Eni semakin berani saja berpenampilan agak seronok di depan Dudung, dulu di selalu memakai daster yang ditambahkan dengan celana pendek untuk menutupi celana dalamnya. Tapi kali ini dia justru memperlihatkan celana dalamnya dihadapan Dudung, tentunya Asep agak risih dengan apa yang dilakukan oleh Eni. “Eni, kamu apa-apaan pakai daster pendek sampai di atas paha di depan bapak?” Tanya Asep kepada Eni di dalam kamar. “Kenapa gitu kang, itu kan bapak akang dan gak mungkin lakukan hal yang macam-macam kepada saya?” Balik tanya Eni yang masih marah akibat melihat Asep sudah bercinta dengan Iis. “Iya, tapi kalau seperti ini lama-kelamaan bapak bisa tergoda. Kamu tahu sendiri kan bapak sudah lama jadi duda?” Ujar Asep. “Hemmmm…” Terdengar suara Dudung dari arah luar kamar. “Akang mau beli kopi dulu di luar!” Seru Asep. “Kenapa mesti di luar kang?” Tanya Iis. Asep tidak menjawab dan pergi tanpa pamit, Eni tahu kalau dia akan pergi ke rumah wanita yang sudah tidur dengan suaminya. Diapun mencoba untuk mengikuti suaminya “Bapak?” Eni dikagetkan dengan Dudung yang tiba-tiba memeluknya. “Jangan pak, nanti kang Asep pulang. Dia cuma pergi ke warung!” Seru Eni. Tapi seperti biasa Dudung tidak pernah memperdulikan apa yang dikatakan oleh Eni. Dudung mulai menggerayangi tubuh Eni, hal itu membuat Eni terangsang. “Kamu dari tadi menggoda bapak dengan pakaian yang kamu pakai, lalu buat apa kalau kamu menolak bapak?” Ujar Dudung. Eni tersipu malu, ketika itulah Dudung mencium bibirnya. Eni tidak menolak dan balas mencium bibir Dudung yang tebal, permainan ludah dan lidah menjadi kenikmatan tersendiri bagi mereka. Dudung mulai menindih Eni, hangat tubuh Dudung membuat Eni merasakan rangsangan lebih hebat. Belum lagi aroma ketiak Dudung yang khas membuat Eni semakin terangsang. Tanpa basa-basi Dudung menelanjangi Eni, bulu kemaluan yang rimbun menjadi kesukaan Dudung. “Nampaknya vagina kamu sudah basah!” Ujar Dudung sembari memperlihatkan lendir di jarinya yang sudah dia masukkan kedalam lubang vaginanya. Dudung membuka seluruh pakaiannya, terpampang tubuh hitam dan penis yang dipenuhi bulu. Dia mulai mengarahkan penisnya kedalam lubang vagina Eni. “Ahhh…. ” Eni menikmati setiap bagian penis Dudung yang masuk. Di balik lubang bilik rumah Dudung tepatnya di sebuah lubang sepasang mata menyaksikan perbuatan mereka. Ya itu adalah Asep, jebakan untuk melihat istrinya selingkuh terbongkar sudah. Tapi Asep tidak melabrak mereka, dia juga telah melakukan hal yang sama dengan Iis. Asep membiarkan bagaimana Eni dihujam penis bapaknya, terlihat kucuran keringat dari badan mereka begitu mengkilap. Asep sedikit terangsang walaupun istrinya sedang disetubuhi oleh bapaknya, dia tidak mau mengganggu Eni dan Dudung yang menikmati persetubuhan di kamarnya. * “Eni, bapak mau keluar!” Seru Dudung yang semakin mempercepat genjotannya. “Keluarkan saja pak, saya sudah siap!” Timbal Eni sudah pasrah. Erangan Dudung begitu terasa nikmat tak kala spermanya memenuhi vagina Eni. “Tok..tok…” Mereka kaget bukan main ketika ada suara ketukan pintu depan rumahnya. “Eni, bapak, kenapa pintunya di kunci?” Tanya Asep dari luar rumah dengan penuh sandiwara. “Sebentar kang!” Jawab Eni dengan buru-buru memakai pakaiannya. Tak lama berselang Eni membukakan pintu, Asep sudah menunggu di depan pintu tanpa memperlihatkan kecurigaan. “Lama sekali buka pintunya, memang jauh jarak dari kamar ke pintu sini?” Tanya Asep. “Tadi saya ketiduran kang!” Jawab Eni agak terbata-bata. “Oh pantes saja penampilan kamu acak-acakan!” Ujar Asep dengan santai. Eni bernafas lega karena Asep tidak banyak bertanya soal acak-acakan penampilannya. “Kamu mau kemana?” Tanya Asep kepada Eni yang hendak pergi ke kamar mandi. “Aku mau ke WC dulu kang!” Jawab Eni yang berlalu ke kamar mandi. “Tapi sudah malam, kamu gak apa-apa keluar ke belakang sendiri?” Tanya Asep. “Gak apa-apa kang!” Kembali Eni meyakinkan Asep. Terdengar suara dengkuran keras dari arah kamar Dudung, Asep yang sudah tahu perbuatan mereka ingin tahu bagaimana keadaan Dudung sekarang. Ketika Asep masuk ke kamarnya, semerbak aroma persetubuhan masih tercium. Bau keringat dari ketiak Dudung masih cukup menyengat, keringatnya pun masih terlihat agak basah. Hal itu Asep lihat ketika Dudung yang tertidur tanpa busana dan hanya memakai sarung yang memperlihatkan dadanya yang telanjang. Kemudian Asep pergi ke kamarnya dan disana juga tidak jauh berbeda dengan bau yang ada di kamar Dudung, maklum saja persetubuhan antara Dudung dan Eni terjadi di kamarnya. “Permisi kang!” Seru Eni yang sudah kembali dari kamar mandi dan hendak masuk ke kamarnya. “Kamu mandi Eni?” Tanya Asep kepada Eni. “Aku cuma cuci muka saja sama ganti baju kang, cuacanya panas gini jadi gak enak.” Jawab Eni. Asep berpikir di kampung yang masih banyak pepohonan dan lahan yang luas masih bisa kepanasan, karena Asep tahu betul kalau malam hari di kampungnya sangat dingin. “Oh ya sudah kalau seperti itu, aku mau tidur mataku sudah ngantuk!” Seru Asep kepada Eni. “Untung saja kang Asep tahunya kalau aku datang bulan, kalau kang Asep ikut ke kamar mandi dan melihat ada noda itu bisa habis aku!” Gumam Eni dalam hati. * Sekitar jam 4 Subuh Eni dikagetkan dengan suara orang ke kamar mandi dan dia melihat suaminya sudah tidak ada di sampingnya. Bergegas dia bangkit dan segera menuju kamar mandi. Eni menelan ludah ketika melihat suaminya sedang buang air besar, dia berharap suaminya tidak melihat pakaian kotor yang ada di ember. “Kang Asep masih lama?” Tanya Eni dengan kepanikan. “Baru juga masuk ternyata gak jadi buang air besarnya, perut akang lagi gak enak!” Jawab Asep. Eni menghela nafas panjang, dia tenang setelah tahu suaminya bergegas kembali masuk ke rumahnya. “Kamu pikir aku diam saja, semalam setelah kamu tertidur pulas aku ke kamar mandi dan kamu tahu aku melihat lendir putih ada di celana dalam kamu. Aku juga mencium leher kamu dan disana tercium aroma tak sedap ludah seseorang.” Gumam Asep dalam hati ketika berjalan masuk ke rumahnya. “Saya mau nyuci dulu kang, bait nanti ke sawah gak ninggalin cucian!” Ujar Eni. “Oh iya, akang tunggu di dalam rumah ya!” Jawab Asep. Padahal Asep tahu betul kalau Eni akan mencuci pakaiannya yang beraroma tak sedap. Tak lama berselang Asep yang sedang duduk di ruang tengah dikagetkan oleh Dudung yang telah bangun dari tidurnya. “Sudah bangun pak?” Tanya Asep. “Iya, semalam bapak ngantuk sekali jadi bisa bangun pagi!” Jawab Dudung. “Pantas saja bapak sampai lupa pakai baju!” Sindir Asep. “Semalam cuacanya panas, jadi bapak buka baju!” Jawab Dudung. “Ouuhhhh” Asep hanya tersenyum dengan jawaban bapaknya. “Bapak mau pipis dulu ya sudah gak tahan!” Seru Dudung. Asep agak kaget dengan apa yang akan dilakukan oleh bapaknya, tapi dia tidak mencegahnya dan justru mengikutinya. “Eni, bapak pingin pipis. Kamu minggir sedikit ya!” Ujar Dudung yang santai masuk ke kamar mandi padahal ada Eni disana. Asep melihat dari lubang dekat pintu dapur yang langsung menembus ke kamar mandi. Usai pipis Dudung menghela nafas lega, tapi dia tidak langsung masuk dan mengajak Eni untuk berbincang. “Eni?” Tanya Dudung. “Iya pak, kenapa?” Balik tanya Eni. Ketika Eni berbalik dia kaget melihat Dudung berdiri dengan memperlihatkan penisnya yang berdiri tegak tepat di depan wajahnya. “Coba kamu cium penis bapak!” Seru Dudung. “Gak mau pak, dari sini saja baunya sudah tercium gak sedap.” Tolak Eni. “Ini kan bau persatuan kamu sama bapak!” Jawab Dudung. Beberapa kali Dudung meyakinkan Eni untuk bisa mencium penis miliknya “Jangan lakukan itu Eni!” Gumam Asep dalam hatinya. Bibir Eni semakin dekat dengan kepala penis Dudung yang berwarna hitam dan berbau tak sedap, Asep rasanya sudah ingin teriak dengan apa yang akan dilakukan oleh istrinya.
ns 15.158.61.20da2