Dudung sangat sumringah dengan dirinya yang akan segera menikah, segala telah dia siapkan untuk melancarkan acaranya tersebut. Dia masih membiarkan Asep dan Eni berada dikamar menikmati kesedihan mereka. “Duh Kang Dudung sukses dapetin Eni!” Ujar Adang. “Iya Adang, terimakasih atas do’anya!” Timbal Dudung. Percakapan tak jelas nampak dibicarakan oleh orang-orang yang datang ke rumah Dudung m “Kang Asep bakalan pasrah?” Tanya Eni. “Apa kita punya pilihan?” Asep balik bertanya. “Kalau aku ikut akang saja!” Ujar Eni. “Akang sudah talak kamu!” Jawab Asep. “Tapi kita masih bisa ngulang semua ini dari nol kang.” Ujar Eni. Asep tersenyum melihat Eni yang masih setia kepadanya, karena sesungguhnya mereka berdua telah terjebak oleh permainan warga disana. “Kang Dudung!” Tiba-tiba Eni keluar dengan memakai daster pendek untuk menemui Dudung, disana ada Adang yang tidak bisa menahan birahinya. Aroma tak sedap dari badan orang-orang yang hadir di rumah Dudung jelas tercium sekali oleh Eni, kali ini dia tidak terangsang dan justru ingin muntah. “Ada apa Eni?” Tanya Dudung. “Masa kamar pengantin penampilannya kaya gitu kang!” Ujar Eni. Buru-buru Wati dan Yati yang merupakan saudara ini langsung menuju kamar dimana Asep berada. “Asep!” Wati terkejut dengan Asep yang terlihat buru-buru memakai celananya. “Apa yang sudah kamu lakukan bersama Eni, kalian itu sudah bukan suami istri lagi?” Tanya Wati. “Ka… kami tidak tahan, akhirnya kami melakukannya!” Jawab Asep. “Apa punya Asep gede?” Tiba-tiba Yati bertanya seperti itu. “Yati, kamu ini apa-apaan? Dia ini sudah jadi milikku dan Iis!” Ujar Wati. “Tenang-tenang, Ceu Yati ingin dikocok kaya ni Wati juga?” Tanya Asep. Wajah Wati dan Yati terlihat merah, mereka tampak menyembunyikan rasa malu mereka. “Kalian tunggu di kamar mandi belakang, aku akan menyusul kesana. Terus kalau kalian mau ini, aku juga bisa kasih!” Seru Asep sembari menunjuk selangkangannya. Tak butuh waktu lama untuk Wati dan Yati untuk pergi ke kamar mandi milik Dudung. “Yati! Wati!” Teriak Dudung. “Mereka pergi kang!” Jawab Eni dengan wajah cemberut. “Adang, ayo bantu saya buat bereskan kamar pengantinku!” Ajak Dudung. “Ogah, masa kang Dudung yang mau pengantinan, aku yang harus ikut sibuk!” Jawab Adang. “Perhitungan sekali kamu Adang!” Bentak Dudung. Adang pun pergi karena kesal dengan Dudung yang so berkuasa. Begitu juga dengan warga lainnya, mereka tampak kesal dengan Dudung yang banyak tingkah. Dudung pun masuk kamar dan lampu rumahnya mati, disana dia merasakan ada sentuhan ke arah tangannya. “Kamu sudah gak tahan ya?” Tanya Dudung. Tak ada jawaban dari bibir orang yang disangka Eni itu. Dengan penuh nafsu Dudung langsung mencumbunya, tak ada desahan dari bibir Eni. “Kamu sudah bau badan bapak kan? Ayo nikmati bau ketiak bapak!” Wajah Eni tenggelam dalam ketiak Dudung yang baunya sudah kebangetan. Tak lama berselang Dudung menelanjangi tubuhnya dan tubuh Eni, dia nampak sudah tak tahan untuk menggauli Eni walaupun belum menikah. “Kamu kenapa tidak mendesah? Kamu masih kepikiran Asep?” Dudung berujar ketika sedikit demi sedikit dia memasukkan penisnya kedalam lubang vaginanya. Akhirnya genjotan dimulai dengan irama pelan yang kemudian menjadi cepat, entah kenapa malam itu Dudung seperti lelaki lemah saja, karena hanya kurang dari lima menit dia sudah ejakulasi. “Maafkan bapak Eni, karena besok kamu jadi istri bapak jadi besok bapak buat kamu lebih puas.” Ujar Dudung sambil memeluk Eni dari belakang. * “Rencana kita berhasil kang, akhirnya kita bisa pergi dari desa terkutuk itu!” Eni begitu bahagia ketika dia dan Asep sekarang sudah berada di kendaraan menuju rumahnya di kota. “Tapi akang kasihan sama Iis, dia berkorban untuk kita Eni!” Ujar Asep. “Tapi akang sudah talak aku!” Seru Eni. “Akang akan menikahi kamu lagi, biarkan orangtua kamu tidak tahu kalau kita bercerai secara agama.” Ujar Asep. Mereka pun berpelukan begitu mesra, mereka masih tidak bisa percaya bisa lolos dari desa itu. Tentunya dengan bantuan dari pak RT dan Iis. Ketika di dalam rumah pak RT Otong, Asep dan Eni mengatur rencana supaya bisa pergilah dari desa itu. Otong tidak bisa bekerja sendiri, untungnya sekretarisnya adalah orang yang tidak menyukai perilaku warga di desanya. Jadi dia bersedia untuk membantu Asep dan Eni. Hanya saja Asep begitu berat ketika dirinya harus meminta bantuan dari Iis, karena sudah jelas kalau Iis akan menolak permintaannya. Rencana mereka dimulai ketika Eni menyuruh Dudung untuk menghias kamarnya, tentunya Eni harus berpenampilan sensual untuk membuat warga disana tidak menyukai Dudung dan ingin memilikinya. Hal itu berhasil, Yati dan Wati tahu betul kalau Asep sendiri di kamarnya. Mereka berniat main bertiga di kamar mandi, Asep membuat rencana untuk mereka berdua. Sesampainya di kamar mandi Wati dan Yati dikejutkan dengan adanya pak RT dan sekretarisnya yang langsung membekap mereka berdua. Asep yang sudah keluar kamar menemui Iis yang sudah menunggu di belakang, terlihat mata Iis yang berkaca-kaca. Dia rela melakukannya demi Asep yang sangat dia cintai. “Kamu gak apa-apa melakukan ini Iis?” Tanya Asep. Iis hanya mengangguk ketika Asep bertanya seperti itu, disaat itulah Eni memanggil Dudung untuk membereskan kamarnya. Disitu pula Asep mematikan lampu seisi rumahnya. Dudung yang ada di dalam kamar dikejutkan dengan sentuhan tangan seorang wanita, ya tentu saja itu adalah Iis. Karena suasana sangat gelap Dudung tidak bisa membedakan yang mana Eni dan Iis. Akhirnya Dudung bersetubuh dengan Iis, saking nafsunya Dudung hanya bertahan lima menit saja. Asep dan Eni pergi dengan jalan pintas yang telah diberitahu oleh Otong. * “Eni?” Tanya Dudung. Dia tampak terkejut ketika melihat wanita yang telah dia tiduri semalam bukanlah Eni melainkan Iis. “Iis? Apa yang kamu lakukan disini?” Bentak Dudung. “Dimana Asep dan Eni?” Kembali Dudung bertanya. “Mereka sudah pergi semalam, mungkin sekarang sudah sampai di rumah orang tua Eni!” Jawab Iis. “Dasar wanita goblok!” Bentak Dudung. Di siang hari keluarga Otong dan sekretarisnya di arak-arakan oleh warga, mereka nampak kesal dengan RT macam dia. Iis pun tak luput dari cercaan warga yang menganggap sudah melupakan adat desa itu. “Usir mereka dari sini!” Teriak warga disana. Dan akhirnya mereka diusir dan keluar dari desa tersebut. “Alhamdulillah, akhirnya bisa keluar dari desa itu.” Mereka bersyukur karena bisa bebas dari adat desa yang aneh itu, rupanya Otong dan sekretarisnya adalah korban dari istri mereka yang dulunya termanfaatkan untuk bisa dimiliki. “Aku bersyukur Asep dan Eni tidak seperti kita, kalau Iis akan kemana?” Tanya Otong. “Sudah lama aku selalu memikirkan Iis, tapi tidak berani karena ada kang Ujang.” Ujar sekretaris Otong Senyuman bahagia nampak dari bibir mereka. * “Kamu bahagia tinggal disana Eni?” Tanya ayahnya. Asep dan Eni hanya tersenyum dan tak ingin membahas masa itu, masa dimana pernikahan mereka hampir hancur.
5241Please respect copyright.PENANAIbmqwnKOnj
TAMAT
ns 15.158.61.20da2