
“Ba—Bajingan! Hentikan! Memek aku hanya milik papaku seorang! Hanya milik Papa Dharma! Kalian tak boleh menyentuhnya! Kalian tak boleehh… Aaahhh… Om Yudha hentikan. Aaahhh… Aaahhh… Yaa ampun, nikmat banget!” ucap Merlita yang memeknya dikocok hebat.
Di saat yang sama, Bima yang berada di sebelah kanan Merlita. Tangan kanannya melepas kancing seragam Merlita satu persatu. Hingga seluruh kancing itu terlepas, Merlita yang memang tak pernah pakai bra. Bahkan hari itu, dia tak memakai dalaman apapun lagi.
Membuat kedua toketnya langsung terpampang nyata di hadapan Bima dan Yudha. Merlita panik, dia berusaha menutupi kedua toketnya itu. “Hentikan! Om Yudha! Om Bima! Aaahhh… Aaahhh… Aku gak akan menyerahkan tubuhku ke kalian! Toket ini punya Papaku!”
Bima melepas ikat pinggangnya, dan dia dengan cepat mengangkat kedua tangan Merlita ke atas. Dan mengingkat kedua tangan merlita dengan sangat kuat. “Papa kamu juga gak akan pernah tau, Nona. Selama Nona tutup mulut, dan menikmati saja semua hal ini.”
Tangan Merlita diikat, dan membuatnya tak bisa melakukan apapun. Kedua toket Merlita yang baru saja tumbuh itu. Langsung dilahap oleh kedua pria berusia 28 dan 27 tahun itu. “Jangan! Jangan hisap toket aku! Jangaan! Aaahhh… Hentikan aku mohon! Aku gak mau!”
Bima dan Yudha secara bersamaan, menghisap kedua toket Merlita yang berukuran 34B itu. Lidah mereka secara bersamaan menjilati kedua puting Merlita. Sambil kedua jari Yudha mengocok lubang memek Merlita. Yang saat itu sudah semakin banjir gak karuan lagi.
“Aaahhh! Aaahhh! Omm! Omm! Kenapa kalian begitu tega sama aku! Kenapa kalian kepikiran buat ngentotin memek aku! Kalian benar-benar menyerangku di saat aku lagi sange berat. Aaahhh! Kalian jahat!” kutuk Merlita yang tubuhnya menggeliat menahan rasa nikmat.
Semakin lama kocokan jari Yudha bertambah cepat. Yang membuat Merlita semakin tak mampu menahan rasa nikmat yang semakin memenuhi lubang memeknya. Berulang kali Merlita sampai mengangkat pinggangnya. Suara percikan air muncul dari memek Merlita itu.
Cairan terus mengalir keluar, membasahi kulit sofa tempat mereka melecehkan Merlita secara paksa. Gadis sekecil itu harus menahan nikmatnya nenenin dua pria dewasa secara bersamaan. Di mana kedua puting Merlita disedot mereka habis-habisan tanpa ampun.
“Sudah! Sudah! Aaahhh! Aaahhh! Aku udah banjirr, Om! Memek aku udah banjirr! Aku gak mau kehilangan kewarasanku! Omm! Omm! Om Yudha! Om Bima! Aaahhh! Ini sangat nikmaat, Omm!” ucap Merlita yang pikirannya mulai dikuasai kenikmatan yang amat hebat.
Kocokan jari Yudha yang cepat, kuat, dan sangat kasar. Membuat bulu kuduk Merlita berdiri di sekujur tubuhnya. Kedua puting Merlita yang terus dijilati dan dihisap mengeras dan membesar sampai ke ukuran maksimalnya. Kedua puting Merlita bahkan ditarik-tarik mereka.
Meski begitu Yudha dan Bima bermain sangat rapi. Mereka sama sekali tak membuat bekas cupang di kedua toket Merlita. Meski kedua toket gadis kecil itu, sudah penuh dengan bekas cupang ayah angkatnya. Dharna meninggalkan banyak bekas cupang di toket Merlita.
“Ooohhh!! Ooohhh!! Om aku sudah gak tahan! Papaku gak pernah ngocok memek aku segila ini! Aaahhh!! Aaahhh!! Mau keluaar, Om! Aku mau muncrat! Aaahhh!! Aaahhh!! Omm! Omm! AAAHHH!!! OOMMM!!!” teriak Merlita yang mencapai klimaksnya dengan amat cepat.
Cairan langsung menyembur deras dari lubang kenikmatan Merlita. Meski begitu, kedua jari Yudha masih terus mengocok lubang memek Merlita. Membuat gadis kecil itu sampai kelojotan gak karuan. Kedua bola mata Merlita menengadah ke atas saking nikmatnya.
Dalam hatinya, Merlita sampai meminta maaf kepada sang ayah. Bahwa dia tak bisa menjaga dirinya. “Papaa maafin akuu! Aku akan dientot sama cowo lain! Ini semua salah Papa, karena gak ngentotin memek aku di saat aku sedang ovulasi! Ini semua karena salah Papaa!”
Kedua puting Merlita basah kuyup, penuh dengan air liur yang bukan air liur ayahnya. Bima dan Yudha bekerja sama melepas seragam yang dikenakan Merlita. Hingga kini Merlita dalam kondisi setengah telanjang. Menyisakan jilbab putih, dan rok merah seragam sekolah.
Kedua ketiak Merlita diangkat oleh mereka berdua. Di mana Yudha dan Bima bisa melihat kedua ketiak Merlita yang mulus, putih, halus, dan tanpa cela sedikit pun. “Udah gua duga, Bim. Ketek nih anak emang mulus gak ada obat. Gua dari dulu pengen jilatin keteknya.”
Bima yang sebenarnya tak punya fetish ketiak pun. Dia sampai ingin menjilati kedua ketiak Merlita saking mulus dan harumnya. “Merlita, kami sudah sejak lama diam-diam memperhatikan tubuh indah kamu. Maafkan kami yang bernafsu dengan tubuh kecilmu ini.”
Merlita yang lubang memeknya masih dikocok oleh Yudha. Dia sudah mulai kehilangan sisi kewarasannya saat itu. “La—Lakukan saja apa yang kalian inginkan. Aaahhh! Aaahhh! Aku udah gak peduli dengan papaku lagi. Aku pengen ngentot! Aku pengen dientot sama kalian!”
Mendengar hal itu, mereka berdua tanpa ragu langsung menjilati kedua ketiak Merlita. Dengan brutalnya mereka menghisap ketiak gadis kecil itu. Kulit ketiak Merlita sampai digigit kecil dan ditarik berulang kali. Merlita menggeliat tak sanggup menahan rasa nikmat dan geli.
“Si—Sinting! Aaahhh! Aku baru tau ternyata ketiak dijilatin rasa nikmat banget! Ooohhh! Ooohhh! Papaa kenapa Papa gak pernah jilatin ketiak aku kaya gini! Aaahhh! Apa Papa gak tertarik dengan ketiak aku?” kata Merlita dalam hatinya, dia memejamkan matanya.
“Slrrrppp! Slrrrppp! Merlita sumpah kamu benar-benar indah dan menawan. Meski usia kamu masih 11 tahun. Tapi kamu sudah mengungguli kekasih Om. Om pernah ngentotin mama kamu dulu,” ucap Yudha yang membuat Merlita kaget. Dan itu memang benar adanya.
“Ma—Mama? Aaahhh! Aaahhh! Om pernah ngentotin Mamaa? Apa Om pernah menyewa Mama? Si—Siaal! Aku kegelian! Gak kuaat! Dirangsang tiga titik sekaligus! Memek sama kedua ketiak!” balas Merlita meski dia kaget. Tapi rasa nikmat jauh menguasai dirinya.
“Iyaa, Om pernah ngentot sama mama kamu tiga kali. Sewaktu dia jadi simpenan Bos Besar. Om Bima juga pernah ngentotin mama kamu. Hampir semua cowo di sekitar sini. Pernah nelanjangin dan ngentotin mama kamu,” jawab Yudha yang tiba-tiba keluarin hpnya.
Yudha membuka galeri handphonenya, dan dia memutar video saat dia menggenjot memek ibu kandung Merlita itu. “Lihat lah, Nona. Dulu Om ngentotin dia gratis tanpa bayar serupiah pun. Tak jauh berbeda dengan kamu, Gisella sangat mudah dientot memeknya.”
Merlita terbelalak kaget, ketika ditunjukkan ibunya yang sedang didoggy oleh Yudha. Di saat yang sama ketiak kanan Merlita masih dijilati dan dihisap oleh Bima. “E-Enggak mungkin. Mama gak semurah itu! Dia gak akan pernah ngentot dengan cowo secara gratis.”
Yudha pun memberikan pengakuan yang sangat mengejutkan kepada Merlita saat itu. “Asal kamu tau, gadis kecil. Ibu kandung kamu itu sangat memuja kontol 20 cm milik Om. Dia bahkan memohon untuk menjadi kekasih Om. Dan Om menerimanya menjadi pacar dulu.”
Di saat Yudha masih terus mengocok lubang memek Merlita. Tiba-tiba saja, Bima secara paksa memasukkan kedua jarinya ke lubang anus Merlita. “O-Om Bima jangan! Anusku gak muat untuk dimasukin jari Om! A-Aaahhh!!! Om jangan sakit! Om jangan aku mohon!”605Please respect copyright.PENANAamTWPNP0ta
605Please respect copyright.PENANAdykbmXBG8X