Aku terkejut dengan ucapan ibuku, aku tak bisa berkata satu patah kata pun, aku membuka selimutku dan ingin turun dari ranjang, tapi aku tak bisa menggerakkan kakiku, ibuku langsung menggendongku mengembalikanku ke atas ranjang lagi.
Aku membuang semua bantal dan apapun yang ada di sampingku, aku merasa muak, benci pada diriku sendiri, aku menangis seraya memukul kakiku yang tak merasakan apapun, ibuku pun ikut menangis dan memelukku.
Ayah melihatku dari bilik pintu, hatinya ikut sakit melihatku seperti itu, adikku juga ikut meneteskan air mata melihat keadaanku, ibu memberikanku obat agar aku tenang, dan menyuruhku beristirahat lagi.
***
Ini adikku namanya Mella Arsifa, dia 5 tahun lebih muda dariku, dia pergi kekamar dan mengambil ponsel, dia ingin mengabari Dona kalau aku sudah siuman.
"Iya halooo dex gimana kabarnya Nessa?"Dona bertanya.
Mella berkata seraya menangis.
"Kak Don, aku kasian ngeliat kak Nessa, hari ini dia udah siuman, tapi dia nggak bisa bicara dan berjalan, ibu dan ayahku sangat sedih, sampai kapan kak Nessa harus hidup seperti itu kak? Aku pun ikut sedih"isak Mella.
"Kamu yang sabar ya dex, Nessa pasti cepat sembuh, dia kan kuat, kamu harus banyak-banyak berdoa ya"
"Iya kak!,ya udah aku tutup dulu, aku harus jagain kak Nessa"
"Iya salamin ke dia dari kami semua, kalau ada waktu kami akan kesitu secepatnya"
"Ok kak"Mella mengakiri panggilanya.
***
Di tempat lain kamu dan Vika penasaran sapa yang menelpon Dona tadi.
"Von dari siapa Don?"tanyamu kepada Dona.
"Ini dari Mella adiknya Nessa, dia ngabarin kalau Nessa udah siuman hari ini"
"Serius Don?"tanyamu tak percaya.
"Terus gimana keadaanya?"tanya Vika.
"Seperti perkataan dokter waktu itu, dia lumpuh dan bisu, itu akan memakan waktu yang lama untuk pulih"Dona ikut sedih.
"Kasian banget ya Nessa"kata vika dengan sedih.
"Aku harus ke madiun sekarang"katamu dengan keras.
"Ehhhh May besok kita harus ngumpulin skripsi, jangan ngilang mendadak kamu ya!,tunggu lusa kita ada libur semingguan, kita semua akan nengokin Nessa"kata Dona menjelaskan.
***
Ibuku menelpon ibunya Rian, dia memberi kabar kalau aku sudah siuman, tapi keadaanya masih cukup labil, Rian pun mendegarnya dan ingin sekali bertemu denganku.
Keesokan harinya Rian pun berangkat ke Madiun, sesampainya di sana dia ingin menemuiku, tapi aku hanya mengurung diri di kamar, seharian aku pun tak keluar, aku malas makan, malas ngapa-ngapa in, ibuku membawa makanan untukku, dan duduk di sampingku.
"Di luar ada Rian dia mau ketemu kamu Sa! Jauh-jauh dia kesini lo"kata ibuku.
Aku mengambil buku kecil yang ada disampingku dan menuliskan kata,
"Aku nggak mau ketemu siapapun!"
"Dia cuman pengen tau keadaanmu nak"
"Bilangin ke dia aku baik-baik aja"tulisku dikertas lagi.
"Ya udah kalau gitu jangan lupa makan ya sayang"ucap ibu seraya membelai rambutku dan pergi dari kamarku.
Aku tak ingin bertemu dengan siapapun, satu-satu nya orang yang ingin kutemui adalah kamu, tapi apa masih pantas aku bersamamu, kini aku cacat seperti ini, aku tak bisa berjalan dan berbicara, aku sangat menderita, aku membenci diriku sendri.
Lalu aku menumpahkan semua makanan yang dibawa oleh ibuku, dan aku menangis di bawah selimutku, ibuku yang masih menunggu di luar pintuku tak kuasa menahan tangisnya, lalu ibu menghapus air matanya dan kembali ke ruang tamu.
"Gimana tante?,apa Nessa mau ketemu sama saya?"tanya Rian.
Ibuku menggeleng.
"Maafin tante nak Rian, Nessa masih nggak mau ketemu siapa pun, tolong dimaklumi ya"ujar ibuku menepuk bahu Rian.
"Iya tante nggak papa kok"
***
Di asrama kamu mengepak baju yang akan kamu bawa ke Madiun besok, aku meminta no ponsel Mella dari Dona, karna Nessa sekarang tidak memegang ponsel setelah kecelakaan itu.
"Dex Mella, ini aku kak May, bisa tolong sampaikan pesanku ke kakak kamu nggak? bilangin, besok aku mau datang, tanya dia minta oleh-oleh apa dari Jogja?"kamu mengirim pesan padanya.
Adikku yang mendapat pesan dari seseorang yang belum dia kenal langsung pergi ke kamarku, sampai dia lupa menyapa Rian.
"Eiiitss Mella! mau kemana kamu?"tanya ibuku menghentikan langkahnya.
"Aku mau ke kamar kak Nessa, eh ada kak Rian hallo kak"sapanya.
"Iya hallo dex"Rian menyapanya balik.
"Mau ngapain kamu?,kakak kamu masih kesal, jangan bikin dia tambah marah"ibu memperingatinya.
"Iya tau bu"sambil berlari menuju kamarku.
Mella masuk ke kamar dan melihat semua piring, nasi, sayur berserakan di lantai.
"Kakaaaa! kebiasaan deh, liat jadi kotor kan lantainya"bentak Mella padaku dan menaruh tanganya di pinggang.
Aku kaget mendengar suara Mella dan beranjak dari selimutku, aku menulis di kertas.
"Ngapain kesini?"tanyaku.
"Ehhmm, kaka punya temen namanya kak May ya?"tanyanya seraya naik ke kasurku.
Aku lebih kaget lagi ketika dia menyebut namamu.
"Darimana kamu tau tentang May?"tulisku dan menunjukkan padanya.
"Nih dia ngirim pesan ke aku, nyuruh aku ngasih tau kaka"sambil menyodorkan ponselnya.
Aku mengambil ponsel itu dan membacanya, itu benar dari kamu, kamu yang selama ini slalu aku nantikan, aku mulai tersenyum membaca pesanmu, lalu aku menulis di kertas dan memberikannya pada Adikku.
"Hp mu kaka sita dulu, besok kaka kembaliin, jangan bilang apapun sama ibu atau siapapun, apalagi tentang May, ngerti nggak"tulisku
"Yahhh disitaaa terus aku pakai apa?"Mella cemberut.
Aku melihat sekeliling, dan menunjuk laptop diatas mejaku.
"Haaaa benerann kak, kaka emang paling baik deh, ye ye dapet laptop"Mella kegirangan.
Aku mengisyaratkan adikku untuk pergi dari kamarku, dia pun keluar membawa laptopku, ibu melihatnya.
"Mella kenapa kamu ambil laptop kaka kamu, nanti dia bisa marah"
"Orang kaka yang ngasih ke aku kok"sahut Mella dan berlalu pergi.
Ibu merasa keheranan.
Di dalam kamar aku memakai hp adikku untuk mengirim pesan padamu.
"Aku nggak mau apa-apa, cukup ngeliat kamu,aku udah seneng banget kok"sahutku.
Kamu langsung tahu itu adalah aku, ingin rasanya kamu mendengar suaraku tapi rasa itu kamu tahan, mengingat kondisiku seperti ini.
"Gimana keadaan kamu? apa udah mendingan?"tanyamu kepadaku.
"Aku masih di kamar nggak kemana pun, aku males nyusahin orang"
"Kok ngomongnya gitu seh, kalau kamu nggak keluar rumah dan nggak gerak, mau sampai kapan kamu sembuh"pintamu.
"Kamu ini ya, nggak pernah berubah, tetep aja suka marah-marah"
"Kamu juga nggak berubah, tetep aja bandel"
Aku tersenyum dan menulis lagi.
"Aku merindukanmu"sambil guling-gulingan di kasur.
dan kamu menjawab,
"Aku lebih..... merindukanmu"