Senin pagi, Dokter Zein seperti biasanya berangkat untuk bekerja. Dia mengendarai mobilnya menuju ke RS Derisa. Nama RS Derisa di ambil juga dari nama Kota ini. Kali ini, Dokter Zein berangkat lebih awal dari pada biasanya yang suka telat-telatan dan semaunya sendiri. Dari rumahnya membutuhkan waktu sekitar 1 jam untuk sampai di RS Derisa. Dokter Zein berangkat pukul 07.00 pagi dan sampai pukul 07.55 pagi. Tapi kali ini, Dokter Zein tidak melakukan praktek. Dokter Zein hanya melakukan 'tugas keduanya', yaitu mengecek segala keperluan atau kerusakan di RS Derisa.
Dokter Zein selain melakukan praktek, beliau juga adalah tangan kanan Direktur RS Derisa ini. Seluruh karyawan RS Derisa juga sudah mengetahui akan hal itu. Jadi saat karyawan RS Derisa melihat Dokter Zein yang mondar mandir ke sana dan kemari karena tugas pengecekan dan di temani oleh beberapa maintenance, itu sudah di anggap hal yang biasa bagi karyawan lainnya.
Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi. Saat sedang mengecek beberapa hal tentang kondisi RS Derisa bersama beberapa petugas maintanance RS, mendadak Dokter Zein teringat sesuatu kemudian tersenyum. Dokter Zein memerintahkan petugas maintanance itu melanjutkan pengecekannya, sementara nanti dia hanya menunggu hasilnya saja.
Dokter Zein berjalan ke arah basement RS Derisa. Setelah itu, dia berbelok ke arah kiri, dan lurus saja sampai menemukan sebuah koridor sempit. Dokter Zein terus menyusuri koridor itu hingga menemukan sebuah pintu, lalu Dokter Zein pun membukanya.
Ceklek...
Terdengar suara pintu dibuka. Sesaat kemudian, kepulan asap tercium jelas di sini. Dokter Zein pun semakin tersenyum menyeramkan. Seperti akan segera mengeksekusi mangsanya.
Mengetahui pintu terbuka, salah seorang dari 15 orang yang ada di ruangan itu bertanya.
"Siapa?", kata orang itu sambil berjalan dan kemudian membuka horden. Orang itu merasa sangat penasaran. Begitu horden dibuka, betapa terkejutnya dia saat melihat Dokter Zein yang sudah berdiri menyeramkan di hadapannya.
"Aahh.. Dok.. Dokter Zein..", kata orang itu sambil membuang rokok yang ada di tangannya. Mengetahui yang masuk adalah Dokter Zein, semua orang yang sedang merokok spontan membuang rokoknya dan langsung mematikannya. Mereka berdiri di depan Dokter Zein sambil menunduk dan ketakutan.
Ya, di situ adalah ruang ganti Office Boy (OB), di mana hanya tempat inilah yang jauh dari pantauan para staff di RS Derisa ini.
Dokter Zein masuk, kemudian duduk di salah satu kursi di ruangan itu. Beberapa saat kemudian, Dokter Zein bertanya kepada mereka.
"Kalian semua sedang apa di sini? Apa kerjaannya udah selesai?", kata Dokter Zein memandang 15 orang yang masih berdiri sejajar di hadapannya.
Salah satu OB dengan gagap menjawab.
"Su.. su.. sudah dok, kam.. kam.. kami.. sedang istirahat bentar", kata OB itu sambil menunduk.
Tahu bahwa ke 15 OB itu sedang ketakutan, Dokter Zein berdiri dan melepas jas putihnya. Kemudian setelahnya meletakkan jas itu di gantungan baju. Ke 15 OB itu terlihat semakin ketakutan. Selain karena tubuh tinggi dan besar Dokter Zein, juga karena Dokter Zein orang yang tegas dan menjunjung tinggi kebenaran. Tetapi beberapa saat kemudian, mereka semua terkejut dan merasa keheranan.
Mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri, bahwa Dokter Zein mengeluarkan sebungkus rokok merk L* L****, kemudian memantik api dari koreknya dan menghisap rokok itu.
"Kalian ini kenapa sih?! Saya ke sini mau numpang ngerokok. Apa gak boleh?!", kata Dokter Zein kepada 15 orang petugas OB itu.
Mendengar perkataan santai Dokter Zein, muka-muka ke 15 petugas OB yang sebelumnya pucat pasi, menjadi normal kembali. Tampak sekali jejak-jejak kelegaan di wajah mereka. Sambil mengelap keringat dingin di dahi mereka, salah satunya menjawab, "Oh silahkan dok. Silahkan.. He he", katanya.
Beberapa saat kemudian, atmosfer di ruangan itu yang sebelumnya tegang, malah berubah menjadi mengasyikkan. Mereka, para petugas OB itu tidak menyangka bahwa saat ini ruangan mereka kedatangan tamu seorang tangan kanan Direktur RS Derisa. Terlebih lagi orangnya ternyata asyik di ajak mengobrol. Bahkan mereka pun merokok bersama juga.
Salah satu dari ke 15 petugas OB itu bahkan bertanya tentang resep-resep obat. Dokter Zein juga tidak pelit. Dokter Zein merekomendasikan obat-obatan yang dianggap tepat, dan juga berkata agar tidak terlalu bergantung kepada obat-obatan medis, karena banyak bahan kimia di dalamnya. Harus seimbang dengan obat herbal, begitu penjelasan dari Dokter Zein.
Karena menjawab beberapa pertanyaan dari para petugas OB itu, apalagi sedang merokok, tenggorokan Dokter Zein jadi terasa kering. Dokter Zein lalu berkata.
"Ada kopi gak ya? Saya minta segelas dong", kata Dokter Zein kepada para petugas OB itu.
Petugas OB yang mendengarnya merasa malu, tapi mereka sedang berbicara fakta.
"Aduh Dok, maaf tanggal tua. Gak cukup buat beli kopi, he..he..", kata salah satu dari petugas OB itu.
Dokter Zein hanya tertawa, kemudian mengeluarkan selembar uang Rp. 100.000,- (Seratus Ribu Rupiah), dan berkata.
"Ni buat beli kopi. Buat stock kalian di sini. Kayaknya saya bakal sering ke sini deh", kata Dokter Zein lagi.
Mendengar itu, tentu saja para petugas OB itu sangat senang. Kemudian salah satu dari petugas OB itu pergi ke warung depan jalan yang jaraknya cukup dekat dengan RS Derisa. Setelahnya segera membeli beberapa renceng kopi sachet untuk stock bersama.
16 gelas kopi panas segera disajikan. Mereka semua menyeruput kopi itu dengan perasaan bahagia. Memang, teman terbaik rokok adalah kopi. Dokter Zein pun tidak menyangkalnya. Dokter Zein dan para petugas OB pun menyeruput kopinya selagi masih panas. Setelah cukup lama 'mampir' di ruang OB, Dokter Zein pun pamit. Sebelum meninggalkan mereka semua, Dokter Zein berpesan.
"Kalian semua jangan ragu dan jangan sungkan sama saya. Saya tahu beberapa dari kalian, mungkin juga sebagian besar petugas OB di sini, merasa tertekan dengan kebijakan baru RS. Terutama masalah gaji. Saya di sini berjanji, akan segera mengubah kebijakan itu, Insya Allah".
Mendengarnya, seluruh petugas OB yang sedang kebagian jatah jaga di shift pagi itu sontak langsung merasa gembira kemudian bertepuk tangan. Entah kenapa, para petugas OB merasa bahwa Dokter Zein adalah orang yang sangat bisa di andalkan. Padahal mereka semua tahu, bahwa Dokter Zein suka asal-asalan saja dalam bekerja dan semaunya sendiri. Dengan kejadian hari ini, mereka sedikit memiliki keberanian menentang kebijakan baru yang merugikan mereka. Para petugas OB itu merasa seperti ada orang besar di belakang mereka dan mendukung penuh semua permintaannya juga. Itulah yang mereka rasakan kepada Dokter Zein saat ini.
= = = = = = = = = = = = = = = = = =
(Sementara itu di Kantor HRD)
Seorang lelaki paruh baya, berusia sekitar 50 tahunan, sedang membaca data-data seluruh karyawan RS. Matanya menatap tajam pada komputer di depannya, dan sesekali juga melihat dan mencocokkan data di lembar kertasnya. Dialah Hendri Aryanto, sang HRD baru RS Derisa ini. Hendri baru menjabat sebagai HRD selama 3 Minggu.
Pak Hendri Aryanto memang seorang HRD yang berpengalaman. Sebelum dipercaya menjabat di RS Derisa ini, beliau pernah juga menjabat sebagai HRD di sebuah finance.
Dengan pengalamannya yang banyak ini, Pak Hendri suka sekali mengubah kebijakan. Bahkan masalah gaji karyawan pun bisa diubah lewat kebijakannya.
Kali ini, Pak Hendri dipercaya oleh Direktur RS Derisa, Widodo Permana, 56 tahun untuk menjadi HRD nya. Tapi yang mengejutkan Pak Hendri adalah dalam klausul kontrak itu, ada poin khusus yang menyatakan hal seperti berikut :
'Dilarang sekali-kali menyinggung sesuatu apapun yang berhubungan dengan Dokter Zein Youssef Al-Ghifari'.
Pak Hendri merasa dirinya lebih berpengalaman dan juga lebih superior. Dalam pikiran Pak Hendri, dia adalah seorang HRD. Dan seseorang yang disebutkan dalam klausul kontraknya pun, tidak jelas seperti apa orangnya. Pak Hendri tidak mengetahui siapa sebenarnya Dokter Zein itu. Apa boleh seberkuasa ini orangnya?. Bahkan sesudah 3 minggu Pak Hendri bekerja di RS Derisa, dia sekalipun belum pernah bertemu dengan Dokter Zein. Jadi Pak Hendri merasa kebijakannya ini adalah suatu hal yang benar.
Dengan jabatannya sebagai seorang HRD, kebijakan baru diambil Pak Hendri, di antaranya adalah:
- Menambah jam kerja karyawan. Dahulu, jam kerja perawat, bidan, apoteker, rekam medik, kasir dan pendaftaran per shift, adalah shift pagi dari jam 07.00 sampai jam 14.00, jam siang dari jam 14.00 sampai jam 21.00, dan shift malam dari jam 21.00 sampai jam 07.00 pagi. Tapi, oleh Pak Hendri diubah, shift pagi sekarang adalah dari jam 06.00 pagi sampai jam 15.00, shift siang dari jam 15.00 sampai jam 22.00, dan shift malam dari jam 22.00 sampai keesokan paginya jam 06.00. Hanya shift dokter, shift security, shift bagian instalasi gizi, dan shift OB yang masih tetap seperti biasa. Dengan adanya perubahan ini, semua karyawan tentu saja protes, tapi Pak Hendri seolah-olah tidak mendengar sama sekali.
- Kebijakan kedua adalah meniadakan upah lembur. Meskipun seorang karyawan bekerja di luar jam kerjanya, gaji karyawan akan tetap sama. Karena menurut Pak Hendri, itu sudah di anggap kewajiban dan loyalitas kerja dalam sebuah perusahaan. Bahkan, Pak Hendri memotong gaji semua petugas OB, yang dari biasanya mencapai 3-3,5 juta per bulan menjadi 2-2,5 juta per bulan. Dan masih ada beberapa kebijakan lagi untuk para Dokter dan staff di kantor RS. Tapi itu tidak terlalu berpengaruh.
Dokter Zein juga mengetahui akan hal itu. Diam-diam, Dokter Zein merasa sangat marah dan sempat menghubungi Direktur RS, Pak Widodo, untuk menjelaskan apa yang terjadi. Pak Widodo sangat paham dengan karakter Dokter Zein yang suka sekali menjunjung tinggi kebenaran.
Tapi mau bagaimana lagi, keputusan sudah diambil. Pak Widodo berpesan, jika Dokter Zein ingin mengubah kebijakan, maka di persilahkan untuk melakukan sendiri dan dengan caranya sendiri. Dokter Zein yang sangat mengerti arti perkataan Pak Widodo, segera saja tersenyum penuh arti.
= = = = = = = = = = = = = = = = =
ns 15.158.61.51da2