Dokter Zein berjalan mendekat dan sekarang sudah berdiri di hadapan Melati.
"Lho, kok kamu belum pulang..? Pergantian shift jam 3 sore tadi kan?", tanya Dokter Zein kepada Melati.
"Iya Dok, tadi disuruh beres-beresin beberapa barang di rak obat-obatan dulu, jadi agak telat pulangnya.." , kata Melati beralasan dan sambil terus tersenyum.
"Oh iya namamu siapa sih?", tanya Dokter Zein lagi.
Melati terkejut dan baru ingat. Padahal tadi di dalam ruangan Instalasi Farmasi mereka berdua sudah sama-sama saling bercanda tapi nama masing-masing belum saling mengetahui.
"Yaa Allah, maaf Dok. Saya lupa. Nama saya Melati", kata Melati sambil memperlihatkan tulisan name tag magangnya yang sedari tadi tertutup oleh ujung hijabnya.
"Oalah, Melati.. Jadi kamu adiknya Mawar ya? He he.. Ok, Salam kenal ya.. Ni namaku..", kata Dokter Zein yang sedikit bercanda dan memperlihatkan name tagnya.
Melati juga tertawa kecil saat Dokter Zein bercanda dengan namanya yang seperti nama bunga dan membandingkannya dengan nama bunga lainnya.
Lalu segera pula Melati juga membaca tulisan nama di name tag Dokter Zein dan mengangguk.
"dr. Zein Y. Al-Ghifari. Salam kenal juga ya Dokter Zein", kata Melati lalu melanjutkan.
"Em.. itu maaf.. huruf 'Y' nya.. kalo boleh tau huruf 'Y' itu, singkatan apa dok? Itu juga kalo boleh tau?", kata Melati yang akhirnya penasaran.
"Yayangmu, hahaha...", kata Dokter Zein ceplas ceplos.
Saat mendengarnya, Melati spontan terkejut dan memerah wajahnya. Dalam hatinya, Melati berkata.
'Please dok, aku orangnya baperan.. Please.. Kalo aja kamu tau Dok.. uhhhh', kata Melati dalam hatinya yang benar-benar sudah seperti ingin keluar dari tempatnya.
"Bercanda Melati. Huruf 'Y' Singkatan dari kata Youssef. Btw, sekarang kamu lagi nunggu siapa di sini?", tanya Dokter Zein lagi.
Dokter Zein seperti ketagihan buat meledek Melati karena gampang sekali memerah wajahnya.
"Lagi nunggu om ku dok. Sekalian aku minta tolong buat nyariin tempat kos di sini", balas Melati kepada Dokter Zein yang wajahnya masih terlihat memerah.
"Oke, Melati. Met sore ya. Saya pulang dulu", kata Zein berpamitan kepada Melati.
"Iya dok, hati-hati di jalan", balas Melati.
'yaahh... Orangnya mau pulang deh', kata Melati dalam hati, merasa tidak rela jika Dokter Zein akan segera pulang. Padahal saat tadi Dokter Zein mendekatinya, Melati sempat merasa grogi dan tidak nyaman.88Please respect copyright.PENANA0u6F6ohlLk
88Please respect copyright.PENANAlz2hfso0Tk
Tiiinn... Tiiinnnn...88Please respect copyright.PENANAoIM8J9SIKH
88Please respect copyright.PENANAp3KLTHtZpd
Baru beberapa langkah Dokter Zein berjalan, Om nya Melati datang. Dokter Zein begitu terkejut ternyata bertemu bapak itu lagi.
Ya, om nya Melati ternyata adalah pasien Dokter Zein di Bab 1 awal. Saat Dokter Zein melihatnya, dia sengaja menghentikan langkahnya.
'Sepertinya akan ada sesuatu yang menarik setelah ini', pikir Dokter Zein yang kemudian tersenyum penuh makna.
"Om.. di sini!!", kata Melati berteriak dan kemudian menghampiri om nya itu.
"Ya Mel..", kata Om nya Melati membalas sambil melambaikan tangannya.
Bapak itu yang ternyata adalah Om nya Melati, nama lengkapnya adalah Farid Farhan. Farid itu ternyata masih cukup muda. Dia masih berusia 33 tahun.
Jika dibandingkan dengan Dokter Zein yang sudah berusia 43 tahun, mereka berdua benar-benar seperti langit dan bumi.
Farid ini terlihat seperti bapak-bapak berusia 50 tahunan. Sedangkan Dokter Zein malah terlihat seperti pemuda berusia 25 tahunan. Sungguh begitu jauh perbedaannya dan terlihat sangat 'boros' sekali muka Farid ini.
Begitu Farid melihat seseorang yang dikenalnya, mendadak senyum ceria Farid menjadi senyuman suram. Sesuram wajahnya. Ingin rasanya dia mencabik-cabik orang yang ada di depannya ini.
Dokter Zein tahu apa yang di rasakan Farid saat ini. Lalu, dengan inisiatifnya sendiri, Dokter Zein mendekati Farid dan Melati yang sudah siap membonceng. Dokter Zein ingin memberi sedikit pelajaran kepada Farid di depan keponakannya sendiri.
"Halo Pak. Selamat Sore. Ha..ha.. ha.., masih ingat saya 'kan? Kita ketemu lagi ya Pak, kebetulan sekali ya..?", kata Dokter Zein menyapa Farid dengan senyum dan wajah cerianya.
"Apa bapak sudah sembuh?", tanya Dokter Zein melanjutkan ucapannya dengan sangat ramah.
Melati yang baru tahu jika om nya, Farid, mengenal Dokter Zein, segera berkata, "Lho, om Farid ternyata kenal Dokter Zein. Bagus dong?", kata Melati yang antusias.
"Ehem.. cukup kenal. Ya.. kita berdua pernah ketemu", kata Farid yang seolah-olah dalam mode 'cool' lalu segera menyapa balik Dokter Zein.
"Sore Dok.. Apa kabar? Ehem, ya ya ya.. Alhamdulillah saya sudah sembuh", kata Farid berpura-pura tersenyum, padahal dalam hatinya, Farid ingin sekali menampar Dokter Zein.
"Alhamdulillah.. Baguslah kalau sudah sembuh", kata Dokter Zein lagi kemudian menatap ke arah motor Farid.
"Oh motor Bapak baru ya?", kata Dokter Zein yang seolah-olah terkesan dengan motor baru Farid.
Hal yang mungkin belum pembaca tahu adalah, sebenarnya saat bersenggolan dengan mobil Dokter Zein ini, Farid saat itu minta ganti rugi yang cukup banyak kepada Dokter Zein.
Awalnya, Farid minta ganti rugi 2 juta rupiah, tapi Dokter Zein menolak dengan tegas. Itu terlalu mahal karena motor Farid ini hanya tersenggol di bagian stang motor saja.
Padahal, yang seharusnya mendapatkan ganti rugi besar adalah Dokter Zein. Karena yang salah seharusnya adalah Farid yang tiba-tiba saja menyalip dari lajur kiri. Hanya karena kebiasaan umum di masyarakat, bahwa kendaraan yang lebih besar itu pasti yang di salahkan jika terjadi kecelakaan.
Dokter Zein pun dengan terpaksa memberi ganti rugi, dari yang awalnya 2 juta rupiah, turun dan semakin turun, menjadi 1 juta rupiah saja. Itulah kenyataannya. Sekarang, Dokter Zein ingin membalasnya sedikit.
Di hadapan keponakannya, tentu saja Farid harus terlihat lebih berwibawa. Karena itulah Farid sebisa mungkin harus menjaganya emosinya.
"Ya begitulah, Alhamdulillah saya dapat rejeki, jadi bisa ambil motor cicilan", kata Farid mengangguk kemudian.
"Ini bagus sih, kalo Om Farid sudah kenal sama Dokter Zein", kata Melati yang sangat antusias entah karena apa.
Dokter Zein juga mengangguk mengiyakan, lalu berkata.
"Beda sama saya Pak Farid. Mobil saya lusa kemarin malah di serempet orang. Tapi orang itu seolah-olah gak merasa bersalah. Dia malah minta ganti rugi, dari awalnya 2 juta jadi 1 juta. Aduh apes banget waktu itu, Pak", kata Dokter Zein yang coba menyindir Farid.
"Hah?? Sampai gitu dok? Kurang ajar banget orangnya", kata Melati yang juga sangat menyayangkan tindakan orang itu.
Farid yang mendengar keponakannya menghujatnya, menjadi lebih suram wajahnya.
"Iya Melati, lebih gilanya lagi, orang itu tadinya pasienku. Dia minta resep obat sakit perut. Dari awal dia datang, terus aku baca data dari lembar data pemeriksaan perawat, aku udah tau itu pasien gak sakit. Pura-pura sakit biar dapat uang klaim dari perusahaannya. Coba dipikirkan Melati, sakit perut kok minta surat keterangan sakit selama seminggu. Emangnya maag akut dia? Atau gangguan akut pencernaan lainnya. Huftt..!!", kata Dokter Zein sambil menghela nafas.
Farid yang mendengar itu, semakin marah, marah dan sangat marah. Ingin rasanya dia menarik Dokter Zein ke dalam kamar mandi, lalu menenggelamkan kepalanya di bak mandi itu.
"Kurang ajar banget itu orang ya? Kalo aku ketemu orang itu, biar aja aku yang tampar", kata Melati yang juga ikut marah.
Akhirnya, Farid sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi. Mendadak Farid berteriak keras.
"Dokter dabjingaaaaaaaaaannnnnnnnnnnn...!!! Aaaarrggghhhhhhhh...!!!", kata Farid benar-benar murka yang membuat Melati di belakangnya juga sangat terkejut.
Jika saat ini Farid di ibaratkan adalah Son Goku, karakter anime di film Dragon Ball Z, maka Farid saat ini sedang digambarkan berubah bentuk atau bertransformasi menjadi Prajurit Legendaris Super Saiyan karena kemarahannya.
Dokter Zein segera berlari dari sana dan berteriak.
"Oh iya Melati, orang yang aku ceritakan tadi, namanya Farid Farhan, om kesayanganmu, ha ha ha..", kata Dokter Zein yang berlari sampai menghilang dari pandangan mereka berdua.
Melati yang terkejut pun langsung beralih ke arah om nya.
"Om..!!! Benar apa yang di omongin Dokter Zein?!! Om harus beri penjelasan ini. Kalau gak, Melati laporin sama ayah!!!", kata Melati mengancam.
Sekarang akhirnya Melati tahu alasan kenapa pamannya dari awal di telepon, seperti tidak suka jika dia bekerja di RS Derisa ini.88Please respect copyright.PENANA7NjzM2zJWr
88Please respect copyright.PENANAJGfiWKBaw4
= = = = = = = = = = = = = = = = = =88Please respect copyright.PENANAlY12aSidGL
88Please respect copyright.PENANA4NKr1qAhYE
Pulang ke rumahnya, Dokter Zein lalu bergegas untuk mandi. Setelah berganti pakaian, Dokter Zein keluar dari kamarnya. Dokter Zein sudah memutuskan untuk tinggal bersama lagi dengan orang tuanya. Semakin banyak orang, maka akan semakin ramai dan semakin menyenangkan.
Dokter Zein menuruni anak tangga dan melihat Fazia yang sedang duduk santai sambil menonton acara TV dan juga memakan camilan.
Fazia juga melihat Dokter Zein, tapi dia hanya diam saja. Tampaknya Fazia masih marah. Tapi entah marah karena apa, Dokter Zein sendiri pun tidak mengetahuinya. Dokter Zein pun membiarkannya.88Please respect copyright.PENANARy49tyW8mw
88Please respect copyright.PENANAIYqpRZJ0oQ
Dokter Zein melanjutkan langkahnya, berjalan keluar dari dalam rumah. Dokter Zein duduk di teras rumah, memandang langit sore yang semakin menjingga. Dokter Zein mengeluarkan sebatang L* L****nya, kemudian menyalakannya.
Satu hembusan asap keluar dari hidung Zein. Setelah beberapa hisapan rokok, tampak dari luar Hamid yang mengendarai sepeda motor matic, masuk ke dalam rumah dan memarkirkan motor di halaman depan. Hamid mendekat ke arah Zein.
"Eh Pak dokter. Lagi ngapain ente? Kok bengong-bengong gitu hah?", tanya Hamid yang heran melihat wajah Dokter Zein sedikit suram.
"Biasa menikmati langit sore sambil ngudud sebatang", balas Dokter Zein sesingkat mungkin.
"Cieee yang lagi galau hahaha", kata Hamid meledek.
"Ahh.. ente tau?", tanya Dokter Zein terkejut.
"Ya tau lah, Zara kan ngomong juga ke ane. Alasan Zara juga ane tau hahaha", kata Hamid yang semakin meledek.88Please respect copyright.PENANAMKzxkssDcW
88Please respect copyright.PENANABU4IYFjnWl
Dokter Zein hanya diam saja, lalu berkata.88Please respect copyright.PENANA7QqP1glchi
"Ente juga sih yang salah, kenapa harus kenalin ke ane sih?!", kata Dokter Zein kesal.
"Udah udah, maafin ane ye. Ye udeh yuk, mending kita foto berdua aja gimana?", kata Hamid berusaha menenangkan dan menghibur Dokter Zein.
"Iihhh.. Ogah, sono masuk!! jangan deket-deket ane!!", kata Dokter Zein galak.
Tapi emang dasar si Hamid, akhirnya dia bisa mendapatkan foto berdua dengan Dokter Zein. Hamid kemudian masuk ke dalam rumah, lalu seperti biasa bermain dengan burung kakatuanya.
Sedangkan foto dirinya dengan Dokter Zein, akhirnya di upload ke status WhatsApp dengan caption 'Sepupuku Yang Galau, Dokter Zein'.
Dengan menyeringai, Hamid berkata dalam hati, 'Zara, lihat aja, nanti kamu yang bakalan ngejar-ngejar Zein', kata Hamid dalam hati dengan penuh keyakinan.88Please respect copyright.PENANACT32DSce6B
88Please respect copyright.PENANATpXODXVAz3
========================88Please respect copyright.PENANA1lCN5TTkom