Umurku saat itu 29 tahun, cukup tua untuk seorang perempuan menikah, tapi itulah nasibku baru mendapat jodoh di usia 29. Aku dijodohkan oleh guru ngajiku. Saat itu aku bekerja di pabrik tahun 2009. Meski dijodohkan pada dasarnya aku suka dengan calon suamiku. Orangnya pendiam, berkulit bersih meski tidak putih, bertubuh sedang tidak gemuk juga tidak kurus. Meski hanya buruh pabrik tapi aku merasa yakin dia bertanggung jawab menafkahi. 15 hari saja sejak perkenalan pertama, akhirnya kami memutuskan menikah. Malam pertama kami lalui dengan bahagia, mengayuh birahi sepuas-puasnya. Pertama kali diperawanin tentu saja sakit tapi itu hanya sebentar, selanjutnya kenikmatan demi kenikmatan yang kami rasakan Sampai akhirnya enam bulan kemudian aku hamil anak pertama buah cinta kami. 9 bulan kemudian anak aku lahir laki-laki sehat dan ganteng berkulit putih seperti aku, hidungnya seperti bapaknya mancung. Setelah anak aku berusia setahun, tragedi kehidupan aku di mulai. Sejak anak pertama lahir, suamiku harus dimutasi ke luar kota karena pabriknya pindah lokasi. Karena gaji yang sedikit sementara kebutuhan kami bertambah dengan adanya anak, maka suami memutuskan tinggal di mess pegawai dan sebulan sekali baru pulang kerumah. Kehidupan seks kami biasa saja, tapi menggebu. Karena jarang bertemu. Wajar. Aku selalu puas oleh suamiku meski gaya bercintanya biasa-biasa saja, gak pernah yang aneh-aneh. Ciuman. Puas ciuman dia akan memasukan senjatanya ke tubuhku. Bulan pertama berpisah, tiga bulan berpisah sampai 6 bulan kemudian, baru lah aku merasakan ada kekosongan. ?????? Aku merasa lagi bergeloranya tapi harus ditahan sebulan sekali karena jarak dan waktu. Suatu waktu ketika suami pulang ke rumah, kita habiskan waktu untuk bercinta, dia pun sama hausnya. Dan bertepatan mertuaku datang dari kampung berkunjung. Hal yang biasa sejak kami memutuskan pindah rumah hasil keringat sendiri tidak lagi menumpang dengan orang tua. Mertua ku sering berkunjung, dulu sebelum mertua perempuan aku meninggal mereka selalu datang bersama beberapa hari menginap dirumah sambil hitung-hitung jagain aku dan anak. Tapi setelah Ibu mertuaku meninggal maka otomatis bapak mertuaku datang sendiri berkunjung. Usianya 61 tahun perawakan tegap berotot karena petani rajin mencangkul. Kulit terbakar namun ganteng dengan jenggot tipis, namun tanpa kumis. Waktu suami mau berangkat kerja, suami berpesan ke mertuaku untuk sementara waktu jangan pulang, tetap disini jagain aku dan anak aku sampai suami aku kembali, toh bapak juga gak ada kegiatan apa-apa, sawah sudah panen gak ada hal yang perlu di khawatirkan atau dikerjakan disana. Bapak mertuaku pun setuju, maka tinggallah beliau bersama aku dan anak aku bertiga di rumah. Aku gak risih karena bapak mertua sudah kuanggap Ayah kandungku sendiri, disamping beliau orangnya ramah dan menyenangkan. Dengan tetangga kami pun beliau cepat akrab dan dikenal. Sehari, dua hari hingga seminggu aktifitas kami seperti biasa, gak ada yang aneh. Beliau mengasuh anak aku selagi aku masak dan mencuci atau pun sedang mandi. Begitu sebaliknya. Hingga suatu hari aku lupa hari ke berapa sejak suami ku pergi. Yang kuingat saat itu aku sudah selesai haid, Hari pertama selesai haid biasa saja, kedua dan ketiga masih biasa, di hari ke 4 selesai haid libidoku mulai naik, dan aku mulai gelisah. ???? Hanya bisa pasrah karena harus menunggu dua mingguan lagi suami aku pulang Siang itu aku merasa gerah dan panas, maka aku putuskan untuk mandi. Aku terbiasa melepas semua pakaian aku diluar sebelum masuk kamar mandi dan hanya memakai handuk. Karena kamar mandi aku ada di wilayah yang aman, orang luar atau tamu tidak akan menjangkau kamar mandi kami. Saking tergesanya aku pun celaka. Aku terpeleset di lantai yang basah persis di depan pintu kamar mandi. Separuh badan aku di dalam kamar mandi, separuhnya lagi diluar. Aku berusaha bangkit ternyata sakit sekali, aku gak bisa gerak, kaki terasa nyeri, pinggul dan pinggang juga demikian. Maka aku teriak minta tolong, mertua yang sedang mengasuh anak aku diruang tamu berlari menolong aku. Dan menanyakan kenapa aku bisa jatuh dan kenapa gak hati-hati. Aku jawab sesuai dengan kejadian yang aku alami. Kemudian mertuaku pun meraih handuk aku yang ternyata handuknya sudah terbuka tanpa aku sadari. Aku pikir handuk masih melekat di badan ternyata saat aku jatuh ikatan handuk lepas dan tentu saja seluruh badan aku terekspose di depan mertua. Aku malu setengah mati menyadari tubuh telanjang aku dilihat mertua. Mertua memapah aku, dan aku menjerit kesakitan. Akhirnya mertua menggendong aku ke kamar tidur aku. Pelukan aku kuat karena takut jatuh. Aku seperti orang pacaran dengan mertua. Tapi kulihat mertua biasa saja, hanya kulihat senyuman tipis di wajahnya. Jenggot nya terasa di wajah ku. Sampai dikamar mertuaku menanyakan mana yang sakit. Aku jelaskan bahwa kaki aku bagian atas pangkal paha sakit sekali. Pinggul dan pinggang juga sakit. Mertua kemudian ijin mencari tukang urut, aku pun mengiyakan. 40 menit kemudian mertua aku datang bersama tukang urut, Pak Udin, usia 67 tahun. Beliau terkenal sebagai ahli pijat urut dan pengobatan patah tulang dan lain-lain. Pak Udin tinggal di desa sebelah jaraknya 5 km dari desa aku tinggal. Tapi karena terkenalnya beliau ini sering di panggil ke mana-mana bahkan sering keluar kota di panggil pasien yang kesulitan jalan dan lain-lain. Pak Udin menanyakan keluhanku, maka kujawab sesuai yang aku rasakan. Mertuaku pun ikut menjelaskan kronologis kejadian aku terjatuh di kamar mandi. Pijatan Pak Udin enak sekali namun sakit rasanya. Aku menjerit setiap kali Pak Udin mengurut bagian pantat aku. Handuk diturunkan kebagian pantat aku. Setengah jam kurang lebih pak Udin mengurut pinggang, pinggul dan punggung aku. Kemudian pak Udin menanyakan bagian mana lagi yang dirasa sakit. Pijatan di punggung membuat aku sedikit mengantuk maka ketika pak Udin bertanya aku sedikit terbangun dan menjawab spontan, bagian pangkal paha, karena memang aku merasa disana sakit sekali. Maka aku disuruh balik badan, kemudian pak Udin mengurut kaki ku, dari telapak kaki, ke betis dengkul kemudian paha. Saat pijatan menuju pangkal paha, pak Udin sedikit menyibakkan handuk yang aku pakai. Aku merasa bagian vagina aku terekspose tapi tak bisa berbuat banyak karena merasakan kesakitan yang luar biasa. Bagian pangkal paha terasa sakit sekali begitu dipijat Pak Udin. 15 menit berlalu, pak Udin meminta aku berdiri dan mencoba untuk jalan. Aku pun menuruti perintah pak Udin, aku berjalan dan Alhamdulillah aku bisa jalan dan tidak sakit lagi meski masih terasa nyeri sedikit di pangkal paha. Pak Udin menanyakan kondisiku. Aku pun menjawab masih nyeri sedkiti dipangkal paha. Pak Udin pun tersenyum dan meminta aku kembali berbaring. Sambil kelakar pak Udin bilang, “Sini Bapak bikin enak pangkal pahanya. Ini mah cuma minta dicas doank kok.” Aku yang gak paham maksud perkataan pak Udin apa, dan juga gak mau tahu, akhirnya berbaring lagi masih dengan handuk di badan. Pak Udin kembali mengurut bagian betis dan paha aku hingga ke ujung paha. Pas pangkal paha, baru aku merasa bahwa jari pak Udin menyentuh bibir vagina aku. Tapi aku berusaha menepis pikiran macam-macam karena aku merasa itu proses pengobatan dan wajar jika tersentuh karena posisinya berdekatan dengan paha yang bagian sakitnya. 20 menit gerakan pak Udin memijat berulang-ulang dan menyentuh bibir vagina, kemudian pak Udin mengangkat kaki aku ke atas, kemudian melipat kaki aku dengan posisi lutut di atas, telapak kaki menapak di Kasur. Otomatis posisi tersebut membuat handuk aku jatuh ke perut semua dan bagian bawah aku terekspose. Kemudian pak Udin lanjut mengurut dengkul aku turun ke paha ke bawah. Posisinya dua dengkul aku di bagian dada Pak Udin. Pak Udin berdiri berhadapan dengan ku saat mengurut aku. Aku malu karena tubuhku sekarang dilihat oleh 2 orang aki-aki. Yang satu sedang mengurut aku, yang satu mertua aku menyaksikan prosesi mengurut sejak awal. Saat mengurut turun dari dengkul ke paha aku, tiba-tiba jari tangan Pak Udin membuka bibir vagina aku dan jari telunjuk masuk kedalam. Aku melenguh panjang gak siap dengan “serangan” Pak Udin yang tiba-tiba itu. Mukaku merah malu bercampur nafsu. Hanya tiga kali aku merasa jari Pak Udin keluar masuk vagina, kemudian dia berdiri dan bicara ke mertua bahwa pijatannya sudah selesai dan InsyaAllah aku sudah sembuh. Tanpa basa basi, Pak Udin bilang ke mertua aku bahwa untuk keseleo dan sakit akibat jatuh sudah beres dan gak ada yang parah hanya beberapa urat saja yang harus diluruskan dan sudah dibetulkan Pak Udin. Tapi memek aku yang harus di tengokin karena di dalam memek otot-ototnya tegang. “Silahkan tengokin pak istrinya. Kasihan mumpung lagi masa subur tuh…” Sambil cengengesan pak Udin menjelaskan ke mertua aku, disangkanya aku istrinya mertua. Aku merasa hina, sudah dicolok-colok tangan aki-aki tukang pijat. ???? Kemudian mertua mengantarkan pak Udin kedepan. Gak lama mertua kembali ke kamar. Posisi aku sedang berdiri membelakangi pintu masuk kamar, aku sedang mencari baju. Tiba-tiba mertua membekap dari belakang menarik handuk aku dan melempar jauh. Aku pun kaget dan baru sadar kalau mertua juga sudah telanjang bulat dalam kamar aku. Aku menjerit, dan berusaha berontak lepas dari mertua. Namun tenaga mertua cukup kuat, aku pun pasrah apa yang terjadi sambil terisak menangis. Aku terlentang dikasur, kaki aku dipundak mertua ketika penis mertua mulai masuk ke vagina aku ???? Aku menjerit sakit serasa diperawanin lagi padahal aku sudah punya anak satu. Ternyata penis mertua lebih besar dari suami ?????? Mertua ku melenguh seperti kerbau di cucuk hidung nya “Kenapa kamu masih sempit begini Nduk? Padahal kamu sudah punya anak, kamu jarang dipakai anakku ya??” Aku gak menjawab, air mata berjatuhan karena aku sudah diperkosa mertua sendiri. 40 menit aku orgasme, tapi mertua belum juga ada tanda-tanda mau keluar. Beliau meminta aku berbalik badan dan nungging, aku di tusuk lagi dari belakang dan kembali mertua aku menghajar aku sampe aku orgasme kedua kali dan beliau pun akhirnya muncrat didalam vagina aku. Aku hanya bisa menangis beliau pun minta maaf Karena khilaf. “Bapak sudah lama gak melihat perempuan telanjang Nduk sejak ibumu meninggal.” Aku gak menjawab apa-apa, kemudian ke kamar mandi dan bersih-bersih badan. Satui dua hari kami tidak bertegur sapa, aku sibuk dengan urusan dapur dan anak. Hari ketiga, malam hari aku merasa gatal di vagina, dan kangen ingin diperkosa mertua lagi. ?????????????? Aku berusaha menenangkan hati dan pikiran agar rasa gatal di vagina ini berkurang. Tapi semakin berusaha semakin gatal rasanya. Setelah menyusui anak, dan anak aku tertidur, aku pun berusaha untuk tidur memejamkan mata. Kemudian gak lama mertua aku masuk kamar posisi sudah telanjang. Kamar kami memang gak ada pintu hanya ditutup gorden saja. Jadi emang siapa saja mudah masuk ke kamar. Aku yang sedang dilanda birahi tak berdaya untuk kedua kalinya mertua menggagahi aku. Beliau langsung menyerang vagina, disedot dan dihisapnya vagina aku sampai orgasme. Suami aku gak pernah melakukan itu, jangankan menyedot itil, mencium pun tidak pernah. Sesekali aja tangan suami menyentuh bibir vagina. Itu pun mengusap sekilas saja. Malam itu untuk pertama kalinya aku baru tahu bahwa oral sex itu sangat nikmat. Aku yang lemas setelah orgasme tidak bisa berbuat banyak ketika mertua menghujamkan senjatanya. Aku hanya bisa melenguh “…ahhhhhhhh…” Kami mengayuh birahi hingga subuh, berbagai macam gaya kami lakukan yang aku baru alami pertama malam itu karena selama ini dengan suami aku hanya di bawah telentang gak ada gaya lain. Entah 3 atau 4 kali mertuaku ejakulasi di dalam rahimku malam itu. ???? Sebelum suami pulang, mertuaku balik ke kampung karena ada keperluan mendadak. Dia hanya titip salam buat suami aku. Suami aku ketika pulang rupanya sedang sakit flu dan batuk sehingga dia tidak mengajak aku bercinta. Dua hari dirumah dia hanya tidur saja selepas minum obat flu. Ketika hendak berangkat kerja lagi suami telpon mertua, minta untuk datang kerumah lagi jagain aku dan anak. Suami bilang bahwa dia akan pergi kerja. Suami pun berangkat kerja. Mertua aku datang tiga hari kemudian. Seperti biasa akhirnya kami kembali bercinta. Aku yang haus kasih sayang, dan mertua yang mampu membuat aku bahagia. Tiap malam selama 2 minggu kami saling memuaskan birahi kami. Dan mertuaku selalu mengeluarkan spermanya di dalam vaginaku. Hingga suatu malam, aku menangis, aku bilang, “Cukup Pak, kita sudah banyak dosa, aku gak mau lanjut lagi..cukup sampai disini. Aku gak mau rumah tangga aku hancur. Anggap saja ini mimpi buruk dan kesalahan kita. Lupakan saja.” Mertua yang kaget mendapati aku tiba-tiba berubah pikiran, gak ada angin gak ada hujan. Mertua memeluk aku dan aku pun menangis sejadi-jadinya. Mertua pun mengusap-usap kepala aku dengan lembut seperti sedang mengelus kepala anak gadisnya “Kamu hamil Nduk???” Aku yang terkaget dengan perkataan mertua kemudian melepaskan dari pelukan mertua. “Darimana Bapak tahu??” Aku heran kenapa mertua bisa tahu aku hamil. “Bapak tahu, dari memek kamu yang makin gigit beberapa malam ini, dan lendirnya bau harum. Kemudian payudara kamu agak besar. Itu beberapa tanda wanita hamil.” Aku hanya diam dan menangis. Karena memang aku hamil, sudah seminggu telat dari jadwal haid seharusnya dan ketika beli testapack, aku positif. Mertua bahagia bahkan dia berjanji menjaga aku, tapi aku berencana menggugurkan kandungan ???? Gak mungkin aku hamil sama mertua. Aku menjauh menjaga jarak. Dan mertua pun gak maksa. Mungkin dia khawatir aku keguguran. Saat jadwalnya suami pulang, ternyata dia ambil cuti seminggu. Aku gunakan kesempatan itu untuk bercinta dengan suami sepuasnya. Selesai cuti dia balik kerja. Dua minggu kemudian aku kabari suami, klo aku hamil ???? Suami bahagia banget, meminta aku menjaga kandungan aku sebaik-baiknya. Dan berharap anak aku perempuan.???? Pedih rasanya aku harus berdusta pada suami. Aku merasa kotor dan hina ?????? Sejak suami tahu aku hamil, mertua gak pernah datang lagi berkunjung. Suami meminta jaga pun beliau selalu beralasan sibuk dan berbagai alasan lain.
ns 15.158.61.8da2