Setiap wanita yang berstatus istri pasti memiliki impain besar. Dan impian terbesarku memiliki anak dari suamiku. Kuharap dia mampu menanamkan benihnya di dalam rahimku.
Sudah lebih satu setengah tahun aku merasa kesepian setiap malam menjemputnya. Kesunyian dan keheningan hanya itu yang aku rasakan. Apalagi bila hujan turun, lengkaplah kesendirianku. Paling-paling ia menonton sinetron atau malahan pergi menuju ke peraduan.
Suaminya sudah meninggal tiga tahun yang lalu. Suami satu-satunya teman bercanda, ngobrol, curhat dan lebih dari itu tempat memberikan kehangatan saat di peraduan.
“ Mami sudah ngantuk ya ?” tanya Rinto padaku saat itu kami tengah berbaring diatas ranjang.
“ Belum, memangnya ada apa pi “ jawabku pada suamiku yang berbalik dan langsung memelukku.
Rinto langsung mengecup bibir tebalku, tanpa memberikan kesempatan buatku untuk bersiap - siap.
Akhirnya aku membalas lumatan bibirnya di bibirku. Lidah kamu bertemu dan saling memilin didalam mulutku. Sambil berciuman, tangan - tangan Rinto melepaskan seluruh pakaianku. Sampai akhirnya tubuhku dalam keadaan telanjang bulat.
Sepertinya suamiku ini telah dibakar nafsu, dia bergegas membuka celana pendeknya dan celana dalamnya. Memperlihatkan senjatanya yang berukuran sedang, tetapi agak bengkok ke atas.
Rinto segera naik ke atasku dan menindih tubuh yang sudah siap untuk dimasuki.
Dia memposisikan senjatanya itu di bibir kewanitaanku. Setelah dirasakan tepat, dia memasukkan senjatanya langsung terbenam seluruhnya.
“ Akhhh…..shhh….ahhh……pi……lakukan….buatlah sesuka papi” desahku merasakan tusukan senjatanya di dalam lubang kewanitaanku.
Karena ukurannya yang sedang mungkin membuat senjatanya tidak mengalami hambatan, namun yang sangat terasa karena milik suamiku yang bengkok ke atas memberikan sesuatu yang lain.
Rinto mulai memanjakan aku, dengan tusukan dan sodokan lembut pada lubang kewanitaanku yang membuat aku mampu mendesah nikmat.
“ Ahhh….ahhh…..ahhh…pi, tekan lebih dalam…ahhh…” aku meracau merasakan tusukan senjatanya. Kupeluk erat tubuh Rinto dengan kedua kakiku melingkar di pinggulnya.
“ Ahh….ahhh….punyamu enak mi…ahhh….” desah Rinto disela - sela kegiatannya menindih tubuh yang naik turun.
Dia terus menggenjotkum sesekali menghentakkan pantatnya agar senjatanya bersarang jauh di dalam rahimku.
“ Piiiiiii….ahhh….nikmat……..shhh…….” aku tak mampu menahan rasa nikmat dari permainan suamiku. Dia semakin cepat menggoyangkan pantatnya naik turun.Hingga saatnya kurasakan lubang kewanitaanku berkedut - kedut menambah rasa nikmat dari permainan panas kami.
“ pii, aku mau keluar…ahhh…..ahhh…….” aku bergelinjang hebat saat senjata suamiku kurasakan mentok di dalam sana.
“ Ahhh…iya sayang…papi..juga mau keluar..ahhh…” ucap suamiku yang semakin cepat memompaku dari atas.
Crott…crott…
Akhirnya suamiku menembakkan cairan hangat kentalnya menyiram rahimku. cairan itu memenuhi rongga kewanitaanku.
Malam itu kami sama - sama capai setelah 2 kali bercumbu.
Tapi sayang, suamiku tidak memberikan keturunan. Padahal, perkawinan sudah lebih dari tujuh tahun tapi ia tidak hamil juga.
Ia pun pernah periksa kepada dokter ahli kandungan secara diam-diam. Hasilnya ia dinyatakan sehat.
Orangtuanya sudah kembali ke Gorontalo untuk menikmati masa tuanya. Bisnis jualan baju telah diserahkan kepadanya. Ia ditemani Ginah sebagai asisten rumah tangga yang merangkap membantu jualan baju dan Pardi, sopir pribadinya.2373Please respect copyright.PENANA5D3HJivZkQ
Kini, usianya memasuki tiga puluh tiga tahun. Ia bermaksud untuk mencari pendamping, ia masih mendambakan kasih sayang dan kehangatan lelaki. Dengan pendamping itu, ia berharap dapat menjadi ibu yang sebenarnya, melahirkan anak dari rahimnya.
Beruntung aku ikut group WA “ Grup Gorontalo.” Anggotanya lumayan banyak terutama orang-orang dewasa yang berasal dari kota tersebut. Dari WA itulah aku bersua kembali dengan Parman, cinta pertamaku semasa duduk dibangku SMA. Dia telah menjadi duda ditinggal mati istrinya saat melahirkan anak pertamanya. Obrolan dengannya beralih dari chat di group ke Japri.
Suatu ketika aku menerima chat darinya.2373Please respect copyright.PENANADZyXrx4Kc3
“Endang, bagaimana kalau cinta kita terdahulu kita sambung lagi?” memulai percakapan di chat.2373Please respect copyright.PENANAn0q0F7iRzC
“Maksud Mas Parman kita menikah?” tanyaku pada Parman dari seberang telepon2373Please respect copyright.PENANAQfT63VuHAs
“Lha iya. Tapi aku sudah bawa anak satu, apakah Endang mau?” tanyanya pada Endang2373Please respect copyright.PENANAGD34ka5Td0
“Yo.., gak papalah, malahan aku senang untuk teman bermain.
Aku dapat merasakan menjadi seorang ibu.”
“Terus kalau kita kumpul, apakah Endang mau tinggal di Gorontalo?” kembali Parman bertanya padanya
“Ya…, aku ngikut saja Mas Parman. Istri kan mesti nurut sama suami.” jawab Endang pada Parman
Jantungnya berdetak, hatinya mekar bagai bunga yang sedang memamerkan keindahannya. Benang-benang cinta yang pernah disulam akan dirajut kembali.
Hidup bersamanya di tanah kelahirannya bukan lagi mimpi indah di siang hari.
Ia menerawang saat-saat indah bersamanya. Waktu itu, ia kelas satu dan dia kelas dua SMA di desanya. Dia orangnya romantis, pandai bergaul dan lebih dari itu dia memang pandai di sekolah. Ada dua gadis yang menaksirnya, Tini dan Parni, tapi dia lebih memilihku. Katanya, wajahku mirip Widyawati, bintang film favoritnya. Cukup banyak kenangan indah bersamanya. Satu kenangan yang tidak terlupakan hingga kini, ciuman pertama dengannya di Waduk Gajah Mungkur. Dia menggenggam tanganku dengan erat, menyusuri jalan setapak di bawah rerimbunan pohon yang berada di pinggir waduk. Dia menghentikan langkahnya di bawah pohon mahoni, menatapku dengan tajam.
“Endang, aku mencintaimu, apakah engkau mau jadi istriku?” Patman mengulang pertanyaan untuk mendapatkan kepastianku2373Please respect copyright.PENANAsrbVIK7lcW
Kata itu yang selalu kutunggu selama hampir satu tahun pacaran dengannya.2373Please respect copyright.PENANAx7uMsfMjBO
“Aku juga cinta sama Mas Parman.” jawabku2373Please respect copyright.PENANAcMImk4Zd7t
“Endang, engkau belum jawab pertanyaanku, maukah engkau jadi istriku?” Parman kembali bertanya.2373Please respect copyright.PENANA71V9FCPIwz
“Tentu saja aku mau. Aku sangat bahagia kalau jadi istri Mas Parman.” jawab Endang dengan hati yang penuh kemantapan
Dia mencium keningku dengan lembut dan perlahan mencium bibirku. Mataku terpejam, badanku gemetar bagai kesetrum 3 watt, jantungku berdetak dengan kerasnya. Aku bagai terbang ke angkasa, hampir saja aku terjatuh kalau dia tidak memegang badanku. Ciuman pertama menjadi kenangan yang tidak akan hilang tertelan waktu.
Namun hubungan dengannya terputus karena ia terpaksa mengikuti kepindahan orangtuanya yang mengadu nasib di Jakarta. Ia tidak berani melawan kehendak orang tuanya. Ia pun pasrah ketika takdir menentukan dia dan aku harus terpisah. Akhirnya komunikasi diantara kami pun putus.
Namun dalam perjalanan hidupnya ketika ia sudah jadi janda dengan usia yang sudah tidak muda lagi mimpi kebahagiaan tumbuh kembali. Doanya untuk memperoleh teman hidup dikabulkanNya. Bahkan, olehNya ia diberi jodoh mantan kekasihnya.2373Please respect copyright.PENANArsl5B5u44u
“Ya Allah, Engkau sungguh Maha Pengasih.”
Tidak seperti biasanya, sebelum menuju ke peraduan, ia ingin melihat malam yang biasanya dibencinya. Kali ini terasa lain. Bulan didampingi bintang-bintang kecil yang jumlahnya tak terhitung memancarkan sinar lembut. Ia merasa mereka memberikan senyuman kepadanya. Juga, ia pun merasa binatang malam bernyanyi untuknya. Suara burung hantu, kodok, jangkrik dan binatang malam lainnya terasa merdu di telinganya.Malam ini dirasakannya sangat berbeda dengan malam - malam sebelumnya.
Satu bulan menjelang hari perkawinan, hampir setiap minggu ia berbelanja berbagai keperluan untuk dirinya, untuknya dan juga untuk keperluan keluarga yang akan dibangunnya.
Tiga minggu sebelum acara perkawinan, Parman telah mentransfer uang untuk berbagai keperluan perkawinan. Memang sudah menjadi tradisi bagi orang Gorontalo biaya penyelenggara perkawinan sepenuhnya ditanggung oleh pihak perempuan. Ia menginginkan perkawinannya diselenggarakan di “Balai Pernikahan”, gedung pertemuan terbaik di Gorontalo yang dapat menampung cukup banyak undangan. Ia juga sudah pesan kepadanya untuk menyewa Event Organizer terbaik di Gorontalo. Alasannya biarlah EO itu yang mengurus segala peralatan hingga di hari Hnya nanti..2373Please respect copyright.PENANAwdeYsPgUxN
Hari itu, lima belas hari sebelum acara perkawinan, ia begitu gembiranya. Ia bersama Pardi dan Ginah ke Gorontalo untuk mempersiapkan acara perkawinannya.
Sepanjang perjalanan, beberapa kali Parman menelepon dirinya.2373Please respect copyright.PENANAFvALku5HKS
“Endang sampai mana?” tanya Parman padaku yang masih diperjalanan.2373Please respect copyright.PENANA8LNQ7rBG9v
“Baru sampai di Manado Mas.”jawabku
“Sampai Gorontalo kira-kira sampai jam berapa?” Parman tidak henti - hentinya bertanya2373Please respect copyright.PENANAPe55MqBePz
“Pagi Mas, sekitar jam 07.00 an.” jawabku2373Please respect copyright.PENANAoFl6AtDBZu
“Hati-hati di jalan, pagi nanti sekitar jam 09.00 an aku ke rumah Ibu.”
Paginya, dia tepat datang ke rumahnya dengan mengendarai sepeda motor. Di tangan kirinya terlihat balutan perban.2373Please respect copyright.PENANAoNWFR8ad28
“Mas Parman kenapa tangan kirinya.”merasa khawatir melihat balutan perban di tangan kirinya
“Sehabis dari Bank mengambil uang kiriman darimu, ditengah jalan Mas Parman dirampok dua orang. Beruntung saat itu ada yang membantu Mas Parman. Mereka sempat melukai tangan Mas Parman, namun mereka tidak sempat mengambil uangnya.”2373Please respect copyright.PENANA3H32gZGPYc
“Terus perkawinan kita bagaimana?”2373Please respect copyright.PENANANMso14modB
“Ya.., tetap berlanjut.”
Perkawinan berlangsung sesuai jadwal. Acaranya meriah, tamu yang hadir cukup banyak. Senyum ditebarkan kepada para undangan yang memberi ucapan selamat.2373Please respect copyright.PENANAr9kMxRbUUG
“Selamat Endang, akhirnya engkau dapat nikah juga dengan Mas Parman.” Kata Tini.2373Please respect copyright.PENANA3Edt8k5GhI
“Terima kasih Tini.” balasku dengan senyum bahagia2373Please respect copyright.PENANAZZBEvxLRDC
“Selamat Endang, aku iri kepadamu. Tidak dapat jejakanya dapat dudanya.” Kata Parni.2373Please respect copyright.PENANAA0BySoqMqB
“Terima kasih Parni.”
Bulan madu seperti yang telah ia rencanakan, napak tilas di Puncak. Berdua berjalan bergandengan tangan menyusuri jalan setapak menuju pohon mahoni. Kami berhenti tepat di bawah pohon mahoni, melihat gambar tanda percintaan yang telah diukir di pohon tersebut. Gambarnya masih kelihatan meski semakin samar. Keduanya berpandangan sambil tersenyum. Parman menggenggam kedua tangan dan menatap mataku.
Setelah resepsi pernikahan selesai, aku dan Mas Parman langsung menuju ke hotel yang telah di bookingnya. Di Dalam kamar, aku tidak sabar lagi menunggu sentuhan lembut Parman. Aku ingin tubuh ini kembali merasakan cumbuan seorang laki - laki.
Aku membuka gaun pengantin, hingga menyisakan Cd dan bra berwarna putih bersih. Kusengaja membuka gaunku dihadapan parman, agar gairah Parman bangkit dan segera meraihku kedalam pelukan hangatnya.
Namun itu tidak dilakukannya. Dia hanya diam di atas pembaringan sambil menatap ke arahku.
“ Mas !” kataku dengan penuh kelembutan dan naik keatas ranjang dan baring di sampingnya.Aku meraba dada bidangnya dengan penuh kemesraan. Namun Mas Parman hanya diam saja tanpa meresponku.
Mengecup bibirnya, namun Mas Parman menepisnya.
“ Maaf Sayang, aku capek “ alasannya.
“ Malam ini malam pertama kita, Mas”
“ Apakah kau tidak ingin melewati malam ini dengan kemesraan?” tanyaku pada Mas Parman yang menutup kedua matanya.
“ sekali lagi maaf, aku capek banget. Kita istirahat saja malam ini “ pintanya padaku.
Akhirnya aku hanya bisa mengalah, dan akhirnya ikut tertidur sambil memeluk tubuhnya.
Keesokan harinya kami .jalan - jalan menelusuri puncak. Kami berhenti di bawah pohon mahoni untuk melepas lelah.
“Endang, sebenarnya luka di tangan kiri Mas Parman tidak seberapa, tapi tendangan perampok yang mengenai selangkangan itu yang menakutkan.” Mas Parman mulai membuka suara
“Mas Parman telah divonis oleh dokter tidak dapat melakukan kewajiban sebagai suami.” jelas Parman padaku dengan nada sedih.2373Please respect copyright.PENANAx2K67btCHc
Aku kaget mendengar penuturannya. Pantas saja saat malam pengantin dilalui tanpa cumbu rayu darinya. Dia hanya bilang sangat capai.
“Endang kita duduk di sana,” katanya sambil menunjuk bangku kosong yang tidak terlalu jauh. Mereka pun duduk di bangku yang warnanya sudah kusam.2373Please respect copyright.PENANAv4Q7SxuRbK
“Endang, apakah perkawinan kita lanjutkan atau kita hentikan saja sampai disini.” lanjut Parman pada sambil memandangku.2373Please respect copyright.PENANAz6w4rDi0IC
Untuk beberapa saat Parman diam.
“Mas Parman, perkawinan kita tetap berlanjut. Endang sudah bahagia bersama Mas Parman.”2373Please respect copyright.PENANAYWDjCNRNpu
Namun sebenarnya telah terjadi pergumulan dalam hatinya apakah perkawinan diteruskan atau dihentikan. Mas Parman sudah tidak bisa memberikan keturunan, untuk apa sebuah perkawinan dilanjutkan?” Batinku berperan di dalam sana
Tuhan telah menakdirkan lelaki cinta pertamanya sebagai suaminya tapi Tuhan pula yang menakdirkan ia tidak akan memperoleh anak darinya. Sungguh ia tidak tahu apa rahasia dibalik itu semua.
Ia menyandarkan kepala di bahunya dan tidak berapa lama ia pun tertidur di pangkuannya. Ia masih berharap suatu saat suaminya dapat menciumnya dan menaburkan benih di rahimnya.
2373Please respect copyright.PENANAk8YA7K7r7i