Namanya Asep, lelaki asal dataran Sunda yang bekerja di kota sebagai pegawai pabrik textile. Dia bertemu dengan Eni seorang anak dari yang punya kontrakan dimana Asep tinggal. Karena Asep memang sangat baik, maka tanpa pikir panjang ayah Eni menyetujui hubungan yang dijalin oleh mereka. Pernikahan Asep dan Eni terbilang mewah, segala macam yang ada di desa dibawa untuk seserahan. Eni sendiri dinikahi oleh Asep ketika berusia 19 tahun, dia tidak tamat sekolah sehingga pak Udin ayahnya Eni sangat senang tak kala Asep ingin menikahi anaknya. Naas bagi Asep dan Eni, baru menikah 3 bulan Asep terkena PHK dari pabriknya. Segala usaha dilakukan oleh Asep dan Eni untuk menyambung hidup, mulai dari jualan nasi kuning sampai jadi kenek angkot dijalani oleh Asep. Nampaknya Asep mulai menyerah dengan keadaan di kota dan di ingin pindah lagi ke desa dimana dia tinggal. “Eni, bagaimana kalau Minggu depan kita ke desa tempat aku tinggal?” Tanya Asep dengan memegang tangan Eni. “Kita usaha apa disana kang?” Tanya Eni membalas pegangan Asep. “Kita akan bertani, kebetulan akang masih punya tanah dan sudah punya rumah disana!” Jawab Asep dibarengi ciuman di bibir Eni. Eni dan Asep terbakar birahi, pelukan mereka lakukan untuk menambah kemesraan. Cumbuan Asep pada payudara Eni semakin menambah erotis di kamar kontrakan Asep. “Teteh!” Tiba-tiba terdengar sapaan dari Asti adiknya Eni. Eni yang malu, bergegas memakai pakaian yang telah dibuka oleh Asep. “Apa apa Asti?” Tanya Eni. “Kata abi makan dulu, sudah mau jam delapan malam!” Jawab Asti dengan polosnya. Asti sendiri berbeda 5 tahun dengan Eni, sehingga sedikitnya dia sudah tahu dengan apa yang sedang mereka lakukan. * Asep dan Eni ikut makan malam bersama orang tua Eni, mereka juga ingin membicarakan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. “Pak, ada yang ingin kami katakan.” Ujar Asep kepada ayahnya Eni yaitu pak Ujang. “Kalian mau bicara apa, apa Eni sudah hamil?” Tanya pak Ujang. “Bukan pak, melainkan kami akan pindah ke desa tempat saya tinggal dulu.” Jawab Asep dengan nada lembut. “Tapi kenapa?” Kembali pak Ujang bertanya. “Kami malu kalau harus menumpang disini, kami punya rencana untuk usaha tani disana!” Jawab Asep. Walaupun agak keberatan, akhirnya pak Ujang menyetujui apa yang diinginkan oleh Asep dan Eni. Usai makan malam bersama Asep dan Eni kembali ke kontrakan mereka. Mereka ingin melanjutkan apa yang tadi tidak jadi, Asep sudah memulai cumbuan kepada Eni. Eni sendiri merangsang Asep dengan membuka kemeja yang dipakai oleh Asep. Asep membuat Eni terangsang hebat ketika dirinya menjilati bagian leher Eni. “Enak kang, terus jilat kang!” Seru Eni. Tangan Asep tentu saja tidak diam, tangan kanannya sudah bermain di area vagina Eni yang membuat vagina Eni basah pada saat itu. Eni tidak tahan dan mencium bibir Asep begitu ganas, pertukaran air ludah membuat mereka semakin terangsang. “Ayo buka kang, aku sudah gak tahan!” Seru Eni. Asep melakukan apa yang disuruh oleh Eni, semua pakaian yang mereka pakai dibuka dengan penuh nafsu. Asep yang sudah tidak tahan langsung mengarahkan penisnya kedalam lubang vagina Eni. “Ahhhh” desah Eni ketika penis Asep masuk sampai ke ujung batangnya. Asep dengan penuh nafsu menggoyang Eni, suara peraduan kelamin membuat suasana semakin panas. Aroma tubuh Asep membuat Eni semakin tidak tahan, keringat dari seluruh tubuh membuat persenggamaan antara Asep dan Eni semakin dahsyat. “Eahhh” erang Asep yang mengeluarkan sperma setelah bersetubuh selama 15 menit. Mereka berdua tertidur karena lelah yang menyerang akibat bersetubuh luar biasa. * Sampai akhirnya di Minggu yang mereka rencanakan telah tiba, Asep dan Eni bersiap untuk pergi ke desa tempat Asep tinggal dulu. Mereka berencana tinggal di rumah orang tua Asep, disana hanya ada ayah Asep yang sudah menduda yaitu pak Dudung.
ns 15.158.61.20da2