"Mintalah ayahmu untuk datang ke desa pemuda itu di waktu subuh. Lalu ayahmu shalat subuh berjamaah di desa tersebut. Lalu mintalah ayahmu untuk mencari pemuda itu di antara jamaah shalat. Karena seorang pemuda yang shalat subuh berjamaah di masjid adalah mukmin sejati." Jelas Sadiqah.
"Saranmu itu sangat bagus Sadiqah. Tapi bagaimana kita mengetahui akhlak pemuda itu ?" Tanya Ruqayyah penasaran.
"Minta ayahmu untuk bertanya kepada masyarakat sekitar, seberapa sering pemuda itu mengikuti shalat Jumat, maksudku pernahkah pemuda itu tidak mengikuti shalat Jumat 3 kali berturut-turut dan bagaimana pergaulan pemuda tersebut di masyarakat." Jelas Sadiqah.
"Terima kasih Sadiqah. Semoga Allah membalas kebaikanmu. Kamu memang sahabat terbaikku." Ucap Ruqayyah begitu saja karena bahagia.
"Sama-sama, Ruqayyah." Ucap Sadiqah.
Tiba-tiba, ada seseorang yang mengetuk pintu kelas. Sadiqah, dan Ruqayyah membukakan pintu dengan tergesa-gesa.
"Ada apa ibu, apa ibu memerlukan sesuatu ?" Tanya Sadiqah setelah mengetahui jika yang datang adalah Bu Sarsmista.
"Saya ingin berbicara dengan kalian." Jawab Bu Sarsmista.
"Silakan masuk, ibu." Ucap Sadiqah, dan Ruqayyah.
"Ibu, dan suami ibu mengucapkan terima kasih kepada kalian berdua. Sadiqah, setiap hari kamu menyuapi seorang nenek, mengantar nenek itu ke tempat tujuannya dengan sepeda mu, dan terkadang kamu membawakan pakaian baru untuknya. Kamu juga bergegas menuju rumah sakit saat tahu nenek yang biasa kamu bantu mengalami kecelakaan. Ruqayyah pagi ini kamu menolong seorang nenek yang mengalami kecelakaan, kamu yang membawa nenek itu ke rumah sakit, dan membayar pengobatan nenek tersebut dengan uangmu sendiri bukan ? Apakah kalian tahu nenek yang sudah kalian tolong adalah ibu mertuaku. Pada suatu hari ibu dari suamiku menghilang, dan belum ditemukan hingga kemarin. Dengan bantuan kalian berdua kami dapat menemukan ibu kami kembali." Ucap Bu Sarsmista.
"Sama-sama ibu, kami bahagia karena ibu, nenek, dan suami ibu sudah bersatu kembali." Ucap Sadiqah, dan Ruqayyah bersamaan.
"Sadiqah, dan Ruqayyah, saya ingin mengembalikan uang kalian selama kalian merawat, dan mengobati ibu mertua saya." Ucap Bu Sarsmista.
"Tidak, ibu. Kami tidak bisa menerimanya, kami melakukan ini hanya karena Allah SWT. kami tidak mengharapkan apa pun dari dunia ini tapi kami mengharapkan Ridha Tuhan kami." Ucap Sadiqah, dan Ruqayyah kompak.
"Bagaimana kami bisa membalas kebaikan kalian ?" Tanya Bu Sarsmista.
"Lanjutkan perjuangan kami merawat, dan mengobati nenek dengan sepenuh hati. Dan jadilah keluarga yang bahagia, dan saling melindungi. Begitulah cara yang bisa kalian lakukan untuk membalas kebaikan kami." Jawab Sadiqah, dan Ruqayyah serempak.
"Ibu berjanji akan memenuhi keinginan kalian." Ucap Bu Sarsmista.
"Ini artinya ibu tidak jadi berangkat ke Lucknow ?" Tanya Ruqayyah.
"Tidak. Saya akan tetap menjadi dosen kalian." Jawab Bu Sarsmista seraya memeluk Sadiqah, dan Ruqayyah bersamaan.
Sadiqah, dan Ruqayyah bahagia karena mereka menganggap Bu Sarsmista seperti bibinya.
"Ibu, kembalilah ke rumah sakit. Ibu mertua, dan suami ibu membutuhkan ibu saat ini." Ucap Sadiqah.
"Saya permisi, jaga diri kalian baik-baik." Ucap Bu Sarsmista seraya keluar.
Diam-diam, Geet mendengarkan hal ini dari depan kelas. Geet terburu-buru bersembunyi dibalik pintu saat tahu Bu Sarsmista keluar dari ruang kelas. Geet sebenarnya mengikuti Bu Sarsmista untuk memberikan suatu benda yang terjatuh saat Bu Sarsmista berjalan. Geet memutar kembali semua memorinya bersama Sadiqah, dan Ruqayyah. Saat ia memprovokasi mahasiswa kampus untuk berdemo agar universitas mengeluarkan Sadiqah, dan Ruqayyah dari kampus karena penampilan mereka yang terlalu tertutup menurut Geet. Saat usahanya gagal, Geet membuat Sadiqah, dan Ruqayyah terlihat buruk di mata teman-temannya agar mereka tidak berteman dengan Sadiqah, dan Ruqayyah.
"Benarkah apa yang aku dengar hari ini ? Benarkah Sadiqah, dan Ruqayyah melakukan semua hal itu ? Apakah mereka benar-benar orang yang baik hati kepada semua orang ? Tapi aku juga tidak bisa mengelak jika mereka sangat lembut, dan perhatian kepadaku padahal selama ini aku selalu membuat masalah untuk mereka. Apakah aku telah salah menilai mereka selama ini ? Mungkin benar apa yang dikatakan Bu Sarsmista bahwa aku harus mengenal mereka lebih dalam." Gumam Geet dalam hati.
Geet pun menyingkir dari balik pintu, karena jika tidak orang-orang akan mengira ia menguping pembicaraan orang lain. Apalagi Sadiqah, dan Ruqayyah masih berada di dalam kelas.
Waktu berlalu begitu cepat sekarang sudah jam 12 siang, waktunya Sadiqah, dan teman-temannya untuk pulang.
Sadiqah berjalan menuju tempat parkir mahasiswa. Ruqayyah juga melewati tempat itu, karena memang tempatnya menunggu taksi dekat dengan tempat parkir mahasiswa. Sadiqah merasa ada yang tidak beres dengan sepedanya. Ruqayyah mendekati Sadiqah, karena ia tahu jika Sadiqah sedang kebingungan saat ini.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ucap Ruqayyah dari belakang Sadiqah.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab Sadiqah seraya menoleh ke belakang.
"Aku melihat kamu kebingungan karena sesuatu. Ada apa Sadiqah ?" Tanya Ruqayyah.
"Aku merasa ada yang salah dengan sepedaku Ruqayyah. Tadi pagi sepedaku sangat berat untuk dikayuh." Jawab Sadiqah.
"Apakah terjadi sesuatu dengan sepeda mu, Sadiqah ?" Tanya Ruqayyah.
"Entahlah Ruqayyah, aku juga tidak tahu." Jawab Sadiqah.
"Izinkan aku memeriksanya." Ucapku.
"Tentu saja Ruqayyah." Ucap Sadiqah.
Aku berjongkok untuk memeriksa sepeda Ruqayyah. Aku melihat ban sepedanya mengempis.
"Sadiqah, sepertinya ban sepeda mu bocor. Mungkin tadi sepeda mu menginjak paku. Sadiqah kita harus membawanya ke bengkel terdekat. Sadiqah hari ini kamu akan pulang dengan naik taksi bersamaku." Ucapku.
"Terima kasih Ruqayyah kamu sangat baik. Semoga Allah membalas mu dengan kebaikan. Tapi Ruqayyah keluargamu sudah menunggumu pulang. Kamu akan terlambat pulang jika kamu membantuku membawa sepeda ini ke bengkel. Pulanglah Ruqayyah, bukankah kamu akan bertemu dengan keluarga calon suamimu hari ini, jadi jangan sampai kamu terlambat. Aku akan pulang sendiri." Tolak Sadiqah dengan lembut, tentunya ia tidak ingin melukaiku dengan penolakannya, tapi keadaan yang membuat dia harus menolak.
Aku tahu alasan Sadiqah menolak tawaranku. Itu untuk menjaga hati neneknya. Entah apa yang akan dipikirkan oleh nenekku jika melihatku, dan Sadiqah begitu akrab apalagi pulang bersama. Nenekku selalu takut jika Sadiqah memberi pengaruh buruk bagiku. Oleh karena itu, Nenek Sumayyah menjauhkan Sadiqah dari keluarga kami. Aku tidak tahu mengapa nenekku seperti itu, padahal selama aku mengenal Sadiqah, aku menjadi lebih baik dari sebelumnya. Semoga suatu hari nenekku bisa berhenti berprasangka buruk terhadap Sadiqah.
"Baiklah Sadiqah, kamu benar. Sampai jumpa. Jaga dirimu baik-baik. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ucapku dengan sedikit rasa kecewa, aku mencoba menutupi kekecewaan ku dengan senyum agar Sadiqah tidak bersedih.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab Sadiqah.
Sadiqah (19) POV
Ruqayyah berjalan menjauhiku menuju tempat dimana ia biasa menunggu taksi langganannya. Diam-diam aku memandangi Ruqayyah meskipun aku sedang menuntun sepedaku. Dia sadar jika aku memandangnya. Dia tersenyum padaku. Aku dapat melihat senyumnya walaupun tertutup oleh cadarnya. Aku pun membalas senyumnya padaku. Dia terlihat terkejut saat dia mendengar suara kendaraan berhenti di dekatnya. Dia menoleh, dan dia sadar jika taksi yang ia tunggu sudah sampai. Dia langsung memasuki taksi itu. Aku melambaikan tanganku padanya. Dari kaca mobil aku dapat melihat ia membalas lambaian tanganku. Setelah itu taksi yang ia tumpangi meluncur menelusuri jalanan kota. Entah mengapa aku merasa begitu dekat dengan Ruqayyah, dan aku tidak rela saat nenek memintaku untuk menjauh darinya dan keluarganya. Apakah Ruqayyah juga merasakan apa yang aku rasakan ? Aku berharap suatu saat nanti kita lebih dari sekedar tetangga.
Author POV
Sadiqah, dan Ruqayyah sudah sampai ke rumahnya masing-masing. Saat ini mereka sedang bersiwak lalu mereka mengucap basmalah untuk mulai berwudhu setelah mereka mendengar adzan dzuhur sesaat lalu.
" أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَـهَ إِلاّ اللهُ وَحْدَهُ لا شَريـكَ لَـهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّـداً عَبْـدُهُ وَرَسـولُـه.
Ash-hadu an lâ ilâha illa l-lâhu, wahdahu lâ sharîka lahu, wa ash-hadu anna Muhammadan ’abdûhu wa rasûluhu.
Aku bersaksi, bahwa tiada Tuhan yang haq kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Aku bersaksi, bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya." Doa Sadiqah, dan Ruqayyah setelah berwudu. Setelah itu mereka mengambil mukena dan shalat qabliyah zuhur 4 rakaat, shalat zuhur berjamaah 4 rakaat, shalat ba'diyah zuhur 2 rakaat. Mereka shalat berjamaah dengan perempuan di keluarga mereka masing-masing. Setelah itu seperti biasanya mereka berdoa setelah salam.
"...Ya Allah, karuniakanlah kepada hamba seorang saudara yang seperti Sadiqah yang begitu peduli kepadaku, dan selalu mengingatkanku kepada jalan-Mu..." Doa Ruqayyah dalam hati.
"...Ya Allah, Ya Tuhanku, kabulkan lah doaku dan doa saudara-saudaraku seiman..." Doa Sadiqah dalam hati.
Sadiqah pasti bahagia jika mengetahui dirinya masuk dalam daftar doa Ruqayyah. Mungkin sesaat lagi ia akan mengetahui hal itu. Setelah berdoa mereka membaca 20 ayat Al-Quran.
Allah SWT berfirman:
الٓمٓ
alif laaam miiim
"Alif Lam Mim."
(QS. Luqman 31: Ayat 1)
Allah SWT berfirman:
تِلْكَ ءَايٰتُ الْكِتٰبِ الْحَكِيمِ
tilka aayaatul-kitaabil-hakiim
"Inilah ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung hikmah,"
(QS. Luqman 31: Ayat 2)
Allah SWT berfirman:
هُدًى وَرَحْمَةً لِّلْمُحْسِنِينَ
hudaw wa rohmatal lil-muhsiniin
"sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan,"
(QS. Luqman 31: Ayat 3)
Allah SWT berfirman:
الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكٰوةَ وَهُمْ بِالْأَاخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
allaziina yuqiimuunash-sholaata wa yu`tuunaz-zakaata wa hum bil-aakhiroti hum yuuqinuun
"(yaitu) orang-orang yang melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dan mereka meyakini adanya akhirat."
(QS. Luqman 31: Ayat 4)
Allah SWT berfirman:
أُولٰٓئِكَ عَلٰى هُدًى مِّنْ رَّبِّهِمْ ۖ وَأُولٰٓئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
ulaaa`ika 'alaa hudam mir robbihim wa ulaaa`ika humul-muflihuun
"Merekalah orang-orang yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang beruntung."
(QS. Luqman 31: Ayat 5)
Allah SWT berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِى لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا ۚ أُولٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُّهِينٌ
wa minan-naasi may yasytarii lahwal-hadiisi liyudhilla 'an sabiilillaahi bighoiri 'ilmiw wa yattakhizahaa huzuwaa, ulaaa`ika lahum 'azaabum muhiin
"Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan percakapan kosong untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu dan menjadikannya olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan."
(QS. Luqman 31: Ayat 6)
Allah SWT berfirman:
وَإِذَا تُتْلٰى عَلَيْهِ ءَايٰتُنَا وَلّٰى مُسْتَكْبِرًا كَأَنْ لَّمْ يَسْمَعْهَا كَأَنَّ فِىٓ أُذُنَيْهِ وَقْرًا ۖ فَبَشِّرْهُ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
wa izaa tutlaa 'alaihi aayaatunaa wallaa mustakbirong ka`al lam yasma'haa ka`anna fiii uzunaihi waqroo, fa basysyir-hu bi'azaabin aliim
"Dan apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berpaling dengan menyombongkan diri seolah-olah dia belum mendengarnya, seakan-akan ada sumbatan di kedua telinganya, maka gembirakanlah dia dengan azab yang pedih."
(QS. Luqman 31: Ayat 7)
Allah SWT berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَهُمْ جَنّٰتُ النَّعِيمِ
innallaziina aamanuu wa 'amilush-shoolihaati lahum jannaatun na'iim
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat surga-surga yang penuh kenikmatan,"
(QS. Luqman 31: Ayat 8)
Allah SWT berfirman:
خٰلِدِينَ فِيهَا ۖ وَعْدَ اللَّهِ حَقًّا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
khoolidiina fiihaa, wa'dallohi haqqoo, wa huwal-'aziizul-hakiim
"mereka kekal di dalamnya, sebagai janji Allah yang benar. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana."
(QS. Luqman 31: Ayat 9)
Allah SWT berfirman:
خَلَقَ السَّمٰوٰتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ۖ وَأَلْقٰى فِى الْأَرْضِ رَوٰسِىَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيهَا مِنْ كُلِّ دَآبَّةٍ ۚ وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَآءِ مَآءً فَأَنۢبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ
kholaqos-samaawaati bighoiri 'amadin tarounahaa wa alqoo fil-ardhi rowaasiya an tamiida bikum wa bassa fiihaa ming kulli daaabbah, wa anzalnaa minas-samaaa`i maaa`an fa ambatnaa fiihaa ming kulli zaujing kariim
"Dia menciptakan langit tanpa tiang sebagaimana kamu melihatnya, dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi agar ia (bumi) tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembangbiakkan segala macam jenis makhluk bergerak yang bernyawa di bumi. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik."
(QS. Luqman 31: Ayat 10)
Allah SWT berfirman:
هٰذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِى مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِنْ دُونِهِۦ ۚ بَلِ الظّٰلِمُونَ فِى ضَلٰلٍ مُّبِينٍ
haazaa kholqullohi fa aruunii maazaa kholaqollaziina min duunih, balizh-zhoolimuuna fii dholaalim mubiin
"Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh (sesembahanmu) selain Allah. Sebenarnya orang-orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata."
(QS. Luqman 31: Ayat 11)
Allah SWT berfirman:
وَلَقَدْ ءَاتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ ۚ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِىٌّ حَمِيدٌ
wa laqod aatainaa luqmaanal-hikmata anisykur lillaah, wa may yasykur fa innamaa yasykuru linafsih, wa mang kafaro fa innalloha ghoniyyun hamiid
"Dan sungguh, telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu, Bersyukurlah kepada Allah! Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barang siapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya, Maha Terpuji."
(QS. Luqman 31: Ayat 12)
Allah SWT berfirman:
وَإِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يٰبُنَىَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
wa iz qoola luqmaanu libnihii wa huwa ya'izhuhuu yaa bunayya laa tusyrik billaah, innasy-syirka lazhulmun 'azhiim
"Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, Wahai anakku! Janganlah engkau menyekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar."
(QS. Luqman 31: Ayat 13)
Allah SWT berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسٰنَ بِوٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَفِصٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِى وَلِوٰلِدَيْكَ إِلَىَّ الْمَصِيرُ
wa washshoinal-insaana biwaalidaiih, hamalat-hu ummuhuu wahnan 'alaa wahniw wa fishooluhuu fii 'aamaini anisykur lii wa liwaalidaiik, ilayyal-mashiir
"Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu."
(QS. Luqman 31: Ayat 14)
Allah SWT berfirman:
وَإِنْ جٰهَدَاكَ عَلٰىٓ أَنْ تُشْرِكَ بِى مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِى الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَىَّ ۚ ثُمَّ إِلَىَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
wa in jaahadaaka 'alaaa an tusyrika bii maa laisa laka bihii 'ilmun fa laa tuthi'humaa wa shoohib-humaa fid-dun-yaa ma'ruufaw wattabi' sabiila man anaaba ilayy, summa ilayya marji'ukum fa unabbi`ukum bimaa kuntum ta'maluun
"Dan jika keduanya memaksamu untuk menyekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beri tahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."
(QS. Luqman 31: Ayat 15)
Allah SWT berfirman:
يٰبُنَىَّ إِنَّهَآ إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِى صَخْرَةٍ أَوْ فِى السَّمٰوٰتِ أَوْ فِى الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
yaa bunayya innahaaa in taku misqoola habbatim min khordalin fa takun fii shokhrotin au fis-samaawaati au fil-ardhi ya`ti bihalloh, innalloha lathiifun khobiir
"(Luqman berkata), Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Maha Halus, Maha Mengetahui."
(QS. Luqman 31: Ayat 16)
Allah SWT berfirman:
يٰبُنَىَّ أَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ أَصَابَكَ ۖ إِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
yaa bunayya aqimish-sholaata wa`mur bil-ma'ruufi wan-ha 'anil-mungkari washbir 'alaa maaa ashoobak, inna zaalika min 'azmil-umuur
"Wahai anakku! Laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting."
(QS. Luqman 31: Ayat 17)
Allah SWT berfirman:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِى الْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
wa laa tusho''ir khoddaka lin-naasi wa laa tamsyi fil-ardhi marohaa, innalloha laa yuhibbu kulla mukhtaalin fakhuur
"Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri."
(QS. Luqman 31: Ayat 18)
Allah SWT berfirman:
وَاقْصِدْ فِى مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوٰتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ
waqshid fii masy-yika waghdhudh min shoutik, inna angkarol-ashwaati lashoutul-hamiir
"Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai."
(QS. Luqman 31: Ayat 19)
Allah SWT berfirman:
أَلَمْ تَرَوْا أَنَّ اللَّهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَّا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْأَرْضِ وَأَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهُۥ ظٰهِرَةً وَبَاطِنَةً ۗ وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُجٰدِلُ فِى اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَلَا هُدًى وَلَا كِتٰبٍ مُّنِيرٍ
a lam tarou annalloha sakhkhoro lakum maa fis-samaawaati wa maa fil-ardhi wa asbagho 'alaikum ni'amahuu zhoohirotaw wa baathinah, wa minan-naasi may yujaadilu fillaahi bighoiri 'ilmiw wa laa hudaw wa laa kitaabim muniir
"Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan."
(QS. Luqman 31: Ayat 20)
Setelah itu, mereka merapikan mukena mereka.
*Kediaman Nenek Sumayyah*
"Sadiqah, ibu dan nenekmu akan pergi keluar sebentar. Jaga dirimu dan rumah ini saat kami tidak ada." Pesan Bu Salamah kepada putrinya.
"Iya ibu. Aku akan mengantar kalian ke depan. Semoga Allah melindungi kalian." Ucap Sadiqah.
"بِسْمِ اللهِ، تَوَكَّلْـتُ عَلَى اللهِ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُـوَّةَ إِلاَّ بِالله
Bismi l-lâhi, tawakkaltu ’alâ l-lâhi, wa lâ hawla wa lâ quwwata illâ bi-l-lâhi.
Dengan nama Allah (aku keluar). Aku bertawakkal kepada-Nya, dan tiada daya dan kekuatan kecuali karena pertolongan Allah." Doa Bu Salamah, dan Nenek Sumayyah dalam hati.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ucap Bu Salamah, dan Nenek Sumayyah.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab Sadiqah seraya mencium tangan ibunya, dan neneknya.
Setelah Bu Salamah, dan Nenek Sumayyah meninggalkan rumah, tinggallah Sadiqah di rumah sendiri.
*Kediaman kakek Daud*
"Ruqayyah, kami akan pergi ke rumah calon suamimu. Untuk menjemput mereka dan mengantar mereka ke mari. Kamu jagalah dirimu, dan rumah ini dengan baik saat kami tidak ada." Pesan Nenek Pakizah saat kakek dan ayah Ruqayyah pulang dari masjid.
"Iya nek. Aku akan mengantar kalian ke depan. Semoga Allah melindungi kalian." Ucap Ruqayyah.
"بِسْمِ اللهِ، تَوَكَّلْـتُ عَلَى اللهِ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُـوَّةَ إِلاَّ بِالله
Bismi l-lâhi, tawakkaltu ’alâ l-lâhi, wa lâ hawla wa lâ quwwata illâ bi-l-lâhi.
Dengan nama Allah (aku keluar). Aku bertawakkal kepada-Nya, dan tiada daya dan kekuatan kecuali karena pertolongan Allah." Doa Nenek Pakizah, Pak Salman /ayah Ruqayyah dan Kakek Daud (65) / suami Pakizah dalam hati.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ucap Nenek Pakizah, Pak Salman, dan Kakek Daud.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab Ruqayyah seraya mencium tangan ayahnya, dan neneknya.
Setelah Nenek Pakizah, Pak Salman, dan Kakek Daud meninggalkan rumah, tinggallah Ruqayyah di rumah sendirian. Nenek Salman, dan Kakek Daud pergi dengan naik taksi, sementara Pak Salman mengendarai sepeda motornya. 15 menit kemudian mereka sampai di tempat tujuan.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ucap Nenek Pakizah, Pak Salman, dan Kakek Daud.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab keluarga calon suaminya Ruqayyah.
"Mari, silakan masuk. Duduklah." Ucap pemilik rumah mempersembahkan Nenek Pakizah, Pak Salman, dan Kakek Daud untuk duduk.
Nenek Pakizah, Pak Salman, dan Kakek Daud duduk di sofa yang berada di ruang tamu rumah yang mereka kunjungi.
"Tuan Abdurrahman, kami senang Ruqayyah akan menjadi menantu di keluargamu." Ucap Pak Salman.
"Kami percaya anak Anda bukan hanya menjadi seorang anak yang baik, tetapi juga istri, menantu, dan ibu yang baik. Seorang istri dipandang bukan dari kecantikannya tapi dari cara dia menjaga kehormatannya, dan keluarganya. Seluruh keluarga bisa tersenyum karenanya, itulah yang harus dilakukan seorang istri. Aku melihat anak Anda memiliki pengetahuan agama yang baik." Ucap Tuan Abdurrahman.
"Iya, Tuan Abdurrahman. Cucuku akan bersatu dengan keluargamu seperti gula bercampur dengan air." Ucap Nenek Pakizah.
*Kediaman Nenek Sumayyah*
Sadiqah keluar dari rumahnya untuk mengambil jemuran yang sudah kering. Tiba-tiba, ada anak perempuan berusia kira-kira 5 tahun menangis di halaman rumah Sadiqah, dan Ruqayyah. Sadiqah tidak melanjutkan aktivitasnya mengambil jemuran, dan langsung mendekati anak tersebut. Ruqayyah juga keluar dari rumahnya, dan mendekati anak tersebut.
"Ibu.. ibu... hiks...hiks..." Ucap anak itu.
"Ada apa tuan putri, mengapa kamu menangis ?" Tanya Sadiqah pada anak kecil itu.
"Ibu.. ibu... hiks...hiks..." Ucap anak itu lagi.
"Ada apa dengan ibu, tuan putri ?" Tanya Ruqayyah.
"Aku.. tidak tahu di mana ibuku... Aku terpisah dari ibuku..." Jawab anak itu.
"Sadiqah, aku rasa anak ini datang kemari bersama ibunya, lalu ia terpisah dari ibunya." Bisik Ruqayyah di telinga Sadiqah.
"Aku juga merasa begitu." Ucap Sadiqah pada Ruqayyah.
"Tuan putri, jangan sedih, kami bersamamu. Ayo kita tunggu ibumu di sini, agar ibumu tidak kebingungan mencari mu, tuan putri." Ucap Sadiqah.
"Iya tuan putri yang manis dan cantik, kita akan bermain bersama sambil menunggu tuan putri dijemput oleh keluarga tuan putri. Tuan putri setuju ?" Tanya Ruqayyah.
"Oh iya tuan putri, kita belum berkenalan, siapa nama tuan putri ?" Tanya Sadiqah.
"Namaku Mischa kak. Siapa nama kakak ?" Jawab anak kecil itu.
"Tuan putri Mischa, permainan apa yang ingin putri mainkan ?" Tanya Sadiqah lagi.
"Boneka, aku ingin bermain boneka." Jawab anak itu.
"Tuan putri ingin ikut bersama kak Ruqayyah mengambil boneka ?" Tanya Ruqayyah seraya menunjuk dirinya sendiri.
Mischa menjawab dengan gelengan kecil.
"Baiklah, tuan putri duduk di sini saja bersama kak Sadiqah. Kakak akan kembali dengan banyak boneka untuk tuan putri." Ucap Ruqayyah.
Tak lama kemudian Ruqayyah kembali dengan 3 boneka beruang, panda, dan kelinci besar yang tidak berwajah.
"Ayo kita bermain bersama, tuan putri." Ajak Ruqayyah pada boneka-boneka itu.
"Tuan putri namaku beruang." Ucap boneka beruang yang dikendalikan oleh Sadiqah.
"Tuan putri namaku panda." Ucap boneka panda yang dikendalikan oleh Ruqayyah.
"Tuan putri namaku kelinci." Ucap boneka kelinci yang dikendalikan oleh Sadiqah.
"Siapa nama tuan putri ?" Tanya boneka panda yang dikendalikan oleh Ruqayyah.
"Namaku Mischa." Jawab Mischa.
"Tuan putri Mischa, apakah tuan putri sudah makan ?" Tanya boneka beruang yang dikendalikan oleh Sadiqah.
"Belum." Jawab Mischa.
"Kalau begitu tuan putri harus makan, agar tuan putri punya tenaga untuk bermain dengan kami." Ucap boneka kelinci yang dikendalikan oleh Sadiqah.
"Tuan putri, tuan putri ingin makan apa hari ini ?" Tanya boneka panda yang dikendalikan oleh Ruqayyah.
"Aku ingin nasi, ikan goreng, dan susu." Jawab Mischa.
"Kak Sadiqah, siapkan makanan untuk tuan putri." Ucap boneka panda yang dikendalikan oleh Ruqayyah.
"Siap laksanakan, nyonya panda." Ucap Sadiqah seraya menuju dapur untuk memasak.
Ini semua dilakukan Sadiqah, dan Ruqayyah untuk mengalihkan perhatian Mischa, dan Mischa mau makan. Sementara Sadiqah memasak, Ruqayyah menemani Mischa bermain boneka di teras rumah Sadiqah, agar ibunya Mischa tidak kesulitan mencari Mischa. Ibunya Mischa akan kesulitan mencari Mischa jika Mischa dimasukkan ke rumah Sadiqah. Tak lama kemudian, Sadiqah kembali membawa makanan sesuai permintaan Mischa.
"Selamat makan tuan putri. Tuan putri akan makan dengan disuapi oleh kakak." Ucap Sadiqah seraya menunjuk dirinya sendiri.
Mischa makan dengan disuapi oleh Sadiqah, sementara Ruqayyah memainkan bonekanya agar Mischa merasa terhibur.
"Tuan putri lahap sekali makannya, habiskan susunya, lalu kita lanjutkan lagi permainannya." Ucap boneka panda yang dimainkan oleh Ruqayyah.
Mischa menghabiskan susunya dengan cepat. Sadiqah segera kembali ke rumah untuk membereskan peralatan makan Mischa, karena Sadiqah tahu Ruqayyah tidak tahan dengan aroma ikan.
"Tuan putri Mischa, di mana istana tuan putri ?" Tanya boneka kelinci yang dimainkan oleh Ruqayyah.
"Rumahku berada tidak jauh dari sini." Jawab Mischa.
Sadiqah kembali ke tempat Mischa, dan Ruqayyah bermain.
"Seperti apa istana tuan putri ?" Tanya boneka beruang yang dimainkan oleh Sadiqah.
"Rumahku sangat luas, mempunyai pagar yang tinggi dengan 2 orang penjaga yang selalu menjaganya. Rumahku sangat asri, karena banyak pohon, dan tanaman hias ditanam di halaman rumahku. Rumahku semakin indah dengan cat putih yang menghiasinya. Rumahku berada di daerah pedesaan tapi tidak terlalu jauh dari jalan raya. Aku akan sangat senang jika kalian mau berkunjung ke rumahku." Jawab Mischa.
Sadiqah, dan Ruqayyah terkesan dengan Mischa, karena anak sekecil dia sudah bisa mendeskripsikan rumahnya sendiri.
"Wah, pasti seru sekali, kami juga ingin bertemu dengan keluarga tuan putri." Ucap boneka panda yang dimainkan oleh Ruqayyah.
Tiba-tiba Mischa menangis kembali. Mungkin ucapan Ruqayyah mengingatnya pada ibunya. Kali ini tangisannya lebih keras dari sebelumnya, membuat Sadiqah, dan Ruqayyah kewalahan menanganinya. Segala upaya telah dicoba oleh Sadiqah, dan Ruqayyah tetapi Mischa tidak berhenti menangis.
"Ibu... Ibu... Aku ingin ibu... Kakak antar kan aku ke ibuku... hiks..hiks.." rengek Mischa yang berada dalam gendongan Sadiqah.
Tiba-tiba ada sesuatu yang terjatuh dari genggaman tangan Mischa. Ruqayyah mengambil benda itu yang ternyata adalah selembar kertas berisi alamat sebuah rumah.
"Rumah No. 32 Basurimansur Rajaratraw" Gumam Ruqayyah saat membaca kertas itu.
"Sadiqah, sepertinya aku tahu di mana rumah Mischa." Bisik Ruqayyah di telinga Sadiqah.
"Di mana ?" Tanya Sadiqah.
"Mischa menjatuhkan ini." Ucap Ruqayyah seraya menunjukkan kertas berisi alamat itu.
Sadiqah mengamati kertas itu dengan saksama.
"Aku akan mengantar Mischa ke rumahnya." Bisik Ruqayyah di telinga Sadiqah.
"Tidak Ruqayyah, aku saja yang mengantarkan Mischa. Sebentar lagi keluarga calon suamimu akan datang, bagaimana jika kamu tidak ada. Aku akan meninggalkan sebuah pesan kepada keluargaku jika aku meninggalkan rumah untuk suatu keperluan." Bisik Sadiqah di telinga Ruqayyah.
"Baiklah Sadiqah, aku akan memesan taksi untuk kalian." Ucap Ruqayyah.
"Terima kasih Ruqayyah." Ucap Sadiqah.
"Iya sama-sama." Ucap Ruqayyah.
بِسْمِ اللهِ، تَوَكَّلْـتُ عَلَى اللهِ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُـوَّةَ إِلاَّ بِالله
Bismi l-lâhi, tawakkaltu ’alâ l-lâhi, wa lâ hawla wa lâ quwwata illâ bi-l-lâhi.
Dengan nama Allah (aku keluar). Aku bertawakal kepada-Nya, dan tiada daya dan kekuatan kecuali karena pertolongan Allah." Doa Sadiqah dalam hati.
Tidak lama kemudian taksi yang ditunggu Sadiqah sudah sampai.
"Sadiqah, taksinya sudah sampai. Hati-hati di jalan Sadiqah. Semoga Allah melindungi kalian." Ucap Ruqayyah.
"Iya Ruqayyah. Terima kasih. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" Ucap Sadiqah sambil menggendong Mischa hingga masuk ke dalam taksi.
"Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab Ruqayyah.
"اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ. سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ، اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرِنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ، وَالْخَلِيفَةُ فِي الأَهْلِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ، وَكآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ المُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالأَهْلِ.
Allâhu akbaru, Allâhu akbaru, Allâhu akbaru. Subhâna l-ladhî sakhkhara lanâ hâdhâ wa mâ kunnâ lahu muqrinîn, wa innâ ilâ rabbinâ la-munqalibûn. Allâhumma innâ nas-aluka fî safarinâ hâdhâ al-birra wa t-taqwâ wa mina-l-’amali mâ tardâ. Allâhumma hawwin ’alayna safaranâ hâdhâ wa twi ’annâ bu’dahu. Allâhumma anta s-sâhibu fî s-safari, wa-l-khalîfatu fî-l-ahli. Allâhumma innî a’ûdhu bika min wa’thâ'i s-safari wa ka'âbati-l-manzari, wa sû'i-l-munqalabi fî-lmâli wa-l-ahli.
Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Maha Suci Tuhan yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, sedang sebelumnya kami tidak mampu. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di hari kiamat). Ya Allah! Sesungguhnya kami memohon kebaikan dan taqwa dalam bepergian ini, kami mohon perbuatan yang meridhakan-Mu. Ya Allah! Permudahlah perjalanan kami ini, dan dekatkan jaraknya bagi kami. Ya Allah! Engkaulah teman dalam bepergian dan yang mengurusi keluarga (ku). Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan perubahan yang jelek dalam harta dan keluarga." Doa Sadiqah dalam hati.
"Bu, tolong antar kan kami ke alamat ini." Ucap Sadiqah kepada sopir taksi seraya menyerahkan kertas berisi alamat.
"Sadiqah, kamu bisa memanggilku kak Meeti. Lagi pula kita sudah saling mengenal satu sama lain. Jadi jangan terlalu formal seperti itu." Ucap sopir taksi yang ditumpangi Sadiqah (30).
"Iya kak Meeti." Ucap Sadiqah pada Meeti.
Ruqayyah (19) POV
Aku membereskan mainan Mischa setelah Sadiqah pergi mengantarkan Mischa ke rumahnya. Aku memungut boneka itu satu persatu. Tiba-tiba, ada seseorang yang menepuk bahuku dari belakang. Aku pun menoleh. Aku melihat seorang perempuan yang terlihat begitu cemas karena sesuatu.
"Apakah kamu melihat anak kecil ini ?" Tanya perempuan itu seraya menunjukkan sebuah foto anak kecil di handphone nya.
Aku melihat foto itu baik-baik.
"Mischa..." Gumam ku setelah melihat foto itu.
"Kamu melihat putriku ? Kamu tahu di mana putriku sekarang ?" Tanya perempuan itu lagi.
"Iya ibu. Saya sempat bermain dengan putri ibu karena putri ibu terus saja menangis. Teman saya mengantar putri ibu ke rumah no. 32 Basurimansur Rajaratraw." Ucapku.
"Aku yang memberi alamat itu kepada Mischa, itu adalah alamat rumah kami. Terima kasih untuk bantuannya, aku akan pulang dan menemui anakku." Ucap ibunya Mischa.
"Iya, ibu. Hati-hati di jalan." Ucapku mengantar kepergian ibunya Mischa. Ibunya Mischa langsung pergi dengan taksi setelah mendengarkan penjelasan ku.
Author POV
"Kita sudah sampai Sadiqah." Ucap Meeti.
"Terima kasih kak Meeti. Tolong tunggu sebentar, aku tidak akan lama." Ucap Sadiqah.
"Iya Sadiqah, aku akan mengantarkanmu pulang juga." Ucap Meeti.
Sadiqah keluar dari taksi bersama Mischa di dalam gendongannya. Hanya dalam beberapa langkah, Sadiqah menjumpai rumah mewah seperti yang dideskripsikan oleh Mischa. Rumah bercat putih, berpagar tinggi, terdapat banyak pepohonan dan tanaman hias ditanam di halaman rumah. Sadiqah bermaksud menanyai Mischa sekali lagi karena ada banyak rumah seperti itu di Kolkata.
"Tuan putri Mischa, apakah ini istana tuan putri ?" Tanya Sadiqah.
Lama Sadiqah menunggu jawaban Mischa. Tapi Mischa tidak juga menjawabnya. Sadiqah melihat ke arah Mischa. "Dia sudah tidur..." Gumam Sadiqah pada dirinya sendiri.
Ternyata Mischa sudah tertidur di gendongan Sadiqah. Mungkin anak itu sudah lelah karena terlalu lama menangis, atau ia terlalu nyaman dalam gendongan Sadiqah. Pintu gerbang rumah itu terbuka separuhnya, tapi Sadiqah tidak menjumpai seorang penjaga pun di pos penjaga. Mungkin para penjaga sedang beristirahat. Sadiqah pun harus berusaha memberitahu penghuni di dalam rumah mewah itu mengenai kedatangannya.
"Permisi... Permisi...Permisi..." Teriak Sadiqah.
Sadiqah sudah berteriak beberapa kali, tapi tidak ada seorang pun yang datang dan menyambutnya. Sadiqah memutuskan untuk berhenti berteriak saat ia ingat jika Mischa sedang tertidur di pelukannya. Tentu teriakkannya bisa mengganggu tidur Mischa, dan tetangga di sekitar rumah mewah itu.
"Tidak ada jalan lain, aku harus masuk. Nanti jika aku sudah sampai di depan pintu rumah, aku akan mengucapkan salam lagi." Gumam Sadiqah pada dirinya sendiri.
Akhirnya Sadiqah memutuskan untuk memasuki halaman rumah mewah itu melalui pintu gerbang yang terbuka separuhnya. Saat Sadiqah baru berjalan 25 langkah dari gerbang, tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya dari belakang. Sadiqah menengok ke belakang. Seorang perempuan berdiri tepat di hadapan Sadiqah.
"Siapa ibu ? Apakah ibu memerlukan sesuatu ?" Tanya Sadiqah pada orang yang menepuk bahunya.
"Saya ibunya Mischa. Terima kasih sudah menjaga anak saya." Jawab orang yang menepuk bahu Sadiqah.
Sadiqah berusaha membangunkan Mischa karena hanya Mischa yang mengenali ibunya.
"Tuan putri Mischa, bangunlah sayang, ibumu ada di sini." Ucap Sadiqah dengan lembut.
Mischa terbangun setelah mendengar ucapan Sadiqah. Sadiqah menghadapkan Mischa ke arah ibunya.
"Ibu..." Ucap Mischa seraya memajukan tangannya seolah ingin memeluk ibunya.
Sadiqah menaruh Mischa di gendongan perempuan itu, setelah Sadiqah yakin jika ia ibunya Mischa.
"Sekali lagi, terima kasih karena sudah menjaga anak saya. Saya permisi." Ucap ibunya Mischa seraya menjauh untuk pergi dan masuk kembali ke dalam taksi yang ia gunakan untuk berangkat ke rumah No 32 Basurimansur Rajaratraw.
Sadiqah mengejar Mischa, dan ibunya.
"Bukankah ini rumah, Anda ?" Tanya Sadiqah keheranan.
"Kami tidak tinggal di sini lagi. Apakah kamu ingin pulang bersama kami ?" Tanya ibunya Mischa.
"Tidak ibu. Saya sudah memesan taksi yang lain." Jawab Sadiqah
Taksi yang ditumpangi Mischa, dan ibunya berlalu di depan mata Sadiqah, meninggalkan Sadiqah sendirian. Sadiqah berjalan pergi dari rumah mewah No. 32 Basurimansur Rajaratraw dan berjalan menuju taksi yang dikemudikan oleh Meeti. Sadiqah memasuki taksi itu. Entah mengapa tiba-tiba Sadiqah ingin mengecek saku bajunya.
"Di mana dompetku ? bagaimana ini kunci rumah, dan seluruh uangku ada di sana ? Aku harus mencarinya. Apakah dompetku terjatuh di rumah mewah itu ? Aku harus memeriksanya." Batin Sadiqah.
"Kak Meeti, sepertinya aku harus keluar lagi. Aku kehilangan kunci rumahku. Sepertinya terjatuh di rumah mewah itu. Bisakah kakak menungguku sebentar lagi ?" Ucap Sadiqah.
"Iya Sadiqah, aku akan menunggumu. Semoga kamu menemukannya segera." Ucap Meeti.
"Iya kak." Ucap Sadiqah seraya keluar dari taksi dan berlari menuju rumah mewah No. 32 Basurimansur Rajaratraw.