Setelah masuk dalam kamar, Mala menghempaskan tubuhnya keatas tempat tidurnya. Mala tau bahwa meluapkan emosi terhadap neneknya bukanlah tindakan yang benar, mau bagaimanapun nenek tetaplah orang yang sudah berjasa membesarkannya. Namun Mala masih belum bisa memaafkan neneknya, kalau nenek membenci ibu, seharusnya nenek melampiaskannya pada ayah. Karena ayahlah yang memilih untuk menikahi ibu.
Mala kembali teringat akan mimpinya, di dalam mimpi nenek akan terus memperlakukan Mala seperti lakban menempel di kaki yang menyebalkan, harus dibuang tapi melekat kuat. Mala merasa seperti sebuah beban untuk nenek. Tahun depan Rawi akan lulus kuliah dan bekerja keluar kota. Mala akan terperangkap bersama nenek yang selalu mengomel setiap melihat wajahnya dan kakek yang semakin sering pergi keluar rumah untuk sekedar main catur atau memancing. Hari-hari Mala semasa awal perkuliahan begitu berat ditambah masalah nenek menjadi pemicu Mala untuk semakin melawan neneknya. Nenek bilang untuk berpakaian tertutup, Mala akan melakukan yang sebaliknya. Nenek bilang untuk tidak berteman dengan seseorang, Mala malah akan sering pergi dengan teman yang tidak disukai nenek. Semakin dilarang, Mala akan semakin melakukannya demi membuat neneknya kesal, yang pada akhir hidup Mala dalam mimpinya akan sangat dia sesali.
Rawi mengetuk pintu kamar adiknya. Sekali, tidak ada jawaban. keduakali, masih tidak ada jawaban. Rawi mencoba memutar gagang pintu, tidak terkunci.197Please respect copyright.PENANAKUWcT3xzsQ
"Dek, kakak masuk ya." Dibukanya pintu lebar-lebar, nampak Mala tengah menatap kosong ke arah langit-langit.197Please respect copyright.PENANA5Og4h4uPG5
"Mala... Kamu mikir apa?" Rawi menyeret kursi dari meja belajar ke dekat tempat tidur Mala. Bukannya menjawab, Mala hanya diam menatap Rawi.
Mala mengambil nafas dalam, merubah posisinya menjadi duduk bersila, menghadap kakaknya lalu menjawab "Aku tadi kelepasan marah ke nenek. Sekarang hatiku merasa bersalah, tapi otakku merasa apa yang aku katakan tadi benar. Menurut kakak gimana?"197Please respect copyright.PENANA5iWfutRcWA
Rawi terdiam sesaat lalu membelai kepala adiknya, "Menurut kakak, dalam hal ini Mala ataupun nenek ngga bisa dikatakan benar atau salah. Mungkin kalian cuma salah paham aja, coba deh ngobrol sama nenek dan tanyain baik-baik."197Please respect copyright.PENANAcqOFGeaM8O
"Nggalah, nanti Mala makin sakit hati, atau kakak mau nanyain ke nenek?" Mala memandangi kakaknya penuh harap.197Please respect copyright.PENANA7PuzA0iNYO
Mendengar kata-kata adiknya, Rawi hanya nyengir "Kalau itu kakak juga menyerah dek, coba kita cari waktu buat minta tolong ke kakek." Rawi berusaha melemparkan permasalahan adik dan neneknya ke kakek. Rawi merasa kakek pasti punya solusi mendamaikan mereka.
197Please respect copyright.PENANAhA91hvHarT
197Please respect copyright.PENANAWEnTtsLV9x
N : Selalu menyikapi segala sesuatu dengan kepala dingin. Kalau emosi menguasaimu (entah marah, sedih atau apapun) tarik nafas dalam-dalam dan diamlah. Mencari solusi dalam keadaan emosi bukan keputusan terbaikmu.197Please respect copyright.PENANAWUPiABXBfB
Selamat malam, semoga sehat dan bahagia.