“Kang Dudung!” Teriak seseorang dari luar. “Siapa lagi ini ganggu saja?” Gerutu Dudung dalam hati. Penis yang sudah keluar dari resleting harus kembali masuk, birahi Dudung yang sudah meledak-ledak harus kembali terhenti. “Eh Ceu Yati, ada apa Ceu?” Tanya Dudung kepada Yati. “Ini ada tambahan lauk pauk buat Asep dan istrinya!” Jawab Yati. “Terimakasih Ceu, jadi buat repot saja.” Ujar Dudung yang agak kesal kepada Yati. Tak berselang lama Eni keluar dari kamar mandi dan segera masuk ke kamarnya. Dudung menghela nafas panjang karena keinginannya harus gagal. “Assalamualaikum!” Sapa Asep kepada Ceu Yati. “Eh Ceu Yati, gimana sama kang Iwan?” Tanya Asep. “Ya gitu Sep, masih lumpuh belum ada perubahan.” Jawab Yati. “Semoga lekas sembuh ya Ceu!” Seucap do’a dari Asep. “Amiin!” Timbal Yati. Yati yang sudah tahu hari sudah masuk Maghrib segera meninggalkan keluarga Dudung. Suasana makan malam di rumah Dudung teras hangat dengan adanya Asep dan Eni, Dudung curi-curi pandang kepada Eni yang memakai daster selutut. “Eni, kalau malam disini dingin sekali sebaiknya kamu pakai pakaian yang panjang!” Seru Dudung dengan maksud lain. “Iya En, kamu kan baru pertama kali kesini!” Tambah Asep. Eni hanya menganggukkan kepalanya dengan senyuman untuk menyenangkan keluarganya. Usai makan malam aktivitas menonton tv sudah jadi kebiasaan di rumah Dudung, jam 9 malam semua sudah masuk ke kamarnya. Eni dan Asep terbakar birahi keduanya merasa sesuatu ingin dilampiaskan. “Kang, saya lagi pingin!” Seru Eni. “Sama akang juga lagi pingin!” Jawab Asep. Asep yang sudah tidak tahan membuka bajunya, Eni langsung menutup hidungnya. “Kamu kenapa?” Tanya Asep. “Kok ketiak akang jadi bau?” Balik tanya Eni. “Masa?” Sanggah Asep sambil mencium ketiaknya sendiri. “Iya ya, akang tadi gak pake deodorant jadi bau kaya gini!” Jawab Asep. “Gak apa-apalah kang, Eni sudah gak tahan!” Ujar Eni. Asep menelanjangi dirinya sampai terlihat penisnya yang berdiri tegak, Asep juga yang menelanjangi Eni di malam itu. “Akang suka ada sama jembut kamu!” Seru Asep sembari mencumbui Eni. Jilatan di leher Eni semakin membuatnya lupa diri, cairan vagina mulai keluar akibat cumbuan dari Asep. Karena rumah Dudung masih memakai bilik, dia bisa bebas mengintip persetubuhan antara Eni dan Asep. Sembari mengocok penisnya Dudung menelan ludah tak kala penis Asep keluar masuk vagina Eni. Vagina Eni yang kembang kempis semakin merangsang Dudung, alhasil Dudung tidak tahan dan mengeluarkan sperma yang sudah lama tidak dia keluarkan. “Kang Eni mau sampai!” Seru Eni. “Ahhh… Akang juga mau kaluar!” Jawab Asep. Mereka berdua mendesah tanda kenikmatan yang sudah mereka dapatkan, Eni bersandar di dada Asep yang bidang. Rasa kantuk setelah berhubungan badan tidak bisa mereka tahan, akhirnya mereka tertidur sampai pagi. Jam 5 pagi Dudung sudah bangun, karena sudah jadi kebiasaan kalau dia sudah bangun untuk pergi ke sawah. Dudung hendak membangunkan Asep dan Eni, dia terdiam ketika membuka gorden kamar tidur Asep. Selimut yang dipakai oleh Asep dan Eni tersingkap hampir pangkal paha. Bahkan biji penis Asep hampir terlihat, bulu kemaluan Eni terlihat lebat. Ingin rasanya Dudung menjilat vagina Eni yang bisa dia lihat dari Lawang pintu kamar mereka. “Asep, bangun sudah pagi. Kita harus ke sawah!” Teriak Dudung bejalan keluar. Asep dsn Eni terbangun, risih rasanya merek tidur dengan selimut yang pendek yang tidak cukup untuk berdua. “Ayo kita ke sawah!” Seru Asep. “Jam segini kang?” Tanya Eni. “Iya harus pagi kalau ke sawah biar gak terlalu panas!” Jawan Asep. “Kang Asep kemarin saja badannya sudah bau padahal baru satu hari, kebayang setiap hari dengan kerja tani. Bisa pingsan aku cium aroma badan kang Asep!” Gumam Eni dalam hati dengan polosnya. Eni dan Asep memulai pekerjaan tani mereka di sawah milik pak Dudung, Asep dengan telaten mengajarkan Eni bagaimana untuk bertani. Eni sendiri mulai bisa adaptasi dengan keadaannya sekarang. Jam sudah menunjukkan jam 2 siang, dimana pada saat itu para petani yang lain juga sudah berisitirahat dan ada juga yang mandi di bilik kamar mandi di persawahan. “En, sudah ini kamu pulang saja. Siapkan makan buat kita di rumah ya, oh ya kamu mandi dulu saja disebelah sana.” Seru Asep sambil menunjuk ke arah depan yang agak jauh dari sawah Dudung. “Baik kang!” Jawan singkat Eni. Eni bergegas menuju kamar mandi tanpa atap dan bisa dilihat oleh orang. Sebenarnya Eni merasa tidak nyaman apabila harus mandi di depan umum, tapi apa boleh buat di rumahnya Dudung tidak ada air untuk mandi. Eni mulai memasuki kamar mandi tersebut, air kocoran dari sawah harus dia pakai untuk mandi. Walau ragu tapi Eni membuka semua pakaiannya, rasa segar dia rasakan ketika dirinya mendapatkan siraman dari air kocoran tersebut. “Punten, boleh saya ikut mandi!” Tiba-tiba suara itu terdengar. “Ja..jangan kang, nanti saja giliran!” Jawab Eni. “Disini sudah biasa kalau mandi bersama asalkan bukan perjaka atau perawan.” Ujar orang tersebut. “Ya..ya sudah silahkan masuk, tapi jangan macam-macam ya kang!” Ancam Eni. “Siap neng, nama saya Adang. Neng istri Asep ya?” Tanya Adang sambil membuka seluruh pakaiannya. Eni merasa mual ketika mencium aroma tubuh Adang pada saat itu. “I..iya kang!” Jawab Eni singkat. Adang menelan ludah ketika melihat tubuh Eni yang membelakanginya, belahan pantat yang putih terlihat dari belakang oleh Adang. Tanpa sadar penisnya mengeras dan mulai berdiri tegak, sehingga dia punya pemikiran licik dengan kepolosan Eni. “Neng Eni, itu nama Eneng kan?” Tanya Adang. “Iya!” Kembali Eni menjawab dengan singkat. “Neng Eni tahu gak kalau kita mandi bersama gak usah malu-malu buat saling berhadapan?” Goda Adang pada Eni. “Gak akh kang malu, gini saja ya kita mandi masing-masing!” Jawab Eni. “Kemarin juga Asep mandi sama wanita disini saling berhadapan!” Seru Adang. Eni yang kaget lantas berbalik dan dia melihat penis Adam sudah berdiri tegak di depannya. “Apa yang akang katakan benar?” Tanya Eni. Adang tidak menjawab dan begitu fokus melihat tubuh Eni tanpa busana, payudara dan vaginanya bisa dia lihat secara dekat. “Ehh” tiba-tiba Eni tersadar dan menutupi payudara dan vaginanya dengan tangan. “Be… benar neng, apa neng Eni mau tahu apa yang mereka lakukan?” Kembali Adang memancing Eni. “Lakukan apa kang?” Tanya Eni. Tiba-tiba Adang menyentuh tangan Eni dan mendekatinya. “Apa-apaan sih kang?” Tanya Eni agak emosi. “Katanya neng Eni mau tahu yang mereka lakukan!” Ujar Adang. “Ta.. tapi kang?” Tanya Eni. Adang mulai menyentuh tangan Eni, Eni yang ada dalam posisi jongkok jelas memperlihatkan belahan vaginanya dan itu membuat Adang terangsang. “Geli kang!” Seru Eni ketika Adang mulai menyentuh punggung Eni. “Gak mungkin kang Asep sampai kaya gini!”. Bentak Eni. “Terus menurut neng Eni yang namanya mandi bersama seperti apa?” Tanya Adang. Eni tidak bisa menjawab pertanyaan dari Adang, karena apa yang dikatakan oleh Adang ada benarnya. “Neng Eni mau lanjut gak bagaimana Asep kemarin?” Tanya Adang. Eni hanya menganggukkan kepalanya, dia ingin tahu bagaimana kelakuan suaminya kemarin ketika di sungai. Eni semakin menikmati sentuhan dari Adang, bahkan ketika Adang menyentuh payudaranya dia hanya bisa mendesah. Adang benar-benar pintar memanfaatkan kepolosan dari Eni. Ketika Adang tahu kalau Eni terangsang hebat dalam posisi duduk di selipkan penisnya ke dalam lubang vagina Eni. “Awww,.. masa sampaikan masuk gini kang?” Berontak Eni. Adang yang sudah kepalang nikmat menghentakkan penisnya sekaligus, akhirnya penisnya masuk kedalam vagina Eni secara sempurna. “Iya ini yang yang dilakukan suami kamu kemarin!” Jawab adalah sambil menggenjot Eni secara cepat. Adang tahu betul waktunya tidak banyak untuk bisa menyetubuhi Eni, dalam waktu sepuluh menit Adang mengerang tanda ejakulasi di dalam rahim Eni. 1 * “Lama sekali Eni mandinya Asep!” Seru Dudung. “Mungkin dia tidak tahu jalan!” Jawab Asep. “Kamu kenapa tidak antar duku tadi, sawah bapak kan luas jadi biss saja Eni tersesat.” Ujar Dudung. Asep bergegas mencari Eni ke arah kamar mandi di sawah, ketika dia sampai di kamar mandi tersebut Eni sudah tidak ada. “Mungkin sudah pulang!” Gumam Asep dalam hati. Asep terkejut ketika ada celana dalam pria ada di kamar mandi tersebut. “Siapa ini yang ketinggalan celana dalam?” Tanya Asep dalam hati sambil tertawa. Asep menelan ludah ketika melihat ada noda putih pada batu di kamar mandi tersebut. Asep mencolek dan mencium aroma noda putih tersebut. “Inikan bau sperma?” Tanya Asep dalam hati. “Apa mungkin ada yang masturbasi ketika Eni mandi?” Pikiran Asep mulai tidak karuan Asep kembali dengan wajah agak kurang senang, ada sejuta tanya dalam hatinya.
ns 15.158.61.20da2