Hari ini adalah Hari Minggu. Ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh Dokter Zein. Di mana dia bebas melakukan sesuatu atau mengerjakan apa saja yang di inginkannya. Dokter Zein saat ini sedang berpikir bagaimana mengisi waktu liburannya kali ini.
Tiba-tiba, Dokter Zein tersenyum. Dia tersenyum sangat aneh sambil menggerak-gerakkan sebelah alisnya. Segera Dokter Zein melakukan rencana besarnya.
Ternyata hari ini, adik bungsu Dokter Zein yang bernama Fazia Al-Ghifari, 22 tahun, yang saat ini sedang berkuliah di luar kota dikabarkan akan pulang. Dokter Zein sangat senang mendengar kabar bahwa Fazia akan pulang. Karena di antara semua adik-adiknya, hanya Fazia-lah adik yang paling dekat dengannya.
Pasangan Pak Abdullah Al-Ghifari dan Ibu Hajjar Basrah mempunyai 5 orang anak, yaitu Zein Al-Ghifari, Leyya Al-Ghifari, Fatimah Al-Ghifari, Khelwa Al-Ghifari, dan Fazia Al-Ghifari. Tapi, Leyya Al-Ghifari meninggal dunia saat masih kecil, saat masih berusia 1,5 tahun.
Dokter Zein adalah satu-satunya laki-laki di antara ke 4 saudaranya yang lain. Jadi, selain sebagai kakak, Dokter Zein sudah dianggap seperti 'ayah kedua' oleh ke 4 saudara perempuannya yang lain.
Dokter Zein kemudian beranjak dari duduknya, lalu menuju ke lantai 3 rumahnya. Jadi, di lantai 3 ini sebenarnya adalah atap rumah yang rata yang hanya memiliki satu bangunan tambahan, yaitu sebuah kamar lama milik Dokter Zein. Dulu, sebelum memiliki rumah sendiri, Dokter Zein sering menghabiskan waktunya di kamar ini. Kamar ini sudah dianggap sebagai markas besar oleh Dokter Zein.
Saat Dokter Zein memasuki kamarnya, dia pun tersenyum. Dokter Zein melihat sebuah benda yang dahulu sangat dibanggakannya. Sebuah gitar semi akustik berwarna hitam bermerek Ibanez. Diambilnya gitar itu, dan coba membunyikannya.
Jreeengg...
Sebuah suara terdengar dari gitar semi akustik itu. Meski gitarnya belum di stem, tapi mungkin karena kualitas dan harganya yang cukup mahal, suara gitar itu masih terdengar enak di telinga Dokter Zein.
'Hmm.. Gitar ini sudah 14 tahun, tapi suaranya sepertinya masih oke', begitu pikir Dokter Zein.
Segera, Dokter Zein men-stem gitar itu dan melakukan senam jari terlebih dahulu sebagai bentuk pemanasan. Karena sudah bertahun-tahun tidak bermain gitar, jari-jari Dokter Zein terasa sedikit kaku.
Saat di rasa sudah cukup dalam pemanasannya, Dokter Zein mengambil sebuah kertas dari dalam sakunya. Dokter Zein kemudian memainkan sebuah intro sederhana dari nada C, melakukan kombinasi antara petikan dan chord C open play, dan kemudian mengawali dengan menyanyikan sebuah lagu yang tertulis di kertas tadi dengan judul 'Selamat Datang Cinta', ciptaan Zein sendiri.
'Hari berganti tak lagi sendiri, mengenang kisah pertama kali kita'
'Saat itu di dingin malam, ku jumpa kamu yang memeluk sepi'
'Terasa hangat saat menatap dua matamu yang seperti bulan'
Dan kini, ku ucapkan selamat datang di hatiku, jagalah cinta itu'
'Dan pasti, ku ucapkan selamat datang cintaku, kau jadi milikku'
'Berakhirlah semua penantianku dengan hadirnya kamu'
'Menemani hari dan hidupku memelukku..'
(NB : Judul dan Lyrics lagu ini adalah asli ciptaan penulis dan memang sudah di aransemen menjadi sebuah lagu di dunia nyata)
Ya memang benar, tadi malam Dokter Zein memang membuat catatan kecil yang terinspirasi dari dirinya sendiri karena sudah berkenalan dengan seorang wanita bernama Zara Aleefa. Kebiasaan Dokter Zein dari dulu adalah jika Dokter Zein sedang mengalami suatu hal, maka dia akan segera menuliskannya dalam sebuah kertas, dan segera membuat lagunya kemudian menggubah aransemennya. Mirip seperti yang dilakukan oleh para Composer atau Arranger di dunia seni musik.
Dokter Zein saat masih muda memang bercita-cita menjadi musisi. Tapi ayah Dokter Zein, Pak Abdullah menentang keras cita-citanya. Pak Abdullah tidak melarang Dokter Zein untuk bermain musik. Tapi terjun langsung ke dalam dunia musik, seperti menjadi band pembuka konser di manapun atau sekedar menjadi band reguler di sebuah kafe, kemudian mendapatkan uang dari hasil bermusik itulah yang tidak diperbolehkannya.
179Please respect copyright.PENANAavdYfof3nv
Pak Abdullah dulu ingin agar Doker Zein berkuliah di Madinah dan mendalami ilmu agama Islam. Tapi semua itu hanya menjadi harapan saja, karena pada akhirnya Dokter Zein lebih memilih berkuliah di salah satu universitas ternama di Indonesia dan memilih fakultas kedokteran sebagai tempat pelabuhan awalnya. Beruntung bagi Dokter Zein muda. Selain karena memang Dokter Zein akhirnya memperoleh beasiswa kedokteran full hingga menyelesaikan kuliahnya, Dokter Zein kemungkinan adalah satu-satunya mahasiswa kedokteran yang menyelesaikan pendidikannya hanya dalam waktu kurang dari 3 tahun saja. Dua tahun lebih awal dari angka standar mahasiswa kedokteran yang membutuhkan waktu kurang lebih selama 5 tahun.
Kembali kepada Dokter Zein yang baru saja selesai menyanyikan lagu barunya yang berjudul 'Selamat Datang Cinta'.
Dokter Zein cukup bangga kepada dirinya sendiri, karena bakat bermusiknya selama ini belum hilang sedikit pun, bahkan mungkin semakin terasah saja meskipun dia tidak pernah lagi memainkan alat musik. Feeling seorang musisi talent sepertinya.
Dokter Zein melihat waktu dan sudah menunjukkan pukul 09.45 pagi. Segera dia bersiap-siap. Dokter Zein rencananya akan menjemput Fazia di Stasiun Kota Derisa. Setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk menjemput Fazia, Dokter Zein bergegas menuju ke stasiun kereta itu. Dan tepat pukul 10.00 pagi, Dokter Zein akhirnya tiba di stasiun kereta itu.
Setelah menunggu lebih dari 15 menit di kursi tunggu, akhirnya wajah yang tidak asing terlihat di mata Dokter Zein.
"Zi.. Zia...!!", kata Dokter Zein yang berteriak kepada Fazia. Mendengar ada yang memanggil namanya, Fazia mencari letak di mana sumber suara itu. Dan ketemu. Kakak Fazia sendiri, Dokter Zein adalah orang yang baru saja memanggilnya. Segera Fazia mendekat ke arah Dokter Zein, "Ha Ha, udah lama bang", kata Fazia senang karena dijemput oleh Dokter Zein.
"Ya lumayan, sekitar 15 menitan lah nunggunya, yuk pulang", kata Dokter Zein kepada Fazia dan dia juga ikut membantu Fazia membawakan barang-barangnya. Fazia segera mengiyakannya.
Di dalam mobil, Dokter Zein dan Fazia berbicara banyak hal. Sampai tertawa terbahak-bahak keduanya. Dokter Zein juga membuka obrolannya tentang Zara, perempuan yang dikenalkan Hamid. Saat itu, Fazia terdiam.
"Kenapa Zi? Kamu gak suka ya? Kok diem?", kata Dokter Zein dengan keheranan saat melihat Fazia tiba-tiba terdiam begitu Dokter Zein mengatakan tentang seorang perempuan yang bernama Zara.
"Gak papa kok bang, santai aja", kata Fazia tersenyum tapi dalam hatinya entah apa yang sedang dipikirkannya. Dokter Zein juga akhirnya tidak melanjutkan pembicaraannya lagi. Hal yang pertama dipikirkan oleh Dokter Zein adalah kemungkinan Fazia ini sudah berencana mengenalkan salah satu teman atau sahabatnya untuk dikenalkan kepadanya. Itu adalah yang paling masuk akal. Karena memang sudah beberapa kali ini Fazia melakukan hal yang sama. Fazia berencana untuk menjodohkan salah satu sahabatnya kepada kakak sulungnya ini.
Dan setelah kurang lebih 15 menit berkendara, Dokter Zein dan Fazia sampai ke rumah juga. Fazia mengucapkan salam kepada Ayah dan Ibunya. Tetapi setelahnya Fazia langsung saja masuk ke dalam kamar dan menutup kasar pintunya. Itulah yang membuat Pak Abdullah dan Bu Hajjar menjadi kebingungan dan bertanya-tanya. Ayah dan Ibu Dokter Zein segera menanyakan alasannya.
"Zia kenapa itu?", tanya Bu Hajjar kepada Dokter Zein.
Dokter Zein yang juga tidak tahu hanya membalas, "Ana juga gak tau mi, mungkin kelelahan si zia ini", kata Dokter Zein tersenyum canggung.
"Ente gak bikin marah zia, kan?", kali ini giliran Pak Abdullah yang berbicara.
"Ya gak lah, bi", kata Dokter Zein membalas.
"Palingan juga nanti biasa lagi. Udah dulu ya mi, bi", kata Dokter Zein masuk ke dalam rumah dan berencana untuk kembali lagi ke kamarnya di lantai 3. Padahal niatan Dokter Zein hari ini setelah Fazia pulang ke rumah adalah Dokter Zein akan mengerjai Fazia habis-habisan. Tapi ternyata Tuhan tidak mengijinkan.
**************************
Sementara itu di tempat lain, di daerah Subang, Jawa Barat, seorang perempuan cantik sedang menelepon seseorang. Dia adalah Zara, yang sedang menelepon Hamid.
"Haaaahhh??!!..", kata Zara kaget.
"Kenapa Ra?" Tanya Hamid yang juga ikut kaget.
"Maneh teh serius umur aa Zein udah 43 tahun?", kata Zara lagi.
"Cieee, udah panggil aa aja, ahaayy", balas Hamid sambil tertawa cengengesan.
"Iishhh.. serius atuh", kata Zara agak serius.
"Ya serius lah Ra, Zein itu kan kelahiran tahun 1981", kata Hamid menjawab.
"Aduh gimana ya?", kata Zara yang mendadak jadi merasa serba salah.
"Gimana apanya sih Ra?", tanya Hamid yang juga penasaran pada akhirnya.
"Maaf Bang Hamid, bukannya gimana, umur aa Zein itu hampir sama dengan pamanku lah.. Hadehh", kata Zara sambil geleng-geleng kepala.
"Eeehhh, jangan di lihat dari umurnya Ra, kamu gak akan nyangka lho", balas Hamid seperti ingin meyakinkan Zara.
"Maksudnya apa bang? Coba abang kirim foto aa Zein", desak Zara kepada Hamid.
"Aduh. Ane gak punya. Zein emang gitu, dari dulu gak suka pasang profil foto", balas Hamid mencari alasan yang tepat.
"Maneh kumaha sih, ngenalin orang tapi udah berumur. Udah gitu gak punya fotonya juga!! Udah ah..!! Asalamualaikum!!", kata Zara kemudian menutup teleponnya, merasa sangat kesal kepada Hamid.
Sementara itu Hamid hanya geleng-geleng kepala saja dan bergumam, 'Oalah Zein, Zein.. Apes tenan nasib cintamu', kata Hamid di dalam hati. Hamid pun segera meletakkan teleponnya, dan melanjutkan aktifitasnya.
Saat akan berjalan menuju ke halaman belakang rumah, Hamid kebetulan melihat Fazia. Hamid pun segera menyapanya.
"Masya Allah Fazia, tambah cantik aja, kapan pulang? Sama Zein ya pulangnya. Terus Zein mana?, kata Hamid bertubi-tubi.
"Lagi di langit kali..!!!", jawab Fazia dengan ketus sambil membawa sebotol air es dan camilan dari dalam kulkas. Mendengar itu, Hamid hanya tersenyum masam, lalu lanjut berjalan ke belakang rumah.
179Please respect copyright.PENANAyg1neBoBBQ
179Please respect copyright.PENANACpZz5PTmM7
179Please respect copyright.PENANAVu67YvFdmE
179Please respect copyright.PENANAFA4xtL4Qq5
179Please respect copyright.PENANAVVHk3FslvA
179Please respect copyright.PENANALCcX6l6CkI
179Please respect copyright.PENANAh0Mp6vplJ3
179Please respect copyright.PENANAIkWcCQ7DJE
179Please respect copyright.PENANABdqQsVfrx1
179Please respect copyright.PENANAtYZbnuHl0d
179Please respect copyright.PENANA5swfpMsN77
179Please respect copyright.PENANAMXisQMOEzl
179Please respect copyright.PENANAxQBP6vW96B
179Please respect copyright.PENANAjkZ9sHWQtq
179Please respect copyright.PENANApeCFE0meRe
179Please respect copyright.PENANAlKOeTu3oat
179Please respect copyright.PENANANDAv3lotHS
179Please respect copyright.PENANAfGuHTbrwHz
179Please respect copyright.PENANAejzOevrWao
179Please respect copyright.PENANAt1aReSlQ5c
179Please respect copyright.PENANANQ0lXiPgei
179Please respect copyright.PENANAp7CN2tzBwa
179Please respect copyright.PENANAYMLoYiJpK8
179Please respect copyright.PENANAbrmtpszejh
179Please respect copyright.PENANA6e5LYanR4Q
179Please respect copyright.PENANAoqcEOP2KJE
179Please respect copyright.PENANAgf62qKVcsH
179Please respect copyright.PENANAcVt8y9oIba
179Please respect copyright.PENANAf9eRQAwYdI
179Please respect copyright.PENANAtJnxHLKOh0
179Please respect copyright.PENANAGV4MBJKmvr
179Please respect copyright.PENANAKdu0ywhMaR
179Please respect copyright.PENANA6LKxYX5Hht
179Please respect copyright.PENANAQPQfjhtRV7
179Please respect copyright.PENANALiUVeI0l5F
179Please respect copyright.PENANAa2hQrCnKRl
179Please respect copyright.PENANAYVkQHmh5uD
179Please respect copyright.PENANAkyLhbp1rNF
179Please respect copyright.PENANAKPottdwXxI
179Please respect copyright.PENANAypbJJnfTWe
179Please respect copyright.PENANAWjLdFDn8au
179Please respect copyright.PENANAz8rZdhd5zp
179Please respect copyright.PENANApMoet4n616
179Please respect copyright.PENANAp0e8k5EQAI
179Please respect copyright.PENANAWECFHaU5vL
179Please respect copyright.PENANA5wxQ9yBgI1
179Please respect copyright.PENANAc3we2p3Rjr
179Please respect copyright.PENANAry7feEYJXo
179Please respect copyright.PENANASBVkN5kPoO
179Please respect copyright.PENANAQLvY5rq4t2
179Please respect copyright.PENANAEovwUr35NE
179Please respect copyright.PENANAC1tkSchkTz
179Please respect copyright.PENANAIpF4QlsKYL
179Please respect copyright.PENANAweXQYUkCES
179Please respect copyright.PENANAY0LSCpcI0l
179Please respect copyright.PENANARTHQojkcAb
***********************
ns 15.158.61.8da2