(Di RSUD Sidoluhur)93Please respect copyright.PENANAmmrPZH8DDl
93Please respect copyright.PENANANtVm9eMMdp
"Tidak.. tidak.. Pak!!! Saya tidak ingin dikirim ke RS Derisa, please pak, please..!!!".
Seorang perempuan yang juga berprofesi sebagai dokter, merengek kepada atasannya.
"Saya mengerti perasaan anda Dok.. Tapi di RS Derisa ini memang sedang membutuhkan banyak tambahan Dokter Spesialis Obsgyn. Daerah di sana persentase kehamilan dan kelahirannya sangat tinggi, Dok. Mohon dokter mengerti keputusan saya dan jangan memberatkan beban saya. Karena ini juga bukan keputusan saya sendiri. Semua jajaran staff dan juga para dokter setuju bahwa anda yang akan ditempatkan di sana", kata atasan itu menjelaskan.
"Tapi kenapa harus saya Pak, bukan Dokter Ghani atau Dokter Sarah yang sudah punya pengalaman lebih banyak dari saya?!", kata Dokter perempuan itu yang masih saja ingin terus diberikan penjelasan yang memuaskannya.
"Hitung-hitung ini sebagai tambahan pengalaman anda, Dokter. Percayalah, ini hanya sementara saja", kata atasannya itu lagi.
"Tapi...", sebelum dokter perempuan itu mengatakan hal lainnya, sang atasan langsung berkata.
"Ini sudah ketetapan! Tolong. Silahkan segera tanda tangani surat pemindahan ini!", kata sang atasan yang sudah menyodorkan surat pemindahan dan di sebelahnya juga sudah di sediakan pulpen untuk langsung di tanda tangani.
Dengan terpaksa dan hati yang berat, dokter perempuan itu akhirnya menandatangani surat pemindahan itu.
Dia adalah Dokter Zelena Aisha Azwar, sp.OG, 28 tahun. Seorang dokter muda cantik yang baru saja beberapa bulan lalu menyelesaikan pendidikan spesialisnya.
Siapa yang tidak kenal Dokter Zelena di RSUD Sidoluhur ini. Kebanyakan, para pasiennya mengenal Dokter Zelena karena kecantikannya.
Kini, Dokter Zelena dipindahkan ke tempat yang jauh dari tempat tinggalnya ke RS Derisa.
RS Derisa memang salah satu RS terbesar di kotanya, tapi dibandingkan dengan RSUD Sidoluhur, maka RS Derisa tidak ada apa-apanya.
RS Derisa yang Dokter Zelena tahu hanya bentuk dan keunikan RS nya yang berbeda dengan RS lain. Selain dari segi keunikan yang membuat nilai plus, selebihnya adalah hal yang wajar seperti kebanyakan RS lainnya.93Please respect copyright.PENANAnLTcVsXOqI
93Please respect copyright.PENANAzIf6Q75ufV
'Aku harus segera kembali ke RSUD Sidoluhur ini secepatnya. Aku akan membuktikan kepada semua jajaran dokter dan staff, kalau aku memang layak bekerja di RSUD Sidoluhur ini', kata Dokter Zelena di dalam hatinya.
'Tapi, setidaknya aku bisa lepas sementara dari dia, si Ghufron brengsek itu. Ada keuntungannya juga', kata Dokter Zelena menambahkan dan akhirnya menerima keputusan pemindahan ini.93Please respect copyright.PENANAC1PUetB6gM
93Please respect copyright.PENANA56wNmO5pMR
Dokter Zelena memang sudah bertunangan dengan pria bernama Ghufron Ali. Sama-sama berdarah Arab dengan mereka, ayah dan ibu Dokter Zelena sangat senang dengan Ghufron.
Apalagi ayah Ghufron, Nayef Ali, adalah sahabat lamanya. Ghufron Ali yang melihat kecantikan dari Dokter Zelena pun semakin tertarik dan semakin ingin cepat-cepat menikahi Dokter Zelena.
Ayah dan Ibu Zelena, Akbar Azwar, 61 tahun, dan Farida Hasyim, 54 tahun, yang mengetahui bahwa Dokter Zelena dipindahkan ke RS Derisa, sangat kecewa.
Mereka merasa tidak enak hati untuk memberitahukan kepada Ghufron dan keluarganya. Tapi Dokter Zelena memberi saran kepada orang tuanya agar jangan memberitahukan berita ini kepada keluarga Ghufron Ali.
Biarkan keluarga Ghufron Ali sendiri yang mencari tahu lebih dahulu, begitu pikir Dokter Zelena. Akhirnya orang tua Dokter Zelena pun setuju.
Saat ini, Dokter Zelena sudah bersiap untuk segera berangkat ke RS Derisa. Dokter Zelena rencananya akan diantarkan oleh supir Pak Akbar, ayah Dokter Zelena, yang bernama Pak Mazmur, 47 tahun.
Di sepanjang perjalanan, Dokter Zelena benar-benar mencurahkan isi hatinya tentang segalanya. Dokter Zelena tidak merasa Pak Mazmur adalah orang lain, sudah dianggap keluarganya sendiri.
Pak Mazmur yang bijak, hanya mendengarkan dan sesekali memberi saran.
"Oh, jadi begitu non Zelena. Non Zelena kayak dipaksa pergi ke RS Derisa ya?", kata Pak Mazmur mengangguk-angguk.
"Iya Pak, siapa yang gak kesel coba?!", kata Dokter Zelena menjawab.
"Sabar non sabar, ini ujian. Terus mas Ghufron gimana itu jadinya. Non kan udah tunangan, bentar lagi nikah kan?", tanya Pak Mazmur lagi.
"Itu juga pak yang lagi bikin beban di hati dan pikiran saya. Saya sebenarnya benar-benar gak cinta sama si Ghufron itu", kata Dokter Zelena yang benar-benar merasa pusing dengan semuanya.
"Lho, non, kalo gak cinta kenapa diterima lamarannya?", tanya Pak Mazmur kepada Dokter Zelena.
"Itu abah sama ummu yang terima, bukan saya. Saya aja gak tau ada lamaran-lamaran kayak gitu. Pulang kerja tiba-tiba rumah udah rame. Saya kaget kirain ada musibah atau apa, Pak. Eh.. ternyata saya mau di jodohin. Saya itu mau nolak, Pak.. Tapi dipelototin terus sama abah ummu. Bener-bener kesel saya Pak", kata Dokter Zelena merasa frustasi.
"Wah, berat dan pelik juga ya masalahnya. Padahal dulu orang tua Pak Mazmur sama orang tua Bi Ina, istri Pak Mazmur itu, Alhamdulillah semuanya membolehkan untuk menikah dengan pasangan yang disukainya", jelas Pak Mazmur yang matanya sedikit berkaca-kaca saat mengenang orang tuanya.
"Itu tandanya orang tua Pak Mazmur dan Bi Ina ini lebih modern dari orang tua Zelena ini, Pak", kata Dokter Zelena menambahkan lagi.
Mereka berdua akhirnya malah tertawa karena membandingkan kedua orang tua masing-masing. Dan perjalanan pun dilanjutkan kembali.93Please respect copyright.PENANADahH5xWEtG
93Please respect copyright.PENANAR84BZhJSmF
= = = = = = = = = = = = = = = = = = =93Please respect copyright.PENANArkkufdarq8
93Please respect copyright.PENANAKzMhkdJvi9
(Zara saat ini sedang mengirim pesan kepada Hamid)
93Please respect copyright.PENANAhvNSECS60D
"Hah..?!! Itu beneran foto om Zein yang lagi sama Bang Hamid?!", kata Zara mengirimkan pesan kepada Hamid.
"Siapa lagi coba Ra, ane kan sekarang lagi di rumah abah uminya Zein..", kata Hamid membalas pesan dari Zara.
"Kok gak keliatan tua sih? Itu Om Zein atau adik Bang Hamid?! Jangan-jangan selama ini Bang Hamid bohong ya kalo Om Zein udah umur 43 tahun", kata Zara kesal dan mengirimkan pesan lagi kepada Hamid.
"Eehh... Zein emang udah umur 43 tahun. 'Kan ane udah pernah ngomong kalo Zein gak keliatan umur segitu", balas Hamid yang tidak mau di salahkan.
"Kirain itu adik Bang Hamid. Mukanya masih muda sih. Kalo itu beneran Aa Zein, kok bisa malah keliatan tua an Bang Hamid, hi hi hi", balas Zara lagi dengan mengirimkan emoticon tertawa.
"Wah sekate-kate enti, udah dulu ya", balas Hamid yang sekarang melihat Zara menulis Aa lagi dari sebelumnya Om. Hamid kemudian mengakhiri pesannya itu.
'Sekarang enti liat Ra, ane yakin enti lagi sangat menyesal.. Ha ha ha ha', kata Hamid yang begitu sangat puas.93Please respect copyright.PENANASieaRnKsJW
93Please respect copyright.PENANAZOYY7BCgdb
= = = = = = = = = = = = = = = = = = =93Please respect copyright.PENANA8Fsp7unpCe
93Please respect copyright.PENANA4y5582fF9A
(Kembali ke Dokter Zelena)93Please respect copyright.PENANAtFhgw0mSX7
93Please respect copyright.PENANAbYYq5kyNwB
Setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 5 jam, akhirnya sampai juga Dokter Zelena di RS Derisa ini.
Dokter Zelena memutuskan untuk menginap dulu di hotel. Sedangkan Pak Mazmur yang mempunyai kenalan di daerah ini, segera menghubungi kenalannya dan meminta ijin kepadanya untuk menginap semalam di rumahnya. Kenalannya pun mengijinkan.93Please respect copyright.PENANAK9pgbzELFH
93Please respect copyright.PENANAwVfoN7QqDV
(Singkat cerita di Keesokan Harinya)
93Please respect copyright.PENANAjyV2qn0BKu
Keesokan harinya, RS Derisa digegerkan dengan kedatangan dokter baru yang bernama Dokter Zelena.
Semua karyawan terutama karyawan laki-laki menjadi geger, termasuk staff laki-laki dan juga Pak Hendri, HRD RS Derisa. Selain karena kecantikannya, Dokter Zelena juga mempunyai tubuh yang tinggi.
Tingginya 183 cm. Benar-benar Tinggi di atas rata-rata untuk ukuran tinggi seorang wanita. Dokter Zein juga sudah mendengar kabar itu, tapi dia malah merasa biasa saja.
Dokter Zein lebih memilih untuk berkumpul bersama para OB sambil ngudud dan ngopi. Entah seperti apa nanti sosok Dokter Zelena, dia tidak ambil pusing.
"Dok, gak ikut menyambut?", kata salah satu petugas OB itu berbicara kepada Dokter Zein.
"Menyambut siapa?", kata dokter Zein membalasnya.
"Itu Dok.. Dokter baru itu. Saya tadi sempet lihat dia. Cuantiiknyaaaaa rek, rek..", kata petugas OB itu sambil membayangkan seandainya dia mempunyai pacar secantik itu.
"Halah... Palingan nanti juga bikin masalah sama saya", kata Dokter Zein yang sepertinya sudah mengetahui reaksi apa yang di tunjukkan Dokter Zelena saat pertama nanti melihat Dokter Zein.
"Maksudnya dok?", kata petugas OB itu merasa sedikit penasaran.
"Hmm. Kita liat aja nanti ya.. Ha ha ha ha... Sudah ayo kita ngudud sama ngopi lagi. Santai aja. Orang atas (maksudnya staff dan jajaran RS) lagi pada fokus sambut dokter itu kan. Gak ada pengawasan saat ini. Mending kita happy-happy aja di sini", kata Dokter Zein membuat alasan.
'Hmm... Dokter Zelena, kan? Aku ingin lihat apa reaksimu nanti', kata Dokter Zein dalam hatinya.
"Siap bosssss...", kata para petugas OB serempak. Mereka pun lanjut ngobrol, ngopi dan ngududnya. Dokter Zein yang melihat mereka tersenyum pun jadi ikut tersenyum.
'Semenjak Pak Rudi pensiun (HRD sebelum Pak Hendri), tidak lagi terlihat tawa seperti mereka saat ini. Tawa yang benar-benar lepas. Tawa yang benar-benar tanpa paksaan. Rindu saat itu, saat semua karyawan tidak ada jarak pemisah. Aku akan mengembalikan RS Derisa ini seperti dulu lagi', kata Dokter Zein di dalam hati, yang sudah bertekad sangat kuat.93Please respect copyright.PENANAjY12c7BxWH
93Please respect copyright.PENANAOzx6CbhgNN
========================93Please respect copyright.PENANA0EbBdEd2Y1