Lantunan adzan shubuh mengagetkan Eni yang hendak menjilati penis mertuanya, dia pun dengan cepatnya menyuruh mertuanya pergi. “Sudah adzan pak, cepat masuk ke dalam rumah!” Seru Eni. “Satu jilat saja Eni, bapak pingin rasakan jilatan lidah kamu!” Pinta Dudung. “Gak ah pak, cepat pergi kesana. Nanti kang Asep kesini bisa berabe.” Eni meyakinkan Dudung. Dudung melihat area sekitar takutnya ada orang yang melawat atau lebih parah Asep keluar. “Ayo Eni sedikit saja!” Pinta Dudung dengan paksa. Alhasil Eni dengan menggunakan ujung lidahnya untuk menjilat kepala penis Dudung. “Akh… Gak enak!” Eni rasanya ingin muntah ketika mencium dari dekat aroma penis Dudung. “Ya sudah bapak pergi dulu!” Dudung pamit setelah niatnya tersampaikan, walaupun dia masih penasaran dengan kuluman penuh mulut Eni. “Sudah di airnya?” Tanya Asep kepada Eni yang baru masuk dari pintu belakang. “Su..sudah kang!” Jawab Eni agak terbata-bata. “Aku harap kang Asep tidak menanyakan kenapa aku lama di kamar mandi!” Gumam Eni dalam hati ketika hendak melewati Asep masuk ke kamarnya. “Eni?” Eni nampaknya dalam masalah besar ketika Asep memanggilnya. “Iya kang?” Jawan Eni dengan wajah pasrah. “Tadi saya buang air besar dulu kang di kamar mandi!” Eni berujar yang membuat Asep bingung. “Memang kenapa dengan buang air besar, akang cuma mau minta kamu buatkan kopi!” Asep tersenyum dengan salah tingkah dari Eni. “Oh kopi? Iya bentar ya kang, saya pakai baju dulu!” Jawab Eni. Eni pun masuk dan menghela nafas, karena sandiwaranya berhasil kepada suaminya. “Kamu boleh merasa senang dengan aku yang pura-pura bodoh, tapi lihat pada saatnya nanti aku akan membongkar apa yang sudah kamu lakukan dengan bapak!” Gumam Asep dalam hati. 1 * Dudung yang pergi ke sawah berpapasan dengan Adang yang hendak pergi ke sawah juga. “Kang Dudung? Gimana Eni, apa dia sudah hamil?” Canda Adang. “Belum ada tanda-tanda!” Dudung menjawab agak aneh dengan pertanyaan Adang. “Sialan, nampaknya benih yang aku titipkan kepada Eni belum membuahkan hasil. Nampaknya aku harus bisa meniduri Eni dalam masa subur!” Gerutu Adang dalam hati. “Kenapa Adang bertanya tentang kehamilan Eni?” Tanya Dudung dalam hati. “Hmm… Kenapa kang Adang menanyakan hal itu?” Pertanyaan Dudung membuat Adang agak kikuk. “Gak apa-apa kang, ya cuma heran saja si Asep sudah lama menikah tapi belum punya anak juga. Gak tajam kali itunya!” Canda Adang dibarengi tawa. “Iya kali ya!” Dudung pun membalas tawa candaan dari Adang. Dari arah belakang Asep dan Eni berjalan secara bersamaan, Asep dengan kaos oblong dan celana kampret. Sementara Eni memakai kaos pendek memperlihatkan ketiaknya yang agak berbulu. “Sep, cepetan jalannya!” Teriak Adang dari kejauhan. “Iya kang, duluan saja!” Sahut Asep. Tiba-tiba Asep menghentikan perjalanannya. “Kenapa kang?” Tanya Eni yang khawatir. “Akang gak enak badan, kayanya pas semalam keluar jadi masuk angin!” Jawab Asep yang menjalankan rencananya. “Terus gimana kang, saya gak ke sawah saja gitu?” Tanya Eni. “Jangan Eni, kasihan bapak kalau cuma sendiri kerja di sawahnya.” Ujar Asep kepada Eni. “Ya sudah kalau gitu kang, saya duluan ke sawahnya!” Seru Eni. Eni pun berlalu meninggalkan Asep berpura-pura pulang ke rumahnya, ditengah jalan dia bertemu dengan Iis yang hendak pergi ke sawah. “Kang Asep?” Tanya Iis dengan wajah sumringah. “Iis.” Sahut Asep. “Kang Asep mau kemana, bukannya mau ke sawah kang?” Tanya Eni. Asep yang ingin menjalankan rencananya tiba-tiba berubah pikiran. Melihat Eni birahinya tiba-tiba naik, apalagi seks singkat dengan Eni waktu dia ronda terasa nikmat. “Kang?” Asep tersadar dengan teguran dari Iis. “Eh iya Iis, kita ke rumah kamu yuk!” Tiba-tiba Asep berseru kepada Iis. Hal itu jelas membuat Iis heran, tapi Iis yang tidak mendapatkan kepuasan dari suaminya ditambah sudah beberapa hari tidak mendapatkan kehangatan tahu betul maksud Asep. “Tapi teh Eni gak apa-apa?” Tanya Iis. Asep hanya tersenyum licik dan menggandeng tangannya, kemudian dia membawa Iis menuju rumahnya melewati jalan belakang melalui pesawahan. Diperjalanan tepatnya di sebuah kamar mandi umum di persawahan, Asep melihat tetangganya yaitu Ceu Yati. Walaupun hanya sekilas Asep bisa melihat seluruh lekuk tubuhnya, dia terangsang hebat ketika melihat bulu vagina Ceu Yati yang lebat. “Ayo kang, mumpung anak saya main kalau jam segini!” Seru Iis yang mempercepat jalannya. “Iya Iis!” Sahut Asep. Tak berselang lama Asep dan Iis sampai di rumahnya, mereka sudah mempersiapkan hasrat birahinya dan benar saja belum saja masuk ke rumah Asep dan Iis yang masuk lewat pintu belakang langsung berciuman hebat. Tapi apa yang mereka lakukan tiba-tiba harus terhenti karena terdengar suara anaknya bersama temannya ada di rumahnya. “Kata kamu anak kamu lagi main?” Tanya Asep agak heran. “Aku juga gak tahu kalau dia main di rumah kang!” Jawab Iis yang sama-sama kaget. Lantas Asep melihat kamar mandi yang ada di luar rumahnya Iis. “Iis, kita disitu saja!” Seru Asep sambil menunjuk ke arah kamar mandi. Iis yang sudah tidak tahan langsung menarik Asep ke kamar mandinya. Peraduan bibir dan air ludah terasa sangat nikmat bagi mereka berdua, kamar mandi Iis tidak seperti kamar mandi Dudung yang terbuka, dengan kerja keras Ujang di kota tentu saja mampu membuat Iis cukup dari segi finansial, akan tetapi kurang dalam urusan ranjang. Asep mulai meremasi payudaranya, Iis mencoba menahan desahannya. Dia tahu kalau tempatnya sekarang ini tidak tepat untuk mendesah. Belum lagi Asep yang mulai memainkan vaginanya, Iis semakin tidak bisa menahan dirinya untuk mendesah. “Kang, masukkan saja. Aku sudah gak tahan!” Pinta Iis. “Bentar Iis, baru juga mulai masa langsung masuk saja!” Jawab Asep. “Nanti malam akang ke rumah saya saja, untuk saat ini aku sudah gak tahan!” Ujar Iis yang sudah melepaskan celana dalam yang dia pakai. “Baiklah kalau begitu!” Jawan Asep yang membuka celananya dan mengarahkan penisnya kedalam lubang vaginanya. Benar saja dalam sekali hentakan penis Asep masuk kedalam vaginanya, Iis sudah sangat terangsang hebat dengan banyaknya cairan vagina yang keluar. “Aku keluar kang!” Hanya dalam 10 kali hentakan dari penis Asep, Iis sudah mengalami orgasme. Asep hanya tersenyum bangga melihat Iis orgasme dalam waktu singkat, aroma cairan vagina dan vaginanya bersatu menimbulkan bau yang kurang sedap. Tapi Asep tidak ambil pusing dengan bau menyengat itu, dia lebih fokus menggenjot vagina Iis dengan cepat. “Ahhh…aku keluar Is!” Ujar Asep yang mengeluarkan sperma dengan gaya menungging. Lemas dan nikmat rasanya dialami oleh Asep dan Iis, tiba-tiba ada seorang berjalan menuju dimana mereka berada. Rasa deg-degan dirasakan oleh mereka, karena suara langkah kaki semakin mendekat. * Pagi itu Adang dan Dudung berada dalam jarak yang cukup dekat, hal itu dikarenakan sawah yang mereka garap dalam posisi yang agak berdekatan. Adang curi-curi pandang kepada Eni yang ikut masuk ke pelataran sawah. Eni agak terkejut ketika melihat Adang membuka bajunya dan hanya bertelanjang dada ketika dia menggarap sawah. Walaupun sudah merasakan bagaimana permainan penis Adang, tapi Eni belum pernah bercinta dengan Adang secara langsung dan tidak secara singkat. “Eni? Eni!” Teriak Dudung kepada Eni yang melamun. “Eh iya pak, kenapa?” Balik tanya Eni. “Kita main di saung yuk!” Seru Dudung. “Apaan sih pak, gak lihat disana ada mang Adang?” Sentak Eni yang jelas menolak keinginan dari Dudung. Dudung yang kecewa akhirnya menyerah dan kembali melanjutkan untuk menggarap sawahnya. Tiba-tiba Adang mendekati Eni dan Dudung, tentu saja hal itu membuat mereka kaget. 1 “Kang Adang ada apa kemari?” Tanya Eni yang melihat seseorang di dekatnya. “Saya haus, apa boleh saya meminta minum?” Tanya Adang. “Iya boleh kang, ayo kita ke saung!” Seru Eni. Dudung yang ada di petak sawah yang lain tidak melihat kalau Eni dan Adang menuju saung. Sampai di saung Eni langsung memberikan air minum kepada Adang. “Terimakasih ya Eni!” Ujar Adang dibarengi senyuman penuh arti. Tiba-tiba Adang memegang tangannya dan meremas jari jemarinya. “Jangan kang!” Seru Eni menahan tangan Adang yang semakin berani. “Sebentar saja mumpung Dudung jauh!” Adang kembali meyakinkan Eni. Akhirnya Eni menyerah dan menikmati apa yang dilakukan oleh Adang, dimulai dari ciuman di bibir untuk bertukar air ludah hingga remasan di payudaranya. Ketika hendak membuka celana masing-masing terdengar Dudung memanggil dari kejauhan. “Eni, Eni!” Teriak Dudung yang nampak kesakitan. “Ganggu saja!” Gerutu Adang yang kembali memakai celananya. Dengan cepat Eni berlari menuju diman Dudung berada, ketika sampai disana Eni kaget dengan apa yang dia lihat. “Ba.. bapak?” Eni sangat kaget ketika dia melihat ayahnya mertuanya sedang memainkan penisnya. 1 “Bapak sudah gak tahan Eni, anu bapak sudah ingin mengeluarkan sesuatu!” Ujar Dudung. “Kang Dudung, kang Dudung kenapa?” Teriak Adang dari kejauhan yang hendak mendekatinya. Dengan cepat Dudung kembali memakai celana yang dia pakai. “Kenapa malahan kesini itu orang?” Dudung menggerutu sama halnya dengan Adang. Alhasil kedua orang itu gagal untuk bisa menikmati tubuh Eni.
ns 15.158.61.8da2