Sampailah sudah Asep dan Eni di desa dimna mereka akan tinggal, suasana asri dan udara segar menyambut kedatangan mereka. “Udaranya masih segar ya kang?” Tanya Eni dengan senyum romantis. “Iya, akang minta maaf ya kalau kamu jadi harus tinggal di pedesaan.” Jawab Asep. “Kang Asep kan suaminya Eni, jadi aku ikut kemanapun kang Asep pergi.” Ujar Eni sembari memegang tangan Asep Asep senang dengan jawaban Eni, menurutnya dia sangat beruntung telah mendapatkan Eni yang baik dan polos pula. * Usai berjalan kaki satu jam menuju rumah Asep, Eni merasa lelah sekali karena harus berjalan agak jauh. Dia disambut hangat oleh mertuanya yaitu pak Dudung, Eni agak tidak nyaman dengan bau badan mertuanya tersebut. Maklum saja pak Dudung sehabis pulang dari sawah belum mandi. “Duh capek nampaknya kalian berdua?” Tanya pak Dudung dengan penuh kegembiraan. “Lumayan pak, sudah lama saya tidak berjalan sejauh ini!” Jawab Asep sambil menyandarkan tubuhnya di papan rumahnya. “Eni, kamu kenapa?” Tanya Asep. “Anu kang, aku ingin kencing.” Jawan Eni. “Bukannya bilang dari tadi, sini bapak antar biar Asep istirahat dulu.” Ujar pak Dudung. Walaupun agak ragu Eni mau tidak mau menuruti apa yang dikatakan mertuanya, dia sendiri kasihan melihat Asep begitu lelah setelah seharian membawa tas yang cukup berat. “Hah?” Tanya Eni dalam hati. “Masa iya aku kencing disana?” Kembali Eni bertanya dalam hati, dia tidak habis pikir harus kencing di kamar mandi yang bisa dikatakan kalau ada yang berdiri bisa terlihat kalau dia sedang beraktivitas di kamar mandi. “Disana pak?” Tanya Eni penuh ragu kepada pak Dudung. Eni bertanya seperti itu bukan tanpa alasan, pasalnya posisi dia kencing menghadap pintu dapur rumah Asep. “Ya sudah bapak tinggal dulu ya!” Seru pak Dudung yang kembali masuk kedalam rumahnya. Eni melihat-lihat sekelilingnya jangan sampai ada yang mengintip dia sedang kencing. Walaupun ragu dia singkapkan rok selutut yang dia pakai, celana dalam putih dia turunkan. Bulu hitam lebat langsung terlihat oleh pak Dudung yang mengintip di bilik dapur rumahnya. Penis pak Dudung langsung berdiri tegak ketika menyaksikan bagaimana Eni kencing, sudah lama sekali pak Dudung tidak menyalurkan hasratnya. 1 Eni kebingungan mencari air untuk cebok, dia baru sadar jikalau tidak ada air dia sekitarnya. “Waduh gimana ini?” Gumam Eni penuh kebingungan. Untuk pertama kalinya Eni kencing tanpa cebok, karena dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan ketika air tidak ada. Sementara pak Dudung sukses melihat bagaimana bentuk vagina Eni yang dipenuhi bulu. * Eni segera masuk ke rumah Asep, disana Asep sudah mendengkur tanda kelelahan. “Jangan diganggu, kasihan dia sangat lelah sekali!” Seru pak Dudung yang mengagetkan Eni. “I…iya pak.” Jawab Eni. “Kamu juga istirahat biar badannya segar, bapak mau ke sungai soalnya disini lagi gak ada air!” Seru pak Dudung. Eni merasa malu sekali seolah pak Dudung tahu kalau dia tidak cebok setelah kencing tadi. Eni pun tidur disampingnya Asep, sampai pak Dudung membangunkan mereka karena hari sudah menjelang sore. “Asep, Eni bangun sudah jam 5 sore!” Seru pak Dudung. “Uh sudah sore ya pak?” Tanya Asep. “Aduh kang aku belum masak!” Tiba-tiba Eni panik karena dia belum menyiapkan makanan untuk suaminya. “Sudah gak apa-apa, bapak sudah masak seadanya. Oh iya Sep, kamu gak mandi? Kalau mau mandi palingan di sungai!” Seru pak Dudung. “Lho, memang disini gak ada air pak?” Tanya Asep. “Ada, tapi tadi habis dipakai istri kamu.” Jawab pak Dudung. Eni merasa beruntung kalau dia tidak dipermalukan oleh mertuanya sendiri. “En, kamu mau ikut ke sungai?” Tanya Asep. “Gak akh kang sudah sore, besok sajalah sekalian ke sawah.” Jawab Eni sembari berjalan ke kamar yang disediakan oleh pak Dudung. “Ya sudahlah aku sendiri saja ke sungai!” Seru Asep. Asep pun berlalu dan meninggalkan Eni dan pak Dudung di rumahnya. “Eni, ini bapak bawa air dari sungai. Sebaiknya kamu cuci anunya kamu, takutnya Asep gak tidur sama kamu nanti!” Seru pak Dudung. “I..iya pak!” Jawab singkat Eni. Eni merasa pak Dudung sangat berani dengan berkata seperti itu, padahal tentu saja dia memiliki tujuan lain yaitu ingin kembali melihat vagina Eni. Eni bergegas ke kamar mandi dan benar saja disana sudah ada air 2 ember penuh. “Pak, air ini boleh Eni pakai mandi?” Teriak Eni kepada pak Dudung. “Boleh, tapi sisakan satu ember ya buat minum nanti!” Jawab pak Dudung. Dudung seperti mendapatkan angin segar dengan keputusan yang diambil oleh Eni, artinya dia bisa melihat tubuh Eni secara telanjang bulat. Eni merasa aman untuk mandi, karena suasana sudah semakin sore. Dia lepaskan satu per satu pakaian yang dia pakai, penis Dudung semakin tidak terkendali, ingin rasanya dia masuk dan mandi bersama Eni. Payudara Eni yang masih segar menjadi santapan untuk Dudung dalam haluan birahinya, Dudung semakin tidak karuan ketika Eni menyentuh vaginanya untuk cebok. “Waduh, aku lupa bawa sabun!” Seru Eni yang pada saat itu sudah telanjang bulat. “Pak, boleh ambilkan sabun dan sikat gigi!” Seru Eni kepada Dudung. “Bentar neng bapak ambilkan!” Jawab Dudung yang dari tadi ada di dapur. Tak lama berselang pak Dudung membawa perlengkapan mandi untuk Eni. “Ini gimana? Bapak boleh kesana?” Tanya pak Dudung. “Boleh pak, entar simpan saja di depan pintu kamar mandi.” Jawab Eni. Dudung segera keluar dari dapur dan menuju kamar mandi dimana Eni sedang mandi, disana Eni sudah ada membelakangi pak Dudung. Birahi Dudung sudah berontak, sudah saatnya dia salurkan. Eni yang ada dalam posisi jongkok memperlihatkan belahan pantat dan mulusnya punggung yang dinikmati oleh Dudung. “Ini sabunnya!” Ujar Dudung sambil meletakkan di depan pintu. Dia sudah tidak peduli kalau ada orang, pokoknya penisnya ingin masuk ke dalam lubang vagina Eni. Dia buka resleting celananya, tentu saja Eni tidak menyadari hal itu. * Ditempat lain Asep sudah sampai sungai, disana memang ada kamar mandi umum berbentuk bilik lengkap dengan pancuran. Asep tidak mandi di sungai melainkan di bilik kamar mandi tersebut, Asep harus menunggu karena disana sedang dipakai olehn seseorang. “Teh, masih lama gak di kamar mandinya?” Tanya Asep. “Kang, akang kaya orang mana saja. Tinggal masuk saja kan sudah biasa kalau mandi bareng.” Jawab seorang wanita disana. Asep baru ingat jikalau apa yang dikatakan olehnya ada benarnya, karena dulu juga Asep sudah tidak asing dengan hal itu. Mempertontonkan tubuh telanjang dan mandi bersama di kamar mandi di sungai sudah lumrah. Karena belum ada kejadian kalau ada kasus asusila disana. 1 “Oh iya teh, saya masuk ya!” Seru Asep. Asep masuk dan wanita yang bersamanya dalam posisi membelakanginya. Dia heran kenapa sekarang penisnya berdiri ketika berdua dengan wanita lain, karena sebelumnya tidak pernah ada timbul birahi ketika mandi bersama di bilik kamar mandi di sungai. Asep dikejutkan dengan wanita tersebut yang membalikkan badan. Penis Asep semakin berdiri tegak ketika melihat payudara dan vagina yang lebat akan bulu. “Kang Asep?” Tanya Iis. “Iis?” Balik tanya Asep. Asep dan Iis menjadi malu dan menutupi kelamin mereka. “Saya kira akang orang sini, jadi saya biarkan masuk!” Seru Iis. “Maaf ya, kalau begitu saya tunggu diluar saja!” Ujar Asep “Sudah tanggung kang, mandi saja asal jangan lihat!” Ancam Iis dengan candaan. “Kan tadi sudah lihat!” Bodohnya Asep bisa menjawab hal itu. “Itu gak sengaja!” Seru Iis. “Akang ngapain kesini, liburan?” Tanya Iis. “Gak, akang pindah kesini bersama istri akang. Kami mau bertani disini, karena akang sudah dipecat dari pabrik tempat akang kerja.” Jawab Asep. “Oh iya kang!” Jawan Iis. Mimpi apa Asep bisa melihat Iis telanjang, karena dulu sewaktu menjadi pacarnya Iis tidak pernah mau untuk mandi bersama di kamar mandi ini. “Ia, akang boleh tanya?” Ujar Asep. “Tanya apa kang?” Balik tanya Iis. “Kenapa dulu kamu gak mau mandi bareng akang?” Tanya Asep. “Haha… Iis kan sudah nikah kang, jadi sekarang kalau mandi sama akang gak bakalan apa-apa!” Jawabnya dengan enteng. Asep heran dengan tradisi di desanya kini, jangan-jangan nanti istrinya bisa mandi dengan laki-laki lain juga. “Is, sudah dulu ya hari sudah mau malam saya duluan!” Seru Asep. “Bentar kang bareng saja, aku juga sudah mau selesai!” Pinta Iis kepada Asep. Asep menelan ludah tak kala melihat Iis dengan santai melilitkan handuk di tubuhnya. “Kang, itu anunya berdiri terus minta masuk ke sarangnya!” Celoteh Iis sambil berjalan. Asep sendiri sudah memakai pakaian lengkap, kehidupan Asep mulai berubah semenjak di kamar mandi itu. Biasanya Asep selalu memakai parfum kalau sudah mandi, tapi sekarang untuk makan saja harus hemat.
ns 15.158.61.20da2