu Salamah, dan Nenek Sumayyah merapikan tempat makan. Sementara Bunda Khadijah menyiapkan tempat untuk shalat isya dan tarawih berjamaah. Setelah Sadiqah, Bu Salamah, Nenek Sumayyah, dan Bunda Khadijah menyelesaikan tugas masing-masing, mereka langsung melaksanakan shalat isya dan tarawih delapan rakaat serta witir 3 rakaat berjamaah. Setelah salam mereka berzikir, bersholawat, berdoa sendiri-sendiri. Setelah itu anak-anak membaca Al-Quran selama 30 menit dengan diajarkan oleh Sadiqah. Sementara itu Nenek Sumayyah, dan Bunda Khadijah keluar untuk berbincang-bincang.
"Kakak, kapan waktu yang baik untuk minum ?" Tanya Hafshah ( 8 ) setelah mereka selesai membaca Al-Quran.
"Saat kita bangun tidur kita bisa minum segelas air untuk mengaktifkan organ-organ dalam tubuh. Sebelum mandi kita bisa minum segelas air, menurut penelitian minum air sebelum mandi dapat mengurangi tekanan darah. Kita dapat minum segelas air 30 menit sebelum makan, dan segelas air setelah makan untuk membantu proses pencernaan makanan. Kita dapat minum segelas air sebelum tidur di malam hari. Selain itu kita harus minum saat kita merasa kehausan agar kita tidak dehidrasi. Tapi saat kita berpuasa kita tidak bisa minum air walaupun kita kehausan, karena itu akan membatalkan puasa yang sedang kita lakukan." Jawab Sadiqah panjang lebar.
"Terima kasih kak, untuk ilmunya. Semoga Allah menambahkan ilmu yang bermanfaat untuk kakak." Ucap Hafshah.
"Sama-sama. Terima kasih Hafshah untuk doanya." Balas Sadiqah.
Sadiqah melihat beberapa anak menutupi mulutnya karena menguap.
"Anak-anak, sekarang sudah saatnya bagi kalian untuk tidur." Ucap Sadiqah.
Tidak ada seorang anak pun yang bangkit dari tempat duduk mereka.
"Apakah di antara kalian ada yang takut menuju kamar sendiri ? Jangan khawatir, kakak akan mengantar kalian sampai ke kamar kalian, bagaimana kalian setuju ?" Tanya Sadiqah.
"Bukan begitu, kak. Kami ingin berbincang-bincang dengan kakak lebih lama lagi." Ucap Safiyyah ( 9 )
''Rasulullah SAW tidak suka tidur sebelum salat Isya dan berbincang-bincang setelahnya." (HR. Bukhari : 410/2) Sementara itu hadis ini diperkuat dengan hadis dari istri Rasulullah SAW, Aisyah RA.
"Rasulullah SAW tidak tidur sebelum 'Isya' dan tidak berbincang-bincang setelahnya. Beliau juga melarang kami berbincang-bincang setelah 'Isya', yakni melarang dengan peringatan kepada kami." (HR. Ibnu Majah : 396-397/02) Ada pun hikmah dari larangan ini ialah, memudahkan kaum muslim salat tahajud pada malam hari dan bermunajat kepada Allah SWT. serta bangun untuk sahur bagi yang berpuasa." Jelas Sadiqah.
"Baik kak, kami akan segera tidur." Ucap Aisyah ( 8 )
Sadiqah, dan Bu Salamah mengantar anak-anak ke kamar masing-masing.
"Anak-anak jangan lupa berdoa sebelum tidur." Pesan Sadiqah.
Setelah semua anak tidur, Sadiqah, dan Bu Salamah keluar. Mereka melihat dan mendengar Nenek Sumayyah sedang berbincang-bincang dengan Bunda Khadijah ( pemilik panti )
"Terima kasih sudah mengizinkan kami mengadakan acara buka bersama di sini." Ucap Nenek Sumayyah.
"Sama-sama. Bukankah kita sudah seperti keluarga ? Keluarga nenek sangat berjasa bagi kami. Kami berterima kasih untuk itu semua." Ucap Bunda Khadijah.
"Hari ini keluarga kami mendapatkan banyak kebahagiaan dari Allah SWT. Sadiqah sudah memenangkan lomba tahfiz Al Quran. Kami sangat bersyukur untuk itu." Cerita Nenek Sumayyah.
"Selamat ya nek. Semoga Allah memberi berkah untuk ilmu Sadiqah." Ucap Bunda Khadijah.
"Aamiin. Kami mendapat rejeki dari Allah. Kami bermaksud mengamanahkan sebagian rejeki tersebut kepada Anda agar Anda dapat mengelola panti asuhan ini dengan lebih baik lagi." Bisik Nenek Sumayyah seraya memberikan sebuah amplop coklat berisi uang secara sembunyi-sembunyi karena ditutupi dengan plastik.
"Tentu saja nenek. Insyaa Allah saya akan menjalankan amanah ini dengan baik." Bisik Bunda Khadijah.
"Insyaa Allah, tahun ini keluarga kami akan menunaikan ibadah haji dan umrah. Doakan kami menjadi haji yang mabrur." Cerita Nenek Sumayyah.
"Aamiin." Jawab Bunda Khadijah.
"Kalian dengar itu, keluarga bengalan itu bermaksud menjalankan ibadah haji tanpa didampingi mahram. Mereka memang tidak punya malu. Mereka selalu setengah-setengah dalam menjalankan agama." Teriak Nenek Pakizah yang mendengar ucapan Nenek Sumayyah dan Bunda Khadijah karena Nenek Pakizah sedang berbincang-bincang dengan tetangga sebelah di teras rumahnya yang berhadapan dengan teras rumah Nenek Sumayyah.
Nenek Sumayyah menjadi berang mendengar hinaan Nenek Pakizah. Nenek Sumayyah mendatangi rumah Nenek Pakizah.
"Kalian pikir kalian sendiri lebih baik dari kami ? Apakah kalian merasa menjadi orang baik dengan menguping pembicaraan orang lain ? Bagaimanapun cara kami menunaikan ibadah haji, apakah itu mempengaruhi kehidupan kalian ? Itu sama sekali tidak mempengaruhi kehidupan kalian. Itulah perbedaan antara kami dan kalian. Kami tidak suka mencampuri urusan orang lain, sedangkan kalian mendapatkan keuntungan dari mencampuri urusan orang lain." Balas Nenek Sumayyah.
"Apa yang kau katakan ?" Tanya Nenek Pakizah dengan nada marah.
"Aku hanya mengatakan kebenarannya." Jawab Nenek Sumayyah.
"Kebenaran ? Kita semua tahu kebenarannya. Anak perempuan mu itu adalah seseorang yang tidak punya malu, dia ---" Balas Nenek Pakizah
"Jangan berani-berani mengatakan sepatah kata pun tentang keluarga ku atau jika tidak ---" ucap Nenek Sumayyah
"Jika tidak apa ? Apa yang akan kau lakukan ?" Tanya Nenek Pakizah.
Nenek Sumayyah dan Nenek Pakizah saling menarik pakaian lawannya. Sadiqah, Bu Salamah, Ruqayyah, dan Pak Salman berusaha melerai mereka berdua.
"Ibu, apa yang ibu lakukan ?" Tanya Pak Salman pada Nenek Pakizah seraya menarik Nenek Pakizah menjauh dari Nenek Sumayyah.
"Kau tidak tahu masalahnya, Salman." Ucap Nenek Pakizah.
"Ibu, ayo kita pulang." Ajak Bu Salamah pada Nenek Sumayyah setelah menarik Nenek Sumayyah menjauhi Nenek Pakizah.
"Iya nek. Ayo kita pulang." Tambah Sadiqah.
"Sudahlah nek, untuk apa berkata seperti itu ?" Ucap Ruqayyah pada Nenek Pakizah.
Setelah itu Sadiqah, Bu Salamah, Nenek Sumayyah, Ruqayyah, Pak Salman, dan Nenek Pakizah kembali ke rumah masing-masing.
"Nenek, sebaiknya nenek berwudu sekarang. Agar hati nenek lebih tenang." Ucap Sadiqah, dan Ruqayyah kepada nenek masing-masing.
Nenek Sumayyah / neneknya Sadiqah, dan Nenek Pakizah / neneknya Ruqayyah berwudu di rumah masing-masing. Setelah kedua nenek itu berwudu, Sadiqah, dan Ruqayyah mendudukkan nenek mereka masing-masing di sofa ruang tamu rumah masing-masing.
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)" Ucap Sadiqah, dan Ruqayyah menasihati nenek masing-masing di rumah masing-masing.
"Apakah nenek harus diam saja mendengar orang menghina keluarga kita ? Kau tidak tahu akar masalahnya di sini, makanya kau membela mereka. Jika kau tahu apa permasalahannya, aku tidak yakin kau akan tetap bersimpati kepada mereka." Jawab Nenek Sumayyah dan Nenek Pakizah kompak padahal mereka ada di dalam rumah masing-masing.
"Bukan begitu maksudku nek. kalau begitu ceritakan lah permasalahan di antara kalian agar aku dapat mendamaikan kedua keluarga ini." Ucap Sadiqah, dan Ruqayyah kompak padahal mereka ada di dalam rumah masing-masing.
"Sayang, aku tidak mau memberitahu mu." Ucap Nenek Sumayyah, dan Nenek Pakizah kompak padahal mereka ada di dalam rumah masing-masing.
"Sebaiknya kalian segera tidur." Ucap Bu Salamah kepada Sadiqah, dan Nenek Sumayyah.
"Sebaiknya kalian segera tidur." Ucap Pak Salman kepada Ruqayyah, dan Nenek Pakizah.
"Baik ibu." Jawab Sadiqah.
"Baik ayah." Jawab Ruqayyah.
~*~
Waktu berjalan begitu cepat, jam menunjukkan pukul 10 malam tapi baik Sadiqah maupun Ruqayyah hanya bisa membolak-balik tubuhnya di atas kasur. Mereka berdua sama-sama tidak bisa tidur memikirkan kejadian hari ini. Sadiqah, dan Ruqayyah berjalan mendekat ke jendela kamar masing-masing yang dibiarkan terbuka. Sadiqah, dan Ruqayyah menatap bulan dari jendela kamar mereka.
Ruqayyah (19) POV
Apa yang terjadi hari ini sangat tidak benar. Mengapa kedua keluarga tidak bisa akur ? Apa yang nenek sembunyikan dariku ? Aku tidak bisa hanya diam saja melihat itu semua. Tapi apa yang harus aku lakukan ? Aku bingung sekali. Adakah seseorang yang akan membantu ku melakukan tugas ini ? Begitu lama aku memandangi bulan dari jendela kamar ku. Dapatkah aku menjadi seperti bulan itu, yang menyinari kegelapan ? Mampukah aku mendamaikan kedua keluarga yang berselisih ini ? Aku belum yakin pada diriku sendiri, tapi aku harus mencobanya. Jika bukan aku, siapa lagi ? Tanpa aku sadari air mataku mengalir begitu saja, apakah aku serapuh ini ? Tidak, mungkin inilah curahan hatiku yang sebenarnya bahwa aku juga punya rasa lelah harus menghadapi semua ini. Segera ku usap air mata ini.
Tiba-tiba handphone di saku bajuku bergetar. Ada sebuah panggilan masuk. Aku mengangkat panggilan itu.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Sapa suara itu dari kejauhan.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh." Jawabku.
"Aku Sadiqah. Maaf mengganggu mu dan menelepon malam-malam seperti ini." Ucap penelepon itu.
"Iya tidak masalah Sadiqah. Langsung saja katakan apa maksudmu menelepon ku." Ucapku.
"Aku dan keluargaku meminta maaf untuk apa yang terjadi hari ini. Tolong sampaikan permohonan maaf kami kepada keluargamu." Ucap Sadiqah.
Jujur saja aku merasa malu mendengarnya karena bagaimanapun nenekku yang lebih dulu mencari masalah dengan neneknya Sadiqah. Tapi justru Sadiqah yang minta maaf terlebih dahulu.
"Aku dan keluargaku juga minta maaf untuk apa yang terjadi hari ini. Tolong sampaikan permohonan maaf kami kepada keluargamu." Ucapku.
"Iya Ruqayyah. Bisakah aku meminta bantuan mu sekali lagi ?" Tanya Sadiqah.
"Bantuan seperti apa Sadiqah ?" Tanyaku.
"Ruqayyah, kita berdua harus bersatu dan bekerja sama untuk mendamaikan kedua keluarga kita. Apakah kamu bersedia ?" Tanya Sadiqah.
"Tentu saja Sadiqah. Allah SWT sudah memerintahkan kita untuk tolong menolong dalam kebaikan. Aku juga memikirkan hal yang sama dengan mu. Insya Allah kita akan dapat mendamaikan kedua keluarga kita." Ucapku.
"Terima kasih Ruqayyah. Kita akan pikirkan caranya besok. Selamat tidur Ruqayyah. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ucap Sadiqah.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh." Jawabku.
Sadiqah (19) POV
Alhamdulillah. Allah memberikan secercah harapan dan pertolongan kepada ku untuk mendamaikan kedua keluarga ini. Semoga semuanya dilancarkan. Tidak ku kira semuanya akan semudah ini. Aku sebenarnya sudah mempersiapkan diri jika saja Ruqayyah menolak permohonan ku tadi. Tapi semua terjadi seperti apa yang aku harapkan, dan Ruqayyah menerima permohonan ku. Aku harus menyiapkan segala sesuatunya besok, jadi lebih baik aku tidur sekarang. Aku pun segera menutup jendela kamarku yang sebelumnya sengaja kubiarkan terbuka. Setelah meminta maaf, aku pasti dapat tidur dengan nyenyak sekarang.
431Please respect copyright.PENANAaPqbptggdY
431Please respect copyright.PENANAe5SfMZYpT8
431Please respect copyright.PENANAd0YM5WNHhC
431Please respect copyright.PENANAHnAkNtHms0
431Please respect copyright.PENANANCHJVZJncw
431Please respect copyright.PENANA8mz5BvK2BP
431Please respect copyright.PENANAS9hb5UXAUo
431Please respect copyright.PENANAhqk6b28Klz
431Please respect copyright.PENANANAQplCeU7s
431Please respect copyright.PENANA58Ma8sBBcg
431Please respect copyright.PENANA3KqmkY3CR8
431Please respect copyright.PENANAv65SBauGf6
431Please respect copyright.PENANAcrL1pOHgXO
431Please respect copyright.PENANA4QW3wDWoza
431Please respect copyright.PENANAGXNhPXuJ7y
431Please respect copyright.PENANA5OslxaEOlK
431Please respect copyright.PENANAchD6eNfUCa
431Please respect copyright.PENANACv60vVNJKN
431Please respect copyright.PENANAVimkL2olze
431Please respect copyright.PENANADTWivQYEkl
431Please respect copyright.PENANA0GWLXgxVAA
431Please respect copyright.PENANAkitodjjdvD
431Please respect copyright.PENANACPVU6iP6MS
431Please respect copyright.PENANAQeQP5ez3fG