Malam telah tiba, Dudung masih dalam kegelisahan akibat birahinya yang tidak tertuntaskan tadi siang. Asep dan Eni makan dengan lahap sesudah tadi siang sampai sore beradu kelamin. “Sep, makan kamu semangat sekali!” Seru Dudung. “Iya pak, persiapan buat besok ke sawah!” Sahut Asep. Dari tadi Dudung memperhatikan Eni yang mengenakan baju lengan pendek yang memperlihatkan ketiaknya. Dudung penasaran dengan bulu tipis ketiak Eni, karena yang dia tahu ketika dia bercinta dengannya tidak ada bulu di area ketiaknya. Sekitar jam 8 malam Eni dan Asep sudah masuk kamar, sebelum tidur mereka berbincang untuk mempererat keromantisan mereka. “Kang?” Tanya Eni. “Iya, kenapa Eni?” Sahut Asep. “Kenapa akang gak seperti dulu ketika di kota, dulu akang selalu wangi tapi sekarang kalau aku lihat mandi saja cuma satu hari sekali, itupun mandinya jauh.” Ujar Eni. “Lalu akang harus bagaimana, kan kamu tahu sendiri penghasilan kita sebagai petani tidak menentu. Sekarang kamu pikir yang 20 ribu mending dipakai untuk apa, beli deodorant atau lauk untuk kita makan?” Tanya Asep yang membuat Eni terdiam. “Tapi aku ingin wangi akang yang dulu, keringat akang sekarang menyengat sekali baunya!” Seru Eni. “Bukankah kamu sudah tidak keberatan?” Sindir Asep. “Maksud akang apa?” Tanya Eni agak heran. “Kemarin-kemarin pas bapak gak mandi dua hari sikap kamu biasa-biasa, bahkan kalau akang lihat kamu justru menghirup bau badan bapak!” Jawab Asep. “A..aku hanya gak mau nunjukin kalau aku menghindar dari bapak!” Eni mencoba mengeles dari Asep. Asep hanya tersenyum kecil tanda tidak percaya apa yang dikatakan oleh Eni. “Akang mau tidur, besok harus bangun pagi!” Seru Asep. Eni tidak menjawab salam tidur dari Asep, dia masih memikirkan apa yang dikatakan oleh suaminya. Apa mungkin Asep sudah tahu perbuatannya dengan ayah mertuanya. * Ditempat lain Ujang sedang memadu kasih dengan Iis, cumbuan hangat sudah dilakukan oleh Ujang kepada Iis. Bibir sudah berpagutan, tangannya sudah meremasi payudaranya. “Mamah…”! Tiba-tiba Toni terbangun dari tidurnya, anak berumur 3 tahun itu ingin menyusu. “Waduh payudara kamu sudah banyak ludah aku Iis!” Ujar Ujang. “Akang jaga dulu Toni, aku mau ke air dulu nyuci payudara aku!” Seru Iis. Ujang pun harus menunda birahi yang sudah memuncak dari kemarin, karena esok hari adalah waktunya untuk kembali ke kota. Tak lama berselang Iis pun masuk ke kamarnya untuk menetei Toni. Ujang sudah memainkan penisnya yang ada di balik sarungnya, Iis memberikan kode untuk bersabar karena Toni sedang menyusu. Sekitar setengah jam Iis belum selesai juga untuk menyusui Toni, Ujang yang awalnya semangat sudah mulai merasa ngantuk. Sampai ditengah malam Ujang dikagetkan dengan suara rintihan seorang wanita, diapun mendapati istrinya tidak ada di samping Toni. Dengan perlahan dia bangkit dari tempat tidurnya dan mencoba mencari dari mana asal suara itu berasal. Betapa kagetnya dia ketika melihat istrinya sedang digauli oleh Otong dengan gagahnya. “Iis….!” Teriak Ujang. Tiba-tiba Ujang terbangun dari mimpinya karena ditampar oleh Iis. “Akang kenapa teriak-teriak?” Tanya Iis. Ujang menghela nafas, untung saja itu hanya mimpi dan dia melihat jam sudah menunjukkan jam 10 malam. “Akang masih mau gak?” Goda Iis. “Entahlah Iis, akang jadi galau karena mimpi akang.” Jawab Ujang. “Memang akang mimpi apa?” Tanya Iis. “Bukan apa-apa!” Jawab Ujang sedikit berbohong. “Ya sudah kalau akang gak mau aku mau tidur!” Seru Iis. “Iya Iis, besok siang saja ya!” Jawab Iis. Sebenarnya Iis agak kecewa dengan suaminya, birahi cepat sekali kendor tak kala ada hal yang mengganggunya. Setiap pulang dari kota paling satu kali mereka berhubungan badan, itupun selalu singkat karena Ujang bukan lelaki yang mengutamakan akan kenikmatan seksual, baginya menikah adalah punya anak dan itu sudah cukup. Padahal Iis adalah wanita yang ingin mengalami orgasme seperti yang bisa dilakukan oleh Asep. * Jam 4 pagi Asep masih mendengkur dengan tidur lelapnya, berbeda dengan Eni yang sudah ke kamar mandi. Untung saja sisa air hujan di ember masih ada, ketika dia kencing dia dikagetkan dengan adanya Dudung yang sudah bangun. “Bapak?” Tanya Eni. “Iya, bapak mau kencing!” Seru Dudung. “Iya bentar pak, saya sudah selesai kok!” Seru Eni. Tiba-tiba Dudung masuk ke kamar mandi yang tingginya satu pinggang itu. “Sebentar pak, kenapa bapak masuk?” Tanya Eni. “Bapak mau kencing enak!” Ujarnya pada saat itu. Dudung mengangkat sarungnya dan penisnya sudah berdiri tegak, Eni yang ada dalam posisi jongkok jelas memudahkan Dudung untuk memasukkan penisnya. “Ahhh… Pak, nanti kang Asep bangun!” Ujar Eni. “Bapak sudah tidak peduli Eni, kemarin kamu gak ngasih ini. Jadi sekarang bapak mintanya!” Seru Dudung sambil menggenjot Eni. Tiba-tiba terdengar suara di arah dapur, Dudung dan Eni panik pada saat itu. “Eni? Kamu dimana?” Tanya Asep yang sudah terbangun dari tidurnya. “Sa… saya lagi di kamar mandi kang!” Jawab Eni. “Lagi ngapain?” Tanya Asep. “Sakit perut kang ini lagi buang air besar!” Kembali Eni berbohong. “Kamu lihat bapak, tadi akang lihat ke kamarnya sudah gak ada?” Pertanyaan Asep semakin memojokkan Eni. “Gak tahu kang!” Jawab Eni sembari menahan sakit dan nikmat dari genjotan yang dilakukan Dudung. “Kamu masih marah sama akang?” Tanya Asep. “Gak kang!” Jawaban dari Eni seperti menahan sesuatu. “Kamu kenapa?” Kembali Asep bertanya. “Susah keluar kang!” Jawab Eni. “Apanya yang susah keluar, kalau ngomong yang jelas?” Tanya Asep sembari membuka pintu belakang. “Ahh…” Desah Eni. “Sudah buang air besarnya?” Tanya Asep. “Iya kang, tadi keras ee-nya aku jadi agak ngeden!” Jawab Eni. Untung saja Asep tidak mendekati Eni pada saat itu, karena sebenarnya bukan kotoran yang keluar akan tetapi ada lelehan sperma dari lubang vaginanya. * Sekitar jam 5 shubuh Asep dan Eni akan berangkat ke sawah, tubuh Eni agak terlihat lesu. “Kamu kenapa, kaya gak semangat gitu?” Tanya Asep yang khawatir dengan istrinya. “Gak apa-apa kang, ayo kita berangkat kang!” Seru Eni. Mereka pun berjalan kaki dengan tergesa-gesa, sampai ketika di tengah jalan Eni memutuskan untuk beristirahat dahulu. Hal itu di izinkan oleh Asep, Asep ada sendiri langsung bergegas sendirian menuju sawah. Sementara itu Eni masih mengingat kejadian yang hampir diketahui oleh Asep, dia masih ingat jikalau Dudung menggenjotnya dengan perlahan. Sampai ketika Eni mengobrol dengan Asep, Dudung masih sempat untuk tidak melepaskan kesempatan yang ada. Eni pun masih tidak menyangka jikalau dalam posisi deg-degan masih bisa mengalami orgasme, Dudung memang pandai mengatur tempo karena beberapa saat sesudah ejakulasi dia cepat berlari mengelilingi rumahnya. Sampai akhirnya Asep tidak melihat persetubuhan singkat antara Eni dan Dudung. “Kamu lagi melamun apa?” Tiba-tiba ada orang yang menyapanya. “Bapak?” Tanya Eni yang melihat mertuanya. “Kamu masih memikirkan yang tadi kita lakukan ya?” Goda Dudung kepadanya. Eni tidak menjawab dan memilih agak cuek kepada mertuanya tersebut. “Kamu jangan cemberut gitu dong, nanti kamu gak bisa cium bau badan bapak lagi!” Seru Dudung. “Apaan sih bapak?” Tanya Eni agak kesal. “Tadi bapak kemana, bukannya langsung ke sawah?” Tanya Eni. “Tubuh bapak lelah setelah kita bercinta secara singkat, jadi setelah kalian tadi pergi bapak berbaring dulu biar tenaga bapak agak penuh!” Jawab Dudung. “Aku mau ke sawah dulu pak, takut kang Asep nunggu!” Ujar Eni kepada Dudung. “Ya sudah kita barengan saja!” Seru Dudung. * Ditempat lain Ujang melakukan apa yang sudah tertunda dari kemarin yaitu untuk bersetubuh dengan Iis. Tanpa basa-basi Ujang menelanjangi Iis yang ada di ruang tengah, Ujang semakin bernafsu ketika melihat bulu ketiak Iis yang agak rimbun. “Kamu gak potong bulu ketiak kamu?” Tanya Ujang kepada Iis. “Gak sempat kang, lagian nunggu akang buat kaya gini lama. Jadi Iis lupa buat cukur bulu ketiak.” Jawab Iis. “Tidak apa, akang semakin bernafsu saja dengan kenaturalan kamu!” Jawab Ujang. Ujang membuka seluruh pakaiannya, penis dengan ukuran standar dan bulu yang banyak cukup membuat Eni bernafsu. Ujang mencium mulut Iis, tercium aroma tak sedap dari mulut mereka. Maklum saja bangun tidur tak ada namanya gosok gigi, apalagi kebutuhan seksual sudah di ubun-ubun. Ujang tidak dapat menunggu lama lagi untuk memasukkan penisnya kedalam vaginanya Iis, karena dia sadar kalau waktunya tidak banyak, bisa saja Toni tiba-tiba bangun dari tidurnya. “Ahhh…ahhh” desahan Iis menahan desakan masuk dari penis suaminya. “Ouhh… Nikmat sekali Iis, andai akang tidak kerja ke kota mungkin kita akan sering kaya gini!” Ujar Ujang yang merasakan kenikmatan ketika kepala penisnya mentok di ujung vaginanya. Ketika mulai genjotan pertama mata Ujang tertuju kepada seorang sosok yang menyaksikan perbuatan mereka. “Toni?” Tanya Ujang yang kaget. Dengan segera Iis melepaskan penis suaminya yang sudah menancap di vaginanya, Ujang sendiri menutupi penisnya dengan sarung yang dia pakai. Iis tidak sempat berpakaian lengkap dan hanya memakai pakaian dalam saja. “Eh anak mamah sudah bangun, yuk tidur lagi yuk!” Seru Iis yang kembali membawa Toni ke kamarnya. “Mamah lagi ngapain tadi sama bapak?” Pertanyaan polos dari seorang anak berumur 3 tahun. “Hmmm… Toni mau punya adikkan?” Tanya Iis dibarengi candaan. “Iya, aku mau punya adik!” Jawab Toni. “Iya, nanti Toni punya adik deh pokoknya. Sekarang kamu tidur lagi ya sayang!” Seru Iis. Bukannya tidur lagi tapi Toni malah minta susu kepada ibunya, Iis bimbang dengan permintaan dari anaknya. Pasalnya payudara masih ada sisa jilatan suaminya, tali karena Toni yang sudah mulai rewel akhirnya Iis memberikan susu kepada anaknya. Untungnya anaknya tidak menanyakan bau pada puting payudaranya. Ketika terlihat Toni sudah akan tertidur lagi, terdengar suara orang mandi ya tentu saja itu adalah Ujang, dalamnya hatinya Iis merasa bersalah karena tidak dapat memenuhi nafsu birahi suaminya. * Asep dikagetkan dengan kehadiran Eni dan Dudung secara bersamaan, karena yang dia tahu tadi pagi Dudung sudah pergi duluan ke sawah. “Bapak baru datang?” Tanya Asep. “Iya!” Jawab singkat Dudung sambil menaruh cangkul yang dia bawa. “Bukannya dari tadi pagi pak?” Kembali Asep bertanya dengan penuh kecurigaan. “E..e.. bapak tadi ke rumah pak RT dulu!” Jawab Dudung. “Pagi-pagi sekali, memang pak RT sudah bangun?” Tanya Asep. “Ya sudah, tadi bapak ada urusan yang harus dibicarakan pagi-pagi sekali!” Jawab Dudung penuh kebohongan. “Ouhh” ujar Asep tidak percaya sama sekali. Jawaban ngawur dari Dudung semakin menambah kecurigaan Asep kepada bapaknya tersebut. Seperti ada hal yang disembunyikan oleh Eni dan Dudung.
ns 15.158.61.20da2