Jam 5 pagi Asep sudah bangun dan siap beraktivitas ke sawah, tapi masih terdengar suara dengkuran dari Eni dan Dudung. “Bapak belum bangun, masih sakit kayanya.” Gumam Asep sembari melihat istrinya masih tertidur. “Eni, ayo kita ke sawah!” Seru Asep. “Oh iya kang, Eni mau ke air dulu.” Jawab Eni. Asep memang tidak seperti Dudung yang giat ke sawah dari shubuh, dia lebih memilih agak siangan atau jam 6 pagi ke sawahnya. 2 Sekitar jam 6 pagi Asep sudah bersiap untuk pergi ke sawah bersama Eni. “Ahh…aduh!” Dudung mengerang kesakitan. “Ada apa pak?” Tanya Asep sangat panik. “Kaki bapak kram, betis bapak terasa kaku!” Seru Dudung. “Ya sudah Eni, kamu gak pergi ikut ke sawah. Kamu urus bapak saja ya, urut kakinya biar sembuh. Nampaknya bapak belum sembuh.” Ujar Asep. “Ta.. tapi kang! Sanggah Eni. “Sudah gak apa-apa, akang sendiri juga gak apa-apa. Nanti siang kamu bawa makanan buat akang ya!” Seru Asep dengan senyuman. “Iya kang.” Sahut Eni membalasnya. Asep pun pergi dan mulai mengurut betis Dudung yang kram, Eni bisa melihat penis Dudung yang ereksi dari balik sarungnya. “Eni, semalam kamu gatal ya?” Tanya Dudung. “Gatal apa sih pak?” Tanya Eni dengan penuh rasa malu. “Sudah jangan pura-pura, kenapa semalam kamu gak minta sama bapak saja, kan sayang sperma bapak dibuang. Coba kalau semalam masuk ke vagina kamu, bisa beda ceritanya!” Goda Dudung. “Ah bapak ada-ada saja, sudah sini Eni urut kakinya!” Seru Eni. Beberapa kali Eni membuat Dudung mengerang karena urutan di kakinya. “Terus ke atas Eni!” Seru Dudung. 1 Eni merasa heran dengan apa yang di minta oleh Dudung, yang sakit betis kenapa minta dipijit bagian paha juga. Eni semakin terkejut ketika Dudung menyingkap sarungnya dan mempertontonkan penisnya yang sudah tegak. “Bapak kenapa dibuka?” Bentak Eni. “Biar kamu pijitnya bebas.” Jawab Dudung dengan santai. Eni yang semula hanya tahu senggama dari Asep, kini mulai belajar dengan cara dia sendiri. Dudung mulai meremas payudaranya, kali ini Eni diam saja. Dia merasa seolah biasa ketika diremas oleh mertuanya, Eni pun entah kenapa tahu apa yang diinginkan oleh Dudung. Dia mengocok penisnya perlahan dan begitu menikmatinya. “Bapak boleh sentuh anu kamu gak?” Tanya Dudung. “Jangan pak, ini punya kang Asep!” Jawab Eni. “Sedikit saja, bapak sudah lama tidak memainkan vagina!” Rengek Dudung. “Jangan pak!” Kembali Eni menolak. Tapi Dudung tidak bergeming dan malahan tangan kanannya mulai berani bermain di luar celana dalam Eni. “Ahh…” Eni mulai mendesah karena rangsangan dari Dudung. “Gimana? Enak?” Tanya Dudung. Eni mulai menikmati jemari Dudung yang mulai masuk ke dalam vaginanya. Eni menatap wajah Dudung, dan disana Dudung memanfaatkan momen tersebut. Dia cium bibir Eni dan memasukkan lidahnya kedalam mulutnya. Eni kaget dan melepaskan ciuman bapak mertuanya, tapi Dudung kembali mencium Eni lebih ganas. Alhasil karena rangsangan dia semua tubuh Eni, dia tidak dapat menahan gelora yang terus menyerangnya. Dudung berhasil menindih Eni, sedikit demi sedikit Dudung berhasil menelanjangi Eni. Sampai pada saatnya Eni benar-benar telanjang. “Indah sekali tubuh kamu!” Ujar Dudung sembari menelan ludah. Aroma tubuh Dudung yang menyengat menjadi penambah nafsu untuk Eni. “Ahhh….” Desah Eni tak kalau jemari tangan Dudung keluar masuk lubang vaginanya. “Cukup pak!” Seru Eni. “Kamu mau teruskan?” Tanya Dudung. Tiba-tiba kesadaran Eni kembali dan ingat jikalau dia adalah istri Asep, namun semua sudah terlambat. Kepada penis Dudung sudah masih kedalam vaginanya. “Lepaskan pak, jangan dilanjutkan!” Pinta Eni. “Sudah tanggung Eni sekali hentakan juga masuk semua!” Jawab Dudung. Benar saja ketika Dudung menghentakkan penisnya masuk kedalam vaginanya, tidak ada penghalang dan langsung membuat birahi Eni naik. Percumbuan dan persetubuhan terjadi begitu panas, bunyi peraduan kelamin mereka membuat mereka lupa kalau mereka mertua dan menantu. 1 Akhirnya yang ditunggu-tunggu pun tiba, Eni mendesah telah mengalami orgasme. Bibir Dudung dicium begitu hangat, kenikmatan dia dapatkan dipagi hari. Tak lama sesudah Eni orgasme, Dudung meminta untuk dirinya berejakulasi di dalam rahim Eni, walaupun Eni menolak dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menikmatinya. “Euhh…ahh” erangan Dudung dengan perkasa berejakulasi didalam rahim Eni. Keringat dengan aroma tak sedap keluar dari tubuh Dudung, tapi Eni begitu menikmatinya. Dia hirup beberapa kali ketiak Dudung yang berkeringat. “Tuh kan bapak sudah bilang kalau kamu bakalan suka sama bau badan bapak!” Ujar Dudung dengan sombongnya. Eni tidak menjawab dan lebih memilih untuk tidur di dada Dudung yang bidang. “Iya pak, ternyata bau badan bapak enak di cium!” Jawab Eni. Mereka pun tertidur karena kelelahan setelah berhubungan badan dengan penuh semangat * Hari sudah siang, perut Asep sudah keroncongan menandakan kelaparan. Eni tak kunjung datang hampir jam 2 siang. “Kang Asep belum makan?” Tanya Iis yang waktu itu hendak ke sungai. “Belum di antar is!” Jawab Asep. “Kalau sudah jam segini gak bakalan diantarkan kang, kalau mau ini ada sisa saya makan siang.” Ujar Iis. “Ya sudah gak apa-apa is!” Jawab Asep. Mereka berdua pun duduk di saung yang ada di sawah Asep, terlihat seperti pasangan suami istri saja Asep dan Iis. Tiba-tiba hujan turun, Asep dan Iis terjebak di saung hanya berdua saja. “Is, mendekat sebelah sini biar gak kehujanan!” Seru Asep kepada Iis yang pada saat itu ada di dekat lawang saung Asep. Iis pun mendekati Asep, mereka duduk bersebelahan ditemani hujan yang agak besar. “Is, akang boleh tanya?” Tanya Asep kepada Iis yang mulai menggigil. “Ta..tanya apa kang?” Balik tanya Iis. “Kamu kenapa mau melakukan yang kita lakukan kemarin, memang suami kamu gimana?” Tanya Asep. “Suami Iis punya istri lagi kang, jadi tiap malam Iis cuma sama anak saja!” Jawab Iis. 1 “Waduh, maaf ya is. Saya jadi banyak tanya!” Seru Asep. “Gak apa-apa kang!” Jawab spontan Iis. Hujan semakin lebat dan Iis semakin mendekatkan dirinya dengan Asep, mungkin bisa dibilang sekarang Asep memeluknya. Sampai mereka saling berhadapan, entah darimana asalnya Iis menarik kepala Asep dan terjadilah ciuman diantara mereka. “Kang Asep gak nyesal sudah lakukan yang kemarin sama Iis?” Tanya Iis. Asep tidak menjawab dan justru mulai mencumbui Iis, jilatan dileher sampai dada dia lakukan penuh nafsu. Asep yang biasanya tidak terlalu agresif ketika berhubungan badan, kali ini dia menunjukkan betapa perksanyaa dia. Waktu terus berlalu keadaan Asep dan Iis sudah tidak berbusana lagi, bahkan dibilang Asep tinggal memasukkan penisnya saja kedalam lubang vaginanya. Tapi Asep begitu terangsang dengan vagina Iis yang berbulu lebat dan jelas di hadapannya. Dia ragu dan bimbang dengan apa yang dia lakukan. “Aww… Geli kang!” Desah Iis ketika Asep menjilati vaginanya. Walaupun tercium aroma yang tak sedap dari vagina Iis, tapi karena nafsu yang telah merasuki Asep hal itu tidak menjadi penghalang. “Iis akang sudah gak tahan, akang masukkan ya?” Tanya Asep. Iis hanya menganggukkan kepalanya tanda dia setuju, diapun merasa sudah tidak tahan ingin dimasukkan penisnya Asep. ” Ahhh…” Desahan dan erangan terdengar dari mereka berdua ketika penis Asep masuk ke dalam lubang vaginanya dan mulai menggenjotnya. “Terus kang, enak sekali sudah lama aku tidak melakukan ini!” Seru Iis. “Akang boleh melakukan ini di rumah kamu is, biar kita bebas untuk lebih panas lagi?” Tanya Asep sambil menggenjot Iis. 1 “Boleh kang, tapi harus malam biar terasa nikmatnya!” Jawab Iis. Tak berselang lama setelah mereka mengobrol, Asep mempercepat genjotannya dan nampaknya dia ingin berejakulasi. “Akang keluar is!” Seru Asep. “Iya kang, Iis juga sama ini keluar!” Sahut Iis. Hujan yang tak kunjung berhenti memaksa Asep dan Iis untuk tidur bersama walaupun hanya sebentar. * “Duarte” suara petir membangunkan Eni dan Dudung dari tidur hangat mereka. “Kaget pak, jam berapa sekarang?” Tanya Eni. Eni terkejut bukan main ketika dia melihat waktu menunjukkan jam 14.45. “Waduh pak, aku belum mengantarkan makanan buat kang Asep!” Seru Eni. “Bapak juga sampai lupa, mungkin saking nikmatnya tadi kita sebadan!” Jawab Dudung masih sempat bercanda. “Serius pak, kang Asep pasti marah sama Eni!” Cerocos Eni sambil memakai seluruh pakaiannya, sejenak dia cium bau badannya sungguh tidak enak aromanya. Apalagi setelah bersatu dengan Dudung yang badannya memang bau walaupun sudah mandi. Jam 4 sore Asep datang karena hujan sudah reda, tidak ada wajah marah dari Asep ketika bertemu Eni. “Kang Asep, aku mau minta maaf tadi gak sempat bawa makanan!” Seru Eni. “Sudahlah gak apa-apa Eni, bagaimana dengan bapak?” Tanya Asep sambil berjalan menuju kamarnya. “Bau apa ini, seperti bau sperma dan bau bau keringat khas persetubuhan, apa mungkin bapak dan Eni?” Pikir Asep dalam hati. 2 “Itu kang Eni sudah siapkan air hangat untuk mandi!” Seru Eni kepada Asep. “Oh iya, sebentar ya aku mau minum dulu!” Jawab Asep. Usai mandi Asep menonton tv, Dudung di kamarnya dan memakai sarung yang telah dia pakai untuk bercinta dengan Eni. Sementara itu Eni menuju kamar mandi, seluruh ember terisi air hujan cukup untuk beberapa hari. Namun Eni agak risih dengan celana dalam Asep, dia melihat sedikit adanya noda sperma. Apa mungkin yang dikatakan kang Adang benar, kang Asep telah bercinta dengan wanita lain? Eni dan Asep mulai saling mencurigai dengan yang tidak mereka lihat, mereka tidak berpikir kalau yang mereka lakukan itu adalah salah.
ns 15.158.61.20da2