Setelah masuk, Rawi duduk di samping adiknya tanpa berbicara apa-apa.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8ux0Ty5uX9
Kakak beradik itu terdiam cukup lama hingga terdengar ketukan pintu.
"Permisi..." kata suara itu, bersamaan dengan terbukanya pintu terlihat sosok yang sudah tak asing lagi. Anita, Edwin, Tio dan Wina masuk.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡL16C83kodp
"Gimana nenekmu?" tanya Tio103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡyXQMV9zaSd
"Ya gini aja, sudah selesai operasinya." Rawi mempersilahkan ke empat temannya untuk duduk.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡflKLdg4zK1
"Ini, kita bawain makanan buat kalian." Anita menyerahkan plastik bertuliskan restoran terkenal di dekat rumah sakit pada Rawi.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3VTBgHdAIG
"Makasih ya, kalian repot-repot." Rawi menerima bungkusan itu dan meletakkannya di atas meja.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpUUaXFpPP5
"Itu dari Anita kok, dari kita-kita ini Wi." Wina mengulurkan amplop putih ke Rawi.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡKFd2I1CBe2
"Apaan sih, ngga usah repot-repot, ngga enak aku." Rawi menolak amplop yang ulurkan oleh Wina.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8tqkxcfijs
"Terima aja, Ini semua idenya anak-anak jurusan kita kok. Mereka tulus, jadi jangan ditolak ya." Tio membujuk sahabatnya itu.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMKUZkDrt18
"Iya, makasih ya. Nanti aku kasihin ke kakek aja."
Mala keluar dari ruangan dan berjalan ke warung terdekat dari rumah sakit untuk membeli minuman.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡifHM9h3tcQ
Dalam perjalanannya, Mala kembali merenungkan potongan- potongan mimpinya. Harusnya ini bukan saatnya nenek masuk rumah sakit. Apa ini karena Mala memberontak pada nenek? atau karena Mala menganggu Anita untuk berhubungan dengan Rawi?103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3s8qYJdadJ
Yang manapun, Mala hanya berharap tidak akan ada lagi anggota keluarga mereka yang terluka. Cukup ibu saja. Mereka harus menjalani hidup sebaik-baiknya.
Saat Mala kembali di lihatnya Edwin sering memandangi Anita. Bila di amati, lagi-lagi warna baju Edwin dan Anita hampir senada, biru. Mala berusaha mengingat-ingat apakah Edwin sempat muncul dalam mimpinya, tapi tak ada yang bisa di ingat oleh Mala. Mala malah mendapatkan ide, mungkin akan lebih naik bila Anita dan Edwin berpacaran, jadi kakaknya akan bebas dari obsesi Anita.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8lUcDh9RQp
"Eh kak Edwin bajunya samaan lagi sama kak Anita, jangan-jangan sehati nih." Perkataan Mala itu bagai petir di siang hari untuk Anita.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6Ls4Bwan7j
"Ngga sama ah, beda kok. Lagian kamu ngapain sih Win nyamain." Anita langsung menyangkal perkataan Mala dan memandang Rawi.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIxkPNQITa7
"Bener juga ya." Rawi menimpali dipandangnya bolak- balik antara Edwin dan Anita.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOqex2oCzRG
"Ya kan kak Rawi, di lihat-lihat juga mereka cocok sebenernya." Mala membagikan minuman dingin yang baru saja dibelinya.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFjUPZSZwDG
Wajah Anita menjadi kaku, Wina dan Edwin hanya bisa tersenyum mendengar komentar adik teman mereka itu.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpsA8RLRFJX
Tio dan Rawi kembali sibuk membahas skripsi mereka.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBCweIxOBz8
Waktu sudah menunjukkan pukul 6 sore, tamu merekapun pulang.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡUiRV9lBYGY
Nenek juga sudah bangun karena pengaruh obat bius dari operasinya sudah hilang.
"Maafin Mala nek." Mala yang pertama menyadari neneknya siuman langsung meminta maaf.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkIZk3VArKy
Nenek hanya memandang Mala, air mata mengalir dari ujung matanya.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡWFpEgIYnVz
"Nenek tau perbuatan nenek ke Mala itu tidak benar, tapi bila suatu saat Mala menjadi orang tua, nanti kamu akan memahami nenek."103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡaLK2A9fLnB
Rawi, memberikan gelas berisi air hangat untuk neneknya, dan membantu nenek minum.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡa4ppaAKvAK
"Rawi panggil dokter dulu ya." Rawi meninggalkan nenek dan Mala berdua, sebenarnya bisa saja Rawi memanggil perawat atau dokter jaga dari kamar, namun Rawi ingin memberikan waktu untuk nenek dan Mala berbicara.
Rawi dan Mala pulang ke rumah setelah kakek datang. Rawi mengendarai sepeda motor dan Mala membonceng dibelakangnya.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdY1rAQ7ZFE
"Mala, kasihin ini buat mereka." Rawi menghentikan motornya di pinggir jalan dan menyuruh adiknya memberika bungkusan makanan yang diberikan Anita.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8X6wb49xTF
"Loh, kok ngga kita makan aja kak?" Mala turun dari motor dan menerima bungkusan itu dari kakaknya.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRa0zqSvKzA
"Nanti kita beli aja, ini kasih ke mereka aja, siapa tau belum makan."103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4N0h19BDnh
Mala berjalan ke arah yang di maksud kakaknya, ada tiga orang tunawisma yang tengah berteduh di depan toko yang sudah tutup dan menyerahkan makanan itu.
Setelah makan dan membereskan rumah, Mala mendatangi kamar kakaknya.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTf4yhQLfNq
"Kak, kakak masih ingat semasa waktu ibu masih hidup? Ibu seperti apa sih?" Mala masuk ke kamar kakaknya dan langsung duduk di tepi tempat tidur.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4WDBCY74PQ
"Ya seperti ibu-ibu lah." Rawi yang tengah membaca ulang skripsinya menjawab singkat.103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡEhg1sx9EYj
"Maksud Mala, emang iya kalau ibu sama bapak sering berantem?"103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlolf4QXV5C
"Ya seperti kata kakek. Dulu memang mereka suka berantem sebelum ibu meninggal. Tapi sebelum-sebelumnya baik-baik aja kok. Kakak sering pergi bertiga sama bapak dan ibu waktu kamu belum ada."103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡfh2HJfTFtj
"Bapak sama ibu saling cinta ngga sih?"103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡvI22C4eDTy
"Mana kakak tau, tapi kalau ngga cinta ya masa menikah terus punya dua anak."103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbZNIzCGLY9
"Terus kenapa mereka jadi suka berantem?"103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPE5pYAjo0J
"Kamu nih, ganggu kakak belajar aja. Sana tidur, besokkan masih sekolah."103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpcrhJ4syUl
Melihat kakaknya serius membaca, Mala memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Saat Mala akan menutup pintu kamarnya, Rawi muncul dan berkata "Maaf ya, kakak ngga pernah ngebelain kamu, kakak memang pengecut. Kakak takut kalau nenek juga jadi marah ke kakak. Jadi kakak membiarkan Mala sakit sendiri. Maaf ya Mala." Rawi memeluk adiknya dan kembali berkata103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡxGfaShJXyr
"Dulu waktu ibu dan ayah berantem pun, kakak cuma sembunyi di kamar karena takut. Kamu mungkin ngga inget banyak soal pertengkaran mereka, tapi memang mereka sering bertengkar karena waktu itu bapak mulai jarang pulang ke rumah dan kata ibu banyak teman ibu yang melihat kalau ayah sering mengunjungi rumah wanita lain. Cuma itu yang kakak tau, Mala bisa tanya ke ayah kalau mau."103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVC2r3OKmUc
Mala balik memeluk kakaknya "Iya Mala tau kalau kakak juga takut, dulu Mala juga takut tiap kali nenek marah. Tapi apa kakak ngga mau tau?"103Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4mMgn2DVzt
"Kakak ngga mau membahas yang udah berlalu, takut nanti ayah kepikiran lagi. Tapi kalau Mala memang harus tau jawabannya ya tunggu ayah pulang baru tanyakan."
