Zus Mia mengerjap-ngerjapkan matanya. "Eh . . . tidak ! Eh, iyaa! Tetapi nggak apa-apa, kan!
“ Kamu bersedia, kan ! Memberikan kebahagian padaku!" ujar Zus Mia agak gagap.
"Tentu saja! Siapapun akan siap memberikan kebahagiaan pada Zus Mia yang cantiknya selangit begini!" kata Benny.
Zus Mia tertawa-tawa kecil ketika Benny mengecupi bibir dan seluruh wajahnya bertubi-tubi. Mendapat giliran pula lehernya yang jenjang merangsang.
Lalu pentil-pentil susunya yang tegak merangsang. Uf! Ternyata menggeluti Zus Mia mempunyai keasyikan tersendiri.
Buah dadanya lebih besar dan lebih padat pada milik Tante Dewi. Pentil susunya pun lebih besar dan merangsang! Demikian pula bukit kemaluannya.
Lebih mumbul. Hanya saja, rambut kemaluannya tidak selebat milik tante Dewi dan Aningsih!
"Bennnnn! Ehg. Auk Ah . . . !!!"
Zus Mia menjerit sejadi-jadinya bilamana kepala zakar Benny yang bengkak dan besar itu menyeruak lobang vagina Zus Mia yang sangat kecil dan sempit.
Zus Mia merasakan sakit amat sangat. Ini dimaklumi, karena Zus Mia belum pernah merasakan senjata yang besarnya seperti kemaluan kuda !
Bennnnnn ! Ss Sakittt Hhhsss . . . !!" kata Zus Mia berkelojotan.
"Tahankan, Mia. Tahankan!" ujar Tante Dewi sambil. memegangi kedua kaki Zus Mia.
"Nanti pun kau akan merasakan enak. Tahankan, sayang !"
Benar saja. Kalau tadi, Zus Mia merasakan sakit luar biasa, lama kelamaan rasa sakit itu hilang, berganti dengan rasa enak luar biasa.
Sudah tentu Zus Mia senang sekali, Gerakan-gerakan memutar pantat dan pinggulnya sungguh romantis,
Seirama dengan ayunan-ayunan pantat Benny yang naik turun dan sesekali melakukan gerakan memutar yang aduhai.
"Ouch., Bennnn! Enna Ahh, sayang ahh . . . !" demikian ujar Zus Mia berulang-ulang.
Benny tersenyum sambil terus juga menyerbu bukit kemaluan Mia yang indah menantang. Tante Dewi yang menyaksikan adegan itu jadi terangsang.
Segera dia berdiri, mengangkangi kepala Zus Mia. Ditariknya kepala Benny. Benny mengerti.
Tante Dewi ingin agar Benny mengerjai kemaluan Tante Dewi dengan mulutnya.
"Ayoh, Bennn! Cium punyaku ! Aku juga sudah tidak tahan ahhh . . . !" ujar Tante Dewi dengan suara sengau tak menentu.
Benny melakukan dua macam kesibukan.
Sementara kemaluannya menerobos keluar masuk belahan daging Zus Mia, mulutnya dengan mesra menciumi bukit kemaluan Tante Dewi yang sudah mekar menantang.
"Bennnn ! Ahhh! Terusss, Bennnn! lyyyy akhhh . . . ! "Zus Mia terus meracau.
"Aduh, Bennnn ! Enaknya! Terus Ssh. sayanghh! Kelentitnya, Bennnn ! Iyyy Aaahhhh! Nah, itu, tuh! Uf! Hmmm, . . . nyem! Nyem! Gigit, Bennnn! Gighhhiuitttssss . . . !!" Tante Dewi juga meracau sambil menekan belakang kepala Benny, sehingga hidung dan mulut lelaki muda itu masuk seluruhnya ke belahan kemaluan Zus Mia yang mekar semekar-mekarnya.
"Blesssss!"
"Hmhhh !!"
Berbagai suara, ditingkah dengan berkecipaknya zakar Benny yang timbul tenggelam, terdengar sangat merdu dan mesra.
Mulut vagina yang sempit itu ikut monyong ketika Benny menarik senjatanya dan sampai kempot melesak ke dalam pada waktu Benny mengamblaskan zakarnya.
Lama mereka bertarung mati-matian, sampai akhirnya Tante Dewi yang terlebih dulu kejang. Tante Dewi menekan belakang kepala Benny sekuat-kuatnya, sambil menjerit histeris.
"Bennnnn! HhhhuUUu keluarrr . . . !!! Sshhh . . . aakkhhh . . . !!" dan Tante Dewi sambil setengah berdiri, meliuk-liuk seperti orang kesetanan ! Kepalanya terlempar ke sana-ke mari. Dengkulnya gemetar sekali. Punggung setengah menekuk, bagaikan udang tangannya meremas-remas dan menjambak jambak rambut benny sampai lelaki itu merasa sakit. Namun bercampur kenikmatan. Pada saat itu pula. Benny merasakan semburan-semburan lahar panas. Tante Dewi segera jatuh tergelimpang dengan lemasnya. Namun penuh puas!
Benny masih bertarung dengan Zus Mia. Dua menit setelah jatuhnya Tante Dewi, Zus Mia menjerit-jerit histeris.
Tubuhnya berkelojotan, seperti ayam disembelih.
Menggelepar-gelapar. "Oukh, Bennnnn! Aku keluarrr ahhh!!! Ssshhh, Bennn! Akkhhh! Ennnnn Aaahhhh !” dan Zus Mia tidak lagi mampu mempertahankan bentengnya. Bobol seketika. Lahar menyembur-nyembur. Mata Zus Mia terbeliak-beliak.
Cuma kelihatan putihnya saja. Kuku-kukunya yang panjang-panjang itu, mencakar-cakar punggung Benny sampai berdarah!
Zus Mia segera lemas setelah mencapai puncak kenikmatan. Namun Benny sendiri belum, Benny masih terus menaik turunkan pantatnya dengan bersemangat.
"Oukh, Ben! Akkhhuuu lemassss Lettttiih Isti . . . rahattsss duluuu, Bennnnn! !!" Zus Mia merintih-rintih.
"Sebentar, Zus. Tanggung, nih! Mau enak, Zus! Tahankan!" ujar Benny tersendat-sendat.
"Ampun, Bennnn! Ampun ! Jerit Zus Mia tidak mampu menahan dahsyatnya hujaman penisku di vaginanya yang semakin banjir.
Tetapi mana mau Benny memperdulikan rintihan-rintihan Zus Mia. Malah Benny semakin ganas dan bersemangat menghujamkan batang kemaluannya.
Zus Mia meronta-ronta. Benny menekan tubuh Zus Mia dengan tangannya. Dan zakarnya terus juga bekerja.
Blassssh ! Slesssepsss !Srrrt! Blassshhhh ! !!" Ampun, Bennnn ! Ampun !"
"Sebentar, Zus . . .!" aku makin mendorongkan penisku masuk kedalam vaginanya.
Dari letih, lemas dan tidak bertenaga, akhirnya Zus Mia jadi bernafsu lagi, karena bukit kemaluannya terus menerus diserbu habis-habisan oleh zakar Benny yang perkasa.
Dan Zus Mia pun mulai menggoyang goyangkan pinggulnya, memutar mutar romantis. "Bennnnn, . !! Akh, kau sungguh perkasa dan pintar. Aku jadi nafsu lagi.
Enak lagi, Bennnnn!!" Zus Mia mengeramasi rambut Benny. Dan mereka pun terus bertarung, mendaki bukit yang terjal.
Lima belas menit kemudian, barulah keduanya mencapai orgasme secara bersamaan.
"Sssshhhh! Akkkhhuuuu kelluuuarrr, ssshhh . . . ! Akkkkhhhh !! Oukh !!" dan Benny menggeram hebat bagaikan harimau lapar bertemu lawan.
Kedua lengannya yang kekar memeluk dan menekan tubuh Zus Mia sekuat-kuatnya, sehingga Zus Mia merasakan tubuhnya remuk seketika.
"Oukh, Ben! Ahhhhh jugaaaaa keluarrr . . . sssh, akhhhhh !"
Banjirlah lorong vagina yang sempit itu, sehingga sebagian menetes-netes ke luar, membasahi sprei.
Semprotan-semprotan bertubi-tubi telah menyemburkan cairan yang luar biasa banyaknya, saling bercampur kental, hangat dan licin!
“ Hmmmmmh, benar-benar sorga dunia!
Benny segera tergelincir dari tubuh Zus Mia.yang ngos - ngosan nafasnya.
Tubuhnya yang putih bersih basah dengan keringat.
“ Kamu sangat hebat, Ben !” puji Zus Mia yang baring disamping Benny
2005Please respect copyright.PENANAErHclabItc