# 4 Sentuhan demi sentuhan
489Please respect copyright.PENANAigq71BCLDm
Pukul 18.28, setelah melaksanakan ibadah solat magrib, aku lekas kembali menuju ruang tamu, tapi tidak terlihat Fajar di sana. Aku membentangkan pandanganku ke seluruh penjuru ruang, mencari keberadaan remaja itu. Mungkin dia lagi keluar, pikirku. Kemudian aku beranjak menuju dapur dan memasak untuk makan malam.489Please respect copyright.PENANAI2NL9POISD
489Please respect copyright.PENANAho1pWImBHa
Aku mengambil dua potong ayam dan meletakkannya di satu piring. minyak sudah terlebih dahulu ku panaskan. Tak lama kemudian, gemercik minyak terdengar Meletus-melutus. Kumasukkan satu persatu sepotong ayam, lalu membolak-balik-nya dengan hati-hati.489Please respect copyright.PENANA62TLLrgdcq
489Please respect copyright.PENANAztfBHQ22rG
Tiba-tiba aku merasakan tangan yang melingkar di pinggangku. Lalu terdengar bisik yang membuat bulu kuduk ku merinding, “Cie masak buat Fajar.” Aku menoleh ke belakang sekilas, lalu kembali fokus memasak dan membiarkan Fajar memelukku.489Please respect copyright.PENANA2RyWM1Uv1Z
489Please respect copyright.PENANAdMyHg6FTGu
Aku terus membolak-balik-kan ayam, sementara Fajar terus memelukku dan sesekali mencium pipiku. Tapi, lama-kelamaan aku bisa merasakan kemaluan Fajar yang bergesekan dengan pantatku.489Please respect copyright.PENANA51TASid8Ki
489Please respect copyright.PENANAF2Ph5L551A
“Jar, Ih, tante lagi masak,” kataku.489Please respect copyright.PENANAFQKjJNNh6o
489Please respect copyright.PENANAOQmcNMrCpK
Fajar malah terkekeh, “Badan tante semok banget,” bisiknya di telingaku.489Please respect copyright.PENANAmx8khBbiOz
489Please respect copyright.PENANAo09jwbswhA
Jujur saja aku merasa bangga apabila di puji seperti itu. Harus ku akui bahwa tubuhku lumayan berisi, hanya saja cara berpakaian ku yang agamis yang membuat lekuk tubuhku tertutupi.489Please respect copyright.PENANALglq9O840L
489Please respect copyright.PENANA9sXUgXxDMf
Aku menggeser tubuhku dan meraih dua piring di selorok atas. “Jar, udahan,” kataku lagi.489Please respect copyright.PENANAlU27beOjAL
489Please respect copyright.PENANA0Di1Mv0AFd
Fajar beranjak menjauh lalu duduk di meja makan. Kemudian aku meletakan satu persatu ayam di kedua piring, dan mengambil nasi di kosmos samping. Aku melangkah ke meja makan dengan dua piring di kedua tanganku.489Please respect copyright.PENANAzW56Ufn5PT
489Please respect copyright.PENANArxZWW7nSff
“Ayo, makan,” kataku sambil meletakan satu piring di hadapannya.489Please respect copyright.PENANAfJm5OcS50C
489Please respect copyright.PENANAXhcdC8alSu
Fajar malah tersenyum menatapku. Aku memicingkan mata dan menatapnya kembali. “Kenapa?” kataku agak garang.489Please respect copyright.PENANAYGuKdCabNx
489Please respect copyright.PENANAbdncIexD0P
Fajar terkekeh. “Tante imut banget.”489Please respect copyright.PENANApLWJDvs5dp
489Please respect copyright.PENANAVeHiVSwbLH
Sontak kedua pipiku merona. Remaja itu selalu saja menggombal. “Udah-udah, makan, nanti ngomongnya.”489Please respect copyright.PENANAfXvqc8FBbB
489Please respect copyright.PENANAGhUTdyIvT8
“iya, sayang,” kata Fajar.489Please respect copyright.PENANAxFgoZsHxla
489Please respect copyright.PENANArh2z7v3n2b
Aku semakin merona. Panggilan sayang yang diucapaknnya mampu membuat degup jantungku tak karuan. Kemudian, kami menyantap makanan masing-masing. Suara sendok dan piring menjamu keheningan.489Please respect copyright.PENANAFqFemFalBt
489Please respect copyright.PENANAtquyDuLvbu
Tidak lama kemudian lauk habis tak tersisa. Aku menuangkan air di gelasku dan Fajar dan meminumnya.489Please respect copyright.PENANAVSEiJDwITt
489Please respect copyright.PENANAQunw2wWBjw
Fajar beranjak berdiri. “Main ps yuk tan di kamar Adit,” ajaknya.489Please respect copyright.PENANAePny6JOIfI
489Please respect copyright.PENANAzZmOg8L2OS
Aku menggeleng. “Bosan, ih.”489Please respect copyright.PENANAZPJKGWGPAB
489Please respect copyright.PENANAwQaoeLzfGj
“Ngobrol aja di ruang tamu.”489Please respect copyright.PENANAQH52TIpu5B
489Please respect copyright.PENANAVy9barYQkl
Aku mengganguk lalu melangkah di belakangnya. Kami duduk bersampingan di sofa. Seperti biasa Fajar melingkarkan tangannya di bahuku. Aku merasa sudah biasa atas perlakuannya yang manja seperti ini.489Please respect copyright.PENANAHl5rjhvYZM
489Please respect copyright.PENANAzfdds88Hro
“Mau ngopi lagi, Jar?” tanyaku.489Please respect copyright.PENANA4LhUxfT68h
489Please respect copyright.PENANATssCiS2ejx
Fajar menggangguk. Aku hendak bangkit, tapi kemudian ia menahan lenganku. “Fajar aja yang bikin, tan.” Katanya.489Please respect copyright.PENANA6ve2oRi9bE
489Please respect copyright.PENANAh0nxt9aF9Q
Aku tersenyum dan mengganguk. Lantas Fajar berdiri dan berjalan menuju dapur. Ada perasaan hangat ketika aku melihat punggungnya, sebuah perasaan yang sedikit bisa ku jelaskan, bahwa itu adalah percikan cinta yang timbul di hatiku.489Please respect copyright.PENANAKPAHu9L5kO
489Please respect copyright.PENANAgEMvIuJyGd
Ya, aku mecintainya, tapi aku juga mencintai semuaku. Memang kontradiktif, tapi itu apaadanya. Mungkin jika orangtuaku mengetahui yang kuperbuat sekarang pastilah mereka akan memukulku sebab yang kulakukan adalah dosa yang besar, berselingkuh sekligus berzina.489Please respect copyright.PENANAOXLZakbMTq
489Please respect copyright.PENANAkbuCSwW0nG
Selain itu, aku juga merasa teramat bersalah kepada suamiku. Tapi, entah kenapa, hasrat untuk bersama Fajar lebih kuat daripada dosa. Aku sedikit bingung, tak pernah sebelumnya aku melakukan hal seperti ini. Pun, aku terdidik dari kalangan yang agamis yang selalu mengajarkan moral dan etika sesuai agama.489Please respect copyright.PENANA6BIUoZQqRf
489Please respect copyright.PENANABN27bNqvYI
Semoga tuhan bisa memaafkan apa yang kuperbuat, mau bagaimanapun juga, aku masih percaya kepada-Nya, meskipun aku melakukan tindakan yang dilarangnya.489Please respect copyright.PENANAXZ54UtzpZU
489Please respect copyright.PENANAprSQipoUCl
Fajar datang dengan dua cangkir gelas yang ia pegang dengan kedua jari jempol dan telunjuknya. Ia duduk di sampingku sambil meletekan kopi. Aku memandanginya, alisnya tebal bagai bulu buruang, hidungnya mancung, tubuhnya tegap, yang membuatku kagum adalah rahangnya yang tampak mengeras. Kupikir pastilah ia sering berolahraga.489Please respect copyright.PENANAZ0lJ5NmvEi
489Please respect copyright.PENANAN8ow3ytY7d
Kalau aku sendiri memiliki tubuh yang bagiku lumayan ideal. Tidak gemuk dan juga tidak kurus. Mata bidadari, begitulah Abiku sering berkata, sebab bola mataku besar. Hidungku sedikit mancung walaupun tak semancung Fajar. Aku sedikit bermasalah di tinggi badan, bukan berarti aku pendek. Untuk ukuran perempuan bisa dibilang tinggi rata-rata perempuan Indonesia.489Please respect copyright.PENANAvoC2q9ALtu
489Please respect copyright.PENANAFuopQ5vnZ9
Kulitku putih, sejak SMA aku memang sering merawat wajahku, tak heran jika dahulu banyak lelaki yang mendekatiku dengan berbagai cara, ada yang dengan cara memamerkan hartanya, ada juga yang hanya bermodal tampang, tapi tak satupun kupilih, lagian masa-masa SMA aku tidak tertarik untuk pacaran. Dosa.489Please respect copyright.PENANAll7gZEUjBZ
489Please respect copyright.PENANAv50eTelQ4L
Aku menyesap kopiku sambil memejamkan mata. Kopi memang sahabat terbaik di segala keadaan. Ketika bahagia, sedih, gunda, kadang semua itu bisa diatasi dengan secangkir kopi, atau saat sedang berselingkuh seperti yang kulakukan sekarang ini.489Please respect copyright.PENANAqcHcYzdKHJ
489Please respect copyright.PENANAX9iEGOVnbv
“Tan, besok jalan-jalan, yuk.” Fajar membuka obrolan.489Please respect copyright.PENANAZA72NQEgYM
489Please respect copyright.PENANAehfMPJrmVT
“Ke mana?”489Please respect copyright.PENANAj4HdNla6lq
489Please respect copyright.PENANAlvUHZI61ye
Fajar terlihat berpikir. “Tante mau ke mana?”489Please respect copyright.PENANATieT7LbbOW
489Please respect copyright.PENANAjKYTznwZER
“Tante ikut aja, sih.”489Please respect copyright.PENANASCmcfaUir4
489Please respect copyright.PENANAFmi5rNNAji
“Tapi temenin Fajar ke gereja bentar, ya?”489Please respect copyright.PENANAFVZej6frPt
489Please respect copyright.PENANA7hxB9SL6CE
Ludah berhenti di teggoralkan. Aku melupakan sesuatu, kalau Fajar tidak beragama islam. Selintas aku merasakan ketidaknyaman.489Please respect copyright.PENANAh0aAOR54j2
489Please respect copyright.PENANAnvWoxMvKyO
“Tan?” tanyanya lagi.489Please respect copyright.PENANA1RT1JKbQck
489Please respect copyright.PENANAzm3KSNJOlF
Aku ragu untuk menjawab iya.489Please respect copyright.PENANAkma0Wjeyxk
489Please respect copyright.PENANA6jrT677REy
“Gimana, Tan?” ia terus bertanya.489Please respect copyright.PENANAjfaM2rIE5x
489Please respect copyright.PENANAqha1ogRNzX
Aku menghela nafas sebelum memutuskan. “Tapi tante di mobil aja, ya. Engga sampe masuk,” kataku. Mau bagaimanapun aku tetap memiliki keyakinan tersendiri. Begitupun Fajar, perbedaan agama di antara kami tidak membuatku harus memaksakan kehendakku dan sebaliknya.489Please respect copyright.PENANASwOdukgcXd
489Please respect copyright.PENANA6GNLjkBtlI
Fajar tersenyum. “Iya tante sayang.”489Please respect copyright.PENANAq7khiM9Brn
489Please respect copyright.PENANALH17ZQfhuI
Lalu kami jatuh dalam sebuah obrolan yang panjang, selama mengobrol aku bisa merasakan kehangatan pada suaranya. suara yang sedikit berat. Terlebih ekspresinya ketika berbicara, seperti aku berada di pandang rumput yang luas dengan sepoi-sepoi angin. Di tambah dengan tuturnya yang begitu lembut.489Please respect copyright.PENANAz1zNow83Xe
489Please respect copyright.PENANAPYDgWuwC6t
Selama mengobrol aku senyam-senyum sendiri, antara kagum dan juga heran. Heran mengapa remaja setampan Fajar bisa-bisa-nya jatuh cinta kepadaku. Padahal perbedaan usia kami terpaut jauh.489Please respect copyright.PENANAJ326sPD2Bn
489Please respect copyright.PENANAHmVTA7CYvN
Lambat laun semakin malam. Aku sempat terlena untuk melaksanakan Solat Isya. Ketika aku hendak bangkit, Fajar menahan lenganku dan bilang, Nanti aja, Tan, ngobrol dulu, lagian tenggat waktu solat isya panjang.489Please respect copyright.PENANAHNCiEB2EZV
489Please respect copyright.PENANA05gR5CVETh
Entah kenapa aku mengiyakan dan duduk kembali. Tak seperti biasanya, biasanya saat adzan berkumandang, aku segera menunaikan ibadah.489Please respect copyright.PENANA5vEIgtemfx
489Please respect copyright.PENANAFky0YBvvlb
Lalu, kami kembali jatuh dalam obrolan. Fajar bercerita bahwa dia butuh waktu tiga bulan untuk menabung dan membelikan cicin yang terlingkar di jari manisku. Aku sempat untuk mengembalikannya, merasa tidak enak. Tapi Fajar mencegahku dan bilang, pemberian gak bisa ambil kembali. Fajar juga menambahkan bahwa aku harus terus memakai cincin pemberiannya. Lalu aku bilang, kalau suamiku tau gimana? Fajar menjelaskan, bilang aja kalau aku beli sendiri. Aku mengiyakan saja.489Please respect copyright.PENANA2uMCykVxhp
489Please respect copyright.PENANAQpTHZY46zK
Malam semakin menyalak. Kami terus bersatu dalam obrolan. Sesekali Fajar mencium pipiku, sesekali juga ia mengendus area ketiakku. Perlahan aku mulai terbiasa. Kami tampak seperti pasangan suami-istri, di tambah dengan keadaan rumahku yang menyisakan kami berdua. Saksi daripada perselingkuhanku.489Please respect copyright.PENANA38F7IGHQsE
489Please respect copyright.PENANA8Dgol6MZk8
Aku melirik jam dinding, pukul 22.01, biasanya jam segini aku sudah berada dalam mimpi. Tapi, mengobrol dengan Fajar terasa begitu mengasikan, maka kuputuskan untuk tidur agak lama dari biasanya.489Please respect copyright.PENANA5DEqMFq7xp
489Please respect copyright.PENANATV8rtOakSf
Kami membahas banyak hal, mulai dari masa kecil Fajar yang ada kaitan denganku. Yang tentu saja langsung kucerca dengan beragam pertanyaan. Aku mengetahui sesuatu bahwa Fajar sudah menyimpan perasaan denganku sejak di bangku SMP. Aku sempat tertawa sebab bagaimana bisa anak SMP jatuh cinta kepada ibu rumah tangga sepertiku ini.489Please respect copyright.PENANAnnQHlhkl0I
489Please respect copyright.PENANAGUOFZLIeL5
Aku juga bercerita bahwa aku menyukainya baru-baru ini. Dia bertanya kenapa aku menyukainya. Kujelaskan kalau aku merasa nyaman berada bersamanya, merasa diperlakukan dengan mesra. Fajar tersenyum dan kemudian kembali mengendus ketiakku. Remaja itu sungguh menyukai ketiakku.489Please respect copyright.PENANArBoe5kvMgg
489Please respect copyright.PENANAIvqqZkrTh3
Menjelang pukul 23.00, aku menyudahi aktivitas berbincang kami dan bangkit.489Please respect copyright.PENANAiwepC9J4hx
489Please respect copyright.PENANAwAmbGcmCl5
“Tante mau tidur dulu,” kataku kepadanya.489Please respect copyright.PENANAM02tFLGN4p
489Please respect copyright.PENANACgNVgUH6lw
Terlihat wajahnya yang nampak kecewa. Aku terkekeh. “Besok lanjut lagi.”489Please respect copyright.PENANAc3LCcukZtt
489Please respect copyright.PENANAdsyDhxYSw0
“Tidur di sini aja, tan,” katanya. “Fajar janji deh gak macem-macem.” ia mengangkat kedua telapak tangannya setinggi kepala.489Please respect copyright.PENANA14Qo2pfZwe
489Please respect copyright.PENANALrxBVeZssP
“Tante gak bisa tidur di sofa,” kataku.489Please respect copyright.PENANA11lqVmCWnP
489Please respect copyright.PENANA3jqZdMdIhG
Fajar mendengus, kemudian bangkit dan mendekat ke arahku. “Boleh cium bibir?” tanyanya.489Please respect copyright.PENANAiwhTYXNy4B
489Please respect copyright.PENANAJRorpDlM4M
Aku mengangguk pelan dan memejamkan mata. Kemudian, Terasa bibirnya menyentuh bibirku. Kali ini tidak ada lumatan, murni bibir ketemu bibir.489Please respect copyright.PENANADUkHVDASRr
489Please respect copyright.PENANAupBun0gjTr
“Selamat malam, Tan.” Fajar tersenyum ramah.489Please respect copyright.PENANAtSLbn2mZAa
489Please respect copyright.PENANANimQAjsqvn
“malam juga, Jar.” Aku berbalik dan melangkah menuju kamarku. Sepanjang langkah, hatiku berbunga-bunga bagai mawar di taman para suci.489Please respect copyright.PENANA5aOxFYiEJI
489Please respect copyright.PENANAPUWdgF0zcc
***489Please respect copyright.PENANAMO0JTU4LgD
489Please respect copyright.PENANA6ah32ctsCU
Minggu pagi menyapa dengan semburat cahaya. Aku terlihat cantik pagi ini, dengan gamis pink dan balutan hijab lebar yang menutupi kedua buah dadaku. Aku berdandan secukupnya, memoles bibir dan memberi sedikit taburan make-up di wajahku. Begitupun Fajar, dia tampak tampan dengan kaos hitam dan celana jeans panjang. Aku sengaja menyuruhnya memakai pakaian anakku, sebab, waktu kami berbincang semalam ia hendak untuk pulang dan mengambil baju ganti, karena sudah larut, aku cegah.489Please respect copyright.PENANAwXenR96nnL
489Please respect copyright.PENANAql6t65xHFj
Sebelum berangkat pergi, seperti biasa aku dan ia ngopi terlebih dahulu di ruang tamu. Jam dinding menunjuk pukul 08.00, masih terlalu pagi untuk menuju gereja.489Please respect copyright.PENANAYsFwrozPOa
489Please respect copyright.PENANAkcwxBkIxTk
“Tante gak risih, kan? kalau ke gereja bareng Fajar?” tanyanya dengan kaki yang tersilang.489Please respect copyright.PENANAOI76NvWmhK
489Please respect copyright.PENANA4zNst4qC67
“Dikit,” kataku jujur. “Kamu gak bisa apa balik kaya dulu?”489Please respect copyright.PENANAYx3iQr3FPW
489Please respect copyright.PENANAMwYYbXHFNt
Tentu saja Fajar mengerti apa yang kumaksud. Ia menggeleng, “Tante aja yang ikut aku, mau?”489Please respect copyright.PENANAIlSGgvpQZ5
489Please respect copyright.PENANAyru4nItJut
Sontak aku memukul pelan bahunya. “Apaan sih, Jar!”489Please respect copyright.PENANAYRkQmHTtR7
489Please respect copyright.PENANAXIh3Z0lk5l
Fajar malah tertawa. “Bercanda, tan,” katanya sambil mengelus kepalaku. “Tapi kalau mau serius juga boleh.”489Please respect copyright.PENANAOjWqJa5QQI
489Please respect copyright.PENANAFqLvSfjFDk
“Udah-udah,” kataku mencegah obrolan agar tidak berlanjut ke sembarang arah. “Ngobrol yang lain aja.”489Please respect copyright.PENANAOYeaStMyLR
489Please respect copyright.PENANAksOYXN2fHl
Fajar berdehem. “Mau dinyanyiin lagi, Tan?”489Please respect copyright.PENANAluw4CQkSeO
489Please respect copyright.PENANAzaKDBV8ajE
Aku menggangguk antusias.489Please respect copyright.PENANAUYhleKU5oy
489Please respect copyright.PENANA0YVWbUjzIX
“Bentar.” Fajar beranjak berdiri dan melangkah menuju kamar anakku, lalu kembali duduk di sampingku dengan gitar di pangkuannya.489Please respect copyright.PENANAh1XOBuKvPn
489Please respect copyright.PENANAvvHSCImN51
“Mau lagu apa? Tan?” Fajar membenarkan posisinya menghadapku, begitupun aku.489Please respect copyright.PENANAylbBxEGDnn
489Please respect copyright.PENANARzsEQdhv2I
Aku berfikir sejenak, lalu berkata, “Hujan di mimpi?”489Please respect copyright.PENANAWkb00UQ2Kp
489Please respect copyright.PENANAewLpqMoe6a
“Tante yang nyanyi, Fajar yang main gitarnya. Oke?”489Please respect copyright.PENANA19dxcjhCHd
489Please respect copyright.PENANAdx0OTuzkKk
Aku mengangguk. Perlahan terdengar petikan senar yang begitu indah, setiap nada saling melengkapi. Petikannya bervariasi dalam chord B. Kemudian Fajar menatapku. Aku mengerti.489Please respect copyright.PENANAmIgx6FhuwL
489Please respect copyright.PENANA41JKKmzf6k
“Semesta bicara tanpa suara, semesta ia kadang buta aksara. Sepi itu indah, percayalah. membisu itu anugrah.” Aku bernyanyi mengikuti irama dawai yang ia petik.489Please respect copyright.PENANASZ0tvVijLM
489Please respect copyright.PENANAYDFEmtrsXM
“Seperti hadirmu di kala gempa, jujur dan tanpa bersandiwara. Teduhnya seperti hujan di mimpi, berdua kita berlari.” Aku memejamkan mata, menikmati setiap note-note yang berhamburan di ruang tamu.489Please respect copyright.PENANAyiOWLSMz3e
489Please respect copyright.PENANAk8i6AFmcYz
“Semesta bergulir tak kenal aral. Seperti langkahmu menuju kaki langit. Seperti genangan akankah bertahan. Atau perlahan menjadi lautan.” Aku terus bernyanyi dengan senyum yang tak pudar menatapnya. Mata kami saling bertemu dan memancarkan sebuah cinta. Saling menggenggam dalam kesatuan nada, irama, dan tempo.489Please respect copyright.PENANAgdUCqim1Fm
489Please respect copyright.PENANAgD4oCGMoSQ
Petikannya kembali mengisi ruang di antara kami. Romansa menyentak bagai kekasih yang akan selalu abadi. Pada binar matanya aku melihat sebuah ketulusan, pada jemarinya aku bisa melihat note-note cinta yang beterbangan, membentuk sebuah lagu cinta. Lalu, ia mengakhiri permainan gitarnya dengan genjrengan cantik dalam chord B.489Please respect copyright.PENANAHTYdNtvgOE
489Please respect copyright.PENANAj378cuAyYv
Kemudian ia rebahkan gitar di sampingnya dan meraih tanganku. Bola matanya seakan ingin mengatakan sesuatu yang tercekat, yang tak bisa ia katakana.489Please respect copyright.PENANAp7uyZt1XJZ
489Please respect copyright.PENANAYKwMfa4iDI
“Kenapa?” tanyaku.489Please respect copyright.PENANAlt3SoeZyie
489Please respect copyright.PENANA3Wb9ATpEUo
Ia tak menjawab melainkan tersenyum. Aku menatapnya bingung. “kenapa?” tanyaku lagi.489Please respect copyright.PENANARHbtcBEG1R
489Please respect copyright.PENANA8yN7dzd2v7
Ia malah bangkit. “Yuk, Tan. Udah pukul Sembilan, nih.”489Please respect copyright.PENANASAzmUR550N
489Please respect copyright.PENANA1vx17U0JuS
Aku melirik jam dinding dan bangkit. Kemudian kami melangkah keluar. Masuk ke dalam mobil. Ketika mobil menyala, Fajar menoleh ke arahku, dan bertanya. “Malam ini? boleh tidur bareng?”489Please respect copyright.PENANA7ZXvk2qbDW
489Please respect copyright.PENANAoWaQUGlpt2
Aku tertegun. “Liat nanti, ya,” kataku ragu.489Please respect copyright.PENANABh4ORiTDEo
489Please respect copyright.PENANADfxLOOtuSr
Fajar tidak berkata lagi. Perlahan mobil yang kami kendarai berjalan keluar halaman, melewati setiap rumah dan menghambur di jalanan raya.489Please respect copyright.PENANAIvKuOZK7qM
489Please respect copyright.PENANApFp0hVSnxk
***489Please respect copyright.PENANAyhGO3LskM1
489Please respect copyright.PENANAwTrV3PuyVp
Sesampainya di Gereja, Fajar memarkirkan mobil di antara hempitan mobil lain. Gereja tampak ramai, di pintu masuk berhamburan orang-orang yang akan menunaikan ibadah.489Please respect copyright.PENANAyhWXhaNjIx
489Please respect copyright.PENANADu5EKQgL1A
“Tunggu bentar ya, tan,” Kata Fajar sambil mematikan mobil.489Please respect copyright.PENANAj1rfQwl0Fk
489Please respect copyright.PENANAcPoalIQE5g
Aku menggangguk. Fajar membuka pintu mobil dan keluar. Dari kaca mobil aku bisa melihat ia masuk bersama yang lainnya. Jujur saja, ini kali pertama bagiku berada di gereja, walaupun hanya sekedar di halamannya.489Please respect copyright.PENANA0ktiCVWtpx
489Please respect copyright.PENANAphNbZXBCD1
Gereja ini berbentuk seperti rumah pada umumnya, hanya saja di bagian atasnya terdapat tanda salib. Dengan sepasang bangku lebar dan meja yang menjadi penengah, di samping pintu. Halaman termasuk luas. Di atas atap, terdapat menara tinggi yang ujungnya berbentuk setiga dengan aluminium yang berbentuk salib dipuncak menara.489Please respect copyright.PENANALu8xl33dHN
489Please respect copyright.PENANApSQbXhJM1i
Sewaktu aku kecil, aku diajarkan Abiku (Ayah) untuk selalu menghargai perbedaan agama. Masuk ke dalam tempat ibadah umat lain engga apa-apa, mbak, asalkan keyakinan kita tetap sama Allah, begitulah Abiku sering berkata.489Please respect copyright.PENANABlt0f5pJ61
489Please respect copyright.PENANAiZRZJVT9xj
Perlahan terdengar suara mikrofon melengking, di susul dengan suara seorang pria berkhotbah. Sambil menunggu Fajar, aku berkutat dengan ponselku.489Please respect copyright.PENANAAp1004TAGO
489Please respect copyright.PENANAEMFglYbVmy
Tiga puluh menit berlalu, Terlihat orang-orang berhamburan keluar Gereja. Aku memandangi kerumunan, mencari apakah Fajar ada di antara kerumunan itu. Tapi, tak kunjung kutemukan ia. Mungkin ia masih berdoa, pikirku. Lalu, aku berselancar kembali di media sosial. Menit berlalu, aku semakin bosan sebab Fajar tak kunjung keluar.489Please respect copyright.PENANAViBCP60jaY
489Please respect copyright.PENANAl2YGdmbpZY
Tak lama kemudian, sosok yang kucari keluar dari pintu, tapi ia tidak sendirian. Ia bersama seorang pria tua yang pekiraanku berumur enam puluh tahunan, pria tua itu menggunakan jubah hitam dengan kalung salib yang melingkar di lehernya, yang kuyakini pastilah ia pendeta.489Please respect copyright.PENANAbU8RVfjzE7
489Please respect copyright.PENANA8QUMiqDKRz
Fajar tidak lekas kembali masuk mobil, ia bersama pendeta itu duduk di satu meja samping pintu, berhadapan. Dari dalam mobil, aku memandangi mereka yang sedang bercakap-cakap. Sesekali pendeta itu memukul pelan bahu Fajar sambil tertawa, pastilah perbincangan mereka asik sekali.489Please respect copyright.PENANAK3kZc2wxZz
489Please respect copyright.PENANA26XFpMSO0G
Maka, aku memilih untuk menunggu lagi. Aku memaklumi, mungkin hanya hari minggu saja Fajar bisa berbincang ria dengan pendeta itu.489Please respect copyright.PENANAff5JhmICoL
489Please respect copyright.PENANAWnyxnRdGeC
15 menit berlalu. Fajar tidak hengkang atau menyudahi obrolan, malahan mereka semakin asik mengobrol. Aku yang memandangi mereka hanya bisa mendengus. Aku benci sekali jika menunggu, dan Fajar membuatku menunggu selama satu jam lebih.489Please respect copyright.PENANASoUzWO81JJ
489Please respect copyright.PENANA3xXTzRR9oT
Tak lama dari itu, mereka berdua menoleh ke arahku. Lalu Fajar bangkit dan melangkah menuju mobil. Aku bernafas lega, akhirnya ia kembali.489Please respect copyright.PENANAIKoIN1uITH
489Please respect copyright.PENANAJqTNs8WmHL
“Tan, keluar bentar, pak pendeta mau ngobrol.,” kata Fajar sambil menahan pintu mobil.489Please respect copyright.PENANAKeXOWgFO3f
489Please respect copyright.PENANAKvNvPlGHcO
Aku tercekat, menatap bingung Fajar. Lagian, bagaimana jika orang-orang melihat perempuan berjilbab sepertiku duduk di depan gereja. “Gak ah,” kataku.489Please respect copyright.PENANANFzRiVF9GX
489Please respect copyright.PENANAZk8yDGJcQQ
Masih menahan pintu mobil Fajar berkata lagi, “Bentar doang, Tan. Lagian Fajar gak enak sama pak pendeta.”489Please respect copyright.PENANARVV1DhpYzV
489Please respect copyright.PENANApuKaKGfziW
Aku menggeleng, dan Fajar terus memaksaku. Remaja itu memang kerap memaksakan kehendak. Jika sudah begini, pastilah akan ribet. Aku berfikir sejenak. Kembali mengingat perkataan abiku. Sambil memutuskan aku menghela nafas dalam, lalu menggangguk pelan. Seketika itu Fajar tersenyum, lalu menutup pintu mobil dan melangkah kembali menuju bangku gereja.489Please respect copyright.PENANAz98Ccup0aa
489Please respect copyright.PENANAUSelJxyT1J
Aku membuka pintu mobil dan melangkahkan kakiku keluar. Untung saja gereja sudah sepi, mungkin hanya menyisakan kami bertiga. Lantas, aku melangkah menuju mereka dengan kikuk sambil menunduk.489Please respect copyright.PENANATlXRwOZO1K
489Please respect copyright.PENANAXv13A8aJhv
“Selamat pagi,” kataku memberi salam sambil menunduk sopan di hadapan pendeta itu.489Please respect copyright.PENANAvqhesG2ZQy
489Please respect copyright.PENANAbA0zk6sTTt
Pendeta itu tersenyum. Agak kikuk aku duduk di samping Fajar, berhadapan dengan pendeta itu, dengan meja yang menjadi penengah di antara kami.489Please respect copyright.PENANAjSkHoyQF9M
489Please respect copyright.PENANAm0yt7OEzz0
“Nak, Laras?” tanyanya sopan.489Please respect copyright.PENANABbHPicwadK
489Please respect copyright.PENANAZzRlvZUw1p
Aku tersenyum, “Iya, pak.”489Please respect copyright.PENANA3sgL5nAJ9R
489Please respect copyright.PENANA3cYxIdDJas
“Pacarnya nak Fajar?” tanyanya, lagi.489Please respect copyright.PENANAhbsnkCrECe
489Please respect copyright.PENANAp7Al1FLgMN
Aku menoleh Fajar sekilas. Agaknya ia sudah memberitahu hubungan gelap kami. “Iya, pak,” kataku pelan. Merasa tidak nyaman.489Please respect copyright.PENANArRX6Cawfxz
489Please respect copyright.PENANA3MVvOr2Md9
“Calon istri juga, pak,” tambah Fajar. Sontak pendeta itu tertawa.489Please respect copyright.PENANAoGgexiswb4
489Please respect copyright.PENANASQDYCZzz2D
Aku hanya bisa menatap kaki-kaki meja, suasana ini terasa canggung sekali.489Please respect copyright.PENANAWqTAA7DHmW
489Please respect copyright.PENANAypYUuScKv5
“Udah lama pacaran, nak?” tanya pendeta itu, lagi.489Please respect copyright.PENANA9psYfEQGHt
489Please respect copyright.PENANA8e4AOB5xel
Aku hanya menggangguk. Fajar malah mengusap kepalaku yang sontak kuberi pelototan tajam. Bagaimana ia bisa bersikap tidak sopan di hadapan pendeta.489Please respect copyright.PENANASKyfx9aY2E
489Please respect copyright.PENANADpbKPqGYun
Pendeta itu hanya tersenyum memandangi kami. “Kalian cocok,” katanya.489Please respect copyright.PENANApW2M7tSyCb
489Please respect copyright.PENANAA7I2yIHKSq
Fajar tersenyum dengan binar dimatanya. Mengiyakan. Sementara aku bergeming dan tidak merespon.489Please respect copyright.PENANAzC5SqP93YR
489Please respect copyright.PENANAixOUG0g8ST
Jauh dari pikiranku, ternyata. Pendeta itu teramat sopan sekali. Awalnya memang terasa kaku, tapi kelamaan aku semakin terbiasa, dan kadang menimpali. Pendeta itu juga memberi kami wejangan berupa pemikiran. Ia juga tidak membenarkan hubungan gelap kami, melainkan memberi nasehat.489Please respect copyright.PENANAU1BPKgm0Vn
489Please respect copyright.PENANAeotSOgi6Va
Yang aku suka dari pendeta itu adalah, ia tidak menasehatiku dengan ayat-ayat yang tercantum pada kitabnya, seakan ia menghargai keyakinanku. Begitupun aku. Seharusnya semua umat beragama harus seperti itu, saling menghargai dan tidak memaksakan pendapat. Mungkin, jika pemahaman seperti itu di terapkan, pastilah tanah air tercinta ini akan menjadi subur dan banyak cintanya.489Please respect copyright.PENANAphiD2Kbw01
489Please respect copyright.PENANAbJGR6Np1Ai
Pak pendeta juga berkata kepada kami, bahwa jika hubungan kami akan serius dan masuk dalam jenjang pernikahan, maka, salah satu dari kami harus mengalah. Dan aku mengerti maksud dari mengalah itu.489Please respect copyright.PENANAyHBZCHuoIQ
489Please respect copyright.PENANALvYI4gSdSV
Lalu, Pendeta itu berkata kepada Fajar untuk selalu menghargaiku sebagai perempuannya. Yang langsung ku respond dengan anggukan mantap. Perempuan bukanlah objek. Perempuan adalah Rahim bumi yang melahirkan tanaman yang subur, begitulah pendeta itu berkata.489Please respect copyright.PENANAuZgonl6rM8
489Please respect copyright.PENANApmU5lCL58Q
Di akhir perbincangan kami, ketika aku dan Fajar hendak bangkit, pendeta itu menyodorkan alkitab. Jantung mempopa darah dengan cepar, dan timbul perasaan tidak nyaman. tanpa mengurangi rasa hormat kepadanya, aku tersenyum dan menyatukan kedua tanganku di depan dada.489Please respect copyright.PENANAidDIdT1IHe
489Please respect copyright.PENANABwTh7RgVXi
“Maaf, pak,” kataku. “Saya gak bisa nerimanya.”489Please respect copyright.PENANAIOoSMtxsko
489Please respect copyright.PENANAOyJvf9zqLY
Pendeta itu tersenyum. “Nak, saya memberi alkitab ini bukanlah sebab agar kamu menghianati agamu. Melainkan untuk kamu belajar tentang agama yang lain.” Lalu ia merogoh kantung jubah satunya. “Bapak juga baca kitab kamu,” ia mengangkat kitabku.489Please respect copyright.PENANAlEm2Uz2uZF
489Please respect copyright.PENANA4PyLZLrd9k
Aku memandangi alkitab yang ia sodorkan kepadaku. Sekilas kulirik Fajar. Fajar mengganguk. Sambil menghela nafas, kuraih alkitab di tangannya.489Please respect copyright.PENANARQMASXiMjO
489Please respect copyright.PENANASEddAzXv14
“Baca, ya, nak.” Pendeta itu tersenyum. lalu memasukan kitabku di tangan satunya dalam kantung jubahnya.489Please respect copyright.PENANAT1KHtmII33
489Please respect copyright.PENANAWhsmtpzZJW
Aku membalas senyumnya. “Makasih, pak,” kataku sambil memasukan alkitab dalam tas yang melingkar di bahuku.489Please respect copyright.PENANANPoulJN4ut
489Please respect copyright.PENANAy96Vs6mp2U
“Kami pulang duluan ya, pak,” Kata Fajar sambil menyalam punggung tangan pendeta itu. Aku ikutan menyalam punggung tangannya. Sebab mau apapun agamanya, aku diajarkan untuk selalu menghormati orang tua.Kemudian kami berbalik dan melangkah menuju mobil.489Please respect copyright.PENANAUMy6nKOcgN
489Please respect copyright.PENANAjHhYfnEzOZ
terdengar suara mobil menyala, Fajar melirikku sekilas dan tersenyum. “Makasih, ya, tan.” Ia mengusap kepalaku mesra.489Please respect copyright.PENANAi8LrLrvlbJ
489Please respect copyright.PENANA9bGEffAOvO
Aku membalas dengan tersenyum lebar.489Please respect copyright.PENANAloi7ToSoII
489Please respect copyright.PENANATX9kdPIpkn
***489Please respect copyright.PENANAO4LPEq05vB
489Please respect copyright.PENANAum2yM5InKF
Jalanan terlihat ramai. Motor saling menyalip-nyalip, berisik kendaraan terdengar dari kaca jendela yang tertutup. Dengan kecepatan pelan, aku memperhatikan setiap orang yang duduk santai di kedai-kedai tepian jalan. Sepang kekasih, sahabat, teman, saling menabur rindu di minggu pagi.489Please respect copyright.PENANAVfSDbcOXD5
489Please respect copyright.PENANACac4wNUDrQ
Aku jadi teringat masa ketika awal pernikahanku. Dimas sering mengajakku berkunjung ke meseum. Aku tampak bahagia ketika itu. Kami saling bergandengan tangan bagai kekasih yang tak terpisahkan.489Please respect copyright.PENANADOJRJ4pQKY
489Please respect copyright.PENANADdALI7dWK4
Memikirkannya membuatku merasa bersalah karena sudah menghianati cinta suci yang ia bangun. Aku juga menghianati anakku, entah apa yang dilakukannya jika ia mengetahui bahwa aku menjalin hubungan gelap dengan sahabatnya sendiri.489Please respect copyright.PENANAPTHspSjW0S
489Please respect copyright.PENANAdcf06vZHR7
Aku juga sempat terpikir untuk menyudahi hubungan gelap ini, terlanjur masih baru. Tapi, aku tidak bisa melakukannya. Ada sebuah hasrat penolakan dari diriku.489Please respect copyright.PENANAgIXkv3jyHC
489Please respect copyright.PENANA1uNsg0dRh2
Lambat laun mobil kami menembus kerumunan jalanan. Fajar fokus menyetir. Lama kelamaan aku merasa bahwa Fajar sungguh tampan sekali, memandanginya membuatku terpesona.489Please respect copyright.PENANALXPQdUzv5G
489Please respect copyright.PENANAjKSD9Np929
“Masih lama, Jar?” tanyaku.489Please respect copyright.PENANAKPlTDGfZIn
489Please respect copyright.PENANAcVC96qJehD
“Bentar lagi, Tan,” jawabnya.489Please respect copyright.PENANAOpVBKahQ1w
489Please respect copyright.PENANAW9EtZlU7Nm
Tiga puluh menit berlalu. Akhirnya, mobil yang kami kendarai terpakir di sebuah pantai di samping kedai minuman. Fajar keluar dari mobil, begitupun aku. Aku membentangkan pandangan, Pohon-pohon kelapa menjulang tinggi di pesisir pantai, desir ombak bergemuru, riuh suara pengunjung lain terdengar berisik.489Please respect copyright.PENANAZMX8Zw0zJR
489Please respect copyright.PENANAu7eWRnVvOQ
Kedai-kedai berjejer lurus dari sudut mata memandang. Fajar berdiri di sampingku. “Jar, pindah, ah, rame banget,” kataku.489Please respect copyright.PENANAAcLWsZqKHr
489Please respect copyright.PENANAo4Lu0awDTL
“Fajar tau, kok, tempat yang sepi,” katanya. Kemudian ia melangkah menuju bagasi mobil. Lalu kembali dengan tas yang bertengger di punggungnya.489Please respect copyright.PENANAJx7h0B4DVX
489Please respect copyright.PENANAp0G92jWQ7W
“Kamu bawa apaan?” tanyaku bingung.489Please respect copyright.PENANA45FFxfotf2
489Please respect copyright.PENANA1fobx6zgbw
“Perlengkapan buat piknik.”489Please respect copyright.PENANAOF7MRRqaMS
489Please respect copyright.PENANAzI84hw4E1Q
Aku mengganguk. Akuu tidah tahu bahwa Fajar telah menyiapkan perlengkapan, di tambah ia tidak memberitahuku akan ke pantai.489Please respect copyright.PENANAiBTn6x48YU
489Please respect copyright.PENANAkvh00qOteE
Kemudian kami melangkah di antara keramain orang. Penjual-penjual es, batagor, cilor, terlihat sepanjang kami melangkah. Fajar terlihat santai di sampingku. Ia tampak tinggi, membuatku harus mendongak memandanginya. Pastilah aku terlihat kecil jika berjalan di sampingnya.489Please respect copyright.PENANAcCFZfP0iqw
489Please respect copyright.PENANAFUxHqcMLk4
Kami terus melangkah sampai pada akhirnya kami menapak kaki di pantai. Aku bisa merasakan tanah-tanah halus yang menghabur di kakiku. “Masih jauh?” tanyaku.489Please respect copyright.PENANAX1nHPwxDrj
489Please respect copyright.PENANAUC2sls9h9W
Fajar menunujuk ke arah depan. Dari kejauhan aku melihat dua pohon kelapa yang pendek dan melengkung. Sepanjang perjalanan, kami berbasi-basi. Fajar menceritakan legenda pantai ini. Katanya, pantai ini adalah bekas dari meteroit yang jatuh ke bumi ratusan tahun silam, terbukti dengan adanya beberapa batu besar di tengah-tengah laut. Ia juga menjelaskan tentang pulau kecil yang jauh di tengah laut. Katanya, pulau itu menjadi tempat persingahan nelayan di malam harinya.489Please respect copyright.PENANASWZMcfe41f
489Please respect copyright.PENANA9IKcPz5HxM
Gemuruh ombak semakin menyalak, aroma pasir tercium segar di cuping hidung. Angin-angin laut menemani kami sepanjang melangkah. Sampai pada akhirnya kami tiba dan menapak kaki di pesisir, di bawah pohon kelapa yang jaraknya tidak jauh dari kepalaku.489Please respect copyright.PENANAT1edGVxXiU
489Please respect copyright.PENANA326EIUbPks
Fajar menaruh tasnya di tanah. mambuka tasnya lalu mengeluarkan satu karpet lebar dan satu hammock. Ia membentangkan karpet di tanah, lalu mengingkat hammock di kedua pohon kelapa.489Please respect copyright.PENANAMwd5Nqci9I
489Please respect copyright.PENANAH3byUDVB6Y
Aku lekas duduk di karpet, di susul Fajar. Kemudian ia mengeluarkan kompor gas Portable, serenceng kopi, panci kecil, dua cangkir, dan tiga botol aqua. ia sungguh sudah mempersiapkan ini semua.489Please respect copyright.PENANAja8wC7kIAs
489Please respect copyright.PENANA4AcjsN99kI
“Kamu excited banget, Jar.”489Please respect copyright.PENANAgJSnNF11gT
489Please respect copyright.PENANAQKybzJQ5Lg
“Iya, dong. Kalau sama tante persiapannya harus matang.” Fajar meletakan kompor portable di tanah, lalu memasang gas. Aku bergeser mendekat ke arahnya, membuat tubuh kami bersentuhan.489Please respect copyright.PENANA4dLQm8kFBi
489Please respect copyright.PENANAQWtelkKthh
“Tante mau minta cium?” godanya dengan senyum yang terkulum.489Please respect copyright.PENANArXvvFURzOO
489Please respect copyright.PENANAV4DgZUDppa
“Ih orang mau nolong.” Aku mengambil serenceng kopi dan membaginya menjadi dua. Lalu membuka satu persatu bungkus dan mengisinya ke dua gelang. Sementara Fajar memanaskan air.489Please respect copyright.PENANAb8W5naG9Zn
489Please respect copyright.PENANAKsdMV7mieV
Sambil menunggu air mendidih kami fokus menatap lautan. Teduh rasanya, ombak-ombak bergoyang mengikuti irama angin. Burung-burung camar menari-menari mengikuti latunan ombak. Semilir angin menyapu wajah kami berdua.489Please respect copyright.PENANASq1qEwGSJW
489Please respect copyright.PENANAQ2rDwOfaY4
“Fajar cinta banget sama tante,” katanya, lirih. Wajahnya terlihat meringis, ada campuran duka pada suaranya. kedua tangannya memeluk kedua kakinya, membuatnya terlihat seperti kanak-kanak.489Please respect copyright.PENANA270kuetw3Z
489Please respect copyright.PENANAgP1ZHoyHqN
“Tante juga cinta sama Fajar.” Aku memandanginya. Mata kami bertemu. Cukup lama. sampai pada akhirnya ia mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku memejamkan mata, membiarkan bibir kami saling menyapa di antara berisiknya ombak dan sepoi-sepoi angin pagi.489Please respect copyright.PENANAlvWMXu2fnS
489Please respect copyright.PENANAqrJhIMZuSJ
Kami saling menatap kembali. Kini, ia pegangi kepalaku dengan kedua tangannya. Ia ciumi pipiku, kiri-kanan, bergantian. kurasakan ketulusan pada kecupannya. Terakhir, ia kecup keningku. Mesra sekali. Aku terbang bagai burung camar yang kulihat tadi, terbang bebas mengirama ombak.489Please respect copyright.PENANAtYA011TZzT
489Please respect copyright.PENANAxriHjgTUyR
Kemesraan itu berakhir dengan gemercik air mendidih. Fajar mematikan kompor. Lalu menuangkan air ke dua gelas. Ia menganduk kopinya dan kopiku bergantian. Bersamanya, aku seperti dilayanin dengan sebaik-sebaik-nya.489Please respect copyright.PENANA68C31dE2Yh
489Please respect copyright.PENANAPwj6E0pTRM
Aku meraih gagang gelas. Bersamaan dengan sepoi angin, kusesap kopi hitam. Terasa enak di lidah. Sepanjang pernikahanku, tak pernah aku merasakan kenyamanan ini. Dan ini adalah kali pertamaku. Sungguh.489Please respect copyright.PENANAooJxRb2DC5
489Please respect copyright.PENANATBsK1AHbRZ
Tiba-tiba terdengar dering ponsel berbunyi. Aku mengeluarkan ponsel dari tasku, lalu menatap lekat layar ponsel yang bertuliskan: Abi. Aku menoleh ke Fajar sambil meletakan jari telunjukku di tengah bibir.489Please respect copyright.PENANAJzWTJCGvK1
489Please respect copyright.PENANAVUVkAoCVSD
“Assamulaikum, bi,” kataku.489Please respect copyright.PENANAYXzMMIaboi
489Please respect copyright.PENANAhcnKerWU5B
“Waalaikumsallam, umi,” terdengar suaranya di sebrang sana. “Umi lagi di mana? berisik banget.”489Please respect copyright.PENANA8zij9KAbkh
489Please respect copyright.PENANAAITD3kNW1g
“Umi lagi di warung, nih. Sama Fajar,” jawabku, berbohong.489Please respect copyright.PENANAKgVt6BeDaz
489Please respect copyright.PENANAMyvB4Xd4M6
“Aawww,” aku memekik dan lekas menutup mulutku ketika kurasakan remasan di buah dadaku. Si pelaku malah tersenyum nakal. Aku memelotinya agar tidak kembali melakukan hal itu lagi.489Please respect copyright.PENANAMHys2kw5X1
489Please respect copyright.PENANAX4wihFZAVq
“Umi kenapa?”489Please respect copyright.PENANANnofI7TVtI
489Please respect copyright.PENANAbxM9esRhL9
“Eh, engga, Bi. Ini masakannya kepedasan,” elakku.489Please respect copyright.PENANAZPxfDEUKOe
489Please respect copyright.PENANA4c3XghYqwR
Bukannya mengerti, tangan Fajar malah masuk ke dalam gamisku dan membelai betisku. Aku mencoba menggeser betisku sambil terus berbincang dengan suamiku. Fajar malah semakin menjadi, ia mendekat ke arahku dan mengangku tanganku yang satunya. Lantas, ia endus ketiakku.489Please respect copyright.PENANAdfspO6CBds
489Please respect copyright.PENANAVMfmN3S93S
“Umi Yang sabar ya, nunggu abi pulang.”489Please respect copyright.PENANAAcWWN8y0xA
489Please respect copyright.PENANAsfaqV0stHa
“Iya, bi,” jawabku singkat.489Please respect copyright.PENANAvYwW4NrFlg
489Please respect copyright.PENANAcNlTiZW3l2
“Umi mau oleh-oleh, apa?”489Please respect copyright.PENANAn8Slh6kYWH
489Please respect copyright.PENANAnY3MlxQKcN
“Terserah, bi.”489Please respect copyright.PENANAsMT7Eqr0Av
489Please respect copyright.PENANAaCV36wpCc9
Fajar semakin menjadi, tanganya berpindah mengelus perutku, sontak aku merasa geli. Tapi tidak ada niatan untuk menyuruhnya berhenti. Elusan tangannya di perutku, membuatku mengabaikan telepon dari suamiku.489Please respect copyright.PENANAOLpyDX7k8r
489Please respect copyright.PENANAAs6ycnbvFC
Tindakannya semakin liar, perlahan ia remes buah dadaku dari balik gamis. Aku yang kepalang bosan menegurnya, akhirnya membiarkan. Remasannya semakin liar, membuatku harus menggigit bibir, menahan lenguhan agar tidak terkeluar.489Please respect copyright.PENANAsOANOK61wd
489Please respect copyright.PENANAX6mPKNWu08
“Umi?”489Please respect copyright.PENANAD7uflGxMXX
489Please respect copyright.PENANAOQp2UyGxLZ
“Eh, iya, bi. Kenapa?” jawabku tergagap.
489Please respect copyright.PENANAnzVGcaR97N
Bersambung.
ns 15.158.61.37da2