Selesai sekolah, Mala bersama Dio berjalan ke arah gerbang sekolah sambil membahas soal pelajaran fisika yang tidak dipahami oleh Mala.136Please respect copyright.PENANAl5Wx4kKlcm
"Sebaiknya kamu, salin aja buku catatanku." saran Dio ke Mala136Please respect copyright.PENANAyUMoH7a5mV
"Iya, tapikan bukunya kamu perlu juga. Atau sekarang aja ke fotokopian, jadi bukunya bisa langsung kamu bawa."136Please respect copyright.PENANAc2Ox9qQffH
"Ngga aku bawa bukunya, kan ngga ada mapel fisika hari ini."136Please respect copyright.PENANAnhLRNgUqR8
"Ya udah besok aja, tolong bawain ya."
"Mala... Mal..." Teriak Noga dari arah belakang mereka, Mala dan Dio menoleh bersamaan. Noga berlari ke arah mereka dan berhenti di depan Mala.136Please respect copyright.PENANACNlkD7AJLe
"Mau pulang? Bareng aku aja ya, aku anterin sampe rumah. Ada hal penting yang mau aku omongin ke kamu." Noga berusaha merangkulkan tangannya ke pundak Mala namun berhasil ditepis oleh Mala.136Please respect copyright.PENANAWgQ7admRS1
"Maaf ga, aku hari ini udah janji buat ke rumah Dio. Dia mau ngajarin soal fisika yang aku ngga paham." Mala menarik tangan Dio dan bergegas meninggalkan Noga.
Mala tentu saja tidak pergi betulan ke rumah Dio, mereka hanya singgah sebentar ke tempat fotokopi dan kembali ke rumha masing-masing.
136Please respect copyright.PENANACIo99y696q
Hari-hari berikutnya dilewati Mala dengan tenang, Noga awalnya masih terus mencarinya, hingga Farah akhirnya menemui Mala dan menanyakan ada apa di antara mereka. Mala tidak berkata apa-apa, hanya menunjukkan pesan teks dari Noga ke Farah. Farah sangat marah, hingga mengkonfrontasi Noga saat itu juga. Mereka bertengkar, namun besoknya sudah kembali akur, bahkan kembali berangkat dan pulang sekolah bersama. Mala tidak peduli sedikitpun, walau sikap Farah kepada Mala sangat aneh, meski bertemu dan Mala mencoba menyapa Farah, tapi Farah malah membuang muka dan menjauhi Mala. Begitu pula dengan teman-teman disekitar Farah dan Noga. Mereka juga menjauhi Mala satu persatu.
Berbeda dari Mala, Rawi justru semakin tidak mampu lagi menemukan alasan menghindari Anita. Anita yang begitu gigih untuk mengajak Rawi jalan, setiap hari menemui Rawi, beribu alasanpun diterimanya tapi Anita tak menyerah.136Please respect copyright.PENANAgDwpzz8K9R
"Bisa ngga sih nit, kamu ngga ngajak aku jalan? Aku menolak kamu bukan sekali aja, udah berkali-kali. Tandanya aku ngga tertarik sama kamu." Rawi yang saat itu sudah terlalu jengah dengan sikap Anita, ditambah dengan stresnya mengerjakan skripsi, membuat emosinya meledak.136Please respect copyright.PENANA9whOvtiYt5
"Kalau kamu ngga pernah coba buat jalan sama aku, mana kamu tau kalau kamu ngga tertarik sedikitpun sama aku?" Anita memotong jalan Rawi dan berdiri dihadapan Rawi.136Please respect copyright.PENANAvJtt2ick0m
"Ngga perlu mencoba pun aku sudah tau Anita. Perasaan ini punyaku, gimana mungkin aku yang punya, enggak tau apa yang aku rasa." Rawi menipis Anita kesamping dan berjalan melewatinya.136Please respect copyright.PENANADP45r38QUo
"Tolonglah Rawi, sekali aja kita jalan, kalau memang setelah itu kamu memang masih ngga tertarik sama aku, aku ngga akan ganggu kamu lagi. Gimana?" Anita kembali menghalangi langkah Rawi.136Please respect copyright.PENANAYX824ZGsjn
"Oke, inget ya kata-katamu sendiri. Sekarang minggir cepetan, aku harus bimbingan." 136Please respect copyright.PENANA6FVaJeW63p
"Yeyy... Oke, sabtu besok ya." Anita tersenyum lebar dan berbalik pergi.
136Please respect copyright.PENANAxEnayWBcwZ
N : Rasa suka itu apa sih? Apa Rawi salah? Atau Anita salah?
136Please respect copyright.PENANA3n3rGzGjUh
untuk Tacat sendiri, suka itu seperti perang, dimana yang pertama menyukai atau yang menyukai lebih dibanding pasangan adalah yang kalah. dan penerima perasaan kita adalah pemenangnya.
Untukmu yang pernah ada di posisi Rawi atau Anita, kalian ngga salah. Karna seperti itulah rasa suka yang sebenarnya, terkadang egois, bodoh, atau menyakitkan.
ns 15.158.61.20da2