Semenjak kepergian mertua ku, suami menjadi dingin terhadapku. Meski dia tak menceraikan aku, tapi sikapnya yang cuek seakan aku tidak ada, malah membuat aku tersiksa dan semakin berdosa. Dan sikapnya yang dingin tersebut malah semakin membuat aku terperosok ke lembah nista. ?????? Setahun suamiku diam tak bertegur sapa, kecuali dia bicara dengan anak-anak nya. Tidur kami masih seranjang tp tak pernah bersentuhan. Suatu hari ketika suami bekerja, anak-anak aku demam dua-duanya. Aku panik gak ada lelaki dirumah. Gak tahu harus bagaimana. Kemudian teringat pak RW tetangga kami. Maka aku bergegas ke rumah Pak RW untuk minta bantuan Pak Kaswani, ketua RW kami berusia 56 tahun. Anaknya sudah dewasa dan berkeluarga. Di rumahnya Pak RW hanya tinggal dengan istrinya. Terkadang istrinya menginap dirumah anak-anaknya karena kangen dengan cucu-cucunya. Saat kuketuk pintunya, Pak RW yang hanya berbalut sarung tergopoh-gopoh keluar. Sepertinya beliau sedang tidur, memang hari ini hari libur. Dan jam siang menjelang sore begini saatnya enak untuk istirahat memejamkan mata. Dengan berat hati aku ceritakan kondisi aku dan meminta bantuan Pak RW utk mengantarkan aku ke Klinik. Pak RW menyanggupinya dan meminta waktu sebentar untuk mandi dan berpakaian. Aku putuskan kembali ke rumah dan menunggu kedatangan Pak RW. Tak lama berselang Pak RW datang dengan sepeda motornya. Kami bergegas ke klinik. Rupanya anakku demam biasa saja, kebetulan memang akan berganti musim jadi cuaca pun jadi penyebab anak-anak demam. Cukup lega mendengar paparan dokter, aku pun mengucapkan terimakasih kepada dokter dan pak RW atas bantuannya. “Jangan sungkan-sungkan Nak Ella, sudah jadi kewajiban Bapak selaku ketua RW mengayomi warga Bapak.” Suaranya yang dalam dan tenang masuk ke hatiku terasa disiram air sejuk pegunungan yang damai. “Kalau ada apa-apa lagi jangan sungkan-sungkan yaa. Tengah malam ketuk saja pintu rumah Bapak.” Ucap pak RW berpamitan setelah mengantar aku ke klinik. Aku pun kembali mengasuh anak-anak aku dan kesibukan ibu rumah tangga lainnya. Malam hari demam anakku kembali tinggi dan menggigil. Aku kembali panik. Kompres sudah dari tadi tapi demamnya tidak kunjung turun. Maka sedikit berlari aku mengetuk rumah Pak RW . Sambil terisak aku minta maaf tengah malam begini membangunkan Pak RW. Pak RW segera berlari ke arah rumah aku setelah mendengar penjelasanku. Aku mengikutinya dari belakang. “Anakmu butuh pelukan sepertinya Nak Ella” Segera pak RW membuka bajunya kemudian menggendong anakku yang pertama. Dipeluknya erat-erat sambil tetap diberikan kompresan dikeningnya Aku yang bingung gak tahu harus ngapain, kemudian pak RW menegurku. “Itu anakmu yang perempuan harus kamu peluk juga Nak. Kulit Ibunya akan membuat hangat dan nyaman anakmu.” Kaget, aku segera bergerak tergesa membuka bajuku tanpa sadar kalau di dalam kamar ada org lain yang bukan mahramku. Kemudian aku peluk anak aku erat-erat dan aku baringkan di tempat tidur. Kulihat pak RW masih asyik berdiri memeluk anaku dan dibelai-belainya kepala anakku sambil ditembangi (disenandungkan nyanyian). Satu jam lebih mungkin kami ada dalam posisi bgini aku terbaring sambil memeluk anak yang perempuan, sedangkan pak RW berdiri di pojok kamar tanpa baju memeluk anakku yang laki-laki. Alhamdulillah usaha kami berhasil, anak-anak terlihat tidur nyenyak dan suhu tubuhnya juga kembali normal. Pak RW bergerak mendekat ke tempat tidur dan mencoba membaringkan anaku di samping aku. Namun tiba-tiba anakku terbangun dan nangis. Dan memeluk erat pak RW gak mau lepas. “Ayah, jangan pergi. Ayah tidur disini, Aa mau tidur sama Ayah.” Anakku yang lelaki menyangka pak RW adalah ayahnya. Kulihat matanya terpejam tapi airmatanya mengalir. Pak RW kelihatan bingung. Aku berbisik minta kerelaan Pak RW untuk tinggal sejenak menemani anak-anak. Pak RW pun merebahkan badannya sambil tetap memeluk anakku. Aku terlelap mungkin karena kelelahan. Tak lama pak RW membangunkan aku perlahan dan meminta ijin pamit pulang. “Gak enak sama tetangga Dek, kalau bapak nginap disini.” Begitu ucapnya ketika aku sudah membuka mata. Aku yang baru sadar kalau tubuh bagian atas kami sama-sama telanjang berusaha menutup payudaraku dengan kedua tangan. Pak RW kelihatan salah tingkah dan jakunnya turun naik menyaksikan tubuhku. “Maaf Dek, bapak pamit dulu.” Sambil beranjak dari tempat tidur, kulihat sarung pak RW mengacung tegak bagian bawahnya. Aku pun ikut bangun dari tempat tidur den posisi tangan masih menutupi kedua payudara ku. Kucari2 kemana baju tadi tak jua kutemukan. “Terima kasih ya Pak atas bantuannya dan mohon maaf kalau merepotkan Bapak.” Ucapku sambil mengikuti pak RW ke arah pintu kamar. Tanpa kuduga pak RW tiba-tiba membalikkan badan, aku yang gak siap dan tetap berjalan kedepan, akhirnya tubuhku menabrak pak RW dan aku terjengkang. Pak RW refleks menangkap tubuh ku Sayangnya tangannya malah meraih payudara ku sementara tangan yg satunya meraih bokong ku Aku menjerit lirih … “…ohhh maaf dek maaf..” Pak RW tergagap. Kondisi kami saat ini berpelukan. Aku terbaring setengah hengkang ke belakang disangga tangan pak RW. “Ahhhh..” Aku mendesah ketika jari-jari pak RW yang tadi ada di payudaraku bergeser menjauh. Kami berciuman tanpa tahu siapa yg memulai dan siapa yg memancing ?????? “Dek…” Hanya itu yang kudengar dari mulut pak RW yang sibuk melumat bibir aku. Tangannya bergerilya mencopoti pakaian bagian bawah tubuhku. Aku baru sadar klo pak RW memanggil ku dengan sebutan Dek yg biasanya adalah Nak. Tapi otakku sedang sibuk mencerna bagaimana caranya membalas ciuman pak RW dan seterusnya. “Dek….. “ Sekali lagi kudengar mulut pak RW berkata. Maka aku pun membalasnya, “ya…yaaaaahhhh, Pak ahhhh…” Tubuhku ditariknya ke kamar depan meninggalkan anak-anak aku yang terlelap mimpi indah. Sementara ibunya sedang dibawa menuju akan keindahan oleh pak RW tetangganya. Kecupan dan jilatan lidah pak RW menjelajah seluruh tubuhku tak ada satupun terlewat. Aku hanya mendesah dan mendesah sambil tanganku berusaha melepaskan sarung Pak RW. Tahu akan kelakuan tanganku pak RW pun membantu dengan mengendorkan pelukannya. Tanganku kemudian mendapati gundukan di celana dalamnya dan tanpa sadar mengelus kemudian menggenggamnya. Besar….tanganku cukup panas meraskan benda tumpul itu membengkak dan berkedut-kedut di telapak tanganku. “Dek….boleh ya Bapak….” Pinta pak RW dengan tatapan nakal ke arahku. Aku menutup muka malu2 dan mengangguk pelan. Kurasakan benda tumpul itu mulai menggesek-gesek di kelaminku. Refleks aku lebarkan pahaku menanti benda itu masuk lebih dalam. “Dek, ahhhhh….kamu sempit sekali.” Aku hanya membuang muka saat pak RW menatap ku. “Kapan kamu terakhir dimasuki dek….” Cecar pak RW tanpa punya malu. Aku hanya diam tak bergerak. “Hayooo jawab..klo gak, bapak cabut nih ..” Ahhhhh aku menjepitkan kakiku ke pinggang pak RW, seolah melarang Pak RW menarik senjatanya keluar dari sarangku. “Ayooo jawab..kalau masih diam, Bapak cabut nih…” “Aahhhh Pak…ahhh…udah lama Pak” Jawabku dengan nafas memburu. “Kapan?” Tegas pak RW mengintimidasiku. “Setahun Pak..” Jawabku asal. Dan mungkin setahun atau bahkan lebih aku sendiri sudah tak ingat jelas. “Hehehehe…pantes sempit lagi. Jarang digunakan rupanya.” “Bapak pakai ya dek …” Senyum mesumnya mengembang sambil menggenjot tubuhku. Desahan demi desahan kami menggema di kamar itu memacu keringat. “Dek…Bapak mau keluar,” Ujar pak RW setelah aku mengalami orgasme entah berapa kali sudah tak kuingat….otakku sibuk menikmati kenikmatan yang lama tak kurasakan. Pak RW berusaha menarik Pelirnya keluar tapi tiba-tiba tanpa aku bisa mencegahnya kedua kakiku malah mengunci pinggang Pak RW. “Dek…ahhh aku mau keluar” Racau pak RW ketika kukunci pinggulnya agar tak lari keluar. Dan croot..croot…crot..serrr…serrr… Bersamaan orgasmeku yang kesekian kali, sperma pak RW menyembur di dalam rahimku Ahhhh aku mendesah ketika pak RW menarik kontolnya lepas dari vaginaku. Ada yang kosong kurasa di bawah sana. Yang tadinya begitu penuh terasa. “Dek….kamu bisa hamil lho,” Ucap pak RW sambil mengecup keningku. Aku pun diam dan menutup wajahku dengan bantal. “Ehhhh…nakal ya…malah nantangin Bapak. Awas ya kamu Bapak bikin hamil lho…” Canda pak RW sambil menarik bantalku dan menciumi wajah ku. 10 menit berciuman gairahku naik kembali dan kulihat pak RW pun sama. Maka aku memberanikan diri naik keatas tubuh pak RW. “Mau apa dek….” Tapi aku tak peduli. Aku duduki perut pak RW dan kumasukan penisnya ke memekku. Aku mendesah pak RW pun demikian… Aku goyang dan putar tubuhku di atas pak RW. Pak RW gelagapan mendapat serangan ngebor dariku. “Ahhhhh kamu pintar sekali dek….ahhh enak dek.” Aku bersemu malu mendapat pujian, entah kenapa aku jadi binal dan belajar dari mana tiba-tiba tubuh bisa bergoyang dahsyat diatas perut pak RW. ?????????????? Malam itu kami lalui dengan bercinta hingga pagi. Aku bangun kesiangan jam 07.00 baru aku bangun. Pak RW kulihat masih terlelap telanjang. Tubuh itu semalam telah memberikan kepuasan yang sudah lama kudambakan. Aku beranjak ke kamar anak-anak. Kulihat mereka berdua masih terlelap tak berdaya. Akhirnya aku siap-siap bikin sarapan dan beres-beres dapur.
ns 15.158.2.213da2