Aku semakin tenggelam dalam dunia maya. Speak-speak Iblis dari para lelaki hidung belang di Twitter semakin melenakan aku. Namun demikian prinsipku tetap, jika harga cocok kita lanjut, jika tidak silahkan cari yang lain. Banyak permintaan, dari yang sekedar iseng dari berondong-berondong gak jelas, hingga beberapa ajakan serius lelaki paruh baya. Karena harga tidak cocok maka obrolan kami sepintas lalu saja. Amaq Rachmat masih menghubungiku beberapa kali, tapi hanya dua kali aku bisa menemani Amaq, selebihnya aku gak bisa. Kebetulan sedang haid atau aku berhalangan sakit. Anggota Dewan itu pernah mengajakku nikah siri, namun kutolak secara halus. Banyak alasan yang membuat aku harus menolak tawarannya. Terutama soal sex. Hingga suatu hari, saat aku sedang melamun di pantry lantai 11 pada sebuah Gedung, “Malam ini free gak? Saya mau booking nih ??,” demikian sebuah pesan singkat masuk ke dalam Hp-ku. Aku melihat nomor yg tak dikenal, jariku mulai bergerak. “Bisa Om, dengan siapa, dimana?” ucapan standar seorang customer service yang biasa melayani pelanggan aku gunakan. “Saya Dadang, Bun. Umur 50, malam ini saya tunggu di Hotel Maharaja Mampang yaa. Kamar 205,” jawabnya lagi. “Siap Om…” balasku menutup obrolan itu. Deg-degan aku segera menyelesaikan semua pekerjaanku, agar aku bisa menyiapkan diri untuk malam nanti. Tak lama berselang sebuah pesan masuk lagi. Bukti transferan si Om masuk ke rekening aku. Aku hanya tersenyum, semakin semangat bekerja membereskan semua, gak sabar rasanya bertemu klien baru. Aku sudah di depan kamar itu, ragu-ragu tanganku mengetuk pelan. Ingin rasanya berbalik arah, tapi kaki ini berat diajak melangkah. “Sebentar…” jawaban dari dalam kamar, kemudian terbuka perlahan, tak kulihat siapa-siapa disana. Aku perlahan masuk, kamar itu kosong, terdengar air keran kamar mandi gemericik. “Santai aja ya, silahkan..saya mandi dulu,” teriak suara dari kamar mandi. Seperti pernah dengar, tapi dimana? Aku pun mencopoti bajuku, kemudian merebahkan diri, membelakangi pintu kamar mandi. Tubuhku sudah polos, sengaja aku ingin segera urusan ini berakhir agar aku bisa segera pulang ke rumah. Tak lama terdengar pintu kamar mandi terbuka. Aku masih membelakanginya. “Wahhhh…sudah siap nantangin aja nih…” suara lelaki itu terasa familiar. Kurasakan seseorang naik ke tempat tidur dibelakangku. “Gak mandi dulu, Bun biar seger…” tawarnya. Sebuah tangan mengusap punggung dan bokongku. “Hmmmmm seksi, masih sekal meski anak dah tiga,” pujinya sambil tangannya tetap menggerayangi tubuhku. “Kamu lagi ngambek ya? Kok aku dibelakangi begini?” ucapnya lagi. Aku pun perlahan membalikan Badan dan…. Deeeggghhh…?????? Bagai disambar petir, aku kaget dan berusaha menutupi tubuh polosku dengan kedua lenganku. “Lho kenapa takut?” senyum lelaki berkulit bersih itu. Wajahnya cukup tampan, halus dan licin. Aku sering dibuat penasaran setiap menatap wajahnya, perawatan di mana mukanya demikian halus. Sementara aku yang perempuan saja kalah bersinar. Namun bukan itu yang membuat badanku gemetar ketakutan. Lelaki ramah itu, lelaki yang setiap pagi dan sore aku buatkan minum, dan aku belikan makan siang setiap hari. ?????? “Pak Yoga?” bibirku bergetar menyebut namanya, boss-ku. Yoga Perdana, seorang direktur perusahaan pengeboran minyak, sedang menatap tubuh bugilku. Kusaksikan pula beliau pun sama bugilnya. “Maaf Pak, saya…sayaaaa…sayaa….hikss…hiksss…hiks…” aku mulai menangis. Direngkuhnya tubuhku, aku sedikit berontak. “Gapapa Bun, saya sudah tahu lama kok. Hanya baru sekarang, ada waktu berduaan sama kamu,” rayunya sambil mengusap-usap kepalaku. “Awalnya, terus terang saya pun kaget mendapati nomor HP kamu tersebar di Twitter. Tapi saya coba cari tahu kenapa permasalahannya…” papar Pak Yoga menerangkan. “Saya sudah tahu soal kondisi suamimu dan soal ekonomi keluarga kalian. Sebenarnya sejak pertama lihat kamu saya suka, tapi saya gak pernah berani merayumu, La. Nasib saya beruntung, ketika tahu kamu bisa saya booking. Saya langsung transfer dan gak minta foto sama kamu kan?” ucapnya lagi menjelaskan. Aku baru sadar, si Om gak pernah menanyakan nomor rekening aku tapi dia sudah transfer. Rupanya dia atasanku sendiri yang dengan mudah bisa akses dataku. Perlahan bibirnya mulai merangsangku, aku bergidik…malu, takut serba salah. “Kamu gak usah takut sayang, kita nikmati malam ini yaa…” rayunya lagi sambil terus berusaha merangsangku. “Tolong jangan pecat saya Pak…” hibaku memohon padanya. “Tenang, saya gak akan pecat kamu, kalau kamu malam ini melayaniku dengan baik,” ancamnya tegas. Aku pasrah ketika dia mulai mengecup bibirku. Lidahnya berusaha membelit lidahku, disedotnya bibirku kuat-kuat hingga aku gelagapan menerima serangan itu. Aku berusaha membalas belitan lidahnya, saliva kami bertukar tempat. Bibirnya turuh ke leherku, hingga tiba di bagian payudaraku.Habis payudara yang tidak seberapa ini, putingnya digigit kuat-kuat hingga aku menjerit dan menjambak rambutnya. Dibawah sana cairan merembes dari lubang vaginaku…becek…. Tangannya mengobel-ngobel bibir vaginaku. Aku terengah-engah berusaha meraih batang penisnya. Terasa hangat dan membengkak. Kutaksir besar juga, keras dan bengkok ke kanan. Aku bergidik membayangkan penis bengkok itu merusak rahimku “Ahhhh….sshhsh…..sdh pak…aku gak tahan…” erangku menerima serangan bertubi-tubi dari Pak Yoga. “Kenapa sayang ehhhh…hmmm cupp.cuppp..muuaaaccchh ahhhh…” racaunya disela-sela serangan. Kasar dia buka pahaku lebar-lebar. Dicaploknya memekku dengan buas. Disedot, dihisap…aku belingsatan. “Ahhhh….ooohhh…ppaaaaakkk…ahhhh hmmmm…ahhhhhhh ahhhh.” Banjirlah cairan itu keluar, dijilatinya cairanku hingga ludes. “Cccppp..ccppp..cccpp sssseeeeppphh ahhhh..manis juga…sshhh sssepphhh.” Aku tergeletak lemas setelah dilanda orgasme yang nikmat. Kulihat batang itu masih tegak berdiri ke samping mencari mangsa. Tangannya semakin melebarkan pahaku, aku tahu sebentar lagi aku akan dibombardir oleh penis itu. “Heeeeghhhh ahhhh…” tertahan eranganku ketika tiba-tiba penis itu menghujam keras ke vaginaku. “Terima ini sayang ….rasakan senjatakuuuuu…ahhhh ahhhh…ssshhhh legitnya…anjiiing memek nya..memek nakal…annnnjjiinhhggg.” makinya keras sambil menggenjot ganas vaginaku. Aku memutar pantatku ketika kurasakan dinding samping vaginaku ditusuk benda keras itu. Sensasinya luar biasa…dinding rahim yang gak pernah tersentuh sebelumnya…malam ini seperti digelitik hingga kegatalan melanda diriku. Aku berusaha memutar bokongku kencang-kencang agar rasa gatal ini berkurang. Semakin aku giat bergoyang memutar, semakin gatal kurasakan dinding memek dan rahim ini. “..ahhhh…ahhh…ohhh…” aku mencengkram punggung Pak Yoga, kuku jari-jariku menancap dipunggungnya. Dia tak menghiraukan kelakuan ku…tusukan nya konsisten keras dan tajam, tiba-tiba melambat ditariknya pelan-pelan keluar penisnya ..aku orgasme mendapat perlakuan tersebut… Ssrrr…srrrr…srrrrr…kurasakan rembes keluar vagina. “Ahhh…ahhh…aku keluar Paaaaaakkkkhhhhh,” kakiku kencang melibat pinggangnya. Diambilnya air mineral di samping tempat tidur dan diberikannya padauk… “Minum dulu sayang…” Penisnya tetap bersarang di vaginaku tak terlepas. Aku meneguk minuman itu menghilangkan dahaga. Kembali dia menyerangku dengan keras….aku hanya bergoyang pasrah menerima tusukan-tusukan kasarnya. Perih….gatal…enak… sakit bercampur menjadi satu, aku sudah gak peduli. Hingga kemudian dia mengeram kencang ..menekan penisnya dalam-dalam. Mendekap tubuhku erat hingga nafasku sesak. Crooot crooot.. croot …serrrrr….serrrrr .srrrrrrr…ahhhhh…oh…hmmm, kami orgasme bersama menikmati puncak nya hubungan kelamin kami. Aku gak sanggup bangun ketika setelah itu penisnya mengecil dalam vaginaku. Kulihat Pak Yoga beranjak ke kamar mandi. Dan aku terlelap kelelahan. Entah berapa lama aku terlelap..hingga aku merasa lidahnya menari-nari di lubang vagina ku…ahhhhh….aku diserang lagi. Belum hilang rasanya remuk redam ini..kini aku harus bersiap diri disetubuhi lagi. “Banguuun sayang ..ucapnya lembut ditelingaku. “Kita ewe-ewe sekali lagi yaa…” rayunya mesum. Aku tak menjawab, menjambak rambutnya ketika kepalanya kembali menyerang vaginaku bertubi-tubi. Dan pagi itu aku disetubuhinya kembali. Hingga aku orgasme dua kali dan dia kembali menyemburkan lahar panasnya ke rahimku. Kulirik HP-ku, pukul 08.15..apaaaa?? Aku segera bangkit, namun kembali terjerembab…aku lemas. Aku harus segera mandi dan kerja. “Tenang sayang …tenang ..kamu istirahat dulu, kamu ambil cuti yaa..kasihan tubuh kamu masih lemas,” pak Yoga memerintahku. “Tapi pak…saya harus kerja,” bantahku. “Kamu lupa aku Bossnya?” ucapnya tegas dan aku hanya pasrah ketika tangannya kembali merengkuh tubuhku rebah disampingnya Siang itu aku kembali terlelap di kamar hotel yang jadi saksi semalaman aku dihajar Boss-ku, tak kenal ampun. Dan sekali lagi akhirnya aku harus rela disetubuhi atasanku. Sebelum dia meninggalkan tubuh telanjangku tergeletak lemah. “Saya ada meeting, kamu boleh istirahat sampai kamu pulih, setelah itu pulanglah. Besok kamu baru ke kantor yaa,” senyumnya ramah sambil melemparkan beberapa uang lembaran 100.000-an. Sepeninggalnya, aku berusaha bangkit dari tempat tidur yang sudah berantakan ga karuan akibat peperangan kami seharian ini. Tertatih aku menuju kamar mandi, kemudian mandi junub. Aku membersihkan sisa-sisa sperma di tubuhku. Kemudian bergegas keluar hotel dan pulang. Aku lupa mengabari suamiku, alasan apa yang harus aku pakai kalau suami bertanya kemana saja seharian gak ada kabar. Dalam perjalanan dan memikirkan alasan yang harus aku buat, aku terlelap dalam bus jurusan Blok M-Tangerang. Tubuhku butuh istirahat dan melupakan sejenak segala alasan, ketakutan, dan kenikmatan duniawi yang kurasakan.
ns 15.158.61.8da2