Setelah 30 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di panti asuhan yang dimaksud.
Dan suasananya memang cukup ramai, karena dimana ada ‘dia’ maka disanalah ada wartawan.
“Aku benci melakukan tugas seperti ini,” ucap Ira.
“Bukan kita, kita hanya menjemputnya dan mengikutinya. Bukan menghalangi wartawan seperti itu,” jawab Winwin yang membuat Ira menghela nafas lega.
Tapi sekarang entah kenapa ia jadi gugup, ia akan bertemu dengan idola yang dia bilang adalah tipe idealnya.
Tapi sekarang ia ragu dengan itu.
Suara pintu mobil terbuka membuat Ira menoleh, dan tak lama kemudian sosok itu masuk ke dalam mobil.
Jung Jaehyun.
Anak parlemen yang paling menarik perhatian publik, sosok yang paling di idamkan para wanita karena sifatnya yang diketahui sangat baik bagaikan malaikat.
Jaehyun bahkan masih tersenyum dan melambai pada wartawan seperti biasanya.
Ketika mobil sudah meninggalkan tempat itu, Ira masih mengawasi Jaehyun lewat kaca mobil.
“Berhenti menatapku,” ucap Jaehyun dengan nada dingin yang tak pernah disangka oleh Ira.
“Ah..maaf,” balas Ira.
“Heol, orang ini benar-benar sesuatu,” batin Ira.
“Dia anak baru, jangan terlalu kasar padanya,” ucap Winwin sambil sesekali melirik Jaehyun lewat kaca depan mobil.
“Aku tidak peduli dia anak baru atau bukan,” jawab Jaehyun. Ia melepaskan kancing jasnya dan menarik dasinya, kemudian menyenderkan punggungnya ke kursi sambil memejamkan kedua matanya.
Ira menatap Winwin dengan pandangan yang menyampaikan rasa takjubnya, Winwin hanya membalasnya dengan senyuman.
“Oke, dia jauh dari tipe idealku. Mungkin Winnie sunbae bisa menjadi cerminan tipe idealku,” batin Ira yang langsung memutuskan saat itu juga.
“Aku ingin makan,” ucap Jaehyun.
“Tapi ayahmu bilang kalau ada hal penting yang harus dibicarakan,” balas Winwin.
“Aku tidak peduli, bawa aku ke tempat biasanya,” jawab Jaehyun.
“Hya, bukankah kau harusnya ke tempat ayahmu dulu?” tanya Ira sambil menoleh menatap Jaehyun.
“Hey, anak baru. Kau tidak punya hak untuk melarangku,” ucap Jaehyun, ia membuka matanya sambil menatap Ira kesal.
“Aku punya. Ayahmu membolehkanku,” jawab Ira dengan entengnya.
“Hya!” seru Jaehyun, ia menggertakkan giginya.
Ia sudah lelah dengan dramanya sedari pagi dan sekarang dia harus menghadapi yeoja keras kepala dihadapannya ini.
“Apa?” tanya Ira, dia menatap Jaehyun dengan tatapan menantang.
“Dia memang punya mental baja,” batin Winwin, diam-diam ia tersenyum melihat bagaimana keras kepalanya Ira. Dia sama-sama keras kepalanya seperti Jaehyun.
“Bawa kita ke kantor Tuan Jung,” putus Ira yang tidak mendapat jawaban dari Jaehyun. Sedangkan Jaehyun menatap kesal Ira dan kembali pada posisinya tadi, yaitu menyenderkan punggungnya ke kursi sambil memejamkan matanya.
Dia terlalu lelah untuk berdebat saat ini.
#Kantor
Jaehyun masih saja memejamkan matanya dan tidak mendengarkan perkataan Tuan Jung sama sekali,
Winwin hanya berdiri disamping pintu menunggu acara ceramah itu selesai dengan Ira yang sudah tidak tahan lagi dengan sikap Jaehyun disamping Winwin.
“Nona Cho,” panggil Tuan Jung, ia menyerah menjelaskan semuanya pada Jaehyun.
Ira berjalan ke arah Tuan Jung dan berhenti di sampingnya.
“Kau mendengar apa yang aku jelaskan tadi, kan?” tanya Tuan Jung.
“Ya Tuan,” jawab Ira.
“Jelaskan padanya, aku sudah tidak bisa bicara padanya lagi,” ucap Tuan Jung, Ira mengangguk sekali sebagai jawaban.
“Aku juga tidak mau bicara padamu,” ucap Jaehyun sambil berdiri dari duduknya dan langsung melangkah ke arah pintu.
“Kami pamit,” ucap Ira sambil membungkuk tanda hormat sebelum pergi.
“Oh ya. Tidak perlu tata krama dengan Jaehyun. Lakukan sesukamu,” pesan Tuan Jung.
“Ya, tuan,” jawab Ira.
Sesuai permintaan Jaehyun tadi, mereka makan di restoran yang biasa di datangi oleh Jaehyun.768Please respect copyright.PENANAdrMmBnSVfE
“Besok kau harus pergi menghadiri rapat menggantikan Tuan Jung,” ucap Ira, Jaehyun tidak menanggapi dan masih fokus dengan makanannya.
Ira menghela nafasnya,
“Aku ingin memukulnya sekarang,” ucap Ira.
“Lakukan saja, Tuan Jung sudah memberikan izin padamu,” balas Winwin.
“Tidak usah, aku masih punya kesabaran,” jawab Ira.
Akhirnya Ira duduk di depan Jaehyun dan ikut memesan minuman.
“Siapa yang menyuruhmu ikut makan?” tanya Jaehyun.
“Kenapa? Aku juga membayar disini,” jawab Ira.
“Pergi,”suruh Jaehyun.
“Aku tidak mau,” jawab Ira.
“Ck, kau menghilangkan nafsu makanku,” ucap Jaehyun.
“Baguslah, kalau kau terus melihatku kau akan tahu bagaimana rasanya kelaparan,” balas Ira.
“Katakan apa maumu,” ucap Jaehyun.
“Aku sedang mengawasimu,” jawab Ira.
“Kau bisa mengawasiku dari jauh,” balas Jaehyun.
“Tidak bisa, aku harus mengawasimu sedekat ini agar tahu setiap detail dari dirimu,” jawab Ira.
“Hya, siapa yang menyuruhnya bekerja denganku?” tanya Jaehyun sambil menoleh ke arah Winwin, tatapan Jaehyun terlihat jengah.
Sekarang dia harus menghadapi gadis aneh seperti Ira,
“Ayahmu,” jawab Winwin sambil tersenyum yang dibalas dengan desahan pasrah Jaehyun.
#Rumah
“Ini gila, berapa lama aku harus bertahan dengan gadis batu itu disini?” batin Jaehyun. Ia meminum sodanya sambil menatap ke arah balkon yang menampakkan pemandangan malam hari di kotanya.
“Hya!Jung Jaehyun!!!” teriakan itu berasal dari luar pintu kamarnya, bahkan Jaehyun yang mendengarnya langsung tersedak oleh soda yang sudah terlanjur mengalir di tenggorokannya.
Jaehyun menyeka air soda di sekitar mulutnya.
“Gadis itu benar-benar membuatku muak,” ucap Jaehyun, suara gedoran itu terdengar semakin keras.
Jadi mau tak mau Jaehyun pergi membukakan pintu.
“Perhatikan etikamu, aku ini majikanmu!,” seru Jaehyun begitu membuka pintu.
“Oh. Maaf. Ayahmu menyuruhku agar tidak memakai tata krama padamu,” jawab Ira dengan ekspresi sok bersalahnya.
“Ini. Kau harus hafalkan ini untuk besok, aku sudah mempersingkatnya,” suruh Ira sambil menyerahkan satu tumpukan kertas berisi materi yang harus disampaikan oleh Jaehyun besok.
Gadis itu menarik tangan Jaehyun dan meletakkan tumpukan kertas itu ke tangan Jaehyun kemudian pergi begitu saja.
Melihat kepergian Ira tanpa sepatah katapun, membuat Jaehyun ingin memaki Ira sekarang juga.
“Bagaimana?” tanya Winwin begitu Ira sampai di dapur.
“Dia menerimanya, dengan sedikit tidak terima mungkin?” jawab Ira dengan tawa kecilnya. Winwin ikut tertawa.
“Biasanya kalau aku yang memberikannya, aku yang harus menghafalnya. Dan saat waktu presentasi, dia akan membuatku menggantikannya,” jelas Winwin.
“Benarkah?” tanya Ira, ia tidak jadi meminum jusnya.
“Eo, karena itulah Tuan Jung sering marah-marah padanya,” jawab Winwin.
“Kerjamu bagus juga, tidak salah Tuan Jung memilihmu,” tambah Winwin.
“Tentu saja. Aku ini anggota terbaik di angkatanku,” ucap Ira membanggakan dirinya.
Winwin hanya bisa menanggapi dengan senyum kecil sambil mulai memakan makanannya.
“Ah iya, apa kau dan dia akrab?” tanya Ira.
“Kami teman SMA,” jawab Winwin, Ira mengangguk mengerti.
“Apa dia memang seperti itu?” tanya Ira.
“Tidak juga, dia tidak memperbolehkanku menceritakan tentang itu pada orang lain. Cobalah tanya padanya,” jawab Winwin.
“Itu hal yang sulit,” balas Ira sambil menarik gelas berisi jus jeruk dan mulai meminumnya,
----------------------------------------------------768Please respect copyright.PENANAsegnRWCTHT
thank you for reading my story, hope u like it and give me more love 768Please respect copyright.PENANAoRsURIR6ir