#2 Perspektif577Please respect copyright.PENANAeFXuD47ZcG
577Please respect copyright.PENANAL7WH2aqHd5
Klakson-klakson kendaraan saling bersahutan. Aku memandang ke keluar jendela mobil. Kota Pekanbaru terlihat indah di malam hari. Di bahu jalan, muda-mudi saling berkasih di bawah cahaya lampu. Pedagang kaki lima menyebar di setiap tempat, membuat riuh ramai kebersamaan.577Please respect copyright.PENANA7oMjhiYkpD
577Please respect copyright.PENANAI5FPj5CvRb
Dimas fokus menyetir, sesekali ia bersenandung. Aku menoleh ke arahnya. “Abi gak ada kesibukan, kan?” tanyaku, memastikan. “Kalau sibuk kita putar balik aja.”577Please respect copyright.PENANAW2J71QblU6
577Please respect copyright.PENANAb6lXQarLoU
Dimas menggeleng. “Engga, umi.” Pandangannya masih ke depan, fokus ke arah jalan.577Please respect copyright.PENANAMvN2OCspbR
577Please respect copyright.PENANAzNgU5h9ycm
Aku tersenyum, lalu kembali memandang keluar jendela mobil. Jalanan ini mengingatkan ku tentang banyak hal. Dahulu, di tahun pertama aku menikah. Aku dan Dimas menyimpan banyak kenangan di pinggiran jalan. Dulu kami berdua tidak punya cukup uang untuk makan di restoran bintang lima, atau tempat megah lainnya. Alternatif yang kami pilih adalah angkringan di tepian jalan, dengan riuh orang-orang, aroma sate bakar, di tambah dengan berisik kendaraan lalu-lalang.577Please respect copyright.PENANADYppxge53V
577Please respect copyright.PENANAbtUkhilYIV
Aku rindu suasana itu. Sekarang, kami tidak punya cukup waktu untuk bernostalgia tentang masa-masa awal pernikahan. Tapi aku cukup bangga dengan suamiku. ia mempunyai daya juang yang cukup besar, sehingga kami bisa sampai pada titik ini, ya, walaupun tidak kaya-kaya banget.577Please respect copyright.PENANAmHTIhDOc2I
577Please respect copyright.PENANAf1AStezU3X
Kami berhenti Di sebuah Gedung dengan halaman yang luas. Dimas memarkirkan mobil berdempetan dengan mobil lain. Aku dan Dimas segera membuka pintu mobil dan turun. Sejenak kupejamkan mataku, menikmati suasana.577Please respect copyright.PENANAHbGt2ehABn
577Please respect copyright.PENANAwsHh8BJeWU
Dimas melangkah terlebih dahulu. Sementara Aku melangkah pelan sambil memperhatikan sekitar. Di samping Gedung, banyak sekali stand makanan, minuman, dan lainnya. Di tambah dengan riuh pengunjung yang saling berdesakan. Bau-bau keringat saling berbaur menjadi satu. Terdengar juga suara tawa dari kejauhan. Bazar, memang selalu semegah ini.577Please respect copyright.PENANASvN9WnJqaM
577Please respect copyright.PENANASktlmVSxma
Dimas berhenti sebentar dan menoleh kebelakang. Ke arahku. Aku menyengir, pastilah ia menyuruhku untuk berjalan cepat. Buru-buru aku menghampirinya. Aku sendiri belum memutuskan mau berbelanja apa. Bazar ini tidak melulu perihal makanan atau minuman, beragam jenis terdapat di sini. Pakaian, perlengkapan sekolah anak, buku-buku bekas, dan lain-lain.577Please respect copyright.PENANAaPnYxFEwG4
577Please respect copyright.PENANAr2acOKEUAI
Aku dan Dimas terus melangkah berdampingan sambil memutuskan mau berbelanja apa. Suasana ramai membuatku harus hati-hati berjalan, khawatir menabrak pengunjung lain. Aku memepetkan bahuku ke bahu Dimas. Dimas melirik-ku dan tersenyum, kemudian ia melingkarkan tangannya ke pundakku. Kami terus melangkah. Tak lama kemudian, Kami berhenti di sebuah stand minuman.577Please respect copyright.PENANAPwjeOxliOD
577Please respect copyright.PENANAlAktf5Zu3I
“Pop ice rasa mangga satu, sama rasa cokelat satu,” kata Dimas sambil menatap beragam rasa dari pop ice yang tergantung.577Please respect copyright.PENANAGcRlESvojl
577Please respect copyright.PENANATJvkX5MqS4
Aku mengulum senyum. Dimas masih tahu perihal rasa kesukaanku, dan itu cukup untuk membuat pipiku merona.577Please respect copyright.PENANA6RrJG1SjA2
577Please respect copyright.PENANA5rX1weLjcJ
Si penjual mengangguk. Dengan piawai ia memasukan bubuk pop ice dan juga es batu ke dalam blender. tak lupa ia tuangkan air sebagai perantara. Tak lama, ia jentikan jarinya ke tombol penghancur, sepersekian detik itu pula terdengar suara bentrokan es batu dan bubuk pop ice yang menyatu bersama air. Warung sebelah tak ingin kalah, suara letupan-letupan minyak membahana. Di tambah dengan riuh pengunjung yang berbelanja. Aku bisa merasakan lalu-lalang yang intens di belakangku. Dari remaja, pemuda, sampai orang tua. Semuanya membaur menjadi satu.577Please respect copyright.PENANAcIHFXHvj52
577Please respect copyright.PENANAm3bdaJiqNW
Si penjual menyodorkan dua cup pop ice yang di bungkus dengan plastik putih, tak lupa ia tersenyum ramah kepada kami berdua.577Please respect copyright.PENANAkUKg2J5V7f
577Please respect copyright.PENANAJjtqOqFQsU
“Makasih.” Dimas meraih pop ice itu, lalu mengeluarkan dua lembar uang pas, dan menyodorkan kepada si penjual.577Please respect copyright.PENANAPxiKuAez8D
577Please respect copyright.PENANAVqmTxtyOGS
Kami kembali melangkah, berdampingan. Aku menyesap pop ice dari sedotan, perpaduan manis coklat mendinginkan tenggorokanku. Sambil melangkah, kami mengobrol sedikit perihal akan membeli apa lagi.577Please respect copyright.PENANATry2AT8pox
577Please respect copyright.PENANAcneNq9myRD
“Mau ke tempat Fajar, mi?” Dimas melirik kiri-kanan.577Please respect copyright.PENANAvou1VJoaEZ
577Please respect copyright.PENANAZse59cuCyx
Aku mendongak ke arahnya. “Fajar buka stand, bi?”577Please respect copyright.PENANAnAx40ycvJw
577Please respect copyright.PENANAPVevaMaob6
“Dia jaga stand buku.”.577Please respect copyright.PENANAPVhWvC3cvI
577Please respect copyright.PENANAmqInP3lfeu
Aku mengangguk. Sudah tiga hari lamanya aku tidak bertemu sahabat anakku itu. Dimas menggenggam tanganku. Hangat. Aku tersenyum sambil membalas genggaman tangannya. lalu Kami menuju stand Fajar sambil berpegangan tangan layaknya pengantin baru.577Please respect copyright.PENANAXMhofDAgzz
577Please respect copyright.PENANANX3b9r2oSp
Dari kejauhan, aku bisa melihat sosok remaja tinggi yang tak lain adalah Fajar. Stand bukunya lumayan ramai, ia terlihat sibuk melayani pembeli. Tak sabaran, aku mempercepat langkah. Membuat Dimas harus menyamakan langkahnya dengan langkahku.577Please respect copyright.PENANAzUaqn0Idii
577Please respect copyright.PENANAwBGQuqt28X
Tibanya di stand buku Fajar, aku memanggilnya dengan riang. “tante baru tahu kamu jaga stand buku, lho.” Aku melirik ke bawah, tumpukan-tumpukan buku berjejer rapi di atas meja. Kemudian aku melirik ke kanan, di rak kecil terdapat beragam buku juga. Di samping kanan pun sama.577Please respect copyright.PENANAkrmat4hIU6
577Please respect copyright.PENANAodTDemzb9h
Fajar berdiri menyambut kehadiran kami. Ia melirikku dan Dimas bergantian. “Om-tante. Mau beli buku?”577Please respect copyright.PENANAnNaaz1m90I
577Please respect copyright.PENANAghnkcDKEJs
Dimas memperhatikan tumpukan buku di meja. ia mengangguk-angguk. Lalu menunjuk salah satu buku. “Jar, om beli yang ini.”577Please respect copyright.PENANAraZdP829oj
577Please respect copyright.PENANAKX1cs5i8zp
Sigap Fajar meraih buku itu, dan mengemasnya ke dalam plastik merah. Dimas merogoh dompet dan menyodorkan satu lembar uang.577Please respect copyright.PENANAmdeIRYQUKp
577Please respect copyright.PENANAnz0pD2g4O7
“Gratis, om.” Tolak Fajar.577Please respect copyright.PENANAef6tglr1qE
577Please respect copyright.PENANA6LzFCbzVwm
Dimas tersenyum. “Udah, ambil aja.” Tangannya masih terangkat.577Please respect copyright.PENANAelsHz4Wc2I
577Please respect copyright.PENANANGW7G5iDYb
Fajar meletakan kantung kresek itu di atas tumpukan buku. Dimas menggeleng, menurunkan tangannya, lalu meraih kantung kresek di meja. “Makasih, ya, Jar.”577Please respect copyright.PENANA5HyFRjkggg
577Please respect copyright.PENANA65Va4rwnqn
Fajar menggangguk. Aku hanya memperhatikan mereka sedari tadi. Sesekali aku melirik Fajar, begitupun Fajar. Kami seperti saling mencuri-curi pandang.577Please respect copyright.PENANA8J3V5QCBCs
577Please respect copyright.PENANAVDlqtJL8C5
“Tunggu bentar, Mi.” Aku menoleh ke arah Dimas. Ia merogoh ponselnya, kemudian beranjak menuju tempat sepi. Aku membiarkannya saja, barangkali ada telepon penting.577Please respect copyright.PENANA0KdXmTquGQ
577Please respect copyright.PENANAPGrgItwkE8
Fajar memindahkan bangku di belakangnya ke samping bangkunya. Sambil tersenyum ia mempersilahkanku duduk. Aku melangkah melewati cela kecil di samping kanan, dan duduk di sebelahnya. Duduk berdua dengannya membuat degup jantungku berdetak cepat, tidak seperti biasanya.577Please respect copyright.PENANAQNpndl3DSd
577Please respect copyright.PENANAg3j0JZBseL
Jejak kaki terdengar ribut seperti angin topan yang melanda desa. Di tambah dengan lalu-lalang orang-orang di hadapanku. Tapi, yang membuatku betah adalah aroma harum kertas yang menyeruak cuping hidungku.577Please respect copyright.PENANATHnsoYnymM
577Please respect copyright.PENANAQEDhsvYmb0
Seorang lelaki menghampiri Stand tempat aku berada. Fajar berdiri dan tersenyum kepadanya. Lelaki itu melirikku sekilas. Ia berbisik kepada Fajar. “Pacarmu, Jar?” Walaupun bisik itu kecil dan suara pengunjung lain begitu riuh, tapi aku masih bisa mendengarnya.577Please respect copyright.PENANAmCmNeP95Zs
577Please respect copyright.PENANAAQpwJmUBks
“Istri saya,” Fajar balas berbisik. Sekilas ia melihat ke arahku.577Please respect copyright.PENANAPKKpOc8eF1
577Please respect copyright.PENANAJzJdgE1LAf
Aku menelan ludah. Anehnya aku tidak marah dan justru merasa senang. Aku tidak tahu kenapa. Lelaki itu tersenyum kepadaku. Aku membalas senyumnya.577Please respect copyright.PENANAcocee5qjEZ
577Please respect copyright.PENANAUc0z4MIjKB
Setelah melayaninya, Fajar lekas duduk di sampingku. Aku menatapnya dengan tajam. “Tante denger, lho.” Aku menyilangkan kedua tanganku di depan dada.577Please respect copyright.PENANA0RlO6GXthj
577Please respect copyright.PENANAdyxybsrET8
Fajar terlihat gelagapan. “Emang Fajar bilang apa tadi, Tan?”577Please respect copyright.PENANAX0kqEOaeNT
577Please respect copyright.PENANAwxAXYyM5vc
“Kamu bilang Tante istri kamu.” Aku mengernyitkan wajah memasang ekspresi garang.577Please respect copyright.PENANA3lUZzNLLwP
577Please respect copyright.PENANAbtzBQkD7k9
“Tante salah dengar kali.” Fajar bertahan, matanya lekat memandang lalu lalang orang. Ia terlihat gugup, seperti maling yang keciduk. Belum sempat aku menginterogasinya lebih lanjut. Dimas terlebih dahulu datang.577Please respect copyright.PENANAQrtfuWWPES
577Please respect copyright.PENANAq4BCX8J6bd
“Mi, abi ada urusan mendadak.” Dimas meringis sambil menggaruk hidungnya.577Please respect copyright.PENANAja7V3stdSW
577Please respect copyright.PENANAdzaQMSsK8Z
Aku menghela nafas. “Jadi, mau pulang?” aku berkata dengan wajah cemberut.577Please respect copyright.PENANAGE77TAdiFK
577Please respect copyright.PENANAViDlEriI3q
Dimas berdehem sebentar. Ia melirik Fajar sekilas. “Jar, nanti kamu bisa anter tante pulang? Om ada urusan.”577Please respect copyright.PENANAubypWW0lpr
577Please respect copyright.PENANA3F7hrwZ7gH
Aku menoleh ke Fajar. Menunggu jawabannya.577Please respect copyright.PENANAgAYutBfGPE
577Please respect copyright.PENANADbeSwZkK1d
“Dengan senang hati, om,” Jawab fajar sambil berdiri, lalu menunduk sopan.577Please respect copyright.PENANAp85vjBrFTe
577Please respect copyright.PENANAMZU17fgx7h
Dimas melirikku. “kalau umi masih mau di sini, nanti pulangnya sama Fajar, ya? Abi gak bisa lama-lama. Maaf ya, mi.”577Please respect copyright.PENANAQqo7vJ5uxf
577Please respect copyright.PENANAC8Y10in9HV
Aku mengangguk tidak rela, tapi mau tak tamu aku harus membiarkan suamiku yang super sibuk itu kembali berkutat dengan pekerjaannya.577Please respect copyright.PENANARZFoOmDBp1
577Please respect copyright.PENANAJki5q3X47W
Aku dan Fajar kembali ke dalam obrolan. Menit berlalu. Obrolan kami semakin intens. Obrolan kami kadang terhenti sejenak, Sebab Fajar haris melayani pembeli. Lalu kami jatuh dalam obrolan lagi. Menit ganjil menjelma genap. Obrolan semakin serius. Deru kaki pengunjung lain mulai mereda.577Please respect copyright.PENANAHhrhG6XPzg
577Please respect copyright.PENANAbXwpzNxFe3
“Kamu rencananya mau lanjut kuliah atau kerja, Jar?” tanyaku, menoleh ke arahnya.577Please respect copyright.PENANAXerFTdQV2G
577Please respect copyright.PENANAuPyOwSNC3M
ia tersenyum. Sebuah senyum yang jika aku lihat dengan dalam, memancarkan sebuah kesedihan. “Fajar gak lanjut, Tan.”577Please respect copyright.PENANAeJtk7jIhBu
577Please respect copyright.PENANAeBToPOEOWa
Aku menyedot pop iceku. “Sayang banget, sih, Jar. Kamu tuh anaknya rajin, lho,” kataku. Jujur saja, menurutku pribadi, Fajar sangatlah pintar. Ia bisa beradaptasi dalam kondisi apapun.577Please respect copyright.PENANAK20GpCbefE
577Please respect copyright.PENANApKdkzAJnAp
“Fajar juga maunya gitu, Tan. Pengen kaya teman-teman yang lain. Tapi, mau gimana lagi?” ia tertawa, getir. Kemudian melanjutkan, “terkadang, keadaan membuat seseorang mati langkah.” Ada racikan duka yang kurasakan di setiap kalimatnya. ia berkata lagi. “Sebagian orang terlahir beruntung. Sebagian lagi, hanya menghiasi mereka yang beruntung,” ia terkekeh, getir.577Please respect copyright.PENANA9y7wUbky1Z
577Please respect copyright.PENANA8coBBALlyu
Akhirnya aku bersuara. “Menurut tante, setiap orang beruntung, kok. Ya, kalau belum beruntung berarti coba lagi.”.577Please respect copyright.PENANAGMpcoK1vdN
577Please respect copyright.PENANABt0dB1sbyE
Hening sejenak. Derup langkah tidak terdengar lagi. Pengunjung kian menyepi. Hembusan angin menerpa wajahku, wajahnya, dan setumpuk buku. Fajar berdiri, menoleh ke arahku.577Please respect copyright.PENANA7MnpsdIsxb
577Please respect copyright.PENANA497qZaRnQM
“Udah sepi, tan. Waktunya tutup,” katanya. “Tante gak masalah, kan, kalau bantuin Fajar berkemas?”577Please respect copyright.PENANA1NiO0IQQOd
577Please respect copyright.PENANAAuqaVY9tPV
Aku ikutan berdiri. tersenyum kepadanya. “Dengan senang hati,” kataku, riang.577Please respect copyright.PENANAWorTV7aWuA
577Please respect copyright.PENANAWP32s516O0
***577Please respect copyright.PENANASKEn1T8ONI
577Please respect copyright.PENANASzInML2fhL
Kami berdua berjalan bersampingan, menuju sepeda motor Fajar yang terletak di belakang Gedung. Hening malam seperti ini teramat kusukai. Jauh dari berisik kendaraan. Angin berhembus kencang di kemalaman, Bangku-bangku di depan setiap Stand sudah sunyi tak berpenghuni.577Please respect copyright.PENANAfasRtxIKJQ
577Please respect copyright.PENANAU0FQ3STwgU
“Pernah naik motor, Tan?” Tanya Fajar sesampainya kami di depan motornya.577Please respect copyright.PENANAyEw10PbgSp
577Please respect copyright.PENANAwblqYvOWuT
“Waktu kuliah, tante sering naik motor, kok.” Jawabku.577Please respect copyright.PENANAJbvLvqPqEJ
577Please respect copyright.PENANAOqbbLcNszP
Fajar menyodorkan helmnya kepadaku. Aku menatapnya heran. “Kamu aja yang pakai. Kan kamu yang bonceng.”577Please respect copyright.PENANAIzjzeLAk4b
577Please respect copyright.PENANAI6Ol7GJuYu
Fajar tersenyum, kemudian mendekat ke arahku. Aku tercekat. Jarak kami dekat. sangat dekat. Ia mengangkat kedua tangannya dan memasangkan helm di kepalaku. Degup jantungku seakan mau melompat keluar. Bau keringatnya menyeruak cuping hidungku. Aku menelan ludah. Sudah lama aku tidak pernah diperlakukan seromantis ini.577Please respect copyright.PENANAkRXxffSAgJ
577Please respect copyright.PENANApdgmTay8M4
“Pakai, ya, tan.” Fajar membungkuk sedikit. Mensejajarkan wajahnya dengan wajahku. Wajah kami terlalu dekat. aku bisa merasakan hembusan nafasnya.577Please respect copyright.PENANAd1APvC9kXM
577Please respect copyright.PENANANl3u6zW5kd
“Debaran jantung tante kedengaran, lho.” Fajar mengedipkan mata. Aku bisa merasakan pipiku memanas. Fajar berkata lagi. “Pipinya juga merah.” Ia mengulum senyum.577Please respect copyright.PENANAIvcUbEMDJT
577Please respect copyright.PENANAUCV9R9zqb2
Aku menunduk menyembunyikan semburat rona di wajahku. Tak ada satupun kata yang mampu keluar dari mulutku.577Please respect copyright.PENANA0iSQpY6ECF
577Please respect copyright.PENANAmCbnPF2okK
“Ayo tan.” Fajar sudah siap di atas motor. “Jangan salting mulu.” Ia kembali menggodaku. Dengan pipi yang masih merona, aku menaiki motornya.577Please respect copyright.PENANAcAKrxM4HF3
577Please respect copyright.PENANA4vwWS0GXcS
“Duduknya jangan jauhan, nanti jatuh, lho,” Fajar menoleh sekilas ke belakang.577Please respect copyright.PENANAZPBSaRSr6F
577Please respect copyright.PENANAoxs3SORyes
Aku memukul pelan punggungnya. “Nyebelin!”577Please respect copyright.PENANAq3yrYFUMhP
577Please respect copyright.PENANAKlgs8ezbPg
Fajar malah terkekeh. Aku meletakan tanganku di depan dada, menjadi penyangga antara dadaku dan punggungnya. Ia memacu gas, perlahan kami menembus udara malam.577Please respect copyright.PENANA4gqvQAcvky
577Please respect copyright.PENANAyExdRKyGKu
Di spion motor, aku bisa melihat senyumnya. Sebuah senyum yang membuatku malah ikut tersenyum. Berisik knalpot motor di depan dan belakang kami, seakan menjadi pengiring musik perjalanan.577Please respect copyright.PENANAsaMUy0hquN
577Please respect copyright.PENANARM5vD6cxom
Aku berpaling kanan-kiri, hotel-hotel menjulang tinggi. Bunyi-bunyi klakson saling bersahutan tak mau mengalah. Warung bakso, nasi padang, mie ayam, terlihat ramai. Gerombolan remaja berjalan di bahu jalan, saling tertawa.577Please respect copyright.PENANAxT6HIuycYj
577Please respect copyright.PENANAbWje7kghk2
Aku menatap wajahnya dari spion, tak di sangka, ia malah melirik ke spion dan tersenyum. Sepersekian detik, aku memalingkan wajahku, kembali menatap jalanan. Remaja itu selalu membuatku tersipu dan salah tingkah. Entah kenapa.577Please respect copyright.PENANAfea0RGXnOj
577Please respect copyright.PENANASzJSQhH5Nj
***577Please respect copyright.PENANACH3VooMFto
577Please respect copyright.PENANAoQOHKq2rP9
Kami tiba di rumah. Aku turun dari motor. Melepas helm dan mengembalikan kepada Fajar.577Please respect copyright.PENANAdKqdGVDqNA
577Please respect copyright.PENANAPt7kGIf2mb
“Mau mampir dulu, Jar?” Tawarku.577Please respect copyright.PENANAqJFDH22Olk
577Please respect copyright.PENANAovvYgR5xND
Sambil mengenakan helmnya, Fajar menyahut, “Besok aja, deh, Tan. Mau pulang dulu, capek.”577Please respect copyright.PENANAzsDbofg0P1
577Please respect copyright.PENANA6y71tqiceq
Aku membalas senyumnya. “Hati-hati, jangan ngebut.”577Please respect copyright.PENANAfVijamuGV5
577Please respect copyright.PENANAAyYwctnPOI
Fajar mengangguk, melambaikan tangan. “Pulang dulu ya, tan.” Fajar meliuk-kan motornya. Sebelum ia menancap gas, ia menoleh kebelakang, lalu membuka kaca helm.577Please respect copyright.PENANAynYVHnvPbk
577Please respect copyright.PENANAvvEPD2Ppho
“Oh, iya, tan. Perihal bisik-bisik tadi. Fajar bilang sama teman Fajar, kalau tante istri Fajar.” Fajar berkata dengan lugas. Aku tergagap. Fajar melanjutkan. “Fajar tahu, kok, tante udah tahu.” Ia mengedipkan matanya.577Please respect copyright.PENANABAhBQEN5Fk
577Please respect copyright.PENANAg02OaKTobc
Untuk yang tidak tahu keberapa kalinya pipiku kembali memanas. Dan desir itu kembali datang, lagi dan lagi. Dua detik kemudian, terdengar suara knalpot motornya. Ia menancap gas, keluar dari pekarangan rumah, lalu menghilangkan dari pandanganku.577Please respect copyright.PENANAeSNhTsnsA2
577Please respect copyright.PENANAOnAjK6m4I0
Aku berbalik dan melangkah menuju pintu dengan wajah yang kian merona. Tak bisa dipungkiri, bahwa aku sangat menikmati kebersamaan bersama Fajar. Ada sebuah gejolak dalam jiwaku yang meletup ketika Remaja itu menggodaku. Sedetik kemudian aku tersadar, lantas aku menggelengkan kepala. Engga, engga boleh.577Please respect copyright.PENANAcgrrP6RjfJ
577Please respect copyright.PENANA68Rt95tRnL
Tiba aku di ruang tamu. Aku memperhatikan Adit, anakku, yang sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel. Lekas aku menghampirinya, lalu duduk di sampingnya.577Please respect copyright.PENANAPaTJ5ysehp
577Please respect copyright.PENANA6sTbe8LtGF
“Abi udah pulang?” tanyaku kepadanya.577Please respect copyright.PENANA3G5xLwHS4g
577Please respect copyright.PENANA1UyjaPia9F
“Belum, mi.” Adit menjawab singkat, matanya masih fokus ke layar ponsel.577Please respect copyright.PENANA6sTUHReNMi
577Please respect copyright.PENANAwMC9aSOuUu
Aku menghela nafas. “Adit, kalau umi ngomong, bisa gak stop main hp?”577Please respect copyright.PENANAcXPD2Db9qp
577Please respect copyright.PENANACpPy00ZE0Z
Dengan raut wajah muram, Adit meletakan ponsel di atasnya meja. “Iya, mi, iya. Maaf, Adit salah.”577Please respect copyright.PENANAgmTuNkO0lT
577Please respect copyright.PENANAQb1lUEBKqd
Aku malah terkekeh. Melihatnya seperti itu membuatku tergelitik.577Please respect copyright.PENANAalN88p0AsS
577Please respect copyright.PENANALnUHDCBcVA
Adit merubah posisi duduknya menghadapku. Wajahnya terlihat antusias. “Umi mau tau gak?”577Please respect copyright.PENANAKRTNWG11u9
577Please respect copyright.PENANADEn2qLcWmU
Aku mengernyit heran. “Gimana umi mau tahu. Kamu belum ngomong apa-apa.”577Please respect copyright.PENANAwDHEA0pmDN
577Please respect copyright.PENANAqA73UlgzjX
Adit tertawa ringan. Matanya sedikit membesar, seakan ingin menyampaikan sebuah berita penting. “Barusan pacar Fajar, chat Adit, katanya dia lihat Fajar bonceng cewek.”577Please respect copyright.PENANAJiTV7q8Ldz
577Please respect copyright.PENANAxtRrvdqcIw
Aku membenarkan posisiku. Entah kenapa aku malah tertarik. “Terus?”577Please respect copyright.PENANA0eQkbmCtXh
577Please respect copyright.PENANAC5YFoY32wb
Adit melanjutkan. “Fajar selingkuh Umi. Adit gak habis fikir sama Fajar.” Adit menepuk jidatnya.577Please respect copyright.PENANA4Ylct3bpfC
577Please respect copyright.PENANAeBO8baIDMG
Aku tertawa sambil memegang perutku. Anakku malah bingung. Aku mengambil nafas sejenak. “Bilang sama pacarnya Si Fajar, yang dibonceng Fajar, itu Umi.”577Please respect copyright.PENANA7iWmiBTDWG
577Please respect copyright.PENANAvP9mYlPRzN
Giliran Adit yang tertawa. “Udah Adit duga.” Adit menggelengkan kepala, Kemudian ia meraih ponselnya. Aku menggeser tubuhku bersentuhan dengan bahu anakku.577Please respect copyright.PENANAJOkleyGNLa
577Please respect copyright.PENANANb1cSAEna3
“Kamu chatingan sama pacarnya Fajar?” tanyaku fokus menatap layar ponsel Adit.577Please respect copyright.PENANAZUVCTK3E85
577Please respect copyright.PENANA2F1qqKr6Jx
Adit menarik ponselnya menjauh dariku. “Ih, umi, kepo banget urusan anak muda.”577Please respect copyright.PENANAXq01mj5HJv
577Please respect copyright.PENANAevvkivNI3J
“Umi penasaran doang,” kataku.577Please respect copyright.PENANAveATxWQ5zA
577Please respect copyright.PENANAj39Jx8A1jU
“Kan umi yang nyuruh Adit buat bilang sama pacarnya Fajar.”577Please respect copyright.PENANAlD3FN3d07l
577Please respect copyright.PENANAOatlRLIs6P
Entah kenapa, ada sebuah tusukan kecil dalam hatiku. yang membuatku merasa gundah. Apakah itu cemburu? Aku tidak tahu.577Please respect copyright.PENANAWTCR42IYBN
577Please respect copyright.PENANAlcbsjL8B6E
Kemudian, Aku bergeser empat jengkal menjauh dari anakku. Memberi ruang privasi kepadanya. Fajar sudah punya pacar, ternyata. Mengetahui kenyataan itu membuatku sedikit merana. Terus kenapa dia memperlakukanku dengan romantis begitu? tapi, yang lebih anehnya, kenapa aku harus marah? Aku bersikap seolah-seolah sedang jatuh cinta kepadanya. Lantas aku menggeleng-geleng. Engga, Engga boleh. Aku udah punya suami.577Please respect copyright.PENANAv7YpOqyhQO
577Please respect copyright.PENANA7xXzz7HCDc
“Umi kenapa?” Adit menatapku heran.577Please respect copyright.PENANA9a6RQCQlmu
577Please respect copyright.PENANAG8f1TLQsb7
Aku memasang wajah galak, berpura-pura. “Umi lagi kesal sama abi!” aku malah menyalahkan suamiku, padahal yang membuatku kesal adalah sahabat dari anakku sendiri.577Please respect copyright.PENANAmrJ4E73Uc0
577Please respect copyright.PENANA5dWOgsaqbr
Adit hanya terkekeh, kembali menatap layar ponsel. Aku berkata lagi, sedikit galak, “Awas aja kalau kamu ketahuan sama umi kalau pacaran.”577Please respect copyright.PENANAtZXmw8QkGc
577Please respect copyright.PENANAGXgWQVAwfV
Adit menoleh. “Iya umiku yang paling cantik.”577Please respect copyright.PENANAtF3Z9PBgxJ
577Please respect copyright.PENANA9oe8NnlQIJ
Aku tersenyum lebar, lalu mengusap kepalanya lembut. “Itu baru anak umi.”577Please respect copyright.PENANATMWt8xyyNn
577Please respect copyright.PENANArxaSrmPrHD
Sebenarnya, aku bukan tidak menyuruh Adit berpacaran, atau dekat dengan perempuan. Aku sendiri akan mengiyakan jika dia sudah bisa memilih keputusan dengan baik. Bukan juga aku menormalisasikan perzinahan. Aku tidak ingin mengekang kebebasannya. Yang aku bisa, hanya menasehatinya, dan menjauhkannya dari larangan-Nya.577Please respect copyright.PENANAAKgfX6UTKX
577Please respect copyright.PENANAPp3FP8Rhjs
***577Please respect copyright.PENANAgMYg76fK3Y
577Please respect copyright.PENANA2CmZUrf7k8
Aku berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit kamar. Entah kenapa pikiranku masih berkecamuk perihal Fajar. Ada yang menjanggal di benakku.577Please respect copyright.PENANAm4liOyc84u
577Please respect copyright.PENANAEceSky0xxn
Aku menoleh ke samping, wajah Dimas terlihat terlelap. Entah kenapa ada racikan bersalah ketika aku melihat wajahnya. Bisa-bisanya aku memikirkan pria lain sementara dia berada di sampingku. Bukankah itu adalah perbuatan dosa? entahlah, hanya tuhan yang tahu.577Please respect copyright.PENANANENN8rRioh
577Please respect copyright.PENANA7bhEoaXKO1
Sayup-sayup suara terdengar berisik. itu pastilah anakku yang sedang bermain console game tengah malam begini. Jika sudah begini, aku harus turun tangan. Mana pula besok ia harus sekolah. Aku beranjak berdiri, melangkah menuju pintu kamar.577Please respect copyright.PENANAmWawarq9Rk
577Please respect copyright.PENANAAblHKRquRn
Sayu suara itu saling bersahutan. Selintas aku berfikit, jangan-jangan itu Fajar? Tapi, bukankah ia berkata ingin pulang? Untuk memastikan, aku melangkah cepat menuju kamar anakku.577Please respect copyright.PENANAll97Ydj2Z0
577Please respect copyright.PENANAP6EAdPWRPy
Tebakanku benar, Adit dan Fajar sedang asik bermain console game.577Please respect copyright.PENANA6LJGqNZ0ka
577Please respect copyright.PENANAxYVFdnd7n6
“Udah malem, gak ada puas-puas-nya main game.” Aku berdiri di tengah pintu, menatap tajam mereka bergantian.577Please respect copyright.PENANAaM6rxMEMKY
577Please respect copyright.PENANAn5ImUzsO69
“Lo sih Jar berisik.” Adit menoyor pelan baju fajar.577Please respect copyright.PENANAazOw81bOUX
577Please respect copyright.PENANAzaAsOxP52k
Fajar menatapku lekat. Aku memalingkan wajah, tak kuat akan tatapannya. “Kalian lekas tidur, besok sekolah.” Aku berkata sambil memalingkan wajah.577Please respect copyright.PENANAvvugjoIuM3
577Please respect copyright.PENANADx2LgZ1h9W
Adit mendengus, beranjak bangkit dan berbaring di ranjang. Sementara fajar mendekat ke arahku. Otomatis aku mundur satu langkah, mempersilahkannya. Sekilas, ketika ia melewatiku, ia melirikku dengan senyum simpul. Yang aku tak paham maksudnya. Bagai tersihir aku mengekor di belakangnya, sementara pintur kamar anakku, kubiarkan terbuka.577Please respect copyright.PENANAjRATALnWsA
577Please respect copyright.PENANAwIpG72vkKR
Fajar berhenti di ruang tamu dan duduk di sofa. Ia mendongak menatapku. “Kenapa tan?”577Please respect copyright.PENANA5TzFq1GKv1
577Please respect copyright.PENANAWfSxt8LIvs
Aku tergagap. “Susah tidur,” jawabku sedikit kikuk.577Please respect copyright.PENANAqKE5h2dIPV
577Please respect copyright.PENANAT6qeA8WCXo
Fajar hanya ber-oh saja. Aku duduk di sofa, berhadapannya dengannya. Hening menyapa. Fajar merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebatang rokok lalu membakarnya.577Please respect copyright.PENANAXcyHfh7tzh
577Please respect copyright.PENANAloD0GwWUKn
“Tante baru tahu kalau kamu merokok,” kataku memecah hening di antara kami.577Please respect copyright.PENANAntA71Ms0Yk
577Please respect copyright.PENANAXQ3yVpmeD1
Fajar mengepulkan asap. “Jarang, kok, tan. Palingan kalau pengen aja.”577Please respect copyright.PENANAka8WnTDKku
577Please respect copyright.PENANAPO2pY77qT6
Aku mengangguk. “Oh, iya. Tadi ada kejadian lucu tauk.” Aku terkekeh. “Waktu kamu bonceng tante, pacar kamu ngira, kalau tante selingkuhanmu.”577Please respect copyright.PENANAdfixpPYC2l
577Please respect copyright.PENANATw8f5Go3Nf
“Adit udah cerita, tan,” Fajar berkata singkat. Kemudian ia berdiri, beranjak duduk di sampingku.577Please respect copyright.PENANA4qMGSe2p9j
577Please respect copyright.PENANANBLg9VEoRh
Aku menelan ludah dan bergeser sedikit.577Please respect copyright.PENANAEs8nZbwW6i
577Please respect copyright.PENANAU4yV3OoyBt
“Tante cemburu?” dia menoleh.577Please respect copyright.PENANAjxTjmxjO6Y
577Please respect copyright.PENANArj85bdHjaN
Aku menggelengkan wajah, tak berani aku menoleh dan menatapnya.577Please respect copyright.PENANAk44R9jjY7h
577Please respect copyright.PENANAdBmGeYFEjS
Fajar bergeser semakin dekat. Aku kembali menelan ludah. Semuanya terasa hening, suara detik jam terasa melengking. Ia kemudian mengendus area ketiakku. Entah kenapa aku membiarkannya, padahal perbuatan itu tidak pantas.577Please respect copyright.PENANAYWdNgJUehY
577Please respect copyright.PENANARIFks1oyyK
“Tante bau ketek.” Ia bergeser agak menjauh.577Please respect copyright.PENANA9xN1V3AzSl
577Please respect copyright.PENANArlvNMt6ddu
Sontak aku menatapnya tajam. “Tante udah mandi!” Aku berkata ketus.577Please respect copyright.PENANA5qsKUd6sTY
577Please respect copyright.PENANAe15xDXUtDH
Fajar malah terkekeh. Ia kembali mendekat ke arahku. “Lagian tante di tanya diem doang. Kaya ngomong sama tembok.”577Please respect copyright.PENANA7Hcl2cdCAq
577Please respect copyright.PENANApOTW3HM1x8
Aku menyahut. “Lagian pertanyanmu aneh!” Aku memalingkan wajah, sebal.577Please respect copyright.PENANAxgDLzzguhL
577Please respect copyright.PENANAlRW2HjWyb5
“Aneh atau memang iya?” Fajar terus mencecer. “Tante juga gak nolak waktu aku endus ketiaknya.”577Please respect copyright.PENANAjZmk7bwNaV
577Please respect copyright.PENANA5i7GJVH59b
“Jangan aneh-aneh, deh, Jar.” Aku berkata dengan nada sedikit tinggi. Bagaimanapun juga, ia sudah melampaui batas. Dan Jujur saja, aku tidak ingin terlampau jauh.577Please respect copyright.PENANAG7luO0yhZz
577Please respect copyright.PENANAJnuuTHExNz
Fajar tak menghiraukan. Dia malah menggodaku lagi. “Bau ketiak tante enak lho. Fajar suka. Harum.”577Please respect copyright.PENANAOVqoVUaE0S
577Please respect copyright.PENANAMbkWcNbRdt
Aku merasa terhina atas perkataanya barusan, tapi entah kenapa aku masih ingin terus berbincang dengannya. Tapi, aku tidak mau obrolan kami mengarah ke hal tabu.577Please respect copyright.PENANAhnJlNvVXZE
577Please respect copyright.PENANAqMxBRWGeC7
“Bahas yang lain, Jar. Tante gak suka bahas hal kaya gitu.” Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.577Please respect copyright.PENANAA12CfrzebG
577Please respect copyright.PENANA8u1ybl8sG0
Fajar masih kekeuh. Kali ini ia semakin berani. Dengan lembut ia mengusap kepalaku bagai seorang ibu mengusap kepala anaknya. Lagi-lagi aku tak menolak, pun marah. Desir hangat itu kembali lagi, membelengguku dalam dosa yang aku sadari.577Please respect copyright.PENANAzaaxumo4fA
577Please respect copyright.PENANAG2FQeiR9xX
Fajar menarik daguku menghadapnya. Mata kami bertemu. Bagai berada di kutub utara, aku seketika membeku. Perlahan ku rasakan jemarinya berjalan lembut di pipiku, lalu menuju keningku. Aku hanya diam, membiarkan jemarinya menyelusuri seluk-beluk wajahku. Desir darahku bergejolak ketika jemarinya menapak jejak di bibirku. perlahan ia usap halus bibirku dengan jemarinya.577Please respect copyright.PENANAI7hU0kNboP
577Please respect copyright.PENANACGRJls8dTa
Entah kenapa, sentuhan lembut jemarinya di bibirku membuatku memejamkan mata. Tiba-tiba terdengar suara tertawa. Aku membuka mata, menatap bingung Fajar yang terkekeh.577Please respect copyright.PENANAMzPWEj5DFU
577Please respect copyright.PENANAdtfjJpc3qa
“Tante minta di cium?” Fajar bertanya dengan wajah gembira.577Please respect copyright.PENANAdMsISmMrCR
577Please respect copyright.PENANA3UxUhbnAr2
Aku menatapnya kesal. Ia seolah-olah mempermainkan perasaanku, dan itu sangat mejengkelkan sekali. Lekas aku berdiri. Fajar menarik tanganku, membuatku kembali duduk.577Please respect copyright.PENANAlj9RhT07Kb
577Please respect copyright.PENANATTcKwAyitR
Ia mendekat. Jantungku berdegup kencang. Lagi-lagi aku memejamkan mata, seakan rela jika ia mencumbu bibirku. Fajar malah berbisik, deruh nafasnya bisa kurasakan saking bibirnya dengan dengan telingaku.577Please respect copyright.PENANADZLth4knK5
577Please respect copyright.PENANAY0T8RsXdrd
“Besok pagi kerumahku, Tan.” Seketika aku merinding mendengarnya. Kerumahnya? Kenapa? Untuk apa?577Please respect copyright.PENANAHI8Iw19bz0
577Please respect copyright.PENANA2ocADL0EGN
Belum sempat aku bertanya, ia lekas beranjak berdiri sambil tersenyum kepadaku. Aku menatapnya penuh tanda tanya. Fajar malah berbalik, melangkah menujur kamar anakku.577Please respect copyright.PENANAVjosZzlJZK
577Please respect copyright.PENANATYZJk1ucUz
Pada sebuah cela kesadaraan, aku menyadari sesuatu. Bahwa aku jatuh cinta kepadanya, kepada sahabat anakku sendiri. Aku menghela nafas, dalam. Kamu gak boleh melanjutkan ini lagi. Laras, kamu harus sadar, kamu udah bersuami sekaligus ibu rumah tangga. Laras, kamu bisa. Ini semua dosa.577Please respect copyright.PENANAAQjlgaqoy3
577Please respect copyright.PENANA6fr9sZS1kM
***577Please respect copyright.PENANAS2gJ3e9ZZZ
577Please respect copyright.PENANAUgARNlrIyY
“Mati kau mati, kau akan terlahir berkali-kali”.577Please respect copyright.PENANAYPRRXFozk4
577Please respect copyright.PENANAhero5bVm3D
Sebuah kutipan yang aku ambil dari sebuah novel yang barusan aku baca. Aku memang kerap mengisi waktu soreku dengan membaca. Sejak dahulu, Ralat, lebih tepatnya sejak kecil, aku memang hobi membaca. Kebiasaan tersebut terbawa sampai sekarang.577Please respect copyright.PENANA2nqNKdZili
577Please respect copyright.PENANA8HYeVZGfpn
Aku mendongak ke atas, melirik jam dinding. Sudah pukul tiga sore. Sekiranya, aku menghabiskan waktu satu jam untuk membaca buku. Rumah sepi, Adit belum pulang. Di hari tertentu, seperti hari ini, selasa, Adit biasanya pulang pukul empat, sebab ia mengikuti sebuah eskul di sekolahnya.577Please respect copyright.PENANAVTt6NEYajg
577Please respect copyright.PENANA3oynfvmtDV
Semalam, Aku dan Dimas membahas perihal Pendidikan Adit. Bulan depan, ia sudah lulus. Adit sendiri memilih untuk melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Tentu saja aku dan Dimas mensupport hal tersebut. Pendidikan anak tetap nomer satu.577Please respect copyright.PENANAUdejIDgkcT
577Please respect copyright.PENANAEP4Bo9xCeJ
Dimas sedikit berbeda pendapat denganku. Aku sendiri ingin Adit masuk kuliah di kota ini. Sementara Dimas, menyuruhnya kuliah di Ibu Kota. Ya, apapun hasilnya yang penting dia kuliah.577Please respect copyright.PENANArOiszLFc8D
577Please respect copyright.PENANAe0zCKqwJpc
Aku kembali melihat jam dinding. Kemudian aku bangkit sambil meregangkan tangan, lalu menghela nafas secukupnya. Aku memutuskan untuk membuat kopi, caffein sangat ampuh untuk mencegah kantuk.577Please respect copyright.PENANAodFZgNAT8M
577Please respect copyright.PENANAMrUoFY39LA
Aku berjalan menuju dapur. Mengambil kopi hitam di selorakan meja dan juga gelas kaca. Sambil memanaskan air, aku kembali teringat soal pernyataan Fajar malam itu. Emangnya siapa dia? bisa memerintahku seenaknya begitu? Aku cukup merasa jengkel terhadap sikapnya yang seperti itu. bisa-bisa-nya dia menyuruhku untuk datang kerumahnya.577Please respect copyright.PENANA74DXcnRfE4
577Please respect copyright.PENANApbbQBgDwIg
Gemercik air bergemuruh kecil, sigap aku mematikan kompor gas. Lalu menuangkan air panas ke gelas, tak lupa sendok ku taruh terlebih dahulu. Fisika dasar, sendok bisa menjadi penghantar panas. Jika langsung kutuangkan tanpa sendok, kemungkinan gelas akan retak.577Please respect copyright.PENANAgrSRH0L1GJ
577Please respect copyright.PENANAhlTQMOlnVX
Aku kembali ke sofa ruang tamu dengan kopi hitam di atas meja. Duduk takzim sambil sesekali menyesap kopi. Aku menyukai kopi sudah lama. aku hanya sekedar penikmat saja, untuk jenis-jenis kopi, aku tidak terlalu tahu.577Please respect copyright.PENANAesk1gNpTMJ
577Please respect copyright.PENANACbZLUFky2I
Terdengar suara pintu terbuka. Adit tersenyum kepadaku dan beranjak mendekat.577Please respect copyright.PENANAKHj8zqfX6I
577Please respect copyright.PENANAgD27a3yP1T
“Umi, laper,” kata Adit sambil duduk di sofa, berhadapan denganku.577Please respect copyright.PENANAIul4zgfZTA
577Please respect copyright.PENANA72LypocIGp
“Umi udah masak ayam goreng, makan gih,” kataku.577Please respect copyright.PENANAEt6pAOtggv
577Please respect copyright.PENANAkuYaNz1cNp
Adit meletekan tasnya disampingnya. Wajahnya tampak kusam dan berminyak. “Fajar tadi ke sini, mi?” Tanya Adit.577Please respect copyright.PENANALg7l5RlUNQ
577Please respect copyright.PENANAM4v7RpAIVG
Aku menggelang.577Please respect copyright.PENANANEGc2aDM55
577Please respect copyright.PENANAfRehR2G6gB
“Dia gak sekolah tadi, tumben banget.”577Please respect copyright.PENANAgxYQ64jQMq
577Please respect copyright.PENANAv0NoiG0r9p
Aku ber-oh saja. “Mungkin lagi demam.”577Please respect copyright.PENANA6IDC3719XJ
577Please respect copyright.PENANApDs8CsXeQn
“Yaudah, mi. Adit mau makan dulu, laper.” Adit meraih tasnya kemudian berdiri.577Please respect copyright.PENANAlTFyULWcUo
577Please respect copyright.PENANA6GMQekWZ9b
“Ganti baju dulu, sayang,” kataku.577Please respect copyright.PENANAzw3cjO8Tql
577Please respect copyright.PENANAz95t46Rx0v
“Iya umiiii.” Adit melangkah menuju kamarnya,577Please respect copyright.PENANAQs4sJxzjZV
577Please respect copyright.PENANAR856hVxgkK
Aku kembali menyesap kopi. Aku sebenarnya tahu alasan Fajar tidak sekolah, ia pasti menunggu kehadiranku di rumahnya. Ia menyangka bahwa aku akan datang, mengenaskan sekali jika ia berfikir seperti itu. Aku bukanlah perempuan murahan yang akan tunduk kepadanya. Lagian, aku sudah mempunyai keluarga. Jadi, apapun yang dia lakukan, pasti akan sia-sia. Pasti.
Bersambung
577Please respect copyright.PENANAo0OsuUduwD