
Merlita masuk ke dalam mobil dengan perasaan gembira. Karena sebentar lagi, memek binalnya itu akan segera dientot oleh sang ayah tercinta. Dalam perjalanan, Merlita mengirim chat pesan bahwa dia sedang dalam perjalanan. Menuju ke kantor bisnis haram milik Dharma.
“Papa, aku sekarang lagi otw ke sana. Nanti langsung entot memek aku yaa, Paa. Soalnya udah gatel banget pengen dientot sama Papa. Memek aku udah becek,” tulis Merlita kepada sang ayah. Karena pada saat itu, lubang memek milik Merlita sudah sangat basah.
Perjalanan dari sekolah menuju ke kantor Dharma, memakan waktu satu jam. Namun 10 menit berselang, di saat Merlita sudah hendak sampai ke kantor Dharma. Dia menerima balasan pesan chat dari sang ayah. Yang di mana balasan chat itu mengecewakan baginya.
“Merlita, Papa minta maaf sayang. Papa siang ini ada meeting mendadak dengan calon client baru Papa. Bisa kah kita tunda sampai nanti malam? Karena Papa sekarang juga sedang tidak di kantor,” balas Dharma dengan penuh penyesalan. Meeting ini tak terduga baginya.
“Kok begitu sih, Paa? Memek aku udah banjir banget loh, Paa! Papa bener-bener yaa! Ini udah keberapa kalinya Papa gak ngentotin aku pas siang! Aku udah sange berat, Paa! Nanti aku dientot sama cowo lain loh!” jawab Merlita, yang kesal karena hal ini sering terulang.
“Aduh, jangan dong sayang. Kamu kan cinta satu-satunya Papa. Papa saja sudah melepas semua wanita simpanan hanya demi kamu seorang sayang. Nanti malam Papa pulang cepat yaa,” kata Dharma yang tak punya pilihan. Dia tau Merlita hanya menggertak dia saja.
Dan di dalam hati Merlita yang paling dalam pun. Dia memang tak pernah ingin, menyerahkan lubang memeknya kepada pria lain. Dia memilih untuk menahan memeknya yang banjir itu. Sampai sang ayah pulang ke rumah, meski Merlita sudah tak bisa menahan.
Merlita pun dengan perasaan yang sangat kesal, dia pun mengalah dan memaklumi sang ayah yang batal ngentotin memeknya. “Kalo begitu aku langsung ikut les aja. Sebisa mungkin, Papa jangan pulang telat yaa. Papa harus inget, memek aku butuh dikontolin Papa.”
Dharma pun sudah tak membalas pesan chat Merlita lagi. Dan Merlita meminta Yudha dan Bima untuk putar balik. “Om Yudhaa, Om Bimaa. Papa sekarang lagi gak ada di kantor. Kita putar balik aja ke tempat les. Sekalian kita makan siang dulu. Setelah les kita pulang.”
Yudha yang bertugas sebagai pengawal dan pengamanan bagi Merlita. Dia langsung menerima perintah itu dengan baik. “Si—Siap, Nona Merlita. Bima kita langsung putar balik ke tempat les Nona. Sekaligus antar Nona Merlita, ke restaurant favoritnya di dekat tempat les.”
Bima yang memegang kemudi mobil, dia langsung putar balik dan mereka tak jadi datang ke kantor Dharma. Sepanjang ikut les untuk ujian kelulusan dan masuk SMP favorit. Merlita merasakan geli tak tertahankan di lubang memeknya. Sampai membuat tak nyaman.
Merlita mencoba menggerak gerakkan kakinya, sebagai bentuk pelampiasan dari rasa geli yang tak tertahankan di memeknya yang banjir itu. “Duh, kenapa gatel banget sih memek aku. Udah lah, kan udah biasa kamu batal dientot Papa. Tunggu sampe Papa pulang dong.”
Memek Merlita terasa meronta-ronta, dan membuatnya mengeluarkan cairan vagina yang tak ada hentinya sejak satu jam yang lalu. Sampai membasahi celana dalam warna putih yang dikenakan Merlita. Membuatnya tak bisa fokus mengikuti jam pelajaran berlangsung.
Untuk sedikit melampiaskan rasa geli tak tertahankan di lubang memeknya. Merlita izin ke kamar mandi sebentar ke guru lesnya. Dan dia mencoba sedikit mengocok lubang memeknya sendiri di kamar mandi. Sayangnya hal itu tak membantu Merlita sama sekali.
Jam 3 sore, ketika les telah selesai. Merlita kembali mendatangi Yudha dan Bima di parkiran. Dan betapa terkejutnya Yudha, melihat belakang kaki Merlita basah. Penuh dengan cairan memeknya Merlita. Bahkan rok belakang Merlita pun sampai ikutan basah karenanya.
Hal ini membuat kontol Yudha langsung ngaceng berdiri tegak. Yudha memang sudah sejak lama menyukai kecantikan dan kemolekan tubuh gadis kecil itu. “Kita kemana lagi kali ini, Nona? Mau langsung pulang ke apartemen? Apa mau main atau jalan-jalan ke mal dulu?”
Merlita yang sudah tak kuat menahan rasa sangenya yang semakin menjadi-jadi. Dia meminta untuk langsung pulang. “A-Aaahhh… La—Langsung pulang aja, Om. A-Aku kebetulan mengantuk dan gak enak badan. A-Aku mau langsung tidur saat sampai rumah. Pu—Pulang.”
Kaki Merlita sampai gemeteran, dia kebingungan kenapa dirinya merasakan horny sampai separah itu. Ketika dia mencoba memeriksa handphonenya, Merlita baru sadar. Kalo sekarang Merlita sedang dalam jendela subur yang sangat tinggi. Dia sedang masa ovulasi.
Bahkan Merlita dia merasa horny ketika melihat Bima dan Yudha yang berada di depannya. Namun meski dia sangat horny berat, Merlita tetap akan menjaga dirinya demi Dharma seorang. Itu adalah tekad yang sudah dia pegang sejak 1 tahun 3 bulan yang lalu.
Sesampainya di lobby, seperti biasa Merlita dikawal untuk masuk ke apartemennya. Hingga masuklah mereka bertiga ke dalam apartemen itu. Yudha menutup dan mengunci pintu apartemen seperti biasa. Sementara Merlita duduk di sofa, dengan kaki yang gemetar.
“A-Ada apa, Nona Merlita? Kenapa wajah Nona memerah dan berkeringat begitu? Apa ada sesuatu yang bisa kami bantu? Apa Nona sedang sakit atau demam tinggi?” tanya Bima yang sebenarnya dia tau. Bahwa Merlita sedang menahan rasa sange yang begitu amat parah.
Yudha dan Bima saling bertatapan dalam waktu yang cukup lama. Merlita hanya menjawab dengan gelengan kepala sebagai tanda tidak atau menolak. Sampai tiba-tiba, ketika Merlita sedang duduk santai di sofa. Yudha dan Bima bersamaan duduk di samping Merlita.
“Nona terlihat sangat cantik dan menawan hari ini. Dan kami melihat lubang vagina Nona sangat basah. Sampai membasahi paha belakang dan rok ketat pendek yang dikenakan Nona,” ucap Yudha yang tiba-tiba tangannya merangkul Merlita. Mereka punya niat buruk.
“I-Iyaa, mungkin aku sedang kelelahan sekarang ini. A-Aku sedang masa ovulasi tinggi. Papa tak bisa menemui aku siang ini. Ini mungkin memang ujian hidup untuk aku. Aku akan menahannya,” balas Merlita yang dengan polos menceritakan apa adanya kepada mereka.
Sampai tiba-tiba, Yudha dan Bima secara bersamaan menarik kedua kaki Merlita. Hingga posisi Merlita mengangkang lebar di atas sofa itu. Bima menyingkap rok Merlita dengan tangan kirinya. Hingga celana dalam putih yang sudah sangat basah itu terlihat jelas.
“Ka—Kalian mau apaa! Ke—Kenapa kalian menahan kedua kakiku seperti ini? Jangan macam-macam! Atau akan aku laporkan ke Papa! Aku majikan kalian! Jangan lancang yaa!” ancam Merlita yang mulai panik. Namun mereka berdua pun sama sekali tak merasa takut.
“Nona, biarkan kami membantu melampiaskan hasrat seksual Nona yang begitu besar itu. Kebetulan kontol kami berdua, juga sedang sangat tegang. Kenapa kita tak melakukan hal yang saling menguntungkan ini?” kata Bima dengan santainya. Merlita berusaha berontak.
Namun apa daya, jari tengah dan jari manis Yudha yang berukuran besar itu. Tiba-tiba saja menerobos masuk ke dalam lubang memek Merlita. Jarinya yang begitu besar dan panjang, sampai hampir memenuhi lubnag kenikmatan gadis kecil itu. Merlita pun meradang.688Please respect copyright.PENANAuecFhA35oO
688Please respect copyright.PENANAc4XgPkkxjB