“Kang Asep pasti heran kenapa kami bisa bareng?” Tanya Eni sembari tersenyum kepada Asep. “Ya, akang heran kenapa kamu bisa bareng sama bapak?” Pernyataan Asep menegaskan apa yang dikatakan oleh Eni. “Tadi pas istirahat gak sengaja ketemu bapak dari arah rumah pak RT, terus aku juga tanya kalau bapak darimana dan jawaban bapak dari rumah pak RT.” Jawab Eni. Dudung sangat bahagia sekali, karena Eni sekali lagi menutupi perbuatan gila mereka. “Kang Asep kok gak kaya bapak yang nyangkul sawah gak pakai baju?” Tanya Eni. “Gak ah, lagipula panas cuacanya. Akang gak kuat kalau harus buka baju sambil bercocok tanam!” Jawabb Asep. Sebenernya Eni mengajak ngobrol Asep itu hanya sebuah pengalihan, karena daritadi matanya memandang tubuh Dudung yang berkeringat. Tubuh yang selalu membuatnya merasakan nikmat seksual, aroma tubuh Dudung adalah pembangkit birahi baginya. “Eni? Eni?” Teriak Asep kepada Eni yang sedikit melamun. “Kenapa kang?” Tanya Eni. “Kamu dari tadi gak dengarkan akang ngomong?” Asep agak emosi kepada Eni. “Maaf kang, karena cuaca panas saya pendengaran saya jadi kurang jelas!” Jawab Eni ngaco. “Apa hubungannya?” Tanya Asep. “Eh sudah, Asep kamu cangkul sebelah sana saja. Dari kemarin bapak gak sampai wilayah sana!” Seru Dudung. Asep melihat daerah yang di suruh oleh bapaknya, sebenarnya dia agak risih kalau harus jauh dari saung dimana istrinya berada. Belum lagi daerah sana tidak dapat melihat apa yang dilakukan oleh istrinya di saung. “Itu lumayan jauh pak!” Ujar Asep. “Kalau dekat sudah sama bapak dari kemarin-kemarin, kamu tahu kan bapak sudah tua.” Jawab Dudung. “Ya sudah kalau begitu pak saya kesana!” Seru Asep agak kesal. Usai Asep pergi jauh dari pandangan Dudung dan Eni, dengan segera Dudung melancarkan aksinya dengan mendekati Eni yang duduk di saung. Ketika Dudung hendak mendekati Eni untuk dia cumbui, terdengar dari kejauhan seseorang memanggil namanya. “Dung! Dudung!” Teriak Adang dari petak sawah bagian atas. “Eh iya Adang, ada apa?” Tanya Dudung yang ada di saung. Tujuan Adang datang jelas ingin menikmati tubuh Eni yang sudah dua kali di nikmati. “Sialan kenapa ada Dudung sih?” Gerutu Adang sambil mendekati Dudung dan Eni. “Kalian cuma berdua? Asep dimana?” Tanya Adang. “Tadi Asep mau garap bagian sawah yang disana!” Jawab Dudung. Adang semakin curiga dengan keberadaan Asep yang meninggalkan istrinya bersama ayahnya. Adang tahu betul kalau Dudung sering ada main dengan tetangganya yaitu Ceu Yati. * Asep sudah mulai kelelahan dengan garapannya yang cukup luas, tapi dia tidak bisa menolak perintah dari ayahnya. “Kang Asep?” Tanya Iis yang posisi garapannya dekat posisi Asep. “Iis? Kenapa disini?” Tanya Asep dengan senyuman khasnya. “Ini kan dekat wilayah sawah kang Ujang!” Jawab Iis. “Oh iya, kang Ujang masih ada atau sudah ke kota lagi?” Tanya Asep. “Sudah ke kota lagi kang!” Jawab Iis dengan perubahan mimik muka yang berbeda. “Kamu kenapa Iis, akang tanya kang Ujang kenapa kamu jadi beda?” Tanya Asep yang coba menebak apa yang sebenarnya terjadi. “Kita ngobrol di saung saja kang!” Seru Iis mengajak Asep. Asep pun ikut dengan Iis untuk menceritakan apa yang sudah terjadi. “Oh jadi gitu ya Iis, tapi kamu juga harus ngerti keadaan kang Ujang!” Ujar Asep usai mendengarkan apa yang diceritakan oleh Iis. “Tapi aku…” Omongan Iis tidak dilanjutkan. “Aku kenapa Iis? Kamu butuh kepuasan?” Pertanyaan Asep seolah tepat sasaran. Iis hanya diam tanpa kata, sampai Asep merangkul pundaknya. “Akang siap beri kamu kepuasan kaya kemarin-kemarin!” Ujar Asep yang menggoda Iis. “Masa mau disini kang?” Tanya Iis. “Kan kita sudah pernah di saung kaya gini!” Jawab Asep meyakinkan Iis. Iis pun menunduk malu, walaupun vaginanya sudah gatal akan kepuasan birahi. Asep mulai melakukan percumbuannya, dia cium keningnya sampai pada akhirnya bibir mereka bertemu dan terjadi pertukaran air ludah. Asep mulai meremasi payudaranya, tak kala Iis mendesah merasakan kenikmatan dari Asep. “Terus kang, enak sekali. Kang Ujang jarang meremasi payudaraku.” Ujar Iis yang sudah meracau. Tangan kanan Asep mulai bermain di area vaginanya, jari telunjuknya sudah menekan-nekan lubang vaginanya yang masih terbungkus celana dalam. Sampai pada akhirnya jari tengahnya bisa menyalip masuk dan mulai dimasukkan ke dalam lubang vaginanya. “Ah..ahhh..” Iis terus mendesah tak karuan. “Kang, ayo kita bercinta. Aku sudah gak tahan lagi!” Seru Iis yang menelanjangi Asep. Iis menelan ludah ketika melihat Asep yang telah telanjang bulat ada di hadapannya, aroma tubuh Asep di siang hari itu sangat menyengat sekali. Iseng-iseng Asep mencium jarinya yang dia masukkan kedalam lubang vaginanya, rasanya ingin muntah karena vagina Iis baunya cukup menyengat. Maklum saja untuk daerah sana aroma vagina tidaklah penting. “Akang masukkan Iis?” Tanya Asep yang sudah mengarahkan penisnya kedalam lubang vaginanya. “Iya kang, Iis sudah gak tahan!” Jawab Iis. “Ahhhh…” Desahan panjang keluar dari mulut Iis ketika Asep dengan satu kali hentakan memasukkan seluruh bagian penisnya. “Lubang vagina kamu masih sempit Iis!” Ujar Asep membuat Iis semakin terbang melayang. Asep mulai melakukan genjotan pelan untuk bisa membuat Iis mengeluarkan cairan pelicin lebih banyak, usai dirasa banyak pelicin yang dikeluarkan oleh Iis. Asep langsung menggenjot Iis dengan kecepatan maksimum, keringat deras terlihat dari dada Asep yang bidang. Iis begitu bahagia dirinya bisa menikmati pejantan yang tangguh, tidak seperti suaminya yang hanya orgasme untuk dirinya. Akhirnya desahan dan erangan terdengar dari mulut mereka, Iis merasakan kenikmatan yang tidak dia dapatkan dari suaminya. “Makasih ya kang!” Ujar Iis yang tiduran di area ketiak Asep. “Sama-sama Iis, akang siap memberikan kebutuhan batin kalau Iis menginginkannya!” Jawab Asep. “Tapi gimana sama istri akang?” Tanya Iis. “Itu soal gampang, Eni adalah istri setia . Jadi dia tidak akan macam-macam sama akang!” Jawab Asep. Iis tersenyum bahagia dan memeluk erat tubuh Asep, seolah mereka ada pasangan suami istri. * “Eni, cari suami kamu! Ini sudah siang makam siang suku gitu!” Seru Dudung kepada menantunya. “Iya pak!” Jawab Eni sambil berjalan menuju Asep berada. Ketika Eni sudah sampai di tujuan, dia dikagetkan dengan Asep dan Iis yang telanjang bulat dalam keadaan tidur bersama. Eni sangat emosi melihat suaminya telah selingkuh dengan wanita lain. Tapi Eni tidak berteriak dan justru mendiamkan apa yang dia lihat. “Lho, kenapa baik lagi? Asep dimna?” Tanya Dudung. “Kang Asep masih banyak kerjaan!” Jawab Eni terlihat berbeda. Dudung heran dengan perubahan sikap dari menantunya tersebut, berbeda dengan Adang yang sudah tahu apa yang terjadi. “Bapak mau lihat kesana!” Dudung berujar untuk tahu apa yang terjadi. “Kamu sudah melihatnya bukan?” Tanya Adang kepada Eni. Eni hanya terdiam dengan apa yang dikatakan oleh Adang. “Kamu tidak perlu merasa berdosa telah melakukan perselingkuhan dengan akang, kalau kamu butuh kehangatan tubuh akang, tahu kan rumah akang dimana.” Goda Adang sembari meremasi payudaranya. “Kang Adang, apa-apaan ini?” Tanya Eni yang kaget dengan remasan dari Adang. “Tenang, lokasi Asep cukup jauh kita punya cukup waktu untuk bercinta.” Ujar Adang. “Tidak kang, aku gak mau!” Jawab Eni. Dari kejauhan sudah terlihat Dudung kembali dibarengi Asep, buru-buru Adang melepaskan remasannya. “Akang pergi dulu!” Seru Adang yang pamit kepada Eni. Akhirnya Asep dan Dudung telah sampai di saung dimana Eni berada. “Kami itu harus tahu waktu dong Sep, ini sudah jam makan siang.” Ujar Dudung kepada Asep. “Kang Asep tadi sibuk ya pak?” Sindir Eni. “Iya, tadi bapak kesana masih nyangkul saja. Kamu juga tadi lihat hal yang sama kan Eni?” Tanya Dudung. “Iya pak, aku juga lihat kang Asep lagi nyangkul di sawah!” Jawab Eni agak ketus. “Apa mungkin Eni tahu apa yang aku lakukan dengan Iis, tapi kenapa dia tidak marah kepadaku?” Tanya Asep dalam hati. “Aku akan balas perbuatan kamu kang!” Ujar Eni dalam hati. Eni dan Asep sudah mulai hilang kepercayaan dari diri masing-masing, tentunya Dudung dan Iis bisa ambil bagian dari kejadian ini.
ns 15.158.61.8da2