Awal Mula II
Rumah Keke
Pardi terus melancarkan serangan pada leher Keke dengan begitu lembutnya. Terdengar di telinga Pardi kalau nafas gadis cantik itu yang mulai berat. Dada Keke pun sudah naik turun dengan perlahan setiap kali lidah kasar Pardi menjilat leher jenjang gadis cantik itu. Pria itu sadar kalau birahi Keke sekarang mulai naik karena perbuatannya. Tetapi Pardi dengan sabar terus menyerang titik-titik sensitif gadis cantik itu, merangsang terus-menerus bagian sensitif di tubuh Keke.
Pardi telah puas mencumbu leher jenjang Keke, bagian yang dicumbu oleh pria itu kini sudah sangat basah karena liurnya. Pardi kemudian menurunkan tangannya secara lembut dan perlahan, mengelus perut rata Keke hingga naik ke payudara gadis cantik itu. Meskipun Pardi merupakan pekerja lapangan dan hanyalah orang kampung biasa, tetapi tangan Pardi cukup lembut. Tangan lembut itu menyentuh dan mengelus-ngelus tubuh gadis cantik itu. Sesekali Pardi mengarahkan tangannya pada pinggang Keke dan naik sedikit ke atas hingga membuat gadis cantik itu menggelinjang geli dan menggeserkan pinggangnya.
“Shhh … shhh … shhh … shhh … shhh … shhh … shhh....”
Pardi sadar itu adalah bagian yang sangat sensitif bagi Keke. Begitu tangan Pardi sampai di payudara gadis cantik itu yang sedikit menggunung dan padat berisi. Pria itu kemudian meraba-raba gunung kembar milik Keke. Namun pria itu tidak menyentuh secara langsung puting susu gadis cantik itu. Jemari Pardi hanya bergerak dengan lembut di sekitaran puting Keke hingga membuat nafas gadis cantik itu semakin tersengal-sengal. Tanpa bisa dikendalikan oleh Keke, perlahan-lahan puting gadis cantik itu pun mulai menegang dan mengeras.
Pardi tahu kalau saat ini Keke sudah sangat sange, namun Pardi tetap dengan strateginya. Puting Keke semakin keras dan semakin sensitif, tubuhnya sesekali terguncang. Pardi lalu mendekatkan wajahnya pada payudara Keke dan meniup dengan lembut puting gadis cantik itu. Dengan hembusan angin yang dingin, puting Keke pun semakin keras.
“Udah keras aja puting Non Keke. Udah nafsu banget, ya?’ tanya Pardi memancing nafsu Keke.
“Ennnhhhgggak! Please, Pak! Stop!” jawab Keke mencoba mengendalikan dirinya.
“Non Keke putingnya boleh diemut gak, Non?” tanya Pardi sambil memandang puting payudara Keke yang sudah mengeras.
“Stop, Pak! Jangan, please....” Keke berteriak namun gadis cantik itu mulai sadar bahwa dia mulai sulit untuk mengendalikan tubuhnya yang belum pernah dijamah oleh pria.
Namun tiba-tiba Pardi langsung menghisap puting payudara Keke yang sudah keras maksimal itu dengan lembut. Cukup panjang Pardi menghisap puting gadis cantik itu hingga membuat badan Keke pada saat itu juga langsung menggelinjang. Dada gadis cantik itu sampai naik ke atas yang tanpa sadar membuat Keke mengeluh, “Uggghhhhh ... Pak Pardi, STOPGRHHH!”
Badan Keke pun menggeliat seperti ulat dan mengejan sesuai dengan irama dari isapan mulut Pardi di puting payudara gadis cantik itu. Sambil menghisap puting kiri Keke dengan lembut, tangan kanan Pardi terus bergerilya di payudara gadis cantik itu sambil meremas-remas dan terkadang mencubit puting payudara sudah sangat keras tersebut. Puas bermain di puting kiri payudara Keke, lalu Pardi pun pindah ke puting kanan payudara gadis cantik itu.
Pardi mengeluarkan lidahnya, lalu sesekali dia menyentuhkan lidah kasarnya itu dengan perlahan tepat diujung puting payudara Keke. Menerima rangsangan dari Pardi membuat Keke menggelinjang kecil dan tiba-tiba “HAP”, kembali badan gadis cantik itu pun menggelinjang kuat selama beberapa detik. Nafas Keke sangat berat tidak teratur, badan gadis cantik itu terus bergoyang ke kanan dan ke kiri karena kegelian. Tangan lembut Pardi tetap terus bergerilya di pinggang Keke yang sensitif itu. Dirasa puas karena telah bermain di puting payudara Keke yang sudah sangat keras, Pardi pun turun mencium-cium pusar gadis cantik itu. Keke yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari Pardi sangat kegelian sekaligus terangsang.
“Shhh … Pak, stop! Ugrhhh … geli. Ahhh … Bapak, berhenti!” pinta Keke yang rasa geli itu menjalar ke seluruh tubuhnya.
Pardi lalu turun tepat di berhadapan dengan gundukan kecil di selangkangan Keke. Dengan masih terhalang dengan sebuah celana, Pardi menciumi memek gadis cantik itu. Keke pun kembali menggelinjang dan kali ini pinggulnya yang sedikit bergetar karena perbuatan nakal pria itu. Meskipun masih terhalang oleh celana dan celana dalam Keke, Pardi tetap dengan penuh nafsu bermain beberapa saat di area sensitif itu.
“Agrhhh ... Pak. Jangan di situ. Shhh ... shhh ... shhh ... Bapak, geli!” teriak Keke.
Tiga menit kemudian, Pardi mengambil gunting lalu dengan rapi dan lembut dia memotong celana Keke hingga akhirnya bisa terlepas. Saat celana itu terlepas dari tubuh gadis cantik itu, terpampanglah sebuah pemandangan indah di depan mata Pardi. Kaki jenjang yang indah dan selangkangan Keke yang masih tertutupi dengan celana dalamnya.
Pardi lalu meniup-niup selangkangan Keke tepat di lobang memek gadis cantik itu. Jemari Pardi mulai meraba memek indah dan tanpa bulu karena Keke selalu mencukur bersih bulu yang ada di selangkangannya.
“Owhhh ... Pak! Jangan, jangan digituin. Shhh ... geli, Pak. Ugrhhh ... sudah, berhenti! Aowhhh ... stop!” Keke tidak dapat menahan rasa geli di daerah selangkangannya itu. Gadis cantik itu berusaha menjauhkan rangsangan yang dilakukan oleh Pardi di area vaginanya.
Pardi merasa memek Keke sudah sangat lembap bahkan terlihat basah di celana dalam yang masih di pakai gadis cantik itu. Pria itu lalu kembali mengambil gunting dan perlahan dia memotong celana dalam Keke. Saat kain tipis itu sudah terlepas, tampaklah sebuah vagina yang indah tanpa bulu, sedikit mengkilap dikarenakan cairan birahi gadis cantik itu yang mulai merembes.
Ini adalah pengalaman pertama bagi Keke saat payudara dan memeknya dilihat oleh orang lain, apa lagi oleh seorang laki-laki. Dia benar-benar merasa malu dan wajahnya memerah.
“Pak, Pak, Pak! Jangan dilihat, Pak! Bapak, jangan!” teriak Keke panik.
Keke berusaha mengatupkan kakinya, namun tidak dapat dilakukannya karena kuatnya ikatan yang dibuat oleh Mamang dan Bagas. Kembali dengan lembut Pardi lalu meniup liang kewanitaan milik Keke yang indah dan masih perawan itu. Liang kewanitaan tersebut masih merupakan sebuah garis lurus yang terlihat sangat rapat, indah, dan menggiurkan.
Pardi lalu beraksi di bawah tubuh Keke, dimulai dengan paha bagian dalam gadis cantik itu. Tangan Pardi naik terus hingga tepat berada di sekitar labia mayora Keke.
“Ahhh ... Pak, jangan gitu! Ugrhhh ... jangan, udah! Shhh ... Pak, jangan dilihat! Agrhhh....”
Mamang yang sedari tadi melihat aksi temannya tiba-tiba mengambil kaos yang dipakai Keke dan menutupi muka gadis cantik itu begitu saja. Dalam kondisi mata tertutup dan tidak bisa melihat apa-apa, Keke hanya bisa menduga-duga apa yang akan terjadi pada dirinya tanpa mengetahui apa yang sedang dilakukan oleh Pardi dan teman-temannya.
Keke mulai merasakan ada sebuah benda tumpul yang kecil membuka vaginanya. Tangan tersebut dengan lembut membuka celah yang masih rapat di selangkangan Keke itu. Gadis cantik itu merasakan udara yang dingin berhembus mengenai klitorisnya. Keke merasakan udara lembut itu terus menurus berhembus di bagian sensitifnya itu.
“AGRHHH ... PAK, JANGAN! NGAPAIN, PAK! SHHH ... JANGAN, AKU GAK MAU. TOLONG, TOLONG, TOLONG! JANGAN, PAK!” teriak Keke panik karena tidak tahu apa yang dilakukan oleh para pria tersebut pada tubuhnya.
Keke perlahan merasakan vaginanya semakin becek. Tiba-tiba, ada sesuatu yang lembek, basah, dan sedikit kasar menyapu tepat di klitorisnya. Gadis cantik itu pun mengejang-ngejang, pinggulnya naik dengan cepat dan tegang. Sapuan di selangkangan Keke itu dilakukan terus menerus hingga gadis cantik itu menegang dan mengeluh, “ENGGGRRRRRHHHHHHH....”
Pardi yang sesekali menyapu klitoris gadis cantik itu dengan lidahnya, membuat Keke semakin birahi dan mulai kehilangan akal sehatnya. Keke mulai melenguh keras karena perbuatan Pardi. Puas mengerjai Keke dengan jilatannya gerilyanya, Pardi pun akhirnya mencium dan menyeruput klitorisnya yang sudah basah itu dengan begitu lembut namun kuat.
Keke menggelinjang ke sana kemari semakin liar. Gadis cantik itu sudah dikendalikan oleh birahinya yang dipermainkan oleh Pardi. Pardi sangat bernafsu menjilat klitoris gadis cantik itu yang mengeras dan berwarna pink tersebut. Keke lalu mengeluh dan menggelinjang. Tubuh gadis cantik itu perlahan mulai mengkhianati pikirannya. Nafsu birahinya mulai mengambil alih kesadarannya. Dengan keadaan mata tertutup, seluruh badan Keke pun semakin sensitif. Dia semakin bisa merasakan kelembutan jilatan dan sedotan Pardi pada daerah selangkangannya.
“Stop, Pak! Eeennnggghhh ... pingin pipis,” teriak Keke tiba-tiba karena merasakan geli di area selangkangannya dan ada sesuatu yang akan meledak.
Sadar bahwa Keke akan sampai pada puncak orgasme pertamanya, Pardi pun tiba-tiba berhenti melakukan aktivitasnya dan melepas jilatannya di klitoris Keke. Gadis cantik itu menggelinjang terus menerus, meskipun Pardi telah berhenti menghisap dan menjilat area sensitif itu. Ekspresi Keke terlihat penuh dengan kekecewaan karena gadis cantik itu gagal mencapai orgasmenya. Klitoris Keke saat ini terasa sangat gatal dan sensitif hingga membuat gadis cantik itu ingin menggaruk area selangkangannya itu.
“Gimana Non, enak kan? Mau lagi? Nanti pak Pardi kasih lebih enak,” ucap Pardi dengan tersenyum mesum.
“Udah, Pak! Please, tolong berhenti! Geli banget, aku gak mau lanjut lagi. Jangan perkosa saya, Pak,” ucap Keke yang nafsu birahinya mulai turun dan memberi kesempatan gadis cantik itu untuk berpikir jernih.
Tanpa mendengarkan perkataan Keke, Pardi berpindah posisi di samping tubuh gadis cantik itu. Pria itu menghadap Keke lalu melumat bibir manis gadis cantik itu dengan penuh nafsu. Keke yang masih setengah sadar lalu tanpa disadarinya mulai menikmati ciuman Pardi. Namun gadis cantik itu tidak membalasnya karena gengsi. Tangan pria itu juga mulai merambah ke area vagina Keke dan dengan lembut mengelus-ngelus belahan vagina gadis cantik itu yang gundul.
“Shhh ... Pak. Owhhh .. geli, Pak. Ahhh ... ahhh ... ahhh ... Bapak, berhenti! Agrhhh ... geli banget. Uwhhh....”
Pardi juga mulai menyelipkan jarinya ke vagina Keke yang sudah sangat licin karena cairan cintanya. Jari Pardi tidak masuk terlalu dalam, sehingga Keke tidak merasakan sakit. Namun justru rasa geli dan nikmat yang Keke rasakan saat jari Pardi mulai membelai-belai vagina gadis cantik itu.
Pardi dengan lembut mempermainkan klitoris Keke yang telah mengeras dengan cara menggosoknya secara perlahan dan sesekali pria itu melingkari klitoris gadis cantik itu dengan tangannya. Cairan cinta Keke terus keluar hingga membanjiri paha putih mulus gadis cantik itu.
“Owhhh ... Pak. Ahhh ... ahhh ... ahhh ... ampun, Keke mau pipis, Pak. Ahhh ... ahhh ... ahhh ... udah! Keke gak mau lanjut. Shhh....”
Keke yang sudah digantung pada puncak birahinya pun langsung kembali kehilangan kesadarannya. Pinggulnya menggelinjang mengikuti gerakan jari Pardi yang menyentuh area sensitifnya itu.
Pardi mulai mempercepat tempo gesekannya di klitoris Keke. Perlahan-lahan dimulai dengan cepat dan semakin cepat hingga kembali lagi temponya dipelankan. Ketika Pardi tahu kalau Keke hampir sampai mendapatkan puncak kenikmatannya, pria itu langsung menghentikan perbuatannya.
Keke yang terus dipermainkan oleh Pardi dilanda rasa kekecewaan. Berulang kali bahkan hingga puluhan kali Pardi melakukan hal itu, mempermainkan nafsu birahi Keke. Setiap kali Keke hampir mendapatkan puncak kenikmatannya, Pardi langsung mencabut jarinya.
Tak terasa batas waktu tinggal 10 menit lagi, Mamang lalu memberi kode pada temannya, Pardi. Pardi yang mengerti kode dari temannya itu lalu langsung menganggukkan kepala. Pria itu kemudian semakin intens dalam mempercepat tempo gesekan dan kocokkan dia area selangkangan Keke.
Saat Keke akan mencapai puncak, Pardi pun berkata, “Bapak cabut ya, Non?”
“Shhh ... jangan, Pak! Ughhh....” Keke dengan nafas berat menjawab pertanyaan Pardi.
“Mau diterusin?” tanya Pardi yang tahu kalau Keke telah jatuh ke dalam perangkapnya.
“Ughhh ... iya, Pak. Shhh ... jangan berhenti. Owhhh,” jawab Keke di dalam kendali nafsu birahinya.
“Mohon dulu dong, Non. Kalo gak minta, ya gak bakal Bapak kasih,” ejek Pardi disambut gelak tawa teman-temannya.
“Please, Pak! Saya ... ahhh ... jangan berhenti! Terus, Pak! Enak, oughhh....”
“Tapi syaratnya saya boleh ngentot kamu,” ucap Pardi mesum.
“Shhh ... iya, Pak. Ahhh ... Bapak boleh ngentot saya, masukkin kontol Bapak. Pleaseee....” Keke berkata dengan sedikit berteriak karena sudah tidak tahan lagi dengan rasa geli di area selangkangannya.
Mendengar ucapan Keke langsung membuat Pardi meningkatkan tempo gesekan dan kocokkan di vagina gadis cantik itu pada kecepatan maksimal. Keke dengan mulut menganga dan kepala terbanting ke kanan dan ke kiri akhirnya mendapatkan puncak kenikmatannya.
“AHHH ... KEKE MAU PIPIS. UGHHH ... PAK, KEKE MAU PIPIS. AHHH ... AHHH ... AHHH ... PAK, KELUAR, GELI. KEKE PIPIS, PAKGRHHH ... AGRHHH....” Keke melenguh dengan tubuh gadis cantik itu yang mengejang kuat ke atas. Pinggulnya begitu tegang dan terasa cairan hangat serta lendir yang keluar dari vagina Keke.
Saat Keke mendapatkan klimaksnya, Pardi tetap dalam tempo maksimal dalam memainkan klitoris gadis cantik itu. Karena perbuatan Pardi itu malah membuat gadis cantik itu mengeluh nikmat “Uhhhhh ... enak, Pak. Ahhh ... ahhh ... ahhh ... Enggghhhhh....” Keke mendesah nikmat dengan squirt yang keluar begitu derasnya. Cairan bening itu sampai membasahi kasur hingga menjadi basah kuyup.
Setelah beberapa saat, Pardi menghentikan perbuatannya. Pria itu telah menang dalam taruhan ini. Dengan tersenyum jahat Pardi bersiap untuk menyantap makanan lezat di hadapannya. Tubuh Keke masih menggelinjang kecil, menikmati sisa-sisa puncak kenikmatan yang tadinya terus menerus disiksa dan digantungkan oleh Pardi hingga puluhan menit.
Bersambung....
Bagi kalian yang menyukai cerita karya tulisanku, bisa mendukungku agar tetap semangat dalam menulis dan berkarya dengan cara memberikan love pada ceritaku serta mem-follow akun penanaku. :)
Apabila kalian sudah tidak sabar untuk membaca kelanjutan ceritanya, kalian bisa membacanya langsung di Karyakarsa milik aku.
ns 15.158.61.5da2