Aku baru saja sampai di Jakarta, butuh waktu sehari semalam untuk sampai disana, kini aku sudah sampai di Bandara Soekarno Hatta, aku menunggu dengan penuh harap.
Aku menunggu dan berdiri di depan pintu melihat semua orang yang lalu-lalang, kakiku terasa letih berdiri seharian, tapi aku tak mempedulikannya, aku hanya ingin segera bertemu denganmu, hatiku berkecambuk tak karuan.
Akhirnya aku melihatmu dengan mata kepalaku sendiri, kamu memakai jas hijau dan celana jeans hitam, rambutmu yang sudah begitu panjang, kamu mengucirnya ke belakang dan menyisakanya sedikit di bahumu, hatiku bergetar seperti saat aku pertama kali bertemu denganmu dulu.
Rasa cinta ini masih utuh untukmu, dan tak pernah hilang sedikitpun.
Kamu mengeluarkan ponsel dan menelpon seseorang yang disuruh Indah tadi, aku berdiri di hadapanmu dan mengangkat telponmu.
"May"sapaku lirih dan berlinang air mata.
Kamu begitu kaget, dan menjatuhkan tasmu, kamu langsung memelukku dan menciumku, aku memelukmu dengan erat dan tak melepaskanmu, rasa rindu ini tak bisa terbendung lagi, kami begitu saling merindukan hingga tak mempedulikan orang disekitar kami.
***
"She is gone, sorry, we can't reach her"polisi itu berbicara di telpon dengan Andre, ia sangat marah dan membanting ponselnya.
"Haahh bagaimana mungkin, oh tidak, kenapa bisa seperti ini"ujar ayahmu yang mendadak sakit jantung dan pingsan.
"Pa, papa"teriak ibumu.
***
Di dalam pesawat kamu terus menggenggam tanganku, dan aku tersenyum menatapmu.
"Aku nggak nyangka, mamaku melakukan semua ini untukku"
"Ibumu pasti sangat menyayangimu"ucapku.
***
Satu bulan kemudian.
Kami berdua tinggal di sebuah rumah kayu dipinggir pantai, pagi itu kamu masih tertidur lelap, tapi sebuah suara membangunkan mu.
"Archhhh haduh"teriakku yang terluka karna mengiris sayuran.
Kamu bangun dan melihat ku sudah tak ada disampingmu, kamu bergegas ke arah suara itu, aku di dapur memegang tanganku yang berdarah.
"Sayang kenapa ini?"kamu mengisap darah dari tanganku mencoba menghentikan pendarahannya.
Kamu menyuruhku duduk di sofa, kamu mengobati lukaku dan menempelkan plaster, aku hanya memandangmu dengan murung.
"Kenapa sih sayang, coba ngomong?"
"Aku pengen saat kamu bangun tidur, aku sudah menyiapkan sarapan untukmu, aku juga ingin melakukan sesuatu untukmu, tapi semua yang kulakukan tidak penah berhasil"ucapku geram.
Kamu memelukku.
"Sayang, aku tu menerimamu apa adanya, dan aku tidak menuntutmu lebih, aku tidak ingin kamu merasa terbebani"
"Tapi aku juga ingin membantumu"
"Baiklah, besok aku akan mengajarimu memasak, bagaimana"
Aku mengangguk, kamu ingin menciumku tapi aku menolaknya.
"Sayang belum gosok gigi ah"aku menutup hidungku.
"Kalau gitu tunggu aku ya"kamu segera berlari ke kamar mandi dan menggosok gigimu.
Aku segera pergi ke ruang tamu menghidarimu, kamu yang sudah selesai menyusulku lagi.
"Sini sayang, mau lari kemana kamu"kamu mencoba menangkapku.
"Yeeee, kamu nggak akan bisa nangkap aku"aku masih berlarian menghindarimu.
Kamu berlari dan akhirnya menangkapku.
"Achh lepasin, lepasin sayang"aku meronta dalam pelukanmu.
"Aku nggak akan nglepasin kamu"kamu membaringkan ku di sofa.
Kamu langsung menghujaniku dengan ciuman, aku mencubit pipimu dan tersenyum padamu.
"Aku bahagia akhirnya bisa disini bersamamu, menghabiskan waktuku bersamamu, hanya itu yang kuinginkan darimu, terima kasih karna sudah mencintaiku"ucapmu padaku.
"Aku juga bahagia bersamamu, kalau bukan karna dirimu, aku tidak akan disini bersamamu, terima kasih karna sudah mencintaiku dengan tulus"
Aku menarik lehermu, dan menciummu dengan mesra, kamu mencium leherku dan meraba-rabaku, kamu mencium bibirku lagi, dan aku memelukmu dengan erat.
***
Di luar rumah.
"Sayang aku akan menelpon orang tuaku ya, mereka pasti ingin tau kabar kita, aku juga akan menelpon Vika dan Dona"
"Ehmm, iya telpon aja"kamu disampingku.
Aku menelpon mereka.
"Sayang, akhirnya kamu menelpon juga, ibu sama ayah sangat merindukanmu, bagaimana kabarmu disana"
"Bu apa itu kak Nessa?"tanya Mella dan duduk bersama ibunya.
"Kami berdua baik kok bu, aku juga kangen banget sama kalian"
"Kaka ini aku Mella, ingat aku kan"
"Ingat dong Mella sayang"
Vika dan Dona pun bergabung.
"Nessa gimana kabarmu?"tanya mereka berdua.
"Kami semua baik kok, maaf ya karna lama nggak ngasih kabar"
"Iya si May mana kok nggak kelihatan?"tanya Vika.
"Ini aku disini kok, salam semuanya"sapamu.
"Eh May, apa kamu sudah bikin keponakan yang cantik untukku?"celetuk Vika.
"Vikaaaa"teriakku.
"Ada kok Vik, itu dikamar banyak kok dipasang"
"Lah dikira boneka, dasar kamu May"
Kami semua pun tertawa.
Setelah menelpon keluargaku, aku menyarankan untuk menelpon keluargamu.
"Ma, gimana kabar mama?"
"Oh May, akhirnya kamu telpon juga, bagaimana keadaan disana, apa kamu dan Nessa menyukai rumah itu"
"Kami sangat menyukainya ma, terima kasih ma, bagaimana kabar papa?"
"Ehm, papamu baik-baik aja kok, hanya kadar gulanya naik, sekarang lagi istirahat"
"Salam buat papa ya ma"
"Iya sayang, Nessa mana? Mama belum pernah ketemu ama dia lo, apa kamu tak ingin mengenalkannya pada mama"
"Halo tante, ini saya Nessa"sapaku
"Wah cantiknya, pantas saja May begitu menyukaimu, tidak seperti Bella dulu"
"Bella"ucapku menatapmu.
"Maaaa, kenapa bahas dia sih!"
"Oh iya mama lupa sayang, maaf ya Nessa"
"Nggak papa kok tante, itu kan masa lalunya May"
"Ya udah kalau gitu, mama mau ngerawat papamu dulu ya, kalian hati-hati disana ya"
"Iya ma"kamu menutup panggilanmu.
Aku murung karna mendengar nama Bella.
"Jadi ibu kamu juga kenal Bella"
"Ehmm, iya aku pernah bawa dia pulang kerumah"
"Lalu apa saja yang kamu lakukan dengannya? Apa kamu juga tidur dengannya?"
Kamu menatapku, lalu merangkulku.
"Dulu kan kami masih SMA, jadi aku tidak sampai tidur dengannya, kami hanya berciuman"
"Apa kamu yakin?"
"Yakin sayang"
"Kamu tidak membohongiku kan?"
Kamu memegang pipiku.
"Aku tidak akan pernah membohongimu, aku akan mengatakan apapun yang ingin kamu ketahui, karna aku begitu mencintaimu"kamu mengecup bibirku.
Aku memelukmu dan membelai rambutmu.
"Aku juga sangat mencintaimu"
Kami berpelukan sambil melihat deburan ombak dari depan rumah kami, kini kami hidup berbahagia selamanya.
Cinta tidak bisa dipaksakan, kita tak pernah tau dengan siapa kita akan menjalin cinta itu, hati lah yang menuntun kita untuk mencintai seseorang, kita tak tau dia tua, muda, jenis kelamin, asalkan kita bisa berbahagia bersama kenapa tidak.
Tamat
358Please respect copyright.PENANA2RP6L4hcGz