Dudung merasakan kekesalan kepada Adang yang menggangu rencananya untuk bisa memperdaya Eni, wajahnya serasa tidak bersahabat kepada Adang. “Untuk apa kamu kesini?” Tanya Dudung agak kesal. “Aku kesini untuk melihat keadaan kamu Dung, aku takut kalau ada ular yang menggigit kamu!” Jawab Adang. “Gak ada apa-apa, tadi aku cuma terjatuh!” Dudung berujar. “Apalagi kalau ularnya besar, bisa-bisa kamu yang di patuk Eni.” Sindir Adang. Adang tahu benar kalau kelakuan Dudung ketika dulu tidak ada Asep dan Eni, Adang takut kalau Eni di apa-apakan olehnya. “Ya sudah kalau tidak apa-apa aku ke sawahku lagi!” Adang berlalu meninggalkan Eni dan Dudung. “Sini pak saya bantu!” Eni membantu membopong tubuh Dudung. Tercium aroma ketiak Dudung yang lada saat itu tidak memakai baju, Eni sudah kebal dengan bau badan Dudung yang menyengat. Justru sekarang dia sangat menikmati bagaimana hidungnya bisa menghirup secara dekat. “Aww” Eni berteriak kecil ketika Dudung meremas payudaranya. “Bapak, jangan disini!” Eni menolak apa yang dilakukan oleh mertuanya. “Bapak sudah gak tahan En, penis bapak daritadi berdiri terus!” Ujar Dudung sembari mengelus penisnya. “Iihh bapak, pokoknya saya gak mau kalau harus ketahuan kang Adang!” Tegas Eni yang meninggalkan Dudung sambil berjalan kesakitan. Eni pun duduk di saung karena cuaca semakin panas, Adang pun sudah menjauh dari keberadaan Eni. Dengan menahan sakit Dudung duduk di saung bersama Eni. “Bapak?” Eni terkejut ketika dia melirik Dudung yang sudah membuka celana dalamnya. “Saya gak mau pak!” Tolak Eni. Tapi Dudung mencium bibirnya dan memasukkan lidahnya, tercium aroma bau mulut dari Dudung yang memang jorok. Beberapa kali Eni ingin menghentikan ciumannya tapi selalu gagal, apalagi kedua tangan Dudung sudah bebas bergerilya. Tangan kirinya bermain di area payudara dan tangan kanannya memainkan vaginanya. Apa yang dilakukan oleh Dudung mau tidak mau merangsang birahi dari Eni, lendir vagina sudah di dapati oleh Dudung. Dia tersenyum licik karena dia berhasil membuat Eni ingin menikmati persetubuhan dengannya. “Ahhhh” Eni mendesah ketiak lidahnya Dudung menjilati kedua payudaranya yang sudah dia buka. Kini Eni yang hidup pas-pasan memiliki bau badan yang sama dengan Dudung, aroma ketiak Eni yang menyengat semakin membuat Dudung tidak tahan. “Bapak senang dengan bau badan kamu yang sama kaya bapak, nampaknya Asep harus tahu hubungan kita!” Seru Dudung. “Jaaanggannn pak!” Tolak Eni sambil menahan birahi yang terus menyerangnya. Kocokan dua jari Dudung di vaginanya membuat Eni tidak tahan untuk orgasme. “Awww…. Aku keluar pak!” Eni bernafas ngos-ngosan. “Aku mohon jangan katakan apa yang kita lakukan kepada kang Asep!” Pintanya kepada Dudung. Dudung sudah telanjang bulat dan mulai mengarahkan penisnya kedalam lubang vaginanya. “Ahhh” Eni kembali mendesah ketika penisnya Dudung dalam sekali hentakan masuk. “Bapak yang akan menjadi suami kamu, lagian lama-kelamaan kalau kamu sering bapak tiduri bakalan hamil!” Ujar Dudung dibarengi tawa. “Gak pak, aku masih cinta sama kang Asep. Lagipula kalau aku hamil, aku akan tetap menyebut itu adalah anak kang Asep!” Timbal Eni. Mimik wajah Dudung terlihat emosi, dia percepat genjotannya kepada tubuh Eni. Eni yang terus merasakan rangsangan memeluk Dudung dan berada tepat di ketiak kanan tangan Dudung, hal itu semakin menambah gairahnya. “Bapak keluar!” Seru Dudung yang menahan sperma yang akan keluar di dalam vaginanya. “Aku juga pak!” Sambut Eni. Keduanya terkulai lemas tanpa busana, lelehan sperma keluar dari lubang vagina Eni. “Kalau kamu tidak mau hamil anak bapak, kenapa kamu biarkan bapak mengeluarkan di dalam?” Pertanyaan dari Dudung membuat Eni terdiam. “Sudah kuduga!” Tiba-tiba Adang bertepuk tangan dan mengagetkan mereka. Sontak Eni dan Dudung memakai pakaiannya, sebenarnya bagi Eni tidak aneh kalau harus bugil di depan Adang. Tapi dia bersandiwara seolah tidak pernah terjadi apa-apa bersama Adang. “Kamu Dang, kamu mau apa lagi?” Tanya Dudung. “Kang Dudung itu orang yang tega sekali ya, padahal itu adalah menantunya sendiri tapi malah di pakai juga. Lalau bagaimana dengan Ceu Yati?” Adang membongkar rahasia Dudung. “Memang ada hubungan apa antara bapak dengan Ceu Yati?” Tanya Eni. “Kalian mau rahasia kalian ini aman, sebaiknya kalian ikuti aturan ku!” Seru Adang dengan senyuman kemenangan. “Aturan apa?” Tanya Dudung. “Kamu tetap boleh meniduri menantu kamu di malam hari, dan di pagi hari aku boleh menikmati tubuhnya Eni.” Jawan Adang. 1 “Gila, aku gak mau!” Bantah Eni. “Kamu mau Asep tahu perselingkuhan kalian, terus yang aku dengar tadi kalau Dudung ingin menghamili kamu!” Kembali Adang berkuasa. “Bagaimana kita bisa melakukan itu?” Tanya Dudung. “Bapak!! Apa-apaan sih?” Bentak Eni. “Eni, kamu tidak mau kalau harus cerai dengan Asep bukan? Kecuali kamu mau jadi istri bapak, bapak akan segera menikahi kamu.” Ujar Dudung. “Ya sudah aku pergi dulu, besok aku tunggu di kamar mandi umum ya En.” Adang pergi berlalu dibarengi tawa bahagia. Sementara Eni memasang wajah panik, dia bingung harus berbuat apa. Memang cara terbaik adalah mengakui perselingkuhannya kepada Asep. Tapi dia masih mencintai Asep dan tidak ingin bercerai dengannya. * “Mama, kenapa di kamar mandi bukannya tadi sudah pergi ke sawah?” Tanya Toni. “Iya tadi pas di jalan mama pingin buang air besar, jadi mama pulang dulu!” Jawab Iis. “Ton, ada siapa?” Teriak Wati tetangganya Iis yang suka menjaga Toni. “Ada mama bi” jawan Toni dengan polosnya. Wati yang heran dengan keberadaan Iis agak curiga dan dia memutuskan untuk menemuinya. Rasa deg-degan dialami oleh Asep dan Iis, bahkan Asep sudah berpikir kali ini habis sudah petualangannya. “Eh Is, kamu bukannya tadi sudah berangkat ke sawah?” Tanya Wati. “Iya Bu Wati, tadi memang Iis sudah ke sawah tadi sakit perut.” Jawab Iis. “Disana kan ada WC umum, memang kamu bisa nahan sakit perut kamu?” Tanya Wati penuh kecurigaan. “Penuh bi!” Kembali Iis menjawab. Wati yang sudah tidak percaya dengan omongan Iis lantas membuka kamar mandinya dengan paksa. Dia menutup bibirnya dengan tangan ketika melihat Asep dan Iis dalam satu ruangan. “Kang Asep? Iis?” Wati tidak percaya dengan apa yang dia lihat. “Saya bisa jelaskan semuanya bi!” Seru Iis. “Jelaskan apa? Jelaskan kalau kalian ada hubungan rahasia dan kamu bakalan suruh bibi untuk tidak bilang ke kang Ujang?” Bentak Wati. “Maafkan saya bi!” Rengek Iis. “Gak bisa, bibi bakalan hubungi suami kamu. Biar suami kamu yang memutuskan apa yang pantas untuk kalian berdua!” Bentak Wati sambil meninggalkan Asep dan Iis. “Gimana ini kang?” Tanya Iis. “Akang akan menghadapinya secara jantan, kamu tenang saja ya Is!” Asep mencoba meyakinkan Iis, sedangkan dia sendiri tidak tahu harus berbuat apa. Iis dan Asep masuk ke rumahnya, disana Wati sedang mencoba menghubungi kang Ujang. “Angkat dong kang!” Gerutu Wati karena teleponnya tidak di angkat oleh Ujang. “Saya akan jelaskan semuanya bi!” Seru Iis. “Diam!” Pada saat itu juga teleponnya tersambung kepada Ujang. Wajah panik dan pasrah langsung terlihat dari Asep dan Iis, terdengar dari sana kalau Ujang begitu emosi dengan apa yang dilaporkan oleh Wati. “Is, kamu sebaiknya siap-siap. Karena kang Ujang nanti sore akan membawa kamu dan Toni untuk pergi ke kota.” Ujar Wati. “Lalu disini siapa yang akan mengurus?” Tanya Iis. “Kamu tidak usah memikirkan hal itu, tadi juga Ujang sudah berpesan kalau urusan disini biar bibi yang mengurus.” Tegas Wati. “Oh iya kamu Asep, nanti Ujang ingin bicara sama kamu!” Bentak Wati. Asep tidak bisa berbuat apa-apa karena dia tahu kalau dirinya telah salah dalam hal ini. “Tapi saya harus pulang dulu!” Ujar Asep. “Tidak! Kamu tidak boleh pergi kemanapun, sekarang bibi mau pulang dulu!” Tegas Wati. Asep dan Wati terdiam sesaat tentang apa yang akan terjadi kepada mereka. “Bi Wati kenapa sampai marah seperti itu?” Tanya Asep. “Iis juga gak tahu kang, semenjak suaminya ketahuan selingkuh. Bi Wati menjadi orang yang sangat emosional.” Jawab Iis. “Kang mau kemana?” Tanya Iis yang melihat Asep berdiri. “Kamu tunggu disini Is, aku tidak akan lama!” Ujar Asep kepada Iis. Kemudian Asep pergi ke belakang rumah Iis dan menuju dapur rumah Wati, dia mencari dimana keberadaan Wati. “Apa yang sudah Asep dan Iis lakukan dikamar mandi tadi ya?” Tanya Wati dalam hati. Samar-samar Asep mendengar apa yang di ucapkan oleh Wati, kemudian Asep masuk lewat pintu belakang dan menuju kamar Wati. Mata Asep terbelalak ketika melihat lain samping yang dipakai oleh Wati terangkat, dia tambah kaget ketika melihat Wati sedang memainkan vaginanya. Asep cukup menelan ludah ketika melihat vagina Wati yang penuh bulu dan masih terlihat menggiurkan, terlebih Wati tidak punya anak dari pernikahannya dulu. “Hmm…” Asep mengagetkan apa yang dilakukan oleh Wati, dengan cepat Wati menutupi dengan kain samping. “Siapa itu?” Tanya Wati. Pada saat itu Asep memperlihatkan dirinya di depan Wati. “Asep, Apa yang kamu lakukan? Bukannya saya sudah menyuruh kamu diam disana!” Bentak Wati “Stttt… Nanti Iis mendengar kalau saya masuk ke kamar bibi.” Ujar Asep. Kemudian Asep memegang jari kanan Wati yang dipakai untuk memainkan vaginanya. “Euuhhhh” aromanya menggairahkan sekali!” Seru Asep ketika mencium telunjuk Wati. “Apa yang kamu lakukan?” Wati sudah emosi cukup tinggi. Tapi Asep lebih pintar dari Wati, dengan cepat dia singkap kain samping yang dipakai Wati. Dia masukkan jari tengahnya ke dalam lubang vaginanya, otomatis Wati secara tidak langsung mendesah tidak karuan. “Hen…ti…kan!” Sanggah Wati, tapi tidak ada penolakan dari tangan Wati yang terbebas. “Ahhh” Wati tidak tahan lagi dan akhirnya dia mengalami orgasme. Asep tersenyum bahagia dengan apa yang dialami oleh Wati barusan. “Kalau ingin lebih, saya dapat memberikannya!” Ujar Asep sembari melihat Wati yang kembali merasakan kenikmatan orgasme. “Bu Wati tahu dong harus berbuat apa!” Asep pintar memainkan perannya untuk bisa membuat dirinya dalam posisi aman. Sementara itu Ujang yang bekerja di proyek tidak dapat berkonsentrasi secara penuh, dia masih kepikiran dengan apa yang dikatakan oleh Wati tentang kelakuan istrinya dan Asep. “Kang Ujang awas!” Teriak salah satu pekerja disana. Sebuah besi beton menimpa Ujang tepat di kepalanya, para pekerja disana histeris melihat apa yang menimpa Ujang. Darah menganga bak air sungai keluar dari kepalanya.
ns 15.158.61.20da2