Versi full on wattpad..
--------------------------------------------------
Siapa yang tak senang melihat pria tampan, muda, kaya dan memiliki moral yang baik??
Semua wanita pasti ingin mendapatkan pria itu bagaimanapun caranya.
Satu hal yang membuat penampilannya terlihat buruk, yaitu cacat!.
Bagaimana menurutmu bila pria tampan dengan kaki cacat??
Ada sebagian orang yang mengatakan 'biasa saja' ada sebagian orang yang mengatakan 'jelek' dan berbagai macam pemikiran lainnya.
Langkah wanita yang terlihat anggun dengan kacamata yang melekat di wajahnya yang membuatnya terlihat lebih cantik. Heels yang melekat di kaki jenjangnya, Jari yang lentik, dan postur tubuh yang wanita lain inginkan dengan dress merah maroon yang Indah disertai kalung berlian yang melekat Indah di leher jenjangnya.
Wanita itu mengetuk pintu rumahnya dengan cara feminimnya.
Ralat, bukan rumah tapi Mansion.
Terbukalah pintu mansion itu dengan dihadapannya seorang pelayan yang menggunakan pakaian putih dan celemek hitam.
"Nona, anda sudah kembali?" tanya pelayan itu dengan senang.
"Seperti yang kau lihat!" jawab wanita itu sambil tersenyum miring dan langsung masuk ke dalam mansionnya yang masih terlihat bersih ketika ia meninggalkan mansionnya.
"Mama dan papa dimana?" Tanya wanita itu dengan suara halusnya bagaikan harpa yang dibunyikan.
"Mr. Peter dan Ms. Decca berada di kamarnya sekarang, Nona" jawab pelayan itu sambil memberikan segelas air putih.
"Tolong, panggilkan mereka. Aku ingin bertemu dengan mereka berdua" ujar wanita itu sambil duduk santai di sofa.
"Baik, Nona!" pelayan itu segera pergi ke kamar orang tua wanita itu yang berada di lantai 2.
Setelah beberapa menit kemudian, sepasang suami istri sudah turun dari tangga dan menyapa anak sulungnya.
"Sayang," sang mama mendekati wanita itu dan wanita itu segera memeluk mamanya. "Mama sangat merindukanmu"
"Aku juga merindukanmu, Ma" wanita itu melepas pelukannya dan kembali memeluk papanya. "Papa, aku sangat merindukanmu"
"Papa juga rindu denganmu, sayang" sang papa melepas pelukan anaknya dan mencium Puncak kepala anaknya.
"Dimana, kakek?" tanya wanita itu manja.
"Kakek, berada di kamarnya sekarang" jawab sang mama.
"Aku ingin menemui kakek" ucap wanita itu antusias dan langsung pergi ke kamar kakeknya.
"Kakek!!" panggil wanita itu pelan ketika melihat sang kakek sedang menelpon seseorang.
Sang kakek menoleh ke belakang dan mendapati cucunya yang menatapnya.
"Aku akan menghubungimu kembali" sang kakek memutuskan teleponnya dan berjalan mendekat ke arah cucunya.
"Kakek!!" jerit wanita itu sambil memeluk erat kakeknya.
"Aww.. Kau memeluk kakek sangat kencang" sang kakek memasang raut wajah cemberut.
"Maafkan aku kakek, tapi aku sangat merindukanmu" wanita itu kembali memeluk kakeknya dan mencium pipi kakeknya sekilas.
"Kakek juga merindukanmu, sayang. Oh.. Iya, bagaimana pekerjaanmu disana?" tanya sang kakek sembari mengelus rambut cucunya.
"Aku dipecat, kek. Padahal aku sangat menginginkan pekerjaan itu" tak terasa air mata wanita itu jatuh membasahi kaos yang dikenakan sang kakek.
"Kenapa bisa dipecat? Apa kau melakukan kesalahan?" Sang kakek membawa cucunya untuk duduk di atas ranjang.
Wanita itu terdiam dan mengangguk.
"Aku sekarang tak memiliki apapun, kek. Padahal menjadi model adalah salah satu tujuan ku" wanita itu masih menangis dan memeluk kakek nya dengan erat.
"Cucuku," panggil sang kakek dengan pelan.
Wanita itu menoleh ke arah kakeknya.
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu" kata sang kakek sambil menatap cucunya dengan pandangan takut.
"Apa kek??" wanita itu mengernyit bingung dengan tatapan sang kakek.
Sang kakek menghela nafas nya dalam dalam.
Keheningan pun terjadi dalam beberapa menit.
"Katakan saja, kek" wanita itu meyakinkan kakeknya yang tak ingin melanjutkan kalimatnya.
"Kakek ingin menjodohkanmu dengan cucu dari anak sahabat kakek" ucap sang kakek tanpa menatap cucunya.
Wanita itu terkejut dan melepaskan pelukannya.
"Kakek, apa aku tak salah dengar?" wanita itu mencoba untuk memastikan pendengarannya.
"Kakek ingin menjodohkanmu, sayang" kali ini sang kakek menatap cucunya dengan tatapan rasa bersalah.
"Kek, aku sudah punya kekasih. Tidak mungkin aku melukai perasaan kekasihku. Aku tidak bisa, kek" wanita itu keluar dengan cepat meninggalkan sang kakek yang masih duduk terdiam di atas ranjangnya.
Wanita itu berjalan menuju kamarnya dan membaringkan tubuhnya di atas kasurnya yang lembut.
Aakkkhh.. Sialan!!
Wanita itu mengumpat dan melempar gulingnya dengan kasar ke lantai.
Tok...tok.. Tok..
Ketukan pintu terdengar dan menganggu istirahat wanita itu.
Lagi-lagi wanita itu mengumpat kesal.
"Siapa??" Tanya wanita itu geram sambil menutup matanya.
"Nona, tuan besar menyuruh anda untuk segera turun karena ada tamu dibawah"
"Baiklah.. Baiklah.." wanita itu sudah terlalu kesal dan ditambah istirahat nya terganggu.
Wanita itu beranjak dari kasurnya dan pergi keluar kamar.
Sesampainya di ruang tamu yang ia lewati tadi, tampak dua orang asing yang baru dilihatnya berada disana.
Yang paling menarik perhatiannya adalah, seorang pria tampan yang tengah duduk di sofa bersama pria tua disebelahnya.
"Cucuku, kemarilah" suara itu membuat semua orang menoleh, tak terkecuali pria tampan yang tengah duduk itu.
Tatapan mereka bertemu, tapi tak berlangsung lama ketika sang mama dari wanita itu menariknya untuk mendekat ke keramaian orang-orang itu.
Semua orang yang berada disitu menatap wanita itu dengan tampilan tersenyum, kecuali seorang pria yang tak berani menatap wanita itu.
"Cucuku, ini adalah pria yang ingin kami jodohkan padamu" sang kakek lagi-lagi membuat wanita itu terkejut.
Bagaimana dengan kekasihnya??
Apa yang akan dikatakan teman-teman nya nanti??
Pria tampan itu berdiri dengan bantuan kakeknya yang membuat wanita itu mengernyit heran.
"Perkenalkan, ini Colin Shean, cucuku"
Pria tampan itu menjulurkan tangannya dengan senyuman tipis diwajahnya.
Wanita itupun membalas juluran tangan pria itu dengan senyuman yang dipaksakan.
"Colin Shean. Kau cukup memanggilku Colin" Colin memperkenalkan dirinya dengan senyuman yang kini terpampang jelas di wajahnya, tanpa dipaksakan.
"Ally Watson. Kau bisa memanggilku Ally" kini senyuman yang masih terpampang di wajahnya masih dengan senyuman yang dipaksakan.
Tanpa disengaja, tatapan mata mereka bertemu dan berlangsung cukup lama sampai suara deheman membuyarkan lamunan mereka berdua.
"Eekkkhem.."
Mereka berdua melepaskan genggaman yang sedari tadi belum lepas.
"Jadi, apakah kau setuju menikah dengannya?" Tanya mama Ally sambil merangkul anaknya.
Keputusan ini masih membuat Ally bingung antara 'iya' atau 'tidak'.
"Ma, aku masih perlu waktu untuk menjawabnya" Ally kemudian melepaskan rangkulan mamanya dan aku memegangi kepalanya.
"Apa kau baik-baik saja, cucuku?" tanya sang kakek ketika melihat Ally memegang kepalanya.
"Aku baik-baik saja, kek. Aku hanya perlu waktu untuk ini semua" ucap Ally dan tanpa disengaja tatapannya bertemu dengan Colin.
"Jadi, apa kau menerimanya, Colin?" kali ini giliran kakek Colin yang menanyakan itu ke Colin yang sudah terduduk di sofa sejak tadi.
"Aku rasa aku juga perlu waktu, kek" jawab Colin seadanya.
"Baiklah, baiklah.. Kami tidak akan memaksa kalian. Jika kalian setuju, beritahukan pada kami" Mr. Rilland mengerti keadaan Colin. Bahkan sejak tadi, Mr. Rilland selalu memperhatikan Colin dan ia cukup tau bahwa cucunya itu merasa sangat malu.
"Baiklah, kami pulang dulu. Kami hanya ingin mempertemukan kalian terlebih dahulu" Mr. Rilland menggoda Colin yang sedari tadi memalingkan wajahnya. "Terima kasih, Steven. Kupikir kau tidak akan membantuku" tambah Mr. Rilland.
"Sudah tugasku membantumu. Lagipula cucumu sangat tampan" jawab Mr. Steven yang merupakan kakek Ally.
"Baiklah, kami pamit pulang. Terima kasih untuk pertemuannya hari ini. Dan satu lagi, aku ingin mengundang keluarga kalian untuk makan malam di rumah kami besok" Mr. Rilland berjabat tangan dengan Mr. Steven yang sekaligus teman masa kecilnya.
"Kami menerima undangan makan malammu dan kami akan datang besok" ucap Mr. Steven saat Mr. Rilland membantu Colin untuk berdiri.
Ally yang melihat itu semakin bingung dan mulai berpikiran macam-macam ketika Ally melihat Mr. Rilland memberikan tingkat penopang untuk Colin.
Apa dia cacat??
"Terima kasih karena sudah kemari" ucap papa Ally ketika Colin dan Mr. Rilland sudah berada di depan pintu.
"Baiklah, kami pulang dulu. Sampai jumpa" Mr. Rilland sedikit memberikan kode kepada Colin untuk berpamitan dengan Ally.
Colin yang mengerti itu pun mengucapkan selamat tinggal kepada keluarga Ally. "Sampai jumpa"
Colin sekilas melirik ke arah Ally yang juga menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan.
"Sampai jumpa" Colin melambaikan tangannya ke arah Ally dengan canggung dan sebuah senyuman yang mampu membuat semua wanita meleleh saat melihat senyuman itu.
Orang-orang yang masih berada disana pun cekikikan melihat sikap Colin yang kaku dan gugup.
Ally tak membalas lambaian Colin dan membuat semua orang merasa heran begitupun Colin yang merasa bingung ditatap seperti itu.
Mr. Rilland dan Colin pergi ke arah mobil sportnya. Mr. Rilland membantu Colin untuk masuk kedalam mobil. Kali ini yang mengendarai mobil adalah Mr. Rilland.
Keluarga Mr. Steven melihat kepergian mereka sampai mobil sport itu sudah pergi jauh.
.
.
.
Tbc
ns 15.158.61.6da2