Keduanya berangkat ke rumah sakit dimana namja yang dimaksud oleh Taeyong dirawat, dengan menggunakan mobil Taeyong tentunya.
“Jadi kalian bertemu sejak SMP?” tanya Ira.
“Uhm. Kami sekelas,” jawab Taeyong.
“Kalian membuatku iri,” ucap Ira.
“Kau tidak punya teman?” tanya Taeyong.
Tepat sasaran.
Ira tersenyum miris.
“Mereka terlalu munafik untukku. Mereka mendekat ketika mereka perlu aku, dan mereka menjauh jika aku tidak dibutuhkan. Mereka suka menyiksaku hanya karena aku lebih pintar dari mereka, memang itu salah?” jelas Ira, air matanya hampir saja lolos jika mengingat kejadian masa lalunya.
“Mereka semua menjauhiku, dan aku menjauhi mereka. Cukup adil bukan?” tanya Ira sambil menatap Taeyong, ia tersenyum kecil.
Taeyong tertawa kecil menanggapi ucapan Ira.
“Kalau bukan karena kakakku, aku mungkin sudah memutuskan untuk bunuh diri,” lanjut Ira, ia menghela nafas.
“Dia adalah orang paling spesial untukmu,” tambah Taeyong.
“Tentu saja, kalau bukan karena dia. Aku tidak tahu sekarang aku menjadi apa,” jawab Ira, ia menatap keluar jendela, menatap pemandangan jalan yang cukup ramai.
Setelah perjalanan selama 30 menit, akhirnya mereka sampai dirumah sakit yang Taeyong maksud.
Keduanya berjalan berdampingan menuju ke ruang perawatan namja yang dimaksud Taeyong.
“Siapa namanya?” tanya Ira sebelum masuk ke dalam kamar.
“Yuta. Nakamoto Yuta,” jawab Taeyong.
Ira terdiam sebentar, nama itu terdengar tidak asing baginya.
Taeyong membuka pintu dan masuk, disusul dengan Ira di belakangnya.
“Annyeong. Aku membawa seseorang,” ucap Taeyong.
Ira menatap sosok namja yang terbaring di kasur rumah sakit, dengan berbagai alat penunjang hidup melekat di tubuhnya.
Ia teringat ucapan Taeyong di apartemen tadi.
“Dia koma selama lima tahun, dokter bilang kalau penyebabnya karena benturan dikepalanya yang terlalu keras,”
Setetes air mata membasahi pipi Ira, dia teringat akan seseorang.
Orang yang dulu sering mengerjai Ira, orang yang selalu bersama dengan Ira saat dia sendirian.
Walaupun sudah cukup lama, wajah itu masih bisa diingat oleh Ira dengan sempurna.
“Ira-ah! Ayo! kau bisa terlambat!”
“Jangan makan itu! Kau kan alergi kacang,”
“Ira-ah, karena aku akan pergi dulu, aku akan memberikan ini sebagai hadiah. Jangan melepasnya sampai kapanpun, ini akan mengingatkanmu padaku. Mengerti?”
Ira berjalan mendekat ke arah Taeyong,
“Kau..mengenalnya?” tanya Taeyong, Ira hanya mengangguk sebagai balasan, ia tidak bisa berbicara sekarang.
Namja yang dulu selalu ada disamping Ira, menemani Ira, melarang Ira ini itu untuk menjaganya, kini terbaring diatas ranjang rumah sakit tanpa kepastian.
Dan namja itu adalah Yuta.
Mereka bertemu saat di panti asuhan, dan berpisah ketika Yuta diadopsi terlebih dahulu.
Mata Ira menangkap tangan kiri Yuta yang masih menggunakan gelang yang sama dengannya.
Gelang warna merah dengan bandul bintang kecil warna silver.
Ira mendongak, berusaha menahan air matanya.564Please respect copyright.PENANAIkzZGB8PyD
“Kau bilang kau akan hidup dengan baik dan tidak akan pernah terluka,” batin Ira.
Ia meraih tangan Yuta, kakinya tidak bisa menahan bobot tubuhnya lagi, kemudian ia jatuh bersimpuh disamping ranjang Yuta.
“Lalu ini apa? Kenapa kau tidak pernah memberiku kabar?” tanya Ira disela isakannya.
Taeyong menatap Ira, air mata yang sedari tadi berusaha dia tahan akhirnya mulai menetes ketika melihat satu lagi orang yang harus merasakan sakit yang sama sepertinya.
Taeyong membiarkan Ira menangis, menunggu Ira akan menceritakan semuanya.
Setelah tangis Ira mereda Ira menceritakan semuanya, tentang dia dan Yuta.
Taeyong mengangguk ketika Ira meminta waktu berdua dengan Yuta, dan dia menunggu diluar.
“Nappeun saekki,” ucap Ira, ia masih menatap Yuta dengan tatapan sendu.
“Aku bahkan masih menunggu kabar darimu, tapi kau tidak pernah mengabariku. Tapi aku bisa memaklumi karena aku memang susah dicari, yakan? Aku masih ingat kalau kau selalu kalah dalam permainan petak umpet melawanku,” lanjut Ira.
“Kalau oppa membuka matamu, aku janji aku akan merawat oppa. Tinggal bersamaku dan oppa tidak perlu lagi khawatir soal apapun. Ne? Jebal...” ujar Ira, ia menghela nafasnya.
Tiba-tiba ponselnya berdering tanda panggilan masuk.
Dari Winwin.
“Wae sunbae?” tanya Ira.
“Kapan kau pulang? Ini sudah hampir jam tujuh malam,” tanya Winwin dari sebrang.
Ira menatap jam dinding di kamar itu dan tersenyum kecil.
“Ah, mian. Bisakah sunbae menyusulku? Bawakan juga barang-barang yang sudah aku pack, kita akan berangkat langsung,” tanya Ira.
“Uhm. Neo jigeum eodiya?” tanya Winwin.
“Rumah sakit Cheonsan, kamar 199,” jawab Ira.
Winwin terdiam, tidak ada balasan.
“Aku akan menunggu,” lanjut Ira, kemudian panggilan ia matikan.
“Aku tidak sadar kalau aku sudah selama ini bersamamu,” ucap Ira, ia berdiri dari duduknya dan berjalan keluar.
“Taeyong-ssi,” panggil Ira, Taeyong yang sedari tadi memejamkan matanya menoleh.
“Maaf, kau pasti menunggu lama,” ucap Ira.
“Tidak juga, kau mau pulang?” tanya Taeyong yang dibalas gelengan Ira.
“Masuklah, aku tahu kau juga ingin menyampaikan sesuatu padanya,” jawab Ira.
Taeyong tersenyum tipis sebelum akhirnya dia masuk kedalam kama rawat Yuta.
Ira duduk di kursi depan kamar rawat itu, menatap kosong dinding di depannya.
“Eomma, appa. Bagaimana kabar kalian?” batin Ira, kenangan masa lalunya yang menyakitkan hatinya itu mulai terulang.
Kecelakaan yang menewaskan keluarganya, ketika umurnya masih 5 tahun dan harus merasakan bagaimana rasanya hidup sendiri.
Ira terisak mengingat semua itu, ditambah dengan keadaan Yuta sekarang.
Flashback
Hari itu keluarga Park akan pergi berlibur ke pantai, mereka berangkat pukul enam pagi dan sekarang mereka sudah setengah jalan.
Pemandangan bukit di sekitar jalan memenuhi penglihatan Ira.564Please respect copyright.PENANA6jqkf68NwZ
“Hya Jisung! Sudah kubilang jangan makan snack ku!” seru Ira ketika dia mendapati Jisung tengah memakan jatah snack yang harusnya Ira makan di pantai nanti.
“Salah sendiri tidak bilang,” jawab Jisung.564Please respect copyright.PENANAZ6rHbmU7BG
“Ah, eomma...Jisung memakan snack ku lagi...” rengek Ira sambil menatap ibunya yang duduk didepan.
“Jisung...bukankah sudah eomma bilang kalau jangan mengganggu kakakmu?” tanya Nyonya Park.564Please respect copyright.PENANA0jKkBv4gMx
“Tapi kan noona tidak bilang kalau ini miliknya,” jawab Jisung.
“Harusnya kau tanya dulu pada kakakmu,” ucap Tuan Park.
“JIRYUN!!” seruan itu berasal dari mulut Nyonya Park, dan saat itulah mobil yang dikendarai ayah Ira berbelok dan menabrak tebing dan membuat mobil yang dikendarai Tuan Park tertabrak truk di belakangnya dan terseret hingga 20 meter.
Ira membuka matanya, kejadian tadi membuatnya kehilangan kesadaran untuk beberapa saat.
Ia menoleh, yang pertama kali dia lihat adalah pohon.
Ira mendudukkan tubuhnya kemudian berusaha berdiri.
“Eomma...appa...” panggil Ira, tapi disekitarnya dia tidak bisa melihat siapapun.
Luka di sekujur tubuhnya tidak Ira pedulikan.
Ira mulai berjalan, dia menemukan tangga dan menaikinya.
Masih dengan menangis, Ira memanggil kedua orang tua dan adiknya.
Begitu sudah sampai di atas tangga, Ira berada di pinggir jalan, tak jauh dari sana ada banyak mobil, ambulance, dan mobil polisi.
“Gadis manis...apa yang terjadi padamu?” suara itu membuat Ira menoleh dan mendapati seorang wanita muda yang turun dari mobilnya.
Ira semakin menangis keras,
“Ayo ikut ahjumma ke rumah sakit,” ajak wanita muda itu.
Ira hanya menurut saat wanita itu membawanya masuk ke dalam mobil.
Sepulangnya dari rumah sakit, Ira dibawa oleh wanita muda tadi ke panti asuhan.
Wanita tadi membawanya masuk ke dalam ruangan pemilik panti.564Please respect copyright.PENANAo9A8Js8LH0
“Dia anak yang kau maksud?” tanya wanita paruh baya selaku pemilik panti.564Please respect copyright.PENANAGDp6KMRVpU
“Ne, sepertinya dia korban kecelakaan tadi siang. Aku dengar seluruh keluarganya...” wanita tadi tidak melanjutkan kata-katanya sambil tersenyum maklum ke pemilik panti.
“Aku mengerti,” balas si pemilik panti.564Please respect copyright.PENANA3Hu4G3X7IU
“Gadis manis siapa namamu?” tanya si pemilik panti.564Please respect copyright.PENANAEdwaHqAdpS
“Park Ira imnida,” jawab Ira lirih.
“Panggil aku halmeoni,” suruh si pemilik panti.564Please respect copyright.PENANAzDB5piTA4r
“Nah, sekarang Ira sudah punya keluarga baru.Ira jangan nakal, arraseo?” pesan si wanita muda yang tadi membawa Ira.
Ira mengangguk mengerti.
“Saya pergi dulu,” ucap si wanita muda.
Ira menatap taman didepannya, Ira masih berdiam diri di tempat duduknya, sekujur tubuhnya masih terasa sakit karena benturan akibat kecelakaan.
“Dorr!!!”
“Eomma!!” Ira terlonjak kaget, dia menoleh dan mendapati anak laki-laki yang tadi mengagetkannya tengah tertawa.
Ira menutup mulutnya yang hendak mencaci maki anak laki-laki itu, dia kembali menatap ke depan.564Please respect copyright.PENANAiyxfO7Ahgw
“Apa yang kau lakukan disini? Kau tidak takut diculik hantu?” tanya anak laki-laki itu sambil duduk disamping Ira.564Please respect copyright.PENANAlziuTIpGGV
“Aku tidak peduli, kalau aku diculik hantu juga tidak apa. Aku bisa bertemu dengan eomma dan appa,” jawab Ira.
Anak laki-laki disamping Ira ini tersenyum.564Please respect copyright.PENANAMJw1Ghze9h
“Eiii, jangan begitu. Kau pasti bisa melewatinya,” balas si anak laki-laki.
“Kau tidak tahu apa yang terjadi padaku,” ucap Ira.564Please respect copyright.PENANAZk4WtqhtOo
“Aku tahu,” jawab si anak laki-laki.
“Tapi kau tidak tahu bagaimana perasaanku, aku dengar sendiri kalau semua keluargaku meninggal,” jelas Ira.564Please respect copyright.PENANAcA3UodnlNP
“Aku juga,” ucap si anak laki-laki.
Ira terdiam.564Please respect copyright.PENANAlvhcUxOBVy
“Namaku Yuta, Nakamoto Yuta,” lanjut anak laki-laki yang ternyata bernama Yuta itu.564Please respect copyright.PENANAgT07TbkPnh
“Park Ira,” ucap Ira.
“Aku sudah disini sejak lama. Aku kehilangan mereka saat aku berlibur kesini, bahkan aku tidak bisa bahasa korea sebelumnya,” jelas Yuta.”564Please respect copyright.PENANAG2peuZd2wM
“Jinjja? Lalu?” tanya Ira.564Please respect copyright.PENANAV69YM3tbkD
“Halmeoni mengajariku,” jawab Yuta.564Please respect copyright.PENANAKZw87Atgen
“Halmeoni?” tanya Ira.
“Uhm. Halmeoni itu ibu pengganti untuk kita,” jawab Yuta, Ira mengangguk mengerti.
“Berapa umurmu?” tanya Yuta.564Please respect copyright.PENANAyP44NWbREl
“Enam tahun, kau?” jawab Ira.
“Kau sangat pintar untuk anak seusiamu. Aku sebelas tahun,” ucap Yuta.564Please respect copyright.PENANAkWlo0NA1u0
“Aku tahu. Ayahku bilang aku pintar seperti ayahku,” balas Ira.
“Ck, dasar,” ucap Yuta, Ira tertawa.
Suasana hati Ira yang tadinya sangat buruk menjadi baik karena Yuta.
Dan mulai saat itulah keduanya selalu bermain bersama dan Yuta selalu menjaga Ira layaknya seorang kakak.
Melarangnya ini itu, mengomelinya ketika Ira melakukan kesalahan, menenangkan Ira saat dia menangis. Flashback off...
“Tolong biarkan dia hidup, aku akan merawatnya. Aku akan menjaganya dengan baik, aku akan melepaskan pekerjaanku demi dia,” batin Ira, air matanya kembali menetes.
45 menit kemudian
Jaehyun dan Winwin sudah sampai di rumah sakit yang dimaksud Ira, dan juga tempat yang dimaksud Jaehyun sebagai ‘tempat itu’.
“Wuah..sudah berapa lama kita tidak kesini?” tanya Winwin sambil menatap rumah sakit di depannya.
“Kajja,” ajak Jaehyun, Winwin tersenyum, ia merangkul pundak Jaehyun dan berjalan beriringan. Keduanya berjalan menuju ke lift.
“Aku akan bertanya dimana dia,” ucap Winwin sambil mengeluarkan ponselnya dan mengambil jalur panggilan.
Jaehyun menyenderkan tubuhnya ke lift, pikirannya kembali memikirkan saat-saat dimana dia dan ‘mereka’ masih bersama dan melakukan apapun mereka mau.
“Hya, neo eodiya?” tanya Winwin, Jaehyun tidak bisa mendengar dengan jelas jawaban Ira.
Yang ia tahu adalah Winwin yang terdiam mendengar jawaban Ira.
“Uh? Eo, aku akan kesana,” balas Winwin, kemudian dia mematikan panggilan.
“Jae,” panggil Winwin, Jaehyun menoleh.
“Dia...ada di kamar Yuta,” lanjut Winwin.
Jaehyun kaget, berbarengan dengan itu pintu lift terbuka.
Jaehyun langsung keluar dari lift dan berjalan dengan terburu-buru ke kamar Yuta.
Winwin berusaha mencegah, tapi dia menghiraukan Winwin.
Begitu di belokan, mata Jaehyun menatap Ira yang duduk di kursi yang berada di depan kamar rawat Yuta.
Jaehyun berlari mendekati Ira.
Ira berdiri dari tempatnya menyadari keberadaan Jaehyun.
Begitu sampai di depan Ira, Ira hendak berkata.
Tapi satu tamparan mendarat di pipi kiri Ira.
Ira menatap Jaehyun dengan tatapan bingung, dia tidak peduli dengan tamparan di pipinya, lagipula dia sering mendapatkan yang lebih menyakitkan daripada ini.
“Jangan pernah ikut campur urusan pribadiku, aku memperingatkanmu,” ancam Jaehyun sambil menarik kerah kemeja yang dipakai Ira.
Ira menampik tangan Jaehyun dan menatapnya tidak percaya,
“Aku sebenarnya juga tidak mau sejauh ini,” ucap Ira.564Please respect copyright.PENANALGwwMWjzEb
“Kau sudah terlalu jauh,” balas Jaehyun.564Please respect copyright.PENANAMdgdCHeaSr
“Ani,” jawab Ira.
“Aku hanya akan bilang kalau orang di dalam juga orang yang berarti untukku,” lanjut Ira.
Jaehyun terdiam, nafasnya masih belum beraturan karena berlari.
Winwin menatap keduanya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
“Aku mengenalnya, lebih dulu daripada dirimu,” ucap Ira, Jaehyun masih terdiam di depan Ira.
Tiba-tiba pintu terbuka, menampakkan sosok Taeyong dengan ekspresi yang tidak bisa ditebak, ia menatap Ira lebih dulu.
“Dia..” ucap Taeyong, ia menatap Jaehyun sekilas, kemudian kembali menatap Ira.
Perasaan Ira sekarang berkecamuk,
Antara takut, sedih, dan marah
ns 15.158.61.46da2