Author PoV
Gadis itu tampak antusias ketika melihat televisi di depannya, ia tersenyum dengan tubuh yang melompat-lompat kecil dalam duduknya.
“Hya! Kau bisa merusakkan sofa!” omel Kyuhyun, kakak laki-laki dari gadis pemilik nama Cho Ira itu.
“Oppa bisa membelikannya lagi untukku,” jawab Ira tanpa merasa bersalah, ia bahkan menjawab tanpa menoleh ke arah Kyuhyun yang baru saja selesai mandi.
“Memang apa bagusnya dia? Dia terkenal karena ayahnya anggota parlemen,” tanya Kyuhyun sambil mengusap rambutnya dengan handuk, berusaha membuat rambutnya kering.
“Dia itu jauh lebih tampan daripada Oppa,” jawab Ira.
“Cih, aku lebih tampan dan lebih berkharisma dari pada Jae-jae impianmu itu,” balas Kyuhyun.
“Di mataku hanya dia yang paling tampan. Dia itu baik, murah senyum, baik, tampan, tinggi, dan suka menolong orang lain,” jelas Ira.
“Dia begitu karena dia anak parlemen,” ucap Kyuhyun sambil berdiri dari duduknya.
Ira mencibir, kakak angkatnya itu sangat menyebalkan.
Tahu begini mungkin Ira tidak mau di adopsi oleh Kyuhyun dulu.
“Hari ini aku kerja lembur, kalau ada apa-apa telfon aku. Kalau kau dikejar preman, bawa mereka ke kantorku sekalian,” jelas Kyuhyun sembari memakai jaketnya.
Ira hanya mengangguk mengerti, di umurnya yang sudah 24 tahun ini, Ira masih menjadi pengangguran selepas dari pelatihan akademi polisi dan keluar dari kelompok agen setelah bekerja 2 tahun. Dulu dia memang ingin menjadi polisi, tapi sekarang minatnya sedikit berkurang karena Kyuhyun.
Setidaknya Ira juga punya otak cerdas, sama seperti Kyuhyun.
“Jangan lupa kunci pintunya kalau kau keluar, mengerti?” pesan Kyuhyun sambil memakai sepatunya.
“Iya-iya, aku mengerti. Cepat pergi!” jawab Ira, ia merasa terganggu karena Kyuhyun yang terus saja mengoceh, dan itu mengganggu acara menonton televisinya.
“Ck, kenapa kau menyebalkan sekali,” gerutu Kyuhyun, ia sudah bersiap di depan pintu.
“Kau yang mengajariku,” jawab Ira sambil tersenyum mengejek.
“Aishh, cepat cari kerja sebelum kau menua sebagai perawan tua dan pengangguran,” ucap Kyuhyun sambil membuka pintu.
“Hya!!” teriak Ira sambil melempar sendal rumahnya, tapi Kyuhyun sudah menutup pintunya lebih dulu.
“Lihat saja, aku pasti mendapatkannya kali ini,” ucap Ira sambil memakan keripik kentangnya.
Kantor parlemen, 12.10 p.m
Ira masih duduk di ruang tunggu. Ia langsung pergi ke kantor parlemen setelah menerima pesan dari perusahaan kalau dia diterima.
Bukan untuk bekerja di kantor, tapi ia bekerja secara pribadi dengan salah satu anggota parlemen.
“Cho Ira-ssi?” panggilan itu membuat Ira menoleh dan mendapati seorang pemuda yang tengah tersenyum menyambut Ira.
“Tuan Jung ingin bertemu denganmu,” ucap pemuda itu, Ira berjalan mendekati pemuda tadi dan mereka berjalan bersama dan menaiki lift.
“Siapa namamu?” tanya Ira.
“Dong Sicheng,” jawab pemuda tadi dengan logat cina yang begitu kental,
“Bisakah kau menggunakan nama lain?” tanya Ira.
Pemuda bernaa Dong Sicheng itu tertawa kecil.
“Winwin, panggil saja aku dengan itu,” jawab pemuda bernama Winwin itu.
Keduanya keluar dari lift.
“Winnie sunbae, bagaimana?” tanya Ira memutuskan panggilan khususnya sendiri,
“Terserah kau,” jawab Winwin.
Mereka berhenti di depan pintu ruangan.
“Kau tidak ikut masuk?” tanya Ira.
“Beliau ingin berbicara empat mata denganmu,” jawab Winwin. Ira hanya bisa mengangguk, ia masuk setelah Winwin membukakan pintu.
Ketika pintu sudah tertutup, Ira berjalan menuju ke arah meja dimana sosok pria paruh baya tengah mengerjakan sesuatu.
“Selamat siang, Tuan Jung,” sapa Ira dengan senyumnya. Pria paruh baya di depannya mendongak kemudian tersenyum.
“Aigoo...Kapan kau datang? Kau berjalan seperti kapas sampai aku tidak tau,” ucap Tuan Jung.
“Maafkan saya, saya memang tidak bisa melepaskan kebiasaan itu,” jawab Ira, ia duduk di kursi depan meja Tuan Jung. Tertulis nama Jung Yonhu disana.
“Mungkin kau banyak berfikir kenapa aku memanggilmu kesini,” ucap Tuan Jung.
“Ne,” jawab Ira sambil tertawa kecil.
“Aku hanya ingin menyampaikan beberapa fakta padamu, aku tidak mau kau kabur ditengah pekerjaanmu. Atau kau akan kecewa,” ucap Tuan Jung.
Perkataan Tuan Jung memang tidak bisa di mengerti oleh Ira, dan Ira hanya tersenyum membalas ucapan Tuan Jung.
“Jangan terkejut ketika bersama dengannya, dia adalah anak yang sangat berbeda dari apa yang kau lihat dipublik. Aku harap kau bisa mengerti, mungkin aku yang terlalu memaksanya,” jelas Tuan Jung.
“Jadi ucapan oppa benar,” batin Ira.
“Apa kau masih mau melakukan pekerjaan ini?” tanya Tuan Jung.
“Aku sudah terlanjur mendapat pekerjaan ini, dan aku tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Pekerjaan apapun ini akan aku lakukan,” batin Ira.
Ia mengangguk mantab sebagai jawaban, Tuan Jung tersenyum.
“Baiklah kalau begitu. Aku ingin kau mengubah semua kebiasaan buruknya, aku tidak peduli bagaimana caramu melakukannya. Yang penting aku ingin kau merubah sikapnya itu, lalu aku ingin kau selalu berada di sekitarnya. Jangan biarkan dia berada diluar jangkauanmu, ikuti kemanapun dia pergi. Dan kau akan mendapat akses penuh ke semua tempatku, dan mulai besok tinggallah di rumahku. Aku sudah menyuruh maid untuk menyiapkan kamar untukmu,” jelas Tuan Jung. Ira mendengarkan setiap penjelasan Tuan Jung kemudian mengangguk mengerti.
“Ne. Saya akan bekerja keras,” balas Ira sambil tersenyum.
“Kalau kau berhasil melakukannya, aku akan memberi apapun yang kau mau,” ucap Tuan Jung.
“Ah ne, sekali lagi terima kasih,” jawab Ira.971Please respect copyright.PENANAff2MQPeJwq
“Assa! Aku pasti bisa mengalahkan jumlah uang yang dikumpulkan oppa dalam satu minggu,” batin Ira.
“Oh iya, aku ingin bertanya padamu,” ucapan Tuan Jung menghentikan acara melamun Ira.
“Apa kau di adopsi oleh Kyuhyun sejak umur 10 tahun?” tanya Tuan Jung.
“Uh? Bagaimana anda tahu oppaku?” tanya Ira. Tuan Jung tertawa kecil.
“Aku mengenalnya, kami bertemu beberapa kali,” jawab Tuan Jung.
“Benarkah? Wuahh...aku belum pernah mendengarnya dari oppa,” ucap Ira.
“Mungkin dia sengaja tidak menceritakannya padamu. Ja...kalau begitu, mulailah bekerja besok, aku akan menyuruh seseorang menjemputmu malam ini,” jelas Tuan Jung. Ira tersenyum sembari berdiri dari duduknya.
“Ne. Terimakasih atas kerja samanya,” balas Ira, ia membungkuk tanda hormat sebelum akhirnya ia meninggalkan ruangan Tuan Jung.
Apartemen, 19.00 p.m
“Iya-iya, aku mengerti,” jawab Ira. Sekarang Kyuhyun sedang memberikan pengarahan pada Ira yang sebenarnya tidak terlalu diperlukan oleh Ira.
“Jangan macam-macam disana, kendalikan dirimu. Disana bukan hutan dimana kau bisa berteriak sesuka hatimu,” jelas Kyuhyun.
“Aku masih punya otak agar tidak melakukan itu,” jawab Ira. Kyuhyun duduk disamping Ira, ia menatap Ira.
“Kalau dilihat-lihat kau ini tidak pantas menjadi polisi,” ucap Kyuhyun.
~pltak!~
“Oppa yang menghasutku dulu,” ucap Ira.
Kyuhyun mengelus kepalanya yang dijitak oleh Ira.
“Kenapa dulu aku menghasutmu, ya?” tanya Kyuhyun pada dirinya sendiri.
Ira mencibir.
“Kapan jemputanmu datang?” tanya Kyuhyun.
“Mereka akan memencet bel kalau sudah datang,” jawab Ira.
~ting~tong~
“Orang itu berumur panjang,” ucap Kyuhyun, ia bangkit dari duduknya untuk membukakan pintu, sedangkan Ira mengambil tas ranselnya dikamar.
Ia tidak membawa banyak barang, karena pastinya ia masih bisa kembali ke apartemen.
“Kau datang untuk menjemputnya?” tanya Kyuhyun begitu membuka pintu.
“Ne,” jawab Winwin.
Yang bertugas menjemput Ira adalah Winwin.
“Jaga dia baik-baik, kalau sampai dia terluka sedikit saja kau yang jadi taruhannya,” pesan Kyuhyun.
“Aku mengerti, hyungnim,” jawab Winwin sambil tersenyum. Kyuhyun menepuk pundak Winwin.
“Uh, Winnie sunbae. Ternyata sunbae yang menjemputku,” ucap Ira yang baru selesai memakai sepatunya.
“Dia sunbaemu, dan lebih tua darimu,” ucap Kyuhyun.
“Dia tidak keberatan aku panggil dengan Winnie sunbae, iyakan?” jawab Ira. Winwin mengangguk mengiyakan.
“Jadi, bisa kita berangkat sekarang?” tawar Winwin.
“Uhm,” jawab Ira.
“Jangan lupa kabari aku,” pesan Kyuhyun, dibalik ucapannya yang menyebalkan, Kyuhyun adalah sosok kakak yang baik. Ia memeluk Ira.
“Arraseo. Datanglah kesana kalau oppa butuh makanan, aku akan memasakkannya langsung disana,” balas Ira, ia balas membalas pelukan Kyuhyun. Tak perlu waktu lama, Ira melepas pelukannya.
“Aku pergi dulu,” ucap Ira sambil melambaikan tangannya ke arah Kyuhyun, Kyuhyun balas melambai kecil pada Ira. Ia memilih menunggu Ira dan Winwin menghilang dari balik tembok sebelum ia menutup pintunya.
Setelah hampir satu jam perjalanan karena jalanan malam ini cukup macet, akhirnya Ira dan Winwin sampai di rumah Tuan Jung.
“Tuan jarang disini, ia sengaja membelikan rumah ini untuk anaknya,” jelas Winwin sambil melepas safetybeltnya, begitu juga Ira.
Keduanya keluar dari mobil dan masuk ke dalam rumah, Ira berjalan dibelakang Winwin.
Mereka sudah sampai di ruang kamar yang berada disamping ruang tamu dan hanya dibatasi oleh almari besar yang berisi beberapa perabotan.
“Kamarmu yang itu, dan yang itu kamarku. Kamarnya yang diatas itu,” jelas Winwin. Ia menunjuk tiga kamar yang menjadi kamarnya, kamar Ira, dan kamar anak Tuan Jung.
Ira mengangguk mengerti.
“Setengah jam lagi kita harus pergi menjemputnya, bersiaplah. Oh iya, ada yang ingin aku berikan padamu,” ucap Winiwin, ia sedikit berlari menuju ke kamarnya.
Tak lama kemudian dia kembali dengan paper bag di tangannya.
“Ini seragammu, Tuan Jung ingin kau memakai ini saat bertugas,” ucap Winwin sambil memberikan paper bag itu ke Ira.
Ira menerimanya sambil mengangguk.
“Baiklah. Kalau begitu aku akan bersiap,” balas Ira, ia tersenyum pada Winwin kemudian berjalan menuju ke kamarnya.
Begitu Ira membuka pintu, Ira sedikit kagum dengan kamar yang ia tempati saat ini.
“Dia benar-benar memberikan pelayanan terbaik pada karyawannya,” komentar Ira, ia menaruh tas punggungnya di atas kasur setelah ia melepas sendal rumahnya.
Ira melepas topinya dan bersiap untuk mandi.
“Ruangan sebesar ini harus kuberi apa, ya?” ucap Ira sambil memandang sekitarnya. Tak mau lebih banyak berfikir, ia menggeleng dan memilih untuk segera bersiap.
30 menit kemudian...
Ira sudah selesai bersiap-siap dan sekarang sedang mengambil satu botol air minum dari kulkas.
“Ira-ah! Kajja!” ajak Winwin yang berteriak dari ruang tamu.
“Ne!” jawab Ira, ia segera berlari ke ruang tamu dengan satu botol air dingin di tangannya. Ira memakai setelan jas yang tadi di berikan oleh Winwin, tak lupa ia menguncir rambut panjangnya.
“Memang dia ada dimana?” tanya Ira begitu ia masuk ke dalam mobil dan memakai safety beltnya.
“Dia ada acara bakti sosial dipanti asuhan,” jawab Winwin, ia mulai menyalakan mesin mobil.
“Dia terlihat normal, seperti biasanya. Aku tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Tuan Jung,” ucap Ira.
Mendengar itu Winwin tertawa kecil.
“Kau akan mengerti nanti, siapkan saja mental bajamu. Jangan terhasut oleh omongannya,” ucap Winwin, ia mulai melajukan mobilnya.
“Kalau aku tidak bermental baja, aku tidak akan tinggal dengan oppaku,” balas Ira.
“Hyungnim? Dia orang yang baik,” tanya Winwin.
“Dia..sunbaemu?” tanya Ira.
“Uhm, dia yang pimpinan pasukanku waktu itu,” jawab Winwin.
“Dia sangat baik padamu,” ucap Ira, ia mencoba untuk berkata sarskasme, pada dirinya sendiri.
ns 15.158.61.20da2