Makan malam sudah dilakukan oleh Asep, Eni dan Dudung, mereka makan dengan lahap seolah tenaga mereka terkuras akan suatu hal. Sebenarnya makan malam mereka cukup terganggu dengan bau badan Dudung, hal ini dirasakan oleh Asep pasalnya istrinya tidak suka akan bau seperti ini. “Kok Eni biasa saja ya sama bau badan bapak yang menyengat gini?” Tanya Asep dalam hati. “Kang, kenapa melamun? Cepat habiskan makannya nanti keburu gak enak!” Tiba-tiba Eni berceletuk seperti itu. “I…iya Eni, ini juga mau makan kok!” Jawab Asep sedikit gelagapan. Hal itu tidak ditanyakan lagi oleh Asep, dia lebih memilih untuk cepat menghabiskan makanan yang telah dimasak oleh Eni. Usai masakan merek duduk bersama sambil menonton televisi, ada lirik mata dari Dudung tak kala payudara Eni yang menyimbul dibalik dasar yang dia pakai. “Tok..tok…” Pintu depan rumah ada yang mengetuk, maka dengan sigap Eni membukakan pintu depan rumah Dudung. Orang yang melihat Eni menelan ludah ketikan melihat Eni yang hanya memakai daster saja. “Ini Eni kan, istri pak Asep?” Tanya Otong selaku RT disana. “Iya pak, bapak ini siapa ya?” Balik tanya Eni. “Saya Otong, RT di desa ini!” Jawabnya ketika ditanya oleh Eni. “Oh pak RT, silahkan masuk pak!” Seru Eni. Otong pun masuk karena telah dipersilakan masuk oleh Eni. “Eh pak RT, silahkan duduk pak!” Seru Dudung. “Nampaknya ada yang ingin dibicarakan oleh pak RT nih!” Canda Asep. “Saya langsung saja ya pak, berhubungan pak Asep sudah jadi warga disini maka dari itu pak Asep masuk jadwal ronda.” Ujar Otong. “Gak apa-apa sih pak, kira-kira saya kapan mulai rondanya pak?” Tanya Asep. “Nah itu dia kenapa saya kesini, saya sudah mengatur jadwal pak Asep untuk jadwal ronda yaitu malam ini.” Jawab Otong. Hati gembira langsung dirasakan oleh Dudung, tentu saja malam ini dia akan beradu kenikmatan dengan Eni untuk kedua kalinya. 1 “Ya sudah kalau seperti itu pak, nanti jam 9 malam saya sudah ke pos ronda!” Ujar Asep. Asep pun senang dengan jadwal ronda yang telah dibuat pak RT, artinya nanti dia bisa main ke rumah Iis yang jarang sekali ditengok oleh suaminya. * Jam 9 malam Asep berangkat ke pos ronda dan meninggalkan Eni dan Dudung. “Eni, akang ronda dulu ya!” Seru Asep. Ciuman manis mendarat di bibir Eni, hal itu membangkitkan gairah Eni yang tadinya terdiam. Sekitar jam setengah 10 malam Eni sudah berbaring di kamarnya, rasa lelah setelah bercinta dengan Dudung tadi pagi masih terasa. “Awww..! Tiba-tiba Eni menjerit kecil ketika Dudung meremas payudaranya. “Bapak, ngapain kesini?” Tanya Eni. “Bapak pingin lagi Eni.” Jawabnya singkat sambil mencium bibir Eni. “Kan tadi sudah pak, masa mau lagi.” Jawab Eni. Dudung membuka bajunya, aroma tak sedap langsung tercium di kamar Eni. 1 “Jangan ah pak, nanti kang Asep pulang gimana?” Tanya Eni. “Gak bakalan Eni, Asep masih lama pulangnya!” Jawab Dudung sambil mencium dan meremas payudara Eni. Eni pun mulai pasrah dan menikmati percumbuannya dengan Dudung, bahkan Eni balik meremasi penisnya Dudung. “Kamu mulai suka ya?” Goda Dudung. Eni tidak menjawab dan lebih memilih berciuman dengan mulut Dudung yang bau. Sampai pada akhirnya mereka berdua sudah telanjang bulat, vagina Eni sudah basah akibat permainan tangan dari Dudung. “Eni, mau langsung bapak masukkan?” Tanya Dudung. “Ya terus mau gimana lagi, kan tinggal masukkan saja pak?” Tanya Eni. Tiba-tiba Dudung menjilati vaginanya, Eni langsung menjambak rambutnya. “Ahhh… Geli pak!” Ricau Eni pada saat itu. Sambil memasukkan jari tengahnya, Dudung menjilati vagina Eni sampai cairan yang keluar banyak. Bau pesing vagina Eni tidak menjadi masalah untuk Dudung yang sedang dibutakan oleh birahinya. “Bapak masukkan penis bapak ya, sudah gak tahan nih!” Seru Dudung. Eni hanya menganggukkan kepalanya tanda dia setuju, dia juga merasa sudah tidak tahan ingin melampiaskan hasrat seksual bersama Dudung. “Euhh…” Desah Eni ketika penis Dudung masuk sempurna kedalam vaginanya. Dudung mulai menggenjot vaginanya, suara peraduan kelamin menjadi kenikmatan tersendiri bagi mereka. Bulu yang rimbun dari kelamin mereka menambah suasana semakin panas. “Terus pak, Eni mau keluar!” Seru Eni pada saat itu. “Kenapa cepat sekali sih Eni, badan kita belum berkeringat masa sudah mau keluar lagi?” Tanya Dudung. “Genjotan bapak sangat dalam jadi saya cepat keluar!” Jawab Eni. Dudung hanya tersenyum licik, dia mampu membuat Eni merasakan orgasme dalam waktu singkat. Artinya malam ini dia bisa saling mendapatkan kepuasan dalam bercinta. Sekitar setengah jam barulah Dudung ingin berejakulasi, spermanya sudah ada di ujung kepala penisnya. “Ahh…ahh…” Dudung mengerang penuh kenikmatan, keringat di sekujur tubuh dinikmati oleh Eni. Aroma tubuh Dudung semakin tidak sedap saja, maklum saja hampir 2 hari dia tidak mandi dan hanya bermandikan keringat saja. 2 Usai bercinta Eni segera memakai pakaiannya, tapi Dudung menarik tangannya dan hidung Eni tepat di area ketiaknya. “Mau apa lagi pak?” Tanya Eni. “Kita tidur bersama saja, nanti kalau bapak pingin lagi kan tinggal masukkan saja penis bapak!” Ujar Dudung. “Gak ah pak, cepat keluar dari kamar!” Seru Eni. “Baiklah, tapi kamu mau ya jilati ketiak bapak dulu?” Tanya Dudung. Eni menelan ludah dengan apa yang ditanyakan oleh Dudung. “Gak mau ah pak, bau sekali ketiak bapak!” Jawab Eni. Dudung agak kecewa dengan jawaban dari Eni, tapi dia tidak dapat memaksa Eni. Karena dia sudah mendapatkan yang lebih dari Eni yaitu dapat menyetubuhinya. Sedangkan Eni agak sedikit penyesalan kenapa dia tidak mau menjilati ketiak Dudung yang selama berhubungan badan selalu membangkitkan gairahnya. * Jam satu malam pagi tiba-tiba turun hujan, para peronda di malam itu nampaknya akan bubar. “Kang Asep ayo kita pulang, hujannya gak bakalan berhenti!” Seru Otong yang ikut ronda. “Iya pak!” Jawab singkat Asep. Ketika sudah agak sepi, Asep berbelok ke rumah Iis yang letaknya ada di tengah perkebunan miliknya. 1 “Tok..tokk.. Iis” sapa Asep sambil mengetuk pintu. Tak lama berselang Iis keluar dengan memakai pakaian serba pendek. “Kang Asep, kenapa hujan-hujanan?” Tanya Iis. “Iya tadi ronda tiba-tiba hujan mau pulang kejauhan, karena yang akang tahu rumah kamu dekat sini!” Jawab Asep. “Ya sudah masuk kang, nanti masuk angin!” Seru Iis. Asep pun masuk dan duduk di tikar yang ada di rumah Iis. “Buka bajunya kang biar Iis ambilkan baju kang Ujang!” Seru Iis. “Gak usah Iis!” Jawab Asep sambil memegang tangannya. “Kang Asep?” Tanya Iis sembari menatap wajah Asep yang tampan. Iis mengajak Asep untuk ke kamarnya, disana ada Toni yaitu anaknya Iis dan Ujang. “Ada anakmu Iis, apa gak apa-apa?” Tanya Asep sambil berbisik. “Gak apa-apa kang, kasurnya cukup kok!” Jawab Iis. Tanpa menunggu lama lagi Asep dan Iis masuk kedalam selimut, Asep memeluk Iis dari belakang. Iis merasakan jikalau penisnya Asep sudah berdiri tegak dan tepat ada di lubang vaginanya walaupun masih memakai pakaian. Tiba-tiba Iis dikejutkan dengan Asep yang menyelipkan penisnya untuk masuk kedalam vaginanya. “Kang, buka saja gak enak kalau kaya gitu!” Seru Iis. Mendapatkan angin segar maka langsung saja Asep ambil kesempatan itu, dia buka celana dalam yang dipakai oleh Iis. Dengan posisi menyamping Asep memasukkan penisnya kedalam vagina Iis. “Ahh…” Iis mulai mendesah karena sodokan penis Asep. Asep mulai melakukan penetrasi dengan goyangan penuh ritme, rasa nikmat dirasakan mereka berdua. Mereka sudah tidak tahan akhirnya mereka membuka seluruh pakaiannya, persetubuhan penuh kenikmatan dalam suasana hujan semakin menambah panasnya malam itu. “Kang, Iis mau keluar!” Seru Iis. “Iya is, akang juga mau keluar!” Jawab Asep. Desahan dan erangan keluar dari mulut Asep dan Iis, mereka kemudian tidur bersama di kasur Iis yang disampingnya ada Toni.
ns 15.158.61.8da2