Versi full on wattpad...
-----------------------------------------------------------
Bulan pun menggantikan matahari hingga terbenam dan terjadilah malam.
Pada pukul 08.15 pm, semua keluarga berkumpul di meja makan untuk makan malam.
Seorang pria yang baru saja menikah, turun dari tangga dengan sang adik tersayang, Roky dengan disusulnya Ally yang berada di belakang Colin.
Setelah sampai di meja makan, Roky berlari menuju tempat duduk kesayangannya yang ternyata kosong.
"Kakak, apa tak ada seseorang yang duduk disini?" Tanya Roky sambil menepuk-nepuk meja makan.
"Tidak, Roky" jawab Colin sambil mendudukkan bokongnya di kursi.
Sedangkan Ally mengambil kursi di samping Damien.
Colin yang melihat Ally duduk disamping Damien pun merasa sedikit aneh.
Tapi segera ia hilangkan perasaan anehnya itu.
Mungkin karena Roky yang duduk disebelah Colin. Tapi disebelah kanan Colin ada kursi kosong.
Itulah yang dipikirkan Colin saat ini.
Ia lebih baik diam karena tak ingin merusak acara makan malam dan merusak mood Ally yang menurutnya sering berganti-ganti. Terkadang sikap Ally begitu sensitive, dan terkadang sikapnya begitu manis.
Emma yang berada disana segera mengambil makanan dan menyedokkannya ke piring setiap keluarga.
Kali ini Mr. Rilland tak ikut bergabung di meja makan karena tadi siang Mr. Rilland baru saja pulang ke Las Vegas untuk menyiapkan dan mengurus segala keperluan Roky.
Sebenarnya Colin ingin menggantikan Mr. Rilland untuk pergi ke Las Vegas, tapi sang kakek menolak dengan alasan bahwa Colin harus menemani istrinya dan ini baru hari pernikahan mereka.
Colin pun dengan berat hati menyetujui saran sang kakek. Lagipula, tidak mungkin juga ia meninggalkan Ally dalam kondisi pernikahan mereka yang baru hitungan jam.
"Kakak, selamat makan" ujar Roky sambil tersenyum lebar pada Colin.
"Selamat makan juga, adikku" jawab Colin sambil mengelus rambut Roky.
"Selamat makan semuanya" ujar Colin. Namun yang ia dapatkan hanya sikap cuek dari keluarganya.
Ally yang melihat itu merasa sangat bingung.
"Ada apa dengan keluarga ini?" batin Ally bertanya.
"Selamat makan" jawab Ally dengan senyum tipis yang ada di wajahnya.
Sedikit jawaban dari Ally itu saja sudah cukup untuk Colin.
Semua keluarga makan dengan keadaan sunyi dan hanya suara dentingan piring dan sendok yang menghiasi meja makan itu.
Setelah selesai makan, seluruh keluarga pergi dan hanya meninggalkan Colin, Roky dan Ally di meja makan.
Ally sebenarnya ingin beranjak dari sana, tapi ia berpikir ulang dan sejenak melihat raut wajah Colin.
Colin yang masih makan pun segera menghabiskan makanannya dengan berat. Seakan nasi itu adalah pasir dan lauk-lauk itu seperti batu.
Ally tetap disana menunggu Colin selesai makan bersama Roky yang masih memakan makanannya sama dengan Colin.
Ally terus menatap wajah Colin yang terus menatap makanannya tanpa melirik ke arahnya.
"Kalau kau sudah selesai makan, pergilah istirahat bila kau lelah. Tinggalkan aku saja. Nanti aku menyusul" ucap Colin pelan yang masih menatap makanan nya.
Ally yang merasa dirinya di usir secara halus pun segera berdiri dengan kasar meninggalkan Colin dan Roky yang masih makan.
Roky yang melihat sikap Ally menjadi semakin tidak suka. Roky yang sudah tau keadaan Colin pun mengelus punggung Colin dengan tangan mungilnya.
Colin pun tersenyum pada Roky dan segera pergi dari meja makan bersama Roky.
Ketika mereka sudah berada di depan kamar mereka masing-masing, Roky tiba-tiba menerobos masuk ke kamar Colin.
Colin pun merasa aneh dengan tingkah Roky. Ia berjalan agak sedikit cepat ketika melihat Roky melompat-lompat diatas tempat tidurnya.
"Roky," panggil Colin.
"Hmm.." Roky menghentikkan aksinya dan menatap Colin yang mendekat ke arahnya.
"Kembalilah kekamarmu" ucap Colin dengan nada sedikit berpura-pura marah.
Tiba-tiba Ally keluar dari kamarnya dan melihat ada Roky di kamar Colin. Roky kembali menatap Ally dengan tatapan sinis.
Ally kembali merasa bingung dengan tingkah bocah satu ini.
Setiap berjumpa, anak kecil ini selalu menatap sinis ke arahnya.
Ally pun keluar dari kamar Colin untuk ke dapur.
Roky pun berlari masuk kedalam kamar Ally ketika Ally sudah keluar dari kamar.
"Hei, Roky, apa yang kau lakukan?" Tanya Colin saat Roky dengan senangnya masuk ke dalam kamar Ally.
Colin pun menyusul masuk kedalam kamar Ally. Ia sedikit terkejut ketika Roky melompat-lompat di kamar Ally.
"Roky, turunlah dari situ. Kalau kau mau melompat-lompat di kamarku saja" suruh Colin.
"Aku tidak mau. Lagipula disini lebih menyenangkan" Roky tetap keras kepala dan tak mau menuruti perkataan Colin.
Tak disangka, Roky memberantakkan seluruh tempat tidur. Roky melempar bantal dan guling itu ke lantai. Seprai-seprai menjadi berantakan.
"Roky adikku, turunlah. Nanti istriku akan marah bila melihat ini" Colin berusaha keras untuk membujuk adiknya itu. Tapi tetap saja Roky tak mau mendengar perkataan Colin.
Roky kembali berulah dengan mengambil beberapa alat make up Ally yang berada di meja rias.
"Roky, jangan kau sentuh itu" Colin segera menepis tangan Roky dan menggenggamnya untuk segera keluar dari kamar Ally.
Roky pun melepaskan tangannya yang digenggam oleh Colin.
Roky mulai membuka lemari pakaian Ally dan segera ia campakkan pakaian Ally ke lantai.
Ally pun masuk ke dalam kamarnya dan melihat kamarnya seperti kapal pecah.
"Ada apa ini?" Tanya Ally sambil mengambil guling dan bantalnya yang ada di lantai.
Colin dan Roky menoleh ke arah Ally. Ally melihat kembali melihat ke baju-bajunya yang berserakkan di lantai.
"Roky, apa yang kau lakukan?" Bentak Ally ketika Roky ingin menjatuhkan alat make up nya ke lantai.
Ally segera berjalan ke arah Roky dan mengambil alat make up nya dengan kasar dari tangan Roky.
"Roky, apa kau yang melakukan ini?!" Tanya Ally dengan nada meninggi.
Roky tak memperdulikan pertanyaan Ally. Roky tetap menjalankan aksinya dengan kembali melompat-lompat di tempat tidur Ally.
"Roky, ayo kembali ke kamarmu" ucap Colin dengan nada dingin.
Bukan Roky namanya bila ia menurut. Roky sangat keras kepala hingga Ally merasa frustasi dengan bocah ingusan satu ini.
"Hentikan!!" Bentak Ally.
Roky menghentikan aksinya. Colin menatap Ally dengan tatapan tak percaya.
Ally segera menarik Roky yang berada di kasurnya untuk turun.
"KAU DASAR BOCAH INGUSAN!" tunjuk Ally kepada Roky. "Ada masalah apa denganmu, Hah!!?"
Roky yang mendengar nada bicara Ally yang meninggi padanya pun segera menarik rambut Ally dengan kuat.
Biasanya, bila anak-anak yang lain mungkin saja sudah menangis menjerit ketika dibentak, tapi Roky, tak menangis dan malah kembali berulah.
"Aww!!" teriak Ally.
"Roky, lepaskan tanganmu dari rambutnya. Kau menyakitinya, Roky!" Colin memarahi Roky dengan nada tingginya hingga Roky menghentikkan aktivitasnya dan menatap takut ke arah Colin.
"Kau kembalilah kekamarmu" ucap Colin dengan nada pelan.
"Baik-baiklah kau dengan kakakku, atau aku akan menjambak mu lagi. Ingat itu!!" ancam Roky pada Ally. Ia kemudian berlari keluar menuju kamarnya.
Ally yang mendengar itu pun amarahnya semakin menjadi jadi.
Colin menghela nafas dengan kasar.
"Maafkan aku atas sikap Roky padamu" Colin mendekat ke arah Ally untuk membantunya mengatur rambut Ally yang berantakan akibat ulah Roky.
"Jangan sentuh aku, pria cacat!!" bentak Ally sambil menepis tangan Colin dari kepalanya.
Bukk....
Hantaman keras seperti batu menumbuk jantung Colin.
Apa ia tak salah dengar tadi??
Istrinya memanggilnya dengan sebutan seperti itu.
"Kau pasti merencanakan ini dengan bocah itu kan?? Aku memang menyesal telah menikah dengan pria cacat sepertimu. Hidupku semakin menderita karnamu!!!" bentak Ally tepat di wajah Colin.
"Ally" panggil Colin dengan pelan seakan tak percaya dengan apa yang barusan di dengarnya.
"Jangan menyebut namaku, brengsek!! Kau itu pria lemah yang baru pertama kali kutemui. Hanya dengan anak kecil saja nyalimu sudah ciut. Dasar tak beguna!!. Keluar kau sekarang dari kamarku, Keluar!!" Ally berteriak kasar pada Colin.
"Maafkan aku" dua kata itulah yang dapat Colin ucapkan.
Colin segera pergi dengan perasaan terluka dari kamar Ally menuju kamarnya.
Ia tak menyangka Ally akan mengatakan perkataan seperti itu padanya.
Apa benar ia makhluk lemah?
Apa benar ia pria brengsek?
Tak terasa mata Colin sudah berkaca-kaca mengingat perkataan Ally barusan padanya.
"Apa itu benar, Ally?" Tanya Colin pelan saat ia sudah duduk di tepi ranjang.
Colin benar-benar sangat terluka saat ini.
"Ibu, aku merindukanmu" ucap Colin pelan sambil menutup matanya.
"Apa benar aku pria yang tak berguna, bu?" air asin dari matanya kini lolos untuk keluar.
Ia mengira dirinya akan bahagia dengan Ally.
Tapi semua itu hanya sekedar hayalan belaka.
Itu tidak akan pernah terjadi.
"Seharusnya aku tidak berharap sampai sebesar ini untuk mendapat kebahagian, bu. Kuatkan aku, bu"
Itulah Colin, ia berharap dirinya akan segera mendapat kebahagian. Tapi harapannya terlalu besar sampai berakhir dengan cara seperti ini.
Ia mengambil sebuah buku diary dari dalam laci.
Sekali lagi ia merasa kebahagiaan sudah pupus didalam hidupnya ketika ia mendengar Ally mengumpat dirinya di kamarnya dengan kata-kata kasar.
"Maafkan aku, Ally. Mungkin aku pria cacat yang haus akan kebahagiaan hingga aku berharap bahwa kau sebagai dewi sumber kebahagiaanku. Tapi aku salah. Seharusnya aku tak pernah bermimpi sebesar itu. Hari ini aku berjanji tidak akan menyusahkan mu, sayang. Kita memang sepertinya tak dapat di takdirkan bersama. Mungkin kau lupa padaku, tapi aku akan selalu mengingatmu sampai maut menjemputku. Maafkan aku, sayang. Aku memang pria cacat yang lemah dan tak pantas berada disampingmu. Bahkan aku tak pantas untuk menolongmu bila kau dalam bahaya. Tapi aku berjanji, aku akan selalu menolongmu dalam keadaan sedih, aku akan menyimpan setiap kenangan yang sudah kita lalui bersama di dalam hatiku. Maafkan aku, Ally. Mungkin aku memang pria lemah dan tak berguna sesuai dengan ucapanmu. Tapi percayalah, kau akan selalu didalam hatiku. SELALU"
Colin kemudian menutup diary nya ketika sudah selesai menulis.
Ia kembali meletakkan buku diary nya di dalam laci.
Ia berbaring dan mengatur nafasnya yang terasa mencekat dadanya.
Mungkin tak ada lagi orang yang ingin menatap wajahnya esok hari. Termasuk istrinya.
.
.
.
Tbc
ns 15.158.61.8da2